MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN
"KERACUNAN"
Dosen pembimbing : Dewi Hartinah, S.Kep.,Ns.M.SI.Med
Disusun Oleh :
Eka Pratiwi (6143051)
Eka Septian Wilada (6143052)
Enggar Sri Setitiati (6143053)
Erma Lutfiana (6143054)
Eva Khoiriyah (6143055)
PRODI S-1 KEPERAWATAN TINGKAT 3B
STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran pencernaan,saluran pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala klinis. Angka yang pasti dari kejadian keracunan di Indonesia belum diketahui, meski banyak dilaporkan kejadian-kejadian keracunan di beberapa rumah sakit tetapi angka ini tidak menggambarkan kejadian yang sebenarnya di dalam masyarakat.
Di Amerika Serikat kecelakaan dan keracunan merupakan penyebab utama kematian anak-anak . Lebih kurang 60% dari paparan keracunan yang dilaporkan, kejadian pada anak berumur <6 tahun, dengan kematian <4%. Di RSCM/FK UI Jakarta dilaporkan 45 penderita anak yang mengalami keracunan setiap tahunnya, sedangkan di RS dr. Soetomo Surabaya 15-30 penderita anak yang datang untuk mendapatkan pengobatan Karen setiap tahun yang sebagian besar karena kercunan hidrokarbon (45-60%), keracunan makanan, keracunan obat-obatan, detergen dan bahan-bahan rumah tangga yang lain. Meskipun keracunan dapat terjadi melalui saluran cerna, saluran nafas, kulit dan mukosa atau parental tetapi yang terbanyak racun masuk melalui saluran cerna (75%) dan inhalasi (14%). Keracunan merupakan suatu keadaan gawat darurat medis yang membutuhkan tindakan segera, keterlibatan dalam memberikan pertolongan dapat membawa akibat yang fatal.
Mengingat resiko keracunan yang sangat berbahaya dan bahkan dapat menyebabkan kematian dan mengingat bahwa keracunan sebagian besar adalah karena kecelakaan dan dapat dicegah, maka usaha-usaha pencegahan hendaknya mendapat perhatian dan prioritas utama dalam penanggulangan keracunan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keracunan?
2. Apa saja klasifikasi keracunan?
3. Apa penyebab keracunan?
4. Bagaimana tanda dan gejala keracunan?
5. Bagaimana proses perjalanan penyakit (PATOFISIOLOGI) sehingga menjadi keracunan?
6. Bagaimana PATHWAY keracunan?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang keracunan?
8. Bagaimana penatalaksanaan keracunan?
9. Bagaimana asuhan keperawatan (Pengkajian-Intervensi) keracunan?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian keracunan
2. Mengetahui klasifikasi keracunan
3. Mengetahui penyebab keracunan
4. Mengetahui tanda dan gejala keracunan
5. Mengetahui proses perjalanan penyakit (PATOFISIOLOGI) sehingga menjadi keracunan
6. Mengetahui PATHWAY keracunan
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang keracunan
8. Mengetahui penatalaksanaan keracunan
9. Mengetahui asuhan keperawatan (Pengkajian-Intervensi) keracunan
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN
Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam tubuh melalui mulut, hidung, suntikan dan absorpsi melalui kulit atau digunakan terhadap organisme hidup dengan dosis relative kecil akan merusak kehidupan atau mengganggu dengan serius fungsi hati atau lebih organ atau jaringan.
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Sekitar 7% dari semua pengunjung departemen kedaruratan datang karena masalah toksik.
Keracunan adalah masuknya zat racun ke dalam tubuh baik melalui saluran pencernaan, saluran pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala klinis.
ETIOLOGI
Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang mengandung bahan berbahaya dan potensial dapat menjadi racun. Penyebab-penyebab tersebut antara lain:
Polusi limbah industri yang mengandung logam berat,
Bahan makanan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme seperti kuman, bakteri, protozoa, parasit, jamur beracun.
Begitu pula berbagai macam obat jika diberikan melampaui dosis normal, tidak menyembuhkan penyakitnya melainkan memberikan efek samping yang merupakan racun bagi tubuh.
KLASIFIKASI
Klasifikasi Keracunan ada 2 yaitu :
Keracunan korosif : keracunan yang disebabkan oleh zat korosif yang meliputi produk alkali, pembersih toilet, deterjen
Keracunan Non korosif : keracunan yang disebabkan oleh zat non korosif meliputi makanan, obat-obatan, gas.
PATOFIOLOGI
Keracunan dapat disebabkan oleh bebebrapa hal, diantaranya faktor bahan kimia,mikroba,makanan,toksin,dll. Penyebab tersebut mempengaruhi vaskuler sistemik sehingga terjadi penurunan organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual, muntah, diare, perut kembung. gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan kerusakan hati (sebagai akibat keracunan obat dan bahan kimia).
Makanan yang telah terkontaminasi toksik atau zat racun sampai di lambung, lalu lambung akan mengadakan perlawanan sebagai adaptasi pertahanan diri terhadap benda atau zat asing yang masuk ke dalam lambung dengan gejala mual, lalu lambung akan berusaha membuang zat tersebut dengan cara memuntahkannya. Karena seringnya muntah maka tubuh akan mengalami dehidrasi akibat banyaknya cairan tubuh yang keluar bersama dengan muntahan. Karena dehidrasi yang tinggi maka lama kelamaan tubuh akan lemas dan banyak mengeluarkan keringat dingin. Banyaknya cairan yang keluar, terjadinya dehidrasi, dan keluarnya keringat dingin akan merangsang kelenjar hipopisis anterior untuk mempertahankan homeostasis tubuh dengan terjadinya rasa haus. Apabila rasa haus tidak segera diatasi maka dehidrasi berat tidak dapat dihindari, bahkan dapat menyebabkan pingsan sampai kematian.
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mungkin juga terganggu,sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh darah perifer,dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak.Hipotensi yang terjadi mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal,hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan memperberat syok,asidemia,dan hipoksia
(Brunner and Suddarth, 2010).
F.MANIFESTASI KLINIS
Mual - Dehidrasi
Muntah-muntah - Kram perut
Diare - Kejang
Hipertermi/hipotermia - Mulut kering
Sering BAB, kadang bercampur darah, nanah atau lendir
Rasa lemas dan mengigil
Hilang nafsu makan
Gejala keracunan makanan bisa terlihat berkisar empat sampai 24 jam setelah si kecil terkontaminasi makanan beracun. Gejala ini bisa berlangsung tiga sampai empat hari, tapi hati-hati! Gejala ini dapat berlangsung lebih lama lagi jika si kecil yang keracunan masih mengonsumsi secara tidak sengaja makanan yang terkontaminasi.
KOMPLIKASI
1. henti nafas
2. henti jantung
3. syok,sindrom gawat pernafasan akut
4. Koma
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Elektrokardiografi
EKG dapat memberikan bukti-bukti dari obat-obat yang menyebabkan penundaan disritmia atau konduksi.
Radiologi
Banyak substansi adalah radioopak, dan cara ini juga untuk menunjukkan adanya aspirasi dan edema pulmonal.
Analisa GasDarah, elektrolit dan pemeriksaan laboratorium lain
Keracunan akut dapat mengakibatkan ketidakseimbangan kadar elektrolit, termasuk natrium, kalium, klorida, magnesium dan kalsium. Tanda-tanda oksigenasi yang tidak adequat juga sering muncul, seperti sianosis, takikardia, hipoventilasi, dan perubahan status mental.
Tes fungsi ginjal
Beberapa toksik mempunyai efek nefrotoksik secara lengsung.
Skrin toksikologi
Cara ini membantu dalam mendiagnosis pasien yang Keracunan. Skrin negatif tidak berarti bahwa pasien tidak Keracunan, tapi mungkin racun yang ingin dilihat tidak ada. Adalah penting untuk mengetahui toksin apa saja yang bisa diskrin secara rutin di dalam laboratorium, sehingga pemeriksaannya bisa efektif.
H.PENATALAKSANAAAN
PENATALAKSANAAN MEDIS
Stabilisasi
Jalan nafas (A)
Pernafasan (B)
Sirkulasi (C)
Dekomentaminasi
Mata
Irigasi dengan air bersih suam-suam kuku / larutan NaCl 0,9 % selama 15-20 menit, jika belum yakin bersih cuci kembali
Kulit, cuci (scrubbing) bagian kulit yang terkena larutan dengan air mengalir dingin atau hangat selama 10 menit
Gastroinstestinal
Segera beri minum air atau susu secepat mungkin untuk pengenceran.
Dewasa maksimal 250cc untuk sekali minum, anak-anak maksimal 100cc untuk sesekali minum.
Pasang NGT setelah pengenceran jika diperlukan.
Eliminasi
Indikasi melakukan eliminasi:
Tingkat keracuan berat
Terganggu rute elimiunasi normal (gagal ginjal)
Menelan zat dengan dodsis letal
Pasien dengan klinkis yang dapat memperpanjang koma
Tindakan eliminasi:
Dieresis paksa:
Furosemida 250 mg dalam 100cc D5% habis dalam 30 menit.
Alkalinisasi urine:
Na-Bic 50-100meq dalam !liter D5% atau NaCl 2,25%, dengan infuse continue 2-3cc/kg/jam
Hemodialisa
Dilakukan di RS yang memiliki fasilitas Hemodialisa. Obat-obat yang dapat dieleminasi dengan tehnik ini berukuran kecil dengan berat molekul kurang dari 500 dalton, larut dalam air dan berikatan lemah dengan protein.
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Kaji gejala klinis yang tampak pada klien
Anamnesis informasi dan keterangan tentang keracunan dari korban atau dari orang-orang yang mengetahuinya
Identifikasi sumber dan jenis racun
Kaji tentang bentuk bahan racun
Kaji tentang bagaimana racun dapat masuk dalam tubuh pasien
Identifikasi lingkungan dimana pasien dapat terpapar oleh racun
Pemeriksaan fisik
DIAGNOSA KEPERAWATAN
tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru akibat akumulasi udara.
Resiko kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan efek tokxin pada pencernaan.
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat
INTERVENSI
NO.
DX
Tujuan dan Kriteria hasil
Intervensi
Rasional
1.
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan jalan nafas klien kembali efektif dengan Kriteria hasil:
Pasien mampu mempertahankan pola nafas yang efektif dengan tingkat pernafasan yang normal.
Paru-paru pasien bersih, bebas dari cianosis, dan tanda-tanda/ gejala-gejala hipoksia yang lain.
Pantau tingkat/kedaleman dan pola pernafasan.
Auskultasi bunyi nafas.
Pertahankan posisi tidur yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur.
Berikan tambahan O2
Mengetahui tingkat pernafasan klien
Mengetahui bunyi pernafasan klien
Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru.
Meningkatkan pernafasan klien
2.
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan Kriteria hasil:
Nafsu makan meningkat
BB naik
Kebutuhan tubuh pasien akan nutrisi tetap terpenuhi
Pasien tidak menunjukkan penurunan status gizi/nutrisi, seperti pasien tidak tampak mengurus, turgor kulit tetap baik
Catat adanya mual, muntah, dan diare
Berikan nutrisi yang cukup pada klien
Ajarkan klien untuk memakan makanan yang seimbang
Kolaborasikan dengan ahli gizi
Mengetahui adanya tanda-tanda mual, muntah dan diare
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada klien
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien
Mengetahui adanya peningkatan status gizi klien
3.
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ansietas klien menurun atau hilang dengan Kriteria hasil:
Pasien akan melaporkan adanya tingkat penurunan kecemasan yang dialaminya
Pasien menunjukkan keadaan yang relaksasi
Pasien dapat mengidentifikasikan kecemasan yang dialaminya dan mampu mengontrol dir dan situasi
Kaji tingkat kecemasan pasien secara terus menerus.
Jelaskan tentang semua tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
Anjurkan pasien untuk berdoa sesuai dengan keyakinan pasien.
Kolaborasikan dengan dokter
Peningkatan kecemasan akan mengacu pada pasien tidak mau berespon terhadap semua tindakan yang dilakukan.
Pasien akan merasa aman dan kooperatif dalam setiap tindakan yang akan diberikan.
Doa akan menyebabkan psikologis pasien akan merasa aman.
Mengetahui masalah klien yang belum teratasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran pencernaan, saluran pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala klinis
B. Saran
1. Kepada orang tua yang mempunyai anak yang belum dewasa harus memperhatikan penyimpanan bahan-bahan kimia jauh dari jangkauan anak dan diberi lebel sehingga anak dapat membaca dan lebih berhati-hati.
2. Bagi petugas kesehatan hendaknya mengetahui jenis-jenis anti dotum dan penanganan racun berdasarkan jenis racunnya sehingga bisa memberikan pertolongan yang cepat dan benar.
3. Bagi petugas kesehatan hendaknya melakukan penilaian terhadap tanda vital seperti jalan nafas / pernafasan, sirkulasi dan penurunan kesadaran, sehingga penanganan tindakan risusitasu ABC (Airway, Breathing, Circulatory) tidak terlambat dimulai.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat A. Aziz. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Cet. 2. Jakarta : Salemba Medika, 2006.
Alimul Hidayat A. Aziz dan Uliah Musrifatul. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC, 2004.
Betz Cecily L dan Sowden Linda A. Keperawatan Pediatri Ed. 3. Jakarta : EGC, 2002.
Panitia S. A. K. Standar Asuhan Keperawatan Pasien Anak Seri III. Jakarta: Komisi Keperawatan P. K. St. Carolus, 2000.