BAB I Tren dan Issue Flail Chest
Trauma masih masih merupakan penyebab penyebab kematian paling sering di empat dekade pertama kehidupan kehidupan,, dan masih menjadi masalah kesehatan kesehatan masyarakat masyarakat yang yang utama di setiap negara (Gad (Gad et al, 2012 2012). ). Sepu Sepulu luh h perse persen n dari dari kema kemati tian an di selur seluruh uh duni duniaa diseb disebab abka kan n oleh oleh trauma(Maegel, 2010). iperkirakan bah!a pada tahun 2020, ",# juta orang akan meninggal setiap setiap tahun tahun karena karena trauma trauma,, dan traumaa traumaakib kibat at ke$ela ke$elakaan kaan lalu lalu lintas lintas jalan jalan akan akan menjadi menjadi peringkat ketiga yang menyebabkan ke$a$atan di seluruh dunia dan peringkatkedua di negara berkembang
(%deani, 201&). i 'ndonesia tahun 2011 jumlah ke$elakaan lalu
lintas
sebanyak 10". dengan korban meninggal sebanyak &1.1* ji!a (+S, 2011). 2011). Traum Traumaa abdome abdomen n mendud menduduki uki pering peringkat kat ketiga ketiga dari dari seluruh seluruh kejadia kejadian n trauma trauma dan sekitar 2*- dari kasus memerlukan tindakan operasi (emmila, 200"). Trauma abdomen diklasi diklasi/ik /ikasi asikan kan menjadi menjadi trauma trauma tumpul tumpul dan trauma trauma tembus tembus.T .Trau rauma ma tembus tembus abdom abdomen en biasanya dapat didiagnosis dengan mudah dan andal, sedangkan trauma tumpul abdomen sering terle!at terle!at karena tandatandak tandatandaklinis linis yang kurang kurang jelas (ansen et al, 200"). 200"). eadaan eadaan morta mortalit litas as pada pada pasi pasien en traum traumaa dike dikena nall deng dengan an letha lethall tria triad d o/ deat death h yang yang terd terdir irii dari dari hipotermia, koagulopati dan asidosis metabolik (+ashir, 2002). 3sidosis adalah suatu keadaan dimana adanya peningkatan asam didalam darah yang diseb disebab abka kan n oleh oleh berb berbag agai ai kead keadaa aan n dan dan peny penyak akit it terte tertent ntu u yang yang mana mana tubu tubuh h tida tidak k bisa bisa mengelu mengeluark arkan an asam dalam dalam mengat mengatur ur keseim keseimban bangan gan asam basa. basa. 3sido 3sidosis sis diukur diukur melalu melaluii analis analisaa gas darah darah yaitu yaitu p. 3sidosis sidosis berdas berdasark arkan an tingka tingkatt tingka tingkatke tkepar parahan ahanny nyaa dibagi dibagi menjadi4 asidosis ringan jika p 5,205.&* dan asidosis berat jika p 6 5,2 (To!nsend, 2005). ada ada trauma, trauma, asidosi asidosiss metabo metabolik lik terjadi terjadi karena karena peruba perubahan han metabo metabolism lismee aerobi aerobik k menjadi anaerobik sehingga terjadi penumpukan asam laktat (7otondo et al,15). eadaan asido asidosi siss juga juga akan akan meng mengha hamb mbat at /ase /ase gene generas rasii trom trombi bin n dan dan memp memper$ er$ep epat at degr degrad adas asii /ibrinogen. al ini menyebabkan koagulopati sehingga akan meningkatkan angka mortalitas (Martini 89, 200). 3kan tetapi belum ada laporan yang meneliti tingkat keparahan asidosis mempengaruhi mortalitas di 7S% . 3dam Malik Medan. :leh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenaitingkat keparahan asidosis mempengaruhi mortalitas pada pasien trauma abdomen yang dilakukan tindakan eksplorasi laparotomi di 7S% . 3dam 3dam Malik Medan.
'nter;ensi bedah dibandingkan nonbedah untuk dada /lail (ribs dengan lebih dari satu /raktur) Latar Belakang
ami ami men$ari men$ari databa database se ilmiah ilmiah untuk untuk studi studi memban membandin dingka gkan n pengob pengobatan atan bedah bedah dengan pengobatan nonsurgi$al pada orang de!asa atau anakanak dengan memukul dada. hasil Key
ami termasuk tiga studi dalam kajian ini, yang melibatkan 12& orang. alam studi ini, orangorang dengan dada /lail se$ara a$ak dialokasikan ke dalam operasi atau tidak kelompok belajar operasi. asil penelitian menunjukkan bah!a operasi untuk memperbaiki tulang rusuk patah mengurangi pneumonia, de/ormitas dada, trakeostomi, durasi mekanik ;entilasi dan panjang '=% tinggal. Tidak ada perbedaan dalam kematian antara orang yang diobati dengan operasi atau atau tidak tidak ada operasi operasi.. arena arena hanya hanya enam enam orang orang mening meninggal gal di tiga tiga peneli penelitian tian,, karena karena berbagai penyebab, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui yang tertentu pengobatan lebih baik untuk mengurangi mengurangi kematian. etiga penelitian ke$il telah menunjukkan bah!a pengobatan bedah disukai untuk pengobatan non operasi dalam mengurangi mengurangi pneumonia, dada de/ormitas, trakeostomi, ;entilasi mekanik dan lama tinggal di '=%. enelitian lebih lanjut diperl diperluka ukan n untuk untuk menget mengetahu ahuii pengob pengobata atan n yang yang lebih lebih baik baik untuk untuk mengur mengurang angii kemati kematian. an. Threemore penelitian sedang dilakukan oleh para peneliti di 3merika Serikat dan anada pada saat ini, dan hasilnya akan dimasukkan ke dalam re;ie! di masa masa depan.
BAB II PEMBAHASAN DAN ASUHAN KEPEA!ATAN
2.1 onsep Teori 2.1.1 engertian
orthrup,7obert S.1")
2.1.2 ?tiologi
sangat sedikit, sedangkan tiga $ostae terba!ah yakni $ostae 1012 juga jarang mengalami /raktur oleh karena mobile. 2.1.& ato/isiologi
menyebabkan gangguan pada ;enous return dari system ;ena $a;a, pengurangan $ardia output, dan penderita jatuh pada kegagalan hemodinamik.
2.1.# hat!ay
@engkung iga akan lebih melengkung lagi ke arah lateral
Kre"itasi
Fraktur iga multipel segmental (Flail
Saat inspirasi, rongga dada men emban
3danya segmen yang men amban ( lail ) Gangguan pergerakan dinding dada Gerakan na/as paradoksal
Gerakan /ragmen $osta yang patah menimbulkan gesekan antara ujung /ragmen dengan jaringan lunak sekitar
Stimulasi sara/ Nyeri
2.1.* Mani/estasi linis
:2 F, =:2 Saturasi :2 F Ketidake#ekti#an "$la "erna"asan
Sian$sis
1. 3!alnya mungkin tidak terlihat, karena splinting (terbelat) dengan dinding dada. 2. Gerakan paradoksal segmen yang mengambang saat inspirasi ke dalam, ekspirasi ke luar. Gerakan ini tidak terlihat pada pasien dengan ;entilator.
&. Sesak na/as #. repitasi iga, /raktur tulang ra!an *. Takikardi . Sianosis 5. :s menunjukkan trauma hebat ". +iasanya selalu disertai trauma pada organ lain (kepala, abdomen, ekstremitas). . >yeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi 10. asien menahan dadanya dan berna/as pendek 11. ispnea, hemoptisis, batuk dan em/isema subkutan 12. enurunan tekanan darah 1&. eningkatan tekanan ;ena sentral yang ditunjukkan oleh distensi ;ena leher 1#. +unyi mu//le pada jantung 1*. er/usi jaringan tidak adekuat 2.1. omplikasi
2. leura, paruparu, bronkhi 4 hemoAhemopneumothoraksem/isema pembedahan. &. antung 4 tamponade jantung E ruptur jantung E ruptur otot papilar E ruptur klep jantung. #. embuluh darah besar 4 hematothoraks. *. ?so/agus 4 mediastinitis. . ia/ragma 4 herniasi ;isera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal (Mo!s$henson, 10). 2.1.5
emeriksaan enunjang
1. Gas darah arteri (G3), mungkin normal atau menurun (5, &*5, #* ) a =o2 kadangkadang menurun (&*#* mmg) a :2 normal A menurun ("0100 mmg ) Saturasi :2 menurun (biasanya) (* - atau lebih) 2. Torasentesis 4 menyatakan darahA$airan serosanguinosa. &. emoglobin 4 mungkin menurun. (pria1#1" grAd@,!anita 121 grAd@) #. 3namnesa dan pemeriksaan /isik 3namnesa yang terpenting adalah mengetahui mekanisme dan pola dari trauma, seperti jatuh dari ketinggian, ke$elakaan lalu lintas, kerusakan dari kendaraan yang ditumpangi, kerusakan stir mobil Aair bag dan lain lain *. emeriksaan /oto toraks emeriksaan ini masih tetap mempunyai nilai diagnostik pada pasien dengan trauma toraks. emeriksaan klinis harus selalu dihubungkan dengan hasil pemeriksaan /oto toraks. @ebih dari 0- kelainan serius trauma toraks dapat terdeteksi hanya dari pemeriksaan /oto toraks. . =T S$an Sangat membantu dalam membuat diagnose pada trauma tumpul toraks, seperti /raktur kosta, sternum dan sterno $la;ikular dislokasi. 3danya retro sternal hematoma serta $edera pada ;ertebra torakalis dapat diketahui dari pemeriksaan ini. 3danya pelebaran mediastinum pada pemeriksaan toraks /oto dapat dipertegas dengan pemeriksaan ini sebelum dilakukan 3ortogra/i 2.1." enatalaksanaan Medis
suatu usaha untuk memasukkan kateter ke dalam rongga pleura dengan maksud untuk mengeluarkan $airan yang terdapat di dalam rongga pleura, seperti misalnya pus pada empiema atau untuk mengeluarkan udara yang d. e. /.
g.
terdapat di dalam rongga pleura, misalnya pneumotoraks. 3spirasi (thora$osintesis) :perasi (bedah thoraIis) Tindakan untuk menstabilkan dada4 a) Miring pasien pada daerah yang terkena. b) Gunakan bantal pasien pada dada yang terkena Gunakan ;entilasi mekanis dengan tekanan ekspirai akhir positi/, didasarkan
pada kriteria4 a) Gejala $ontusio paru b) Syok atau $edera kepala berat $)
2.2 3suhan epera!atan G3'3> ??7383T3> a. 'dentitas asien >ama 4 enis elamin 4 %sia 4 Tanggal @ahir 4 3lamat 4 ekerjaan 4 Status perka!inan4 Tanggal masuk 7S4 iagnosa b. 7i!ayat esehatan 1) 7i!ayat esehatan Sekarang +iasanya lien mengatakan sesak na/as,nyeri dada sebelah kanan . +iasanya pasien akan mengeluh nyeri pada dada saat berna/as. mekanisme dan pola dari trauma, seperti jatuh dari ketinggian, ke$elakaan lalu lintas, kerusakan dari kendaraan yang ditumpangi, kerusakan stir mobil Aair bag dan lain lain 2) 7i!ayat esehatan ahulu +iasanya lien pernah mengalami ke$elakaan yang menyebabkan trauma &) 7i!ayat esehatan eluarga +iasanya tidak ada keluarga yang mengalami seperti ini $. emeriksaan
7ambut Mata Telinga @eher
4 alam batas normal 4 =onjun$ti;a anemis (A), Sklera 'kterik (A) 4 alam batas normal 4 embengkakan kelenjar getah bening (), elenjar
Tyroid (normal), J 7K&A*2 Thoraks 4 aru 'nspeksi4 Tampak asimetris dinding dada saat statis maupun dinamis alpasi4 >neri tekan (K), repitasi (K), edema (K), 7esonansi /okal simetris erkusi4 Sonor pada kedua lapang paru 3uskultasi 4 Jes KAK, 8heH A, 7bb A =or 4 S1 S2 tunggal reguler murni 3bdomen4 Supel, +ising usus (K) normal, Timpani, eparA@ien tidak teraba ?kstremitas 4 dalam batas normal d. emeriksaan iagnostik
Gas darah arteri (G3), mungkin normal atau menurun (5, &*5, #* ) a =o2 kadangkadang menurun (&*#* mmg) a :2 normal A menurun ("0100 mmg )
Saturasi :2 menurun (biasanya) (* - atau lebih)
Torasentesis 4 menyatakan darahA$airan serosanguinosa.
emoglobin 4 mungkin menurun.
3namnesa dan pemeriksaan /isik 3namnesa yang terpenting adalah mengetahui mekanisme dan pola dari trauma, seperti jatuh dari ketinggian, ke$elakaan lalu lintas, kerusakan dari kendaraan yang ditumpangi, kerusakan stir mobil Aair bag dan lain lain
emeriksaan /oto toraks emeriksaan ini masih tetap mempunyai nilai diagnostik pada pasien dengan trauma toraks. emeriksaan klinis harus selalu dihubungkan dengan hasil pemeriksaan /oto toraks. @ebih dari 0- kelainan serius trauma toraks dapat terdeteksi hanya dari
pemeriksaan /oto toraks. =T S$an
Sangat membantu dalam membuat diagnose pada trauma tumpul toraks, seperti /raktur kosta, sternum dan sterno $la;ikular dislokasi. 3danya retro sternal hematoma serta $edera pada ;ertebra torakalis dapat diketahui dari pemeriksaan ini. 3danya pelebaran mediastinum pada pemeriksaan toraks /oto dapat dipertegas dengan pemeriksaan ini sebelum dilakukan 3ortogra/i
a. ata
o4 •
biasanya pasien mengatakan
•
dadanya sesak biasanya pasien mengatakan
• •
nyeri di daerah dadanya, biasanya pasien mengatakan demam
•
biasanya
•
sesak na/as pasien tampak gelisah dada pasien naik turun
•
•
tinggi
pasien
$epat TTJ4 T 4"0A50
•
biasanya
•
meringis pasien terlihat gelisah, pasien memegang
•
• •
• • • •
dadanya, S4& = biasanya
pasien
!ajah
tampak
pasien
memerah pasien takikardia pasien sianosis S4& = Gas darah arteri (G3), mungkin
normal
atau
•
menurun (5, &*5, #* ) a =o2 kadangkadang
•
menurun (&*#* mmg) a :2 normal A menurun ("0100 mmg )
2. 3nalisa ata
tampak
ata
?tiologi
s4biasanya
pasien
mengatakan dadanya sesak o4biasanya pasien tampak sesak na/as,pasien tampak gelisah,dada
pasien
naik
turun $epat TTJ4 T "0A50 74&&LAM?>'T
etidake/ekti/an pola
pernapasan
berhubungan dengan paru
ekpansi yang
tidak
maksimal
karena
akumulasi udaraA$airan.
s4biasanya
pasien
>yeri
akut
mengatakan nyeri di daerah
berhubungan
dadanya, o4biasanya pasien tampak
dengan
meringis,pasien
terlihat
gelisah, pasien memegang dadanya, S4& = s4pasien
mengatakan
demam tinggi o4biasanya !ajah pasien memerah,
pasien
takikardia,pasien sianosis S4& =
M
Gas
darah arteri (G3),
mungkin
normal
atau
menurun (5, &*5, #* ) a
=o2
kadangkadang
menurun (&*#* mmg) a :2 normal A menurun ("0100 mmg )
trauma
jaringan dan re/lek spasme
otot
sekunder.
Gangguan
per/usi
jaringan
peri/er
berhubungan dengan
ketidak
adekuatan
oksigen
dalam darah
&. iagnosa epera!atan a. etidake/ekti/an pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang tidak maksimal karena akumulasi udaraA$airan b. >yeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan re/lek spasme otot sekunder. $. Gangguan per/usi jaringan peri/er berhubungan dengan ketidak adekuatan oksigen dalam darah #. 'nter;ensi epera!atan >o
iagnosa
1.
etidake/ekt i/an
pola
pernapasan berhubungan
ekpansi paru tidak
maksimal karena akumulasi udaraA$airan.
'nter;ensi (>'=)
1. Memperlihatkan /rekuensi pernapasan yang e/ekti;e. 2. Mengalami perbaikan pertukaran
dengan
yang
Tujuan (>:=)
gasgas
pada paru. &. 3dapti;e mengatasi /aktor/aktor penyebab.
1.
eriksa pengontrol penghisap
untuk
jumlah hisapan yang benar. 2. eriksa batas $airan pada
botol
penghisap, pertahankan
pada
batas
yang
ditentukan. &. :bser;asi gelembung
udara
botol penempung #. osisikan sistem drainage
slang
untuk
/ungsi
optimal,
yakinkan
slang tidak terlipat, atau di
menggantung ba!ah
saluran
masuknya ke tempat drainage.
3lirkan
akumulasi
dranase
bela *. =atat
perlu
karakterAjumlah drainage selang dada. 2.
>yeri
akut
1. mampu mengontrol nyeri ,
berhubungan
(tahu
dengan
,mampu
trauma
teknik
jaringan dan
untuk
re/lek spasme otot sekunder.
penyebab
nyeri
menggunakan non
/armakologi
mengurang
nyeri,
untuk men$ari bantuan) 2. melaporkan nyeri berkurang
setelah
menggunakn
manageman
nyeri &. mampu mengenali nyeri, skala, intensitas, dan tanda nyeri
menyatakan
nyaman
setelah
rasa nyeri
berkurang
1. lakukan pengkajian
nyeri
se$ara komprehensi/ termasuk
lokasi,
karakteristik, durasi, /rekuensi, kualitas
dan
/aktor presipitasi 2. obser;asi reaksi non ;erbal dari ketidaknyamanan &. kurangi /aktor presipitasi nyeri #. pilih dan lakukan penanganan nyeri (/armakologi, non /armakologi
dan
interpersonal *. ajarkan teknik non /armakologi . e;aluasi kee/ekti/an kontrol nyeri &.
Gangguan
1. asien
mengtakan
per/usi
sudah
jaringan
mengalami
peri/er berhubungan dengan ketidak
tidak kesulitan
berna/as. 2. TTJ4 > T4
/rekuensi,
kedalaman
mm
774 1"2# kaliAmenit
dan
kemudahan bernapas. . 3!asi
0120kaliAmenit 120A"0
*. aji
tubuh,
suhu sesuai
indikasi. 5. :bser;asi !arna
adekuatan oksigen dalam darah
S4 &,* &5,2 o= &. 8ajah asien tidak pu$at #. Tidak sianosis.
terdapat
kulit,
membran
mukosa,
dan
kuku,
$atat
adanya
sianosis
peri/er
(kuku)
atau
sianosis
sentral. ". 3!asi /rekuensi jantung. . ertahankan istirahat
tidur.
orong menggunakan teknik
relaksasi
dan
akti;itas
senggang.
+3+ ''' ?;idan$e +esed &.1 ?;idan$e +esed ' 1. P%BLEM & =edera /lail $hest traumati$ adalah penyakit yang berpotensi mengan$am ji!a yang se$ara tradisional diperlakukan berat dengan ;entilasi mekanik in;asi/ dinding dada. onsekuensi jangka panjang dari rasa sakit, $a$at dan pembatasan /isik dijelaskan dengan baik. enelitian ini meneliti e/ek dari /iksasi operati/ pada pasien ini. 2. 'USTI%N& +agaimanakah $ara melakukan uji $oba terkontrol se$ara a$ak dari operasional /iksasi pada /lail $hest tulang rusuk &. EFEENSI & Maras$o Sil;ana <, a;ies 3ndre! 7,( 201&). rospe$ti;e 7andomiHed =ontrolled Trial o/ :perati;e 7ib on merokok dikelompok operati/ (#&- ;s 5"-E p N 0,02), tetapi jika tidak, edua kelompok ini dapat disesuaikan. Tidak ada perbedaan antara jumlah tulang rusuk yang rusak atau tingkat yang mendasari memar paru (diukur pada saat penda/taran) (Tabel 2). 3da perbedaan antara kelompok dalam hal prosedur bedah nonthora$i$ lainnya dilakukan. >on operati;e memiliki jumlah yang lebih tinggi dari ortopedi dan umum prosedur operasi bedah (5#- ;s #"-E p N 0,05) b. (Tabel 2). ua puluh dua pasien /iksasi tulang rusuk operasi. Sebagian besar (1& dari 22, *-) pasien memiliki empat sirip yang melekat (kisaran 2 sampai 5 rusuk). ua (-) pasien memiliki /iksasi tulang rusuk bilateral. epan dan samping patah tulang yang paling sering ditentukan. anya 1 pasien telah diperbaiki patah tulang rusuk belakang. asil pas$a operasi a!al diuraikan dalam Tabel &. Tidak ada perbedaan antara kelompokkelompok dalam durasi ;entilasi mekanis in;asi/, tetapi nonin;asi/ 3erasi dalam jumlah yang lebih besar dari pasien dan untuk durasi yang lebih lama dalam terapi konser;ati/ Group. elompok nonoperati;e memiliki durasi yang lebih lama dari '=% tinggal. pasien lainnya di nonoperati;e yang kelompok diperlukan tra$heostomy. 3da ke$enderungan untuk mengembangkan lebih pasien dalam kelompok non
bedah neumonia (p N 0,05E Tabel &). Tidak ada perbedaan yang signi/ikan antara kelompok dalam sel dikemas kebutuhan trans/usi ditrans/usikan atau produk darah seluruh selama mereka tinggal di rumah sakit $. (Tabel &). Meskipun hematokrit rata di non operati;e ditrans/usikan mun$ul dua kali lipat dari operasi tersebut,kelompok ini sebagian besar didorong oleh seorang pasien , diperlukan *" unit sel dikemas selama stasioner nya. 'ni adalah salah satu dari kematian pada seluruh kelompok, yang berlangsung post injury karena sepsis, selama 2 hari bentuk multi;ariat digunakan untuk set ko;ariat dari Ointer;ensi bedah lainnyaO, yang meskipun tidak berbeda se$ara signi/ikan pada analisis uni;ariat yang menunjukkan, insiden yang lebih tinggi pada kelompok nonoperati/ (Tabel 2). +agi mereka yang melaporkan hasil yang berbeda se$ara signi/ikansebelumnya, tetap signi/ikan se$ara statistik setelah penyesuaian4 urasi '=% tinggal pas$apenga$akan (ratarata jam P*- ='Q, 2** P201&2&Q ;s &52 P2##50Q, p N 0,0&)E Total '=% tinggal (ratarata jam P*='Q, &15 P2*5&0Q ;s #* P&51*2Q, p N 0,02)E lamanya jam posteItubation ;entilasi nonin;asi/, (berarti P*- ='Q, 22 P11#*Q ;s 5 P&5121Q, p N 0,0&)E menerima nonin;asi/ ;entilasi posteItubation, (odds 7asio P*- ='Q #,# P1,0# 1",Q, p N 0,0#). erbedaan antara kelompok di unit pera!atan intensi/ dari 12# jam setara dengan penghematan *.15 hari kelompok bedah. *. IMPLICATI%NS F% NUSIN) alam operasi studi se$ara a$ak yang membandingkan ini adalah /iksasi tulang rusuk dan pengobatan konser;ati/ untuk traumatis /lail $hest, kita bisa menunjukkan durasi berkurang dari '=% dan mengurangi penggunaan ;entilasi non in;asi/ dan tra$heostomy dalam kelompok kerja. urasi in;asi/ ;entilasi mekanik ('MJ) dari penga$akan adalah tidak berbeda se$ara signi/ikan antara kedua kelompok, meskipun ada memiliki tren dalam pengobatan konser;ati/ untuk durasi yang lebih rendah. ika durasi 'MJ pada kelompok bedah dianalisis pada saat operasi, antara kelompok ini sangat berbeda, dengan signi/ikan pada kelompok bedah untuk 'MJ persyaratan yang kurang. Meskipun pengobatan pera!atan intensi/ tidak bisa untuk pengobatan kelompok penyapihan ;entilasi dan prasyarat untuk tra$heostomy protokol. Sebuah per$obaan pernapasan spontan diperhitungkan pada setiap hari di masingmasing pasien. Setelah hari 5 postintubation, tra$heostomy itu, mengingatkan bah!a pasien tidak akan men$apai ekstubasi dalam berikutnya 2 sampai & hari. Meski sempat 'MJ antara kelompok tidak berbeda se$ara signi/ikan, itu &0 jam lebih pendek
kelompok bedah, dan mereka membantu menjelaskan pasien kurang mungkin untuk menerima tra$heostomy. Selain itu, meningkatnya permintaan untuk ;entilasi non in;asi/ pada kelompok nonoperati/ menunjukkan bah!a tra$heostomy yang tepat karena mereka yang mengikuti pasien melakukan berkelanjutan kebutuhan ;entilasi, meskipun nonin;asi/
&.2 ?;idan$e +ased '' *+
Pr$,le- & +eberapa patah tulang rusuk dan luka dada yang tidak stabil yang pada umumnya ditemukan pada trauma tumpul. +edah patah tulang rusuk telah menerima perhatian khusus dalam beberapa tahun terakhir ini dan t ujuan 1 tahun ini,studi prospekti/ adalah untuk menilai e/ek jangka panjang dari operasi.
.+
'uesti$n4 +agaimana $ara pengobatan bedah patah tulang rusuk dan /lail $hest selama 1 tahun studi
/+
e#eren0e4 =aragounis ?;a=orina,
1+
E2iden0e4 ari 0 pasien yang dioperasi. ua pasien meninggal selama periode pas$a operasi karena kegagalan sistem organ multiple dan insu/isiensi pernapasan. ?mpat pasien dikeluarkan karena $edera bersamaan mengakibatkan tetraplegia dalam satu kasus dan $edera kepala berat di tiga pasien. Sembilan belas pasien yang terpasang ;entilator sebelum
operasi dan 2# pasien pada ;entilator 2# jam pas$a operasi. Mekanisme $edera adalah di 2- dari kasus baik ke$elakaan lalu lintas (*-) atau jatuh (&&-). 'ndikasi untuk operasi ini adalah /lail $hest *1 pasien, perdarahan pada dua pasien dan kebo$oran udara pada satu pasien, terdiri dari #0 (5#-) lakilaki dan 1# (2-) !anita dengan usia ratarata *5 tahun (20"), median =edera Se;erity S$ore ('SS) 20 () dan median >e! =edera Se;erity S$ore (>'SS) (1). 3ntara &"&- pasien yang dilibatkan dalam penelitian kami menghadiri setiap tindak lanjut tetapi hanya 22 pasien yang hadir . Sebuah /isioterapis dari 1 pasienE sepuluh lakilaki dan enam perempuan, pada & bulan, bulan dan 1 tahun pas$aoperasi. 3da proporsi yang lebih besar dari perempuan di subkelompok dinilai oleh /isioterapis, jika usia, 'SS dan >'SS adalah sebanding dengan kelompok studi se$ara keseluruhan. roporsi pasien terlihat di /ollo!up dengan nyeri saat istirahat menurun dengan 2- (p N 0,0&) antara minggu dan & bulan setelah operasi. Masalah yang terkait dengan nyeri pada pernapasan dan sesak napas menurun se$ara progresi/ sebesar 21- (p N 0,0&) dan 25- (p N 0,022), masingmasing, selama tahun pertama pas$a operasi. Setelah 1 tahun, 1&- dari pasien mengeluh sakit pada saat istirahat, - nyeri yang berpengalaman pada pernapasan dan 1mengalami sesak napas. ketidaknyamanan lokal tidak menurun dengan !aktu, tetapi tetap konstan dan terpengaruh sekitar #5- pasien. Meskipun abadi sakit, ada yang signi/ikan, #- (p 60,0001) penurunan proporsi pasien yang menggunakan analgesia, dengan - pada obat nyeri setelah 1 tahun. Gejala yang berhubungan dengan nyeri, sesak napas dan penggunaan analgesik se$ara signi/ikan menurun dari minggu1 tahun setelah operasi. Setelah 1 tahun, 1&- dari pasien mengeluh sakit pada saat istirahat, #5- memiliki ketidaknyamanan lokal dan- digunakan analgesik. ?*& indeks @ meningkat 0,5"0,& dan dirasakan negara kesehatan se$ara keseluruhan meningkat00- (p 60,0001) setelah minggu sampai 1 tahun. /ungsi paru paru meningkat se$ara signi/ikan dengan prediksi aksa kapasitas ;ital dan aliran ekspirasi pun$ak meningkat "10- (p N 0,0002) dan "1 110- (p 60,0001),masingmasing, dari & bulan sampai 1 tahun setelah operasi. gerakan pernapasan dan berbagai gerakan $enderung untuk meningkatkanlembur. /ungsi /isik meningkat se$ara signi/ikan dari !aktu ke !aktu dan indeks !isata!an =a$at ratarata adalah 0 setelah1tahun. 3+ I-"likasi #$r nursing raoperasi Tigaimensi (&) rekonstruksi omputer Tomography (=T) gambar thoraI digunakan untuk peren$anaan prosedur bedah. & rekonstruksi didasarkan pada gambar dengan 0,2* mm ketebalan irisan dan diproduksi dalam program 38 Jolume Share U * (G? ealth$are). asien diintubasi dengan tabung lumen endotrakeal ganda. 3 nonotot torakotomi sparing dilakukan untuk membersihkan hematoma dan puingpuing, mengidenti/ikasi dan, jika perlu, mengelola $edera intratoraks. The MatriI7'+V (euy Synthes) yeri dide/inisikan sebagai sensasi menyedihkan kuat sedangkan ketidaknyamanan lokal dide/inisikan sebagai menyenangkan atau rasa tidak normal
menyentuh. ?*& hasil @ dikon;ersi ke indeks ringkasan tunggal menggunakan 8aktu Trade:// (TT:) teknik dengan nilai re/erensi s et S!edia.
&.& ?;idan$e +ased '' 1. Masalah enggunaan stabilisasi bedah dalam pengelolaan terisolasi beberapa non/lail dan menyakitkan tulang rusuk patah tulang untuk meningkatkan hasil pasien. epentingan dan keuntungan ditampilkan tidak hanya dalam hal nyeri (M$Gill nyeri kuesioner) dan /ungsi pernapasan (kapasitas ;ital paksa, ;olume ekspirasi paksa 1 s dan kapasitas karbon monoksida yang menyebar), tetapi juga peningkatan kualitas hidup (73> &'tem Sur;ey esehatan) dan mengurangi ke$a$atan sosial pro/esional. Memang, sebagian besar sipenulis menunjukkan perbaikan dalam jangka pendek dan jangka panjang pada pasien, dengan $epat pengurangan rasa sakit dan $a$at, serta menunggu ratarata yang lebih rendah sebelum kembali akti;itas normal. 2. ertanyaan a. 3pakah ada (pasien berusia lebih dari #* tahun dengan terisolasi atah tulang rusuk bergerak dan menyakitkan tanpa /lail $hest
b. +agaimana $ara bedah stabilisasi unggul untuk manajemen non operati/ $. 3pakah hasil majemen operati/ tersebut dapat meningkatkan rasa sakit, $a$at, /ungsi perna/asan, kurangnya hari dalam bekerja &. 7e/erensi Girso!i$H, ?., ., B Massard, G. (2011). oes surgi$al stabiliHation impro;e out$omes in patients !ith isolated multiple distra$ted and pain/ul non/lail rib /ra$tures. 'ntera$ti;e =ardioJas$ular and Thora$i$ Surgery, 1#. #. ?;eden$e dari sembilan studi yang disajikan, semua menunjukkan bah!a bedah stabilisasi dalam pengelolaan terisolasi beberapa nonmemukul dan patah tulang rusuk menyakitkan memperbaiki hasil. Memang, bunga dan man/aat ditampilkan tidak hanya dalam hal rasa sakit dan perna/asan /ungsi tetapi juga dalam meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi $a$at sosial pro/esional. :leh karena itu, bukti saat ini menunjukkan stabilisasi bedah aman dan e/ekti/ dalam mengurangi pas$a operasi rasa sakit dan meningkatkan pemulihan pasien, sehingga meningkatkan hasil dari prosedur. Mereka menyimpulkan bah!a patah tulang rusuk adalah penyebab signi/ikan dari rasa sakit dan ke$a$atan pada pasien dengan dada $edera dan bah!a pengembangan baru terapitermasuk operasiuntuk memper$epat nyeri *. 'mplikasi kepera!tan a. Mayberry et al. 4 1) melakukan re;ie! dari patah /lail $het, 2) meringkas presentasi klinis dan indikasi potensi stabilisasi. &) mende/inisikan 'ndikasi operasi yang menyakitkan pada /lail $hest #) melakukan torakotomi sebagai indikasi bedah lainnya.
b.7i$hardson et al. 4 menyimpulkan bah!a operasi /iksasi, sementara ini kurang diman/aatkan, tapi modalitas tersebut berguna untuk pasien dengan beberapa patah tulang rusuk. $. Moreno e @a Santa +arajas 4 menjalani :7'< menggunakan ST73T:S Sistem (Strasbourg Thora$i$ :steosyntheses System, MedLpert, jerman ) untuk pasien dengan /lail $hest
d.>irula et al. 4 melakukan studi kasuskontrol pasien menjalani stabilisasi /lail $hest. Mereka menyimpulkan bah!a bedah stabilisasi tampaknya mengurangi kebutuhan ;entilator untuk $edera dada yang parah e.=ampbell et al. 4 menjalani :7'< rusuk dari retak. Semua pasien ditindaklanjuti dengan kuesioner untuk menilai nyeri, kekakuan dada dan gerakan, sesak napas, toleransi latihan, status pekerjaan, kualitas hidup dan kepuasan keseluruhan dengan operasi. /. =a$$hione et al. P11Q melakukan terapi pada pasien pas$a operasi menunjukkan bah!a pasien dipulangkan pada hari kelima dengan rasa sakit yang minimal, meningkatkan sesak napas dan rehabilitasi sosial pro/esional. (melkukan terapi untuk mengurasi nyeri pas$a op)
&.# ?;idan$e +ased '' 1. Masalah +ukti untuk memilih pendekatan pengobatan yang terbaik untuk /lail $hest berat dengan membandingkan pera!atan bedah dan konser;ati/. 2. ertanyaan +agaimana khasiat jangka pendek mengobati /lail $hest dengan operasi /iksasi internal lebih baik dibandingkan dengan pera!atan konser;ati/ &. 7e/erensi Ye, Yong., Shu-Rong Gong. (!"#). +etter shortterm e//i$a$y o/ treating se;ere /lail $hest !ith internal /iIation surgery $ompared !ith $onser;ati;e treatments. Lu et al. ?uropean ournal o/ Medi$al 7esear$h. 2. $. ?;idan$e
*. 'mplikasi pera!at
a. b. $. d. e. /. g. h. i. j.
'mplikasi yang dilakukan pera!at sebagai berikut 4 Melakukan pemeriksaan /isik Melakukan tes laboratorium (termasuk analisis gas darah arteri) ?lektrokardiogram emberian in/us intra;ena pemberian ;entilator pemberian antibiotik ilakukan toraks drainase ilakukan trans/usi darah ilakukan /iberoptik bronkoskop dibantu sekresi saluran napas $learan$e, analgesia, sedasi, dan pengobatan komplikasi dilakukan jika diperlukan. iberikan tekanan /iksasi pada dada
&.* ?;idan$e +ased '' *+ Pr$,le=edera dada dengan segmen tulang rusuk /lail $hest menyebabkan sakit parah,
kesulitan dalam bernapas, dan dis/ungsi paru mekanik mengarah ke mekanik pernapasan dapat diubah. asien usia lanjut yang mempertahankan trauma dada tumpul dengan patah tulang rusuk memiliki dua kali mortalitas dan morbiditas toraks pasien yang lebih muda dengan $edera . .+ 'uesti$n +agaimana pendekatan multidisiplin untuk tindakan langkah pertolongan indi;idu
terhadap lansia dengan /lail $hest $edera dengan :7'< dari rib /raktur /+ e#eren0es 9egg Mi$hael ,ammerlander =hristian.(2012).Geriatri$ :rthopaedi$ Surgery B
7ehabilitation. Multidis$iplinary 3pproa$h to @i/esa;ing Measures in the ?lderly 'ndi;iduals 8ith
ua kasus menunjukkan bah!a setelah pendekatan multidisiplin dan pengambilan keputusan untuk stabilisasi operasi kedua pasien man/aat dari prosedur melalui suatu perbaikan dari mekanika pernapasan. Meskipun tidak ada yang jelas pedoman untuk pasien yang membutuhkan stabilisasi bedah, kami i ngin menekankan pertanyaan, yang dipilih
geriatriks pasien dengan /lail $hest dan gagal napas (dan sehingga membutuhkan ;entilasi mekanik berkepanjangan) akan mendapatkan keuntungan dari operasi stabilisasi. al ini dapat dan seharusnya hanya memutuskan dalam pendekatan multidisiplin. ami sangat per$aya bah!a salah satu pro/esional medis tidak bisa meme$ahkan pertanyaan ini saja. %ntuk Man/aat pasien (meningkatkan stabilitas dada dan pernapasan mekanik, penyapihan dan lebih pendek lebih $epat tinggal di '=%) endekatan multidisiplin adalah !ajib dalam kedua kasus, pendapat ahli dari masing masing spesialis yang dianggap dengan $ara membahas kondisi pasien dari setiap sudut pandang. al ini tidak selalu mudah untuk setujuing pada keputusan yang sama, seperti yang terlihat dalam 2 kasus ini, di mana 1 pasien tidak dipertimbangkan untuk pendekatan bedah sampai hari 1" setelah masuk. ami masih $enderung memperlakukan dada besar seperti injuries konser;ati/ karena pengalaman kita yang terbatas sedemikian kasus dan multisenter hilang $alon a$ak studi. :leh karena itu, kami menekankan bah!a pembentukan tersebut pusat $omanaged multidisiplin seperti Tyrolean Geria tri$
3+ I-"likasi untuk Pera4at
%ada dasarn&a, tidak ada rekomendasi resmi dapat dibuat mengenai &ang teknik 'ksasi &ang terbaik dengan teknik &ang dapat dipilih tergantung pada pengalaman indiidu ahli bedah. alam stabilisasi kasus han&a dilakukan pada hemithorax kanan dan han&a * (kasus ") atau lebih tepatn&a dari rusak tulang rusuk (kasus ) dihadiri, menggunakan pengun+ian piring kompresi. alam kedua kasus kerusakan &ang lebih besar adalah di sebelah sisi kanan hemithorax, dan selama peraatan bedah thorax disaikan sendiri stabil setelah stabilisasi han&a * dari tulang rusuk, masing-masing. eskipun sebagian besar patah tulang rusuk &ang tepat berhasil non operatie, stabilisasi operati/ 0ail +hest harus dipertimbangkan untuk pasien tertentu . %engobatan operati/ semakin diakui sebagai pendekatan &ang alid untuk meningkatkan mekanik paru pada pasien tertentu dengan trauma. %usat perdebatan tentang seleksi pasien dan aktu operasi . kasus ini
menunukkan baha setelah pendekatan multidisiplin dan pengambilan keputusan untuk stabilisasi operasi kedua pasien mendapatkan man/aat dari prosedur melalui suatu perbaikan dari mekanika pernapasan. eskipun tidak ada &ang elas pedoman untuk pasien &ang membutuhkan stabilisasi bedah, kami ingin menekankan pertan&aan, &ang dipilih geriatrik dengan pasien 0ail +hest dan gagal napas (dan sehingga membutuhkan entilasi mekanik berkepanangan) akan mendapatkan keuntungan dari operasi stabilisasi. terlihat dalam 2 kasus ini, di mana 1 pasien tidak dipertimbangkan untuk pendekatan bedah sampai hari 1" setelah masuk. ami masih $enderung memperlakukan dada besar seperti injuries konser;ati/ karena pengalaman kita yang terbatas sedemikian kasus dan multisenter hilang $alon a$ak studi. :leh karena itu, kami menekankan bah!a pembentukan tersebut pusat $omanaged multidisiplin seperti Tyrolean Geria tri$
BAB I( C$nt$h Kasus
Telah dilaporkan pasien atas nama 3W 3. usia *0 tahun dengan keluhan nyeri dada sebelah kanan yang dirasakan sejak X * hari yang lalu. al ini dirasakan pasien karena pasien mengeluh ri!ayat tejatuh dari bangunan setinggi meter dengan bahu sebagai tumpuan pada saat jatuh dan pasien tidak mengalami pingsan. Setelah kejadian pasien tidak langsung di ba!a ke puskesmas, namun pasien berobat ke dukun dan di urut selama 2 hari. >amun, karena pasien mengeluh sakit tidak kunjung berhenti, akhirnya pasein di ba!a ke uskesmas, dan dari uskesmas di rujuk ke 7S. asien tidak merasakan sakit kepala atau pusing dan tidak merasakan sesak, mual (), muntah (), +3+ dan +3 dalam batas normal. +erdasarkan pemeriksaan /isik dan penunjang yang dilakukan kepada pasien yang disesuaikan dengan tinjauan pustaka, bah!a penyakit yang dialami pasien mengarah kepada /lail $hest. imana terdapat /raktur segmental pada $osta yang berurutan yaitu $osta '', ''', 'J, J, J', J''. alam pera!atan di 7S paseien ren$ananya akan dilakukan pemasangan internal /iksasi agar untuk penatalaksanaan lebih lanjut. Pe-,ahasan *+ IDENTITAS
>ama %sia ekerjaan endidikan 3gama 3lamat M7S
4 3bdul Gapur 4 *0 tahun 4 Tukang bangunan 4 Tamat Sana!iyah 4 'slam 4 Sandubaya Selong 4 1 >o;ember 201&
.+ ANAMNESA a+ Keluhan Uta-a & asien datang dengan keluhan nyeri dada sebelah kanan setelah terjatuh dari
bangunan ,+ i4ayat Penyakit Sekarang & asien datang ke %G 7umah Sakit rujukan dari uskesmas dengan keluhan nyeri dada sebelah kanan yang dirasakan sejak X * hari yang lalu. al ini dirasakan pasien karena pasien mengeluh ri!ayat tejatuh dari bangunan setinggi meter dengan bahu sebagai tumpuan pada saat jatuh dan pasien tidak mengalami pingsan. Setelah kejadian pasien tidak langsung di ba!a ke puskesmas, namun pasien berobat ke dukun dan di urut selama 2 hari. >amun, karena pasien mengeluh sakit tidak kunjung berhenti, akhirnya pasein di ba!a ke uskesmas, dan dari uskesmas di rujuk ke 7S. asien tidak merasakan sakit kepala atau pusing dan tidak merasakan sesak, mual (), muntah (), +3+ dan +3 dalam batas normal. 0+ i4ayat Penyakit Dahulu Tidak ada ri!ayat penyakit kronis seperti M, keganasan, asthma dan hipertensi juga disangkal. d+ i4ayat S$sial asien mengaku bekerja sebgai tukang bangunan seharihari /+ STATUS )ENEALIS a+ eadaan %mum 4 Tampak baik ,+ esadaran 4 =ompos Mentis A ?#J*M Tanda Jital 4 Tekanan arah 4 120A"0 mmg >adi 4 5IAmenit Suhu 4 &."0= 7espirasi 4 1"IAmenit 0+ epala A @eher 4 7ambut 4 alam batas normal Mata 4 =onjun$ti;a anemis (A), Sklera 'kterik (A) Telinga 4 alam batas normal @eher 4 embengkakan kelenjar getah bening (), elenjar Tyroid
(normal), J 7K&A*2
d+ Thoraks 4 e+ aru 4 i+ 'nspeksi
4 Tampak asimetris dinding dada saat statis maupun
dinamis ii+ alpasi 4 >neri tekan (K), repitasi (K), edema (K), 7esonansi /okal
#+
simetris 4 Sonor pada kedua lapang paru iii+ erkusi i2+ 3uskultasi 4 Jes KAK, 8heH A, 7bb A =or 4 S1 S2 tunggal reguler murni
g+ 3bdomen
4 Supel, +ising usus (K) normal, Timpani, eparA@ien tidak
teraba h+ ?kstremitas 4 dalam batas normal 1+ Diagn$sa Ke"era4atan
dilembabkan dan resusitasi $airan 'J< 7@ 20tpm Terapi Medikamentosa 4 'nj. =e/otaksim 2 I 1gr 'nj. etorola$ & I &0mg 'nj. 7anitidin 2 I 1 3mpul 0+ lanning Monitoring :bser;asi Tanda Tanda Jital dan eadaan %mum d+ ?dukasi iet TT 'mobilisasi Tidak boleh merokok 5+ Hasil Pe-eriksaan a+ asil 7: 4
6+ iagnosa e/initi/
Da#tar Pustaka
Sjamsuhidayat, 7 (et.al). 15. Buku Ajar Ilmu Bedah. akarta4 enerbit buku kedokteran, ?G=. +runner B Suddarth.2000.epera!atan Medikal +edah.akarta4?G= Somantri 'rman.200.3suhan epera!atan Sistem ernapasan.akarta4Salemba Medika
pada
lien
dengan
Gangguan
oenges, Marilyn ?. 1. 7en$ana 3suhan epera!atan, ?disi 4 ?G= 4 akarta. orland, 8. 3. >e!man. 2002. amus edokteran. ?G= 4 akarta.