PENDAHULUAN
American College of Obstetricians and Gynecologists menyimpulkan bahwa
kata makrosomia tepat digunakan pada janin yang, saat lahir, memiliki berat 4500 gram atau lebih. 1 Sedangkan menurut Cunningham semua neonatus dengan berat badan 4000 gram atau lebih tanpa memandang usia kemilan dianggap sebagai makrosomia.2 Terdapat Terdapat beberapa beberapa faktor faktor risiko yang yang meningka meningkatkan tkan kemungk kemungkinan inan bayi bayi besar: (1) ukuran orang tua besar, terutama obesitas pada ibu; (2) pertambahan berat badan ibu yang berlebihan selama kehamilan, porsi makanan yang dikonsumsi ibu hamil akan berpengaruh pada berat badan ibu. Asupan gizi yang berlebih bisa mengakibatkan mengakibatkan bayi lahir dengan berat di atas rata-rata; (3) ibu dengan diabetes milletus, tingginya gula darah ibu bisa berpengaruh pada berat badan bayi; (4) multiparitas, ada kecendrungan kecendrungan berat badan lahir anak kedua dan seteru seterusny snyaa lebih lebih besar besar daripa daripada da anak anak perta pertama; ma; (5) ibu hamil hamil denga dengann riway riwayat at melah melahirka irkann bayi bayi makro makrosom somia, ia, ibu yang yang sebelu sebelumn mnya ya pernah pernah melah melahirka irkann bayi bayi makro makrosom somia ia berisik berisikoo 5-1 5-100 kali kali lebih lebih tinggi tinggi untuk untuk kembal kembalii melah melahirk irkan an bayi bayi makrosomia dibandingkan ibu yang belum pernah melahirkan bayi makrosomia; (6) janin laki-laki; (7) ras dan etnik. 1-3 Pers Persal alin inan an jani janinn makr makros osom omia ia berh berhub ubun unga gann deng dengan an pers persal alin inan an lama lama,, menin meningka gkatny tnyaa kemung kemungkin kinan an untuk untuk operas operasii sesar, sesar, distosi distosiaa bahu, bahu, dan trauma trauma pleksus brakialis yang dapat menjadi permanen. Komplikasi pada ibu hamil adalah adalah sebagai sebagai hasil proses proses persalina persalinann yaitu yaitu perdarah perdarahan an postpartum postpartum,, robekan robekan perineum atau sfingter sfingter anus, rupur uterus dan serviks serviks dan infeksi post partum. 2-5 Diagnosa Diagnosa pasti adanya adanya makrosomia makrosomia hanya dapat dapat ditentuka ditentukann setelah setelah bayi bayi dilahirkan. Identifikasi akurat adanya bayi makrosomia sangat diperlukan untuk mencegah berbagai komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat trauma persalinan. Berdasarkan American College of Obstetricians and Gynecologists Practice Bulletin on Macrosomia, ada ada tiga tiga metod etodee yang ang dapa dapatt digu diguna naka kann untu untuk k
mengidentifikasi bayi dengan berat badan 4000 gram atau lebih yaitu pemeriksaan ultrasonografi (diameter biparietal, panjang femur, kepala, dan lingkar perut),
1
pemeriksaan fisik (pengukuran tinggi fundus uteri berdasarkan manuver Leopold), riwayat ibu hamil. 4-7 Pengetahuan pasti tentang berat badan janin dapat menghindarkan seorang wanita dari persalinan per vaginam yang kemungkinan besar akan mengalami kemacetan akibat disproporsi fetopelvis sejati atau penyulit distosia bahu. Terdapat beberapa pendekatan kontroversial untuk mencegah penyulit persalinan pada makrosomia. Pertama, induksi persalinan profilaksis. Sebagian pihak menganjurkan induksi persalinan jika ditegakkan diagnosis makrosomia pada wanita nondiabetes sebagai suatu cara menghindari pertumbuhan janin lebih lanjut. Akan tetapi, induksi persalinan belum terbukti dapat menurunkan angka sesar atau distosia bahu. Kedua, sesar elektif. Protokol sesar rutin pada wanita pengidap diabetes dengan janin yang secara sonografis diperkirakan memiliki berat 4250 gram atau lebih dilaporkan secara bermakna dapat mengurangi distosia bahu. Ketiga pencegahan distosia bahu. Kekhawatiran utama dalam melahirkan janin makrosomia adalah distosia bahu dan risiko kelumpuhan pleksus brakialis. Distosia bahu terjadi jika panggul ibu memiliki ukuran cukup untuk melahirkan kepala janin, tetapi tidak cukup besar untuk melahirkan bahu janin yang diameternya sangat besar. 1 American College of Obstetricians and Gynecologists Practice Bulletin on Macrosomia merekomendasikan bahwa1,8: •
Ketika estimasi berat badan janin lebih dari 4500 gram dengan perpanjangan kala 2 merupakan indikasi sectio cesarea.
•
Sectio cesarea dipertimbangkan pada ibu nondiabetik dengan estimasi berat badan janin lebih dari 5000 gram dan lebih dari 4500 gram pada ibu diabetes.
•
Suspek makrosomia bukan kontraindikasi untuk persalinan pervaginam pada ibu dengan riwayat sectio sesarea sebelumnya. Seorang obstetrikus harus mempersiapkan diri terhadap kemungkinan
distosia bahu pada bayi dengan makrosomia dan mampu menggunakan teknikteknik yang sesuai untuk melahirkan bayi dengan aman. Hindari traksi yang terlalu kuat. Bahu dapat dilakirkan dengan manuver McRobert dan atau tekanan pada suprapubik. 8
2
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama
: Ny. IS
Umur
: 41 tahun
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: Guru
Alamat
: Minanga
Suku
: Minahasa
Bangsa
: Indonesia
Agama
: Kr.protestan
Nama suami : Tn. HT Pekerjaan
: Swasta
MRS
: 4 Agustus 2012, jam 12.00
ANAMNESIS Anamnesis Utama
Anamnesis diberikan oleh pasien. Keluhan utama:
Pasien dikirim dari dokter spesialis kebidanan dan kandungan dengan diagnosa G3P2A0 40 tahun hamil aterm belum inpartu janin intra uteri tunggal hidup letak kepala. Riwayat penyakit sekarang:
Nyeri perut bagian bawah belum dirasakan teratur, pelepasan lendir campur darah (-), pelepasan air dari jalan lahir (-), pergerakan janin masih dirasakan sampai saat masuk rumah sakit. Riwayat gemeli tidak ada. Buang air besar dan buang air kecil biasa. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit jantung, darah tinggi, paru, hati, ginjal, kencing manis disangkal.
3
Anamnesis Kebidanan Riwayat Kehamilan Sekarang Pemeriksaan Ante Natal (PAN)
PAN dilakukan sebanyak 9 kali di PKM Minanga, 8 kali di dua dokter ahli kebidanan dan kandungan, dan 5 kali di poliklinik obstetri RSUP Prof. Dr. R. D. Kandow. Riwayat Haid
Haid pertama pada usia 14 tahun dengan siklus teratur dan lamanya haid tiap siklus 3-4 hari. Hari pertama haid terakhir (HPHT) 27 Oktober 2011 dan taksiran tanggal partus 3 Agustus 2012. Riwayat Keluarga
Penderita menikah satu kali dengan suami sekarang 6 tahun. Jumlah anak sekarang 2 orang. Keluarga Berencana
Pasien belum pernah mengikuti KB apapun. Setelah melahirkan pasien ingin mengikuti KB dengan cara sterilisasi. Riwayat Kehamilan Terdahulu 1.
2006, ♂, aterm, spontan letak kepala, di RS Kalooran, BBL: 3000 gr, hidup.
2.
2008, ♂, aterm, spontan letak kepala, di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandow, BBL: 4000 gr, hidup.
3.
2012 (ini)
PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan Fisik Umum Status Praesens
Keadaan Umum
: cukup
Kesadaran
: Compos mentis.
Tekanan darah
: 130/80 mmHg
4
Nadi
: 80 x/m.
Pernapasan
: 20 x/m.
Suhu badan
: 36,3 0C.
Berat badan
: 80 kg.
Tinggi badan
: 155 cm.
Gizi
: Cukup
Kepala
Kepala berbentuk simetris. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik. Telinga berbentuk normal dan tidak ada sekret yang keluar dari liang telinga. Hidung berbentuk normal dengan kedua septum intak, tidak ada sekret yang keluar dari hidung. Pada gigi tidak ditemukan adanya karies dentis. Tonsil T1/T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis. Leher
Tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening leher. Dada
Bentuk simetris normal. Jantung
Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdengar bising jantung. Paru-paru
Tidak ditemukan adanya ronki dan wheezing. Abdomen
Hepar dan lien sukar dievaluasi Alat kelamin
♀, tidak ada kelainan. Anggota gerak
Edema pada kedua tungkai tidak ada. Varises tidak ada. Refleks
Refleks fisiologis positif normal, tidak terdapat refleks patologis. Kulit
Turgor normal.
5
Status Obstetri Pemeriksaan luar
Tinggi fundus uteri
: 36 cm.
TBBA
: (36-11) x 155 = 3875 gram
Letak janin
: Letak kepala U punggung kiri.
Detak jantung janin
: (+) 148-158 x/mnt
His
: (-)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hb
: 12,9 gr/dl.
Leukosit
: 9.500/mm3.
Trombosit
: 274.000/mm3.
GDS
: 97 mg/dL
USG
: EFW 4039 gr
RESUME MASUK
G3P2A0, 41 tahun kiriman dokter ahli kebidanan dan kandungan dengan diagnosa G3P2A0 40 tahun hamil aterm belum inpartu + letak kepala. Nyeri perut bagian bawah ingin melahirkan dirasakan belum teratur, pelepasan lendir campur darah (-), pelepasan air dari jalan lahir (-), pergerakan janin masih (+). Riwayat gemeli tidak ada. Buang air besar dan buang air kecil biasa. RPD: Disangkal penderita. Status Praesens
: KU: cukup; Kes: CM; T: 130/80 mmHg; N: 80 x/mnt; R: 20 x/mnt; SB: 36.3 0C
Status Obstetri USG
: TFU: 36 cm; Letak kepala U punggung kiri : EFW 4039 gr
DIAGNOSIS KERJA
G3P2A0, 41 tahun, hamil 40 - 41 minggu, belum inpartu. Janin intra uterin tunggal hidup letak kepala + suspek makrosomia. SIKAP
-
Rencana seksio sesarea
6
-
USG, NST, EKG
-
Periksa laboratorium, cross match
-
Konseling, informed consent
-
Konseling sterilisasi
-
Sedia donor, setuju operasi
-
Observasi TNRS, BJJ, His
-
Lapor konsulen advis: SC 5/8-2012
OBSERVASI SEBELUM OPERASI Tanggal 4 Agustus 2012
Jam 12.00
: KU : Cukup
Kes : Compos Mentis
T : 120/80 mmHg; N:80 x/mnt; R: 20 x/mnt His (-), BJA: 145-156 x/mnt Jam 13.00
: KU : Cukup
Kes : Compos Mentis
T: 120/80 mmHg; N: 80 x/ mnt; R: 24 x/mnt His : -, BJA: 150-156 x/mnt Jam 14.00
: KU : Cukup
Kes : Compos Mentis
T: 120/80 mmHg; N: 80 x/ mnt; R: 20 x/mnt His : -, BJA: 156-160 x/mnt Jam 15.00
: KU : Cukup
Kes : Compos Mentis
T: 120/80 mmHg; N: 80 x/ mnt; R: 24 x/mnt His : -, BJA: 152-158 x/mnt Diagnosis:
G3P2A0, 41 tahun, hamil 40 - 41 minggu, belum inpartu. Janin intra uteri tunggal hidup letak kepala + suspek makrosomia. Tanggal 5 Agustus 2012
Jam 08.00
: KU : Cukup
Kes : Compos Mentis
T : 120/80 mmHg; N:80 x/mnt; R: 20 x/mnt His (-), BJA: 130-135 x/mnt Jam 09.00
: KU : Cukup
Kes : Compos Mentis
7
T: 120/80 mmHg; N: 80 x/ mnt; R: 24 x/mnt His : -, BJA: 135-137 x/mnt Jam 10.00
: KU : Cukup
Kes : Compos Mentis
T: 120/80 mmHg; N: 80 x/ mnt; R: 20 x/mnt His : -, BJA: 135-138 x/mnt Jam 10.40
: Pasien di dorong ke OK cito
Jam 11.10
: Operasi dimulai, dilakukan SCTP
Jam 11.15
: Lahir bayi perempuan, BBL 4100 gr, PBL 50 cm, AS 8-9 Sterilisasi Pomeroy
Jam 12.20
: Operasi selesai
Laporan Operasi: •
Penderita terlentang diatas meja operasi, dilakukan tindakan antiseptik dan aseptik pada daerah abdomen dan sekitarnya, kemudian ditutup dengan doek steril kecuali lapangan operasi.
•
Dalam GA dilakukan insisi linea mediana inferior dan diperdalam lapis demi lapis secara tajam sampai fascia. Fascia dijepit dengan 2 klem kocher, di insisi kecil, kemudian diperlebar ke atas dan ke bawah. otot dipisahkan secara tumpul. Peritoneum dijepit dengan 2 pinset.
•
Peritoneum dijepit dengan 2 pinset, Setelah yakin tidak ada usus dibawahnya, digunting dan diperlebar ke atas dan ke bawah. Tampak uterus gravidarum.
•
Identifikasi plika vesiko uterina, plika dijepit dengan pinset, digunting kecil dan disisihkan kebawah kemudian vesika urinaria dilindungi dengan haak abdomen.
•
Insisi pada SBR dalam bentuk U semilunar diperdalam lapis demi lapis sampai ke kavum uteri, tampak selaput ketuban, dipecahkan, keluar cairan ketuban putih keruh kira-kira 50 cc. Eksplorasi janin letak kepala. Bayi dilahirkan dengan meluksir kepala.
•
Jam 11.15 lahir bayi perempuan, BBL: 4100 gram, PBL: 50 cm, Apgar Score: 8-9. Sementara jalan napas dibersihkan, tali pusat dijepit dengan 2 klem kocher pada 2 tempat dan digunting diantaranya.
•
Bayi diserahkan ke sejawat neonati, untuk perawatan selanjutnya
8
•
Identifikasi plasenta. Plasenta berimplantasi di SBR belakang, meluas kedepan menutupi seluruh OUI. Plasenta dilahirkan secara manual. Kavum uteri dibersihkan dari sisa selaput dan bekuan darah
•
Luka SBR dijepit dengan beberapa ringtang, uterus dijahit 2 lapis simpul dan jelujur, kontrol perdarahan, perdarahan tidak ada, dilakukan reperitonealisasi, kontrol perdarahan kembali, jika tidak ada perdarahan kavum abdomen dibersihkan dari sisa-sisa perdarahan dan bekuan darah.
•
Eksplorasi uterus bentuk normal, kedua tuba dan ovarium baik, dilakukan sterilisasi pomeroy, dinding uterus ditutup lapis demi lapis, dinding abdomen dijahit lapis demi lapis, peritoneum dijahit jelujur dengan chromic catgut. Otot dijahit simpul dengan plain catgut. Fascia dijahit dengan chromic catgut. Fat dijahit simpul dengan plain catgut, kulit dijahit subkutikuler dengan chromic catgut. Luka operasi ditutup dengan gaas steril. Jalan lahir dibersihkan.
•
Jam 12.20 Operasi selesai
Keadaan post Operasi: T: 130/90, N: 88 x/m, R: 22 x/m, S: 36,5°C TFU 2 jari bawah pusat Kontraksi uterus baik Perdarahan ± 400 cc Diuresis ± 300 cc Instruksi post Operasi : Terapi : IVFD RL : D 5 % = 2 : 2 → 30 gtt/menit Ceftriaxone 3 x 1 gr iv Metronidazole 2 x 0,5 gr iv Vit C 1 x 1 amp Kaltrofen 1 x 2 supp Puasa s/d peristaltik (+) atau flatus (+) Periksa Hb 2 jam dan 6 jam post operasi
bila Hb < 10 gr/dL transfusi.
9
Follow up Ruangan 6 Agustus 2012
Keluhan: (-) Pemeriksaan Fisik: KU: Cukup; Kes: CM Status Praesens: T: 120/70 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 20 x/mnt; SB: 36,5 0C Status Puerpuralis: Payudara: Laktasi -/- ; Tanda-tanda infeksi: -/Abdomen: luka operasi tertutup kain haas, keadaan luka baik TFU : 2 jari bawah pusat, kontraksi baik Lokia : Rubra Peristaltik (+), flatus (+) BAB (-)/ BAK terpasang kateter Diagnosis: P3A0 41 tahun post SCTP hari I a.i. hamil 40-41 minggu belum inpartu + makrosomia Lahir bayi ♀ BBL 4100 gr, PBL 50 cm, AS 8–9 Sikap: -
IVFD
-
Ceftriaxone inj 3 x 1 gr iv
-
Metronidazole 2 x 0,5 gr iv
-
Vit C 1 x 1 tab
-
Mobilisasi
-
Diet: cair, lunak
-
Periksa HB post OP 2 jam ( HB: 12,3 gr/dl)
7 Agustus 2012
Keluhan: (-) Pemeriksaan Fisik: KU: Cukup; Kes: CM Status Praesens:
10
T: 120/80 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 20 x/mnt; SB: 36,4 0C Status Puerpuralis: Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/Abdomen: TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik Luka operasi tertutup haas, luka kering, pus (-). Peristaltik (+), flatus (+) BAB (-)/ BAK (+) Diagnosis: P3A0 41 tahun post SCTP hari II a.i. hamil 40-41 minggu belum inpartu + makrosomia. Lahir bayi ♀ BBL 4100 gr, PBL 50 cm, AS 8–9 Sikap: -
Diet TKTP
-
Aff infus, Aff kateter
-
Cefadroxil 3 x 500 mg
-
SF 2 x 1 tab
-
Vit C 1 x 1 tab
8 Agustus 2012
Keluhan: nyeri perut bawah Pemeriksaan Fisik: KU: Cukup; Kes: CM Status Praesens: T: 120/70 mmHg; N: 80 x/mnt; R: 20 x/mnt; SB: 36,5 0C Status Puerpuralis: Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/Abdomen: Luka operasi tertutup haas, luka kering, pus (-). TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik BAB (-)/ BAK (+) Diagnosis: P3A0 41 tahun post SCTP hari III a.i. hamil 40-41 minggu belum inpartu + makrosomia.
11
Lahir bayi ♀ BBL 4100 gr, PBL 50 cm, AS 8–9 Sikap: -
Diet TKTP
-
Cefadroxil 3 x 500 mg
-
SF 1 x 1 tab
-
Vit C 3 x 1 tab
-
Asi on demand
9 Agustus 2012
Keluhan: nyeri luka operasi Pemeriksaan Fisik: KU: Cukup; Kes: CM Status Praesens: T: 120/80 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 22 x/mnt; SB: 36,6 0C Status Puerpuralis: Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/Abdomen: Luka kering, pus (-). TFU 3 jari bawah pusat, kontraksi baik Lokia: Sanguinolenta BAB (+)/ BAK (+) Diagnosis: P3A0 41 tahun post SCTP hari IV a.i. hamil 40-41 minggu belum inpartu + makrosomia Lahir bayi ♀ BBL 4100 gr, PBL 50 cm, AS 8–9 Sikap: - Asi on demand -
Cefadroxil 3 x 500 mg
-
SF 1 x 1 tab
-
Vit C 3 x 1 tab
-
Rencana rawat jalan
12
DISKUSI
Seorang penderita G3P2A0, 41 tahun, hamil 40 – 41 minggu belum inpartu Janin intrauterin tunggal hidup letak kepala + suspek Makrosomia Yang akan dibahas dalam bagian ini adalah: 1. Diagnosis 2. Penanganan 3. Komplikasi 4. Prognosis Diagnosis
Diagnosis pada penderita didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan kebidanan, maka didapatkan: •
Penderita ini telah hamil sebanyak 3 kali, pernah melahirkan 2 kali, tidak pernah abortus dan berusia 41 tahun.
•
Penderita sedang hamil dengan usia kehamilan 40-41 minggu berdasarkan HPHT dan hasil USG yang menunjukkan penderita hamil aterm dan belum inpartu berdasarkan perderita belum menunjukkan adanya tanda-tanda inpartu yaitu belum adanya his yang teratur, belum adanya pelepasan lendir campur darah, dan belum ada pembukaan serviks dari hasil pemeriksaan dalam.
•
Tinggi fundus uteri 36 cm, sehingga perkiraan berat badan janin menurut rumus Johnson Tossec sebesar 3875 gram dan berdasarkan hasil USG dimana perkiraan berat badan yang didapati yaitu sebesar 4039 gram.
•
Pasien ini pernah melahirkan anak dengan berat badan lahir 4000 gram. Kepustakaan mengatakan bahwa bayi makrosomia adalah bayi dengan berat
badan lahir lebih atau sama dengan 4000 gram. 1 Namun untuk menentukan bayi makrosomia merupakan hal yang sulit. Menurut kepustakaan ada tiga metode utama yang dapat digunakan untuk memprediksi bayi makrosomia. Ketiga metode utama tersebut adalah penilaian faktor-faktor risiko, palpasi uterus dengan manuver Leopold, pemeriksaan ultrasonografi (USG). Namun masing-masing ketiga metode tersebut memiliki kelemahan. Meskipun faktor-faktor risiko makrosomia telah dapat dikenali, namun meskipun wanita hamil memiliki satu
13
atau dua faktor risiko kemungkinan mendapatkan bayi makrosomia hanya 32%. Sedangkan ada 34% bayi makrosomia lahir dari ibu yang tidak memiliki faktor risiko apapun dan 38% lahir dari ibu dengan satu faktor risiko. 4,9 Penentuan makrosomia dengan cara palpasi Leopold juga memiliki kelemahan. Pemeriksaan fisik dengan manuver leopold dapat dipengaruhi oleh habitus ibu hamil, adanya hidramnion, kehamilan kembar, dan adanya tumor dalam uterus. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa mean error dengan metode palpasi adalah 300 gram. Pemeriksaan dengan USG tidaklah lebih unggul namun sejumlah penelitian menuliskan bahwa pemeriksaan USG lebih akurat sedikit dibandingkan metodemetode lainnya. 9 Pada kasus ini didiagnosa dengan suspek makrosomia oleh karena didapatkan ketidaksesuaian taksiran berat badan janin antara hasil perhitungan dengan rumus Johnson Tossec dengan hasil pemeriksaan USG. Taksiran berat badan janin menurut rumus Johnson Tossec yaitu tinggi fundus uteri dikurangi n (n=11 bila kepala janin masih di atas spina isciadika, n=12 bila kepala janin di bawah spina isciadika) dikalikan dengan 155. 3 Kesalahan TBBA dengan rumus ini terjadi ketika pemeriksa kurang tepat menentukan tinggi fundus uterus. Hal ini dapat terjadi pada ibu dengan obesitas sehingga memiliki lapisan lemak yang tebal pada dinding abdomen atau dapat juga terjadi ketika sedang pemeriksaan leopold uterus dalam keadaan kontraksi. Pada kasus ini kemungkinan kesalahan disebabkan karena ibu yang obesitas. Sedangkan kesalahan taksiran juga dapat dipengaruhi oleh hasil USG. Hasil pemeriksaan USG tidaklah 100% akurat. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor antara lain keahlian/kompetensi dokter yang melakukan pemeriksaan, posisi janin yang tengkurap, kehamilan kembar, ketajaman/resolusi
alat
USG
kurang
baik,
air
ketuban
yang
sedikit
(oligohidramnion). Diagnosa pasti makrosomia hanya dapat ditentukan setelah bayi lahir. Pada kasus ini terbukti bayi tersebut adalah bayi makrosomia karena seteleh ditimbang berat badan bayi tersebut adalah 4100 gram. Penyebab makrosomia pada kasus ini diduga akibat obesitas maternal dimana berat ibu 80 kg, sesuai teori yang mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya makrosomia adalah berat badan ibu yang > 70 kg. Untuk menyingkirkan penyebab lain terjadinya makrosomia pada
14
ibu ini dapat dilakukan pemeriksaan OTTG untuk menyingkirkan kemungkinan adanya diabetes gestasional yang merupakan salah satu penyebab tersering terjadinya bayi makrosomia. Namun pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan tersebut. Kemungkinan tidak dilakukannya pemeriksaan tersebut karena dari hasil pemeriksaan GDS pada pasien ini menunjukkan hasil dalam batas normal yaitu 97 gr/dL. Penanganan
Menurut kepustakaan persalinan pada bayi makrosomia adalah melalui sectio cesarea. 1-9 Hal ini untuk menghindari kompilkasi-komplikasi yang dapat terjadi selama persalinan pervaginam. Persalinan pervaginam dapat dilakukan pada janin makrosomia pada kondisi kepala bayi sudah berada pada bidang Hodge IV dan pada keadaan panggul ibu cukup luas selain itu penolong harus mempersiapkan diri terhadap kemungkinan yang dapat terjadi selama persalinan misalnya distosia bahu. Penolong harus mampu untuk melakukan teknik-teknik yang sesuai untuk melahirkan bayi dengan aman. Traksi yang terlalu kuat harus dihindarkan dan bahu dapat dilahirkan dengan melakukan manuver McRobert dan atau dilakukan penekanan pada suprapubik. 8 Pada penderita ini direncanakan untuk dilakukan seksio sesarea elektif dengan memperhitungkan keadaan janin yang masih baik dan ibu dalam keadaan belum inpartu. Selain itu, pada pasien ini direncanakan untuk dilakukan seksio sesarea daripada persalinan pervaginam karena mempertimbangkan faktor-faktor resiko yang ada pada pasien ini yaitu usia pasien sudah 41 tahun dan berat badan 80 kg. Jadi sectio cesarea pada pasien ini sudah tepat. Komplikasi
Salah satu indikasi dari dilakukannya seksio sesarea adalah ditakutkan terjadinya komplikasi pada persalinan pervaginam dengan makrosomia dimana dapat terjadi persalinan lama akibat distosia bahu ataupun ce phalo-pelvic disproportion yang dapat menimbulkan trauma hebat bagi ibu dan bayi.
Komplikasi yang lain yang juga dapat terjadi pada makrosomia ialah perdarahan post partum, tapi pada kasus ini tidak terjadi.
15
Prognosis
Prognosis makrosomia adalah dubia ad malam baik dari pihak ibu maupun janin jika dilakukan persalinan pervaginam. Selama kehamilan khususnya pada ibu diabetes dapat terjadi abortus, preeklampsia, hidramnion, persalinan prematur. Selama persalinan dapat terjadi persalinan memanjang (kala II lama), ruptura jalan lahir, perdarahan postpartum. Selama masa nifas dapat terjadi sepsis puerperalis, laktasi berkurang, meningkatnya morbiditas maternal. Pada janin, selama kehamilan dapat terjadi kematian janin dalam rahim, maturasi paru terlambat. Selama persalinan dapat terjadi distosia bahu, cedera pleksus brachialis dan saraf facialis. Pada bayi dapat terjadi cacat permanen dan meningkatkan kematian neonatal.9 Prognosis pada kasus ini dapat ditinjau dari ibu dan bayi. Dari pihak ibu prognosis pada kasus ini sebelum dilakukan operasi adalah dubia ad bonam karena persalinan dilakukan dengan cara seksio sesarea dengan persiapan yang cukup baik dan tidak ada penyulit yang bermakna serta keadaan ibu baik sebelum operasi. Prognosis selama operasi dubia ad bonam karena selama operasi berjalan dengan baik tanpa komplikasi yang bermakna. Prognosis post operasi juga dubia ad bonam hal ini dinilai dari selama observasi pada ibu post seksio sesarea tidak ada keluhan yang bermakna ataupun terjadi komplikasi post seksio sesarea seperti perdarahan post partum, dan infeksi. Dari pihak janin prognosisnya adalah dubia ad bonam karena setelah dilakukan seksio sesarean didapati apgar skornya yaitu 8-9. Ibu dan bayi dipulangkan dalam keadaan baik.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. CunninghamGF, Leveno KJ, Bloom SL et all. Williams Obstetri; ed. 2. New York: McGray Hill-Companies, 2010: 853-55. 2.
Elyyanti.
Makrosomia
(bayi
besar).
http://tropicalslive.blogspot.com/2012/01/makrosomia-bayi-besar.html (Access on August 15th 2012). 3.
Pernoll ML. Benson and Pernoll’s handbook of Obstetrics and Gynecology 10th Edition. New York: McGray Hill, 2001: 219-21.
4.
Chauhan SP, Grobman WA, Gherman RA et all. Suspicion and treatment of the macrosomic fetus: A review. Am J Obstet Gynecol . 2005;193, 332-46.
5.
Reece EA, Hobbins JC. Clinical Obstetrics The Fetus & Mother Third Edition. United State: Blackwell Publishing, 2007: 520-21.
6.
Nahum
GG.
Estimation
of
Fetal
Weight.
Medscape
Reference.
http://emedicine.medscape.com (Access August 15th 2012). 7.
Jazayeri
A.
Macrosomia.
Medscape
Reference.
http://emedicine.medscape.com (Access August 15th 2012). 8. Resnik R. Fetal macrosomia: 3 managements dilemmas. The Journal of family Practice 2003:15. 9.
Zamorski MA, Biggs WS. Management of suspected fetal macrosomia. American Family Physician Vol 63 Number 2, January 2001.
17