BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data BPOM (2012) menunjukkan bahwa jumlah KLB keracunan pangan yang terlaporkan pada tahun 2001-2011 sebanyak 1392 kejadian di 30 provinsi. Jumlah korban yang meninggal dunia adalah 407 orang. KLB keracunan pangan terbanyak di provinsi Jawa Barat yaitu sebanyak 216 kejadian (15.52 %). Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan. Di sekeliling kita ada racun alami yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah tropis dan subtropis. Bisa gigitan ular adalah kedaruratan medis, 95% gigitan ular terjadi pada anggota badan sehingga tindakan pertolongan pertama dapat dapat mudah dilakukan. dilakukan.
B. Tujuan Tujuan Umum : agar mahasiswa dapat mengetahui tentang asuhan
keperawatan keperawatan pada pasien gawat darurat dan menerapkan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien keracunan Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui penatalaksanaan kedaruratan pada pasien dengan keracunan.
1
2. Untuk mengetahui penatalaksanaan kedaruratan pada pasien dengan
gigitan binatang berbisa.
2
BAB II KONSEP DASAR TEORI A. Konsep Keracunan
Keracunan atau intoksikasi menurut WHO adalah kondisi yang mengikuti masuknya suatu zat psikoaktif yang menyebabkan gangguan kesadaran, kognisi, persepsi, afek, perlaku, fungsi, dan repon psikofisiologis. Sumber lain menyebutkan bahwa keracunan dapat diartikan sebagai masuknya suatu zat kedalam tubuh yang dapat menyebabkan ketidak normalan mekanisme dalam tubuh bahkan sampai dapat menyebabkan kematian. Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung (inhalasi), suntikan dan absropsi melalui kulit, atau digunakan terhadap organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan atau mengganggu dengan serius fungsi satu atau lebih organ atau jaringan. (Mc, Graw-Hill Nursing Dictionary)
B. Jenis-Jenis Keracunan
1. Tertelan melalui mulut – mulut – > keracunan makanan, minuman, bahan kimia Racun yang Tertelan Keracunan bisa terjadi akibat makan makanan yang terkontaminasi bakteri atau racun yang dihasilkan oleh bakteri. Selain itu, bisa juga akibat minum minuman beralkohol, maupun akibat obat-obatan. a) Makanan mengandung toksin Keracunan karena ulah mikroorganisme dapat dibedakan antara keracunan makanan (food intoxication) dan infeksi karena makanan yang terkontaminasi oleh parasit, protozoa, atau bakteri yang patogen (food infection). Keracunan makanan (food intoxication) dapat terjad karena makanan tercemar oleh toksin, keracunan makanan yang biasa terjadi disebabkan oleh makanan yang mengandung eksotoksin yang dihasilkan oleh Klostridium botulinum atau enterotoksin yang dihasilkan, antara lain oleh : stafilokoki.
3
Eksotoksin adalah toksin yang diproduksi dan dikeluarkan oleh mikroorganisme yang masih hidup, sedangkan enteretoksin adalah toksin yang spesifik bagi lapisan lendir usus, seperti tahan terhadap enzim trpsin dan juga stabil terhadap panas. Selain itu, pada keracunan tempe bongkrek, toksin penyebabnya ialah aflatoksin dan asam bongkrek yang dihasilkan oleh pseudomonas cocovenans.
b) Makanan tercemar bakteri patogen Keracunan makanan yang disebabkan oleh bakteri patogen, disebut juga infeksi karena makanan (food infection). Bakteri yang biasa mencemari makanan terutama Salmonella sebagai penyebab penyakit typus dan paratypus, selain dapat juga Proteus Escherichia, dan beberapa pseudomonas. Selain gangguan atau penyakit pada saluran cerna, penyakit lain seperti Tbc (melalui susu dan daging) dan lainlain penyakit juga dapat disebabakan oleh pencemaran bakteri patogen dalam dalam makanan Gejala klinis: Sesuai dengan penyakit yang ditimbulkannya. Tindakan pencegahan : Sebaiknya mengkonsumsi makanan yang telah dimasak atau diolah dengan sempurna. Tindakan penanggulangan : Jika timbul gejala infeksi atau terkena penyakit karena makanan segera dirawat di rumah sakit untuk mendapatakan pemeriksaan dan pengobatan.
c) Makanan tercemar protozoa dan parasit Makanan yang tercemar protozoa atau parasit dapat menyebabkan penyakit yang serius, antara lain penyakit dysentri yang disebabkan oleh Entamuba histolitika dan penyakit lain yang dapat ditimbulakan oleh Tricomonas Hominis, Giardia lamblia dan penyakit cacing
4
Gejala klinis : Sesuai dengan penyakit yang ditimbulkannya Tindakan pencegahan : Dalam mengolah makan, sebaiknya menggunakan bahan makanan yang memenuhi persyaratan kesehatan/sanitasi dan menghindari mengkonsumsi mengkonsumsi makanan mentah. Tindakan penanggulangan : Jika timbul gejala penyakit dengan dugaan disebabkan oleh makanan yang tercemar protozoa/parasit segera dirawat di Rumah Sakit untuk mendapatkan mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan
d) Keracunan Tumbuh-tumbuhan Keracunan makanan karena mengkonsumsi tumbuh-tumbuhan yang mengandung racun biasanya tidak menimbukan akibat yang serius, tapi perlu juga untuk diketahui gejala yang timbul dan tindakan pnanggulangannya. pnanggulangannya. Keracunan biasanya terjadi anak-anak karena tidak tahu atau tidak sengaja. Keracunan terjadi disebabkan oleh zatzat yang terkandung dalam tumbuhan-tumbuh an, anatara lain bermacam-macam bermacam-macam alkaloid, senyawa glikosida, resin, fitotoksin, okasalat, senyawa sianida. Gejala klinis : tergantung pada jenis tumbuh-tumbuhan, biasanya menyebabkan menyebabkan mual, muntah sakit kepala, konvulsi, sampai pingsan. Tindakan pencegahan : Hindari mengkonsumsi makanan dari tumbuh-tumbuhan yang tidak biasa dimakan dimakan atau yang tidak tidak di kenal. Tindakan penanggulangan : 1. Usahakan
untuk
mengenali
tumbuh-tumbuhan
yang
dapat
menyebabkan menyebabkan keracunan. 2. Jika memungkinkan, usahakan untuk muntah dan penderita diberi susu. Tidak ada antidot yang dapat digunakan.
5
3. Atasi uremia dan konvulsi yang terjadi dan berikan karbohidrat, seperti larutan glukosa 5% secara IV atau gula yang dicampurkan kedalam sari buah secara oral untuk melindungi hati dan mengatur kadar gula dalam darah e) Keracunan hewan Beberapa jenis hewan laut dapat menyebabkan keracunan, anatara lain kepiting dan rajungan. Gejala keracunan biasanya timbul seperti pada reaksi alergi. Gejala klinis: Pruritus, sukar bernafas, badan lemah, mual, dan muntah Tindakan pencegahan : Hindari mengkonsumsi makanan dari hewan laut yang dapat menimbulkan reaksi alergi (bagi orang tertentu), yang tidak dikenal, dan tidak biasa dimakan. Tindakan penanggulangan : 1. Usahakan untuk muntah jika perlu lambung dikuras. 2. Jika diperlukan, berikan nafas buatan. 3. Antidot dan obat yang spesifik, terhadap keracuanan hewan laut, tidak ada. Karena reaksi yang timbul mungkin merupakan reaksi alergi, maka dapat diberikan obat golongan anthistaminika. f) Keracunan bahan kimia Mineral dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk hidupnya . logam, nonlogam, dan senyawa kimia organik, terdapat dalam makanan kita biasanya dalam jumlah sedik, tetapi mungkin dalam jumlah banyak dan sudah merupakan racun. Selain terdapat dalamjumlah yang biasa atau normal dalam bahan makanan, logam dan senyawa kimia organik dalam jumlah ynag berbahay mungkin terdapat dalam makanan karena : 1. Merupakan komponen alami 2. Pengguanaan pestisida 3. Logam dan senyawa kimia dari alat masak
6
4. Kontak dalam proses 5. Penambahan dengan sengaja 6. Tindakan penipuan 7. Tindakan kriminal Keracuanan makanan biasanya disebabkan oleh ulah bakteri, dan terjadi secara masal, keracunan yang disebabkan oleh makanan yang tercemar logam atau senyawa kimia jarang terjadi tapi akibatanya cepat terjadi. Jika terjadi keracuanan makanan yang tercemar bahan kimia, maka tindakan penanggulangannya dilakukan seperi terhadap keracunan unsur atau senyawa kimianya.
2. Keracunan Inhalasi (Racun yang Terhisap) a. Karbon Monoksida (CO) Gas karbon monoksida dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna oleh bahan-bahan yang mengandung karbon dari mesin dan kendaraan bermotor dan dapat merupakan emisi dari alat seperti pembakar sate. Dimana fungsi karbon monoksida juga digunakan untuk memadamkan kebakaran, pembuatan baja. Keracunan inhalasi terjadi bisa melalui gas karbon monoksida atau uap metilen klorida yang melalui mulut. Akibat dari keracunan karbon monoksida terutama dispnea. Gejala Klinis: Absorpsi gas karbon monoksida dan gejala klinis yang timbul tergantung pada kadar gas dalam udara yang dihirup, jangka waktu menghirup dan kegiatan yang dilakukan. Jika kadar karbon monoksida 100ppm dan dihirup dalam waktu 8 jam, mungkin belum timbul gejala keracunan. Bila kadar karbon monoksida 500 ppm dan dihirup oleh seorang yang bekerja ringan dalam waktu 1 jam, masih belum menunjukkan gejala keracunan atau hanya menyebabkan menyebabkan sakit kepala dan nafas pendek.
7
Sedangkan jika kadar karbon monoksida lebih dari 100 ppm akan menyebabkan tidak sadar, gagal pernafasan daan kematian jika dihirup lebih dari 1 jam. Gejala yang timbul: 1) Sakit kepala dan Badan lemah. 2) Penglihatan kabur. 3) Mual dan muntah. 4) Banyak keluar air liur. 5) Selaput lendir berwarna merah. 6) Kecepatan napas dan puls meningkat. meningkat. 7) Konvulsi. 8) Koma selanjutnya shock. 9) Depresi napas. 10) Aritmia dan kematian. Komplikasi yang terjadi antara lain: 1) Edema serebral dan paru. 2) Infark miokard atau stroke pada penderita p enderita kardiovaskuler. kardiovaskuler. 3) Gangguan mental dan kemerosotan personalitas. personalitas.
Tindakan pencegahan: 1) Kadar gas karbon monoksida dalam udara sekeliling kita harus dibawah batas paparan yang telah ditentukan. 2) Semua alat dengan pembakaran yang menggunakan bahan bakar gas harus terkena udara ditempat d itempat terbuka.
Tindakan gawat darurat: 1) Penderita harus segera dipindahkan untuk menghindari kontak selanjutnya. 2) Berikan
oksigen
100%
dengan
masker
sehingga
kadar
karbokshihemoglobin tidak membahayakan. Dimana kadar
8
karbokshihemoglobin berkurang sampai 50% dalam waktu 1 -2 jam. Jika lebih dari 20% maka diperlukan terapi oksigen hiperbarik. 3) Jika terjadi depresi pernafasan, berikan pernafasan buatan dengan oksigen 100% sampai pernafasan kembali normal. b. Gas Klor Klor digunakan sebagai desinfektan air minum dam pemutih pakaian misalnya natrium hipoklorit. hipoklorit. Gas klor terdapat di pabrik alkali, pabrik desinfektan dan instalasi air minum. Gejala keracunan yang timbul dan tindakan penanggulangannya secara umum dapat dilihat pada keracunan bahan kimia yang bersifat korosif. Contohnya pada bahan pemutih pakaian pakaian yang menggunakan menggunakan natrium hipoklorit 5%. 5%. Gejala klinis: Iritasi dan rasa terbakar pada jaringan yang terkena , batuk dan muntah, serta bau mulut yang khas. Kontaminasi pada area mata akan menyebabkan konjungtivitis tanpa kerusakan kornea yang serius. Keracunan melalui inhalasi menyebabkan iritasi, batuk, dispnea, dan radang paru.
Tindakan penanggulangan: 1) Pindahkan penderita untuk menghindari kontak lebih lanjut. 2) Lakukan tindakan suportif dan berikan obat yang bersifat simtomatik. c. Gas Amoniak Amoniak berupa gas pada suhu kamar. Sedangkan amonium hidroksida merupakan larutan amoniak 25-29% dalam air. Dimana amoniak digunakan dalam sintesa senyawa organik antara lain pabrik bahan
peledak,
plastik,
pupuk,
dan
sebagai
refrigeran
alat
pendingin.amoniak pendingin.amoniak dan amonium hidroksida bersifat korosif yang langsung merusak sel dan menyebabkan iritasi selaput lendir. Terutama menyebabkan edema paru dan pneumonia.
9
Gejala klinis: Keracunan amoniak menyebabkan iritasi saluran pernafasan atas yang disertai batuk, muntah, selaput lendir hidung dan faring menjadi merah. Jika dalam kadar yang lebih besar dapat menyebabkan sesak napas, edema paru, dan sianosis. Bila pada mata terkntaminasi akan menyebakan rasa sakit disertai edema konjungtiva dan kekaburan kornea dan terjadinya katarak. Atrofi retina dan iris.
Tindakan gaat darurat: 1) Jika terjadi kontaminasi pada mata, siram dengan air selama 15 menit . kemudian disiram dengan larutan garam normal. Selanjutnya dibawa kedokter untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan lebih lebih lanjut. 2) Yang utama jika seseorang mengalami keracuan inhalasi adalah memindahkan korban dari sumber guna mencegah terjadinya insiden yang sama dan istirahatkan. istirahatkan.
d. Gas karbondioksida karbondioksida Gas karbondioksida digunakan dalam minuman ringan sebagai anti septika pada membuatan bir, sebagai es kering dsg. Gejala klinis: Dispnea, sakit kepala, gangguan penglihatan, tinitus, tremor, dan tidak sadar.
Tindakan gawat darurat: 1) Pindahkan penderita ke ruangan yang terbuka. 2) Berikan pernafasan buatan, jika tersedia oksigen, berikan oksigen yang mengandung karbondioksida 5-7%. 3) Kemudian bawa penderita kerumah sakit untuk dilakukan penanganan lebih lebih lanjut.
10
e. Hidrogen sianida Hidrogen sianida merupakan racun yang kuat. Hidrogen sianida digunakan sebagai fumigan dan digunakan dalam sintesa senyawa kimia. Akibat keracunan sianida yang utama adalah pernafasan menjadi cepat, tekanan darah menurun drastis, konvulsi dan akhrinya koma dikarenakan semua sel lumpuh. Gejala klinis akut: Menghirup sianida 10x dosis fatal mengakibatkan tidak sadar dengan segera, konvulsi dan kematian dalam waktu 1-15 menit. Jika dosis mendekati fatal akan menyebabkan kepala pening, pernafasan cepat, muntah dan muka pucat, sakit kepala dan mengantuk, tekanan darah turun secara drastis dan tidak sadar. Gejala klinis kronik: Menghirup sianida berulang-ulang dalam jumlah kecil dapat menyebabkan kepala pening, kongestif paru, sakit tenggorokan, konjungtivitis,
kehilangan nafsu makandan berat badan dan
kemerosotan kemerosotan mental. Tindakan gawat darurat: 1) Penderita dipindahkan keruangan yang tidak terkontaminasi. terkontaminasi. 2) Berikan secara inhalasi 1 ampul 0,2 ml amil nitrit tiap 5 menit. Hentikan jika tekanan sistolik dibawah 80mmHg. 3) Berikan nafas buatan dengan 100% oksigen untuk menjaga tekanan darah. Jika perlu dapat dilakuka terapi oksigen hiperbarik.
3. Keracunan Melalui Kulit Gejala dan Tanda :
Rasa gatal hingga nyeri di kulit.
Kulit tampak kemerahan dan agak bengkak.
11
2. Terhisap melalui hidung (pernapasan) – (pernapasan) – > misalnya keracunan gas. 3. Terserap melalui kulit – kulit – > terkena zat kimia, tanaman beracun. tanaman beracun. .
12
C. Pathway Makanan
bahan kimia dan
gigitan binatang
Bakteri dan non bakteri
obat-obatan
bebas
Saluran cerna
saluran pernafasan
kulit
Mual,muntah
pemb darah
korosi trachea
pemb darah
Diare
nyeri lokal dan kemerahan
Difisit cairan
Gg sistem
dan lektrolit
saraf otonom
edema laring
saluran cerna
Obstruksi sal.
Mual,muntah
Nafas
Gg integritas kulit
Nyeri kepla
kelemahan
Dan otot
otot kram Opistonus
Gg rasa Nyaman
intoleransi aktivitas
Bersihan jln Nafas tidk efektif
def.cairan dan elektrolit
Pusat pernafasan
Hipotensi Gangguan pola
Nafas cepat dan dlm
nafas Alkaliosis
respiratorik
13
D.
Manifestasi Klinik
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara pemberian, pemberian, apakah melalui kulit, mata, paru, lambung, atau suntikan, karena hal ini mungkin mengubah tidak hanya kecepatan absorpsi dan distribusi suatu bahan toksik, tetapi juga jenis dan kecepatan metabolismenya. Pertimbangan Pertimbangan lain meliputi perbedaan respons jaringan. Hanya beberapa racun yang menimbulkan gambaran khas seperti adanya bau gas batu bara (saat ini jarang), pupil sangat kecil (pinpoint ), ), muntah, depresi, dan hilangnya pernafasan pada keracunan akut morfin dan alkaloidnya. Pupil pinpoint merupakan satu-satunya tanda, karena biasanya pupil berdilatasi pada pasien keracunan akut. Kecuali pada pasien yang sangat rendah tingkat kesadaranya, pupilnya mungkin menyempit tetapi tidak sampai berukuran pinpoint. Kulit muka merah, banyak berkeringat, tinitus, tuli, takikardi, dan hiperventilasi sangat mengarah pada keracunan salisilat akut (aspirin). Tabel 2.1 Manifestasi Klinis Keracunan Onset
(Masa
Gejala Utama
Jasad Renik/Toksin
Awitan) Gejala Saluran Cerna Atas (Mual, Muntah) yang Dominan
< 1 jam
Mual, muntah, rasa yang tak lazim
Garam logam
di mulut, mulut terasa panas 1-2 jam
Mual, kepala,
muntah, pusing,
sianosis, sesak
sakit Nitrit nafas,
gemetar, lemah, pingsan. 1-6 jam (rerata 2-
Mual, muntah, diare, nyeri perut.
4) 8-16
Staphylococcus Staphylococcus Aureus dan enterotoksinnya
jam
(2-4
Muntah, kram perut, diare, rasa Bacillus Cereus. Cereus.
muntah)
mual.
6-24 jam
Mual, muntah, diare, rasa haus, Jamur berjenis berjenis Amanita.
14
pelebaran pupil, pupil, pingsan, koma. koma.
Radang Tengorokan Dan Gejala Saluran Napas
12-72 jam
Radang
tengorokan,
demam, Streptococcus Streptococcus Pyogene
mual, muntah, pengeluaran secret dari hidung, terkadang ruam kulit. 2-5 hari
Radang tengorokan dan hidung, Corynebacterium eksudat
berwarna
demam,
keabuan,
mengigil,
diphtheria
nyeri
tengorokan, lemah, sulit menelan, pembengkakan pembengkakan
kelenjar
getah
bening leher. leher. Gejala Saluran Cerna Bawah (kram perut, diare) yang Dominan
2-36 jam (rerata 6-
Kram perut, diare, diare yang
12)
disebabkan
C. perfringens; B. cereus;
Clostridium S; faecalis; S. faecium
perfringens, perfringens, kadang-kadang rasa mual dan muntah 12-72 jam (rerata
Kram
18-36)
demam, mengigil, lemah hebat,
S.
mual, sakit kepala, kadang-kadang
enteropatogenik,
diare berdarah dan berlendir, lesi
Enterobakteriacae,
kulit
perut,
yang
diare,
disebabkan
muntah,
gejala
Arizonae), Arizonae),
E.
coli dan V.
Vibrio cholera (01 dan non-01),
vulnificuis. vulnificuis . Yersinia enterocolitica menyebabkan
Salmonella spp (termasuk
vulvinicus, V. fluvialis.
yang
menyerupai flu apendisitis akut. 3-5 hari
Diare, demam, muntah dengan Virus-virus Virus-virus enterik nyeri perut, gejala saluran nafas
1-6 minggu
Diare lengket (tinja berlemak),
Giardia lamblia
sakit perut, berat badan menurun 1-beberapa
Sakit perut, diare, sembelit, sakit Entamoeba hystolitica hystolitica
15
minggu
kepala, mengantuk, kadang tanpa gejala
3-6 bulan
Sulit tidur, tak ada nafsu makan, Taenia
sanginata
berat badan menurun, sakit perut, dan taenia solium kadang gastroenteritis Gejala Neurologis (Gangguan Visual, Vertigo, Gell, Paralisis)
< 1 jam
Gastroenteritis,
cemas,
Fosfat organic
penglihatan penglihatan kabur, nyeri dada, sianosis, kedutan, kejang. Salvias berlebihan, berkeringat, gastroenteritis, nadi tak teraratur,
Jamur jenis muscaria
pupil mengecil, bernafas seperti orang asma. Gastroenteritis,
cemas,
Fosfat organic
penglihatan penglihatan kabur, nyeri dada, sianosis, kedutan, kejang. Salvias berlebihan, berkeringat, gastroenteritis, nadi tak teraratur,
Jamur jenis muscaria
pupil mengecil, bernafas seperti orang asma. 1-6 jam
Rasa baal atau gatal, pusing, pucat,
pendarahan
pengelupasan pengelupasan
kulit,
Tetrodotoxin
perut, mata
terfiksasi, reflek hilang, kedutan, paralisis otot. Rasa
baal
gastroenteritis,
atau
gatal,
pusing,
mulut
Ciguatoxin
kering, otot nyeri, pupil melebar, pandangan kabur, kabur, paralisis otot. 2 jam-6 jam-6 hari hari (12(12- Rasa Rasa mual, mual, munta muntah, h, rasa (geli) (geli)
Chlorinated hydrocarbon
16
36 jam)
seperti dikaruk, pusing, lemah, tak ada nafsu makan, berat badan menurun, bingung. Vertigo, pandangan kabur atau diplobia, reflek cahaya hilang,
Clostridium botulinum dan
sulit
toksinnya.
menelan,
berbicara
dan
bernafas; mulut kering, lemah, paralisis pernafasan. >72 jam
Rasa baal, kaki lemah, paralisis, Air raksa organic spastic,
penglihatan
berkurang,
buta, dan koma. koma. Gastroenteritis, nyeri pada kaki, kaki dan tangan jatuh.
Triortrocresyl Triortrocresyl phosphate. phosphate.
Terjadi Gejala Alergi (Muka Memerah dan Rasa Gatal)
< 1 jam
Sakit
kepala,
pusing,
mual, Scombrotoxin (histamine)
muntah, rasa panas pada mulut, tengorok terasa terbakar, muka sembab dan merah, sakit perut, gatal dikulit. Rasa baal disekitar muluit, rasa
Monosodium
seperti digaruk (geli), kemerahan,
(MSG)
glutamate
pusing, sakit sakit kepala, mual. Kemerahan, rasa panas, gatal, sakit
perut,
edema
lutut
dan
Asam nikotinat
wajah. Gejala Gastroenteritis Dan/atau Neurologis (Toksin Kerang)
0,5-2 jam
Rasa
seperti
terbakar, bicara
digaruk
baal, inkoheren,
(geli),
Saxitoxin
( paralytic
mengantuk, shelifish poisoning: poisoning: PSP ) paralisis
pernafasan.
17
2-5 menit sampai 3-4
Sensasi
panas
jam
bergantian, disekitar
dan
rasa bibir,
dingin
Brevetoxin
(neurotoxic (neurotoxic
geli;
baal shelifish poisoning: poisoning: NSP) NSP)
lidah
dan
tengorokan; nyeri otot, pusing, diare, muntah. 30 menit sampai 2-3
Rasa mual, muntah, diare, sakit
Dinophysis toxin, okadaic
jam
perut, mengigil, mengigil, demam.
acid,
pectenotoxin,
yessotoxin
( Diarrheic
shelifish poisoning: poisoning:DSP) DSP) 24
Muntah,
diare,
jam (gastrointestinal) (gastrointestinal) bingung, sampai
48
jam
sakit
hilang
perut, Domoic Acid (Amnestic (Amnestic ingatan, shelifish poisoning: poisoning: ASP )
deisorientasi, deisorientasi, kejang dan koma.
(neurologis) Gejala Infeksi Umum (Demam, Mengigil, Lemah, Sakit, Pembengkakan Kelenjar Limfe)
4-28 hari (rerata 9
Gastroenteritis, demam, edema
hari)
disekitar
mata,
Trichinella spiralis
berkeringat,
nyeri otot, mengigil, lemah, sulit bernafas. 7-28 hari (rerata 14
Lemah yang hebat, sakit kepala,
hari)
sakit
kepala,
demam,
Salmonella typhi
batuk,
mual, muntah, sembelit, sakit perut, mengigil, bintik merah dikulit, tinja berdarah. 10-13 hari
Demam, sakit kepala, nyeri otot,
Toxoplasma gondii
kemerahan. 10-50 hari (rerata 25-
Demam, lemah-lesu, tak ada
30)
nafsu makan, mual, sakit perut,
Mungkin virus
kuning (ikterus). Bervariasi,
Demam, mengigil, sakit kepala Bacillus
anthracis,
18
bergantung pada tipe atau sendi, lemah-lesu, bengkak
brucella
melitensis,
B.
penyakit
dikelenjar getah bening, dan
abortus, B. suis, coxiella
gejala yang khas untuk penyakit
bernetti,
lain.
tularensis,
francisella listeria
monocytogenes,
M.
tuberculosis, mycobacterium pasteurella
sp, multocida,
streptobacillus streptobacillus moniliformis, campylobacter
jejuni,
leptospira SSP.
E. Penatalaksanaan Kedaruratan Keracunan
1. Tujuan penatalaksanaan penatalaksanaan Tujuan tindakan kedaruratan adalah menghilangkan atau menginaktifkan racun sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk
memelihara sistem organ vital, menggunakan menggunakan
antidotum spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi. Penatalaksanaan umum kedaruratan keracunan antara lain : a. Dapatkan kontrol jalan panas, ventilasi, dan oksigenisasi. Pada keadaan tidak ada
kerusakan serebral atau ginjal, prognosis
pasien bergantung pada keberhasilan keberhasilan penatalaksanaan penatalaksanaan pernapasan dan sistem sirkulasi. b. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu tertelan, gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat. c. Tangani syok yang tepat. d. Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.
19
e. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin untuk menurunkan efek toksin. f. Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu sistem saraf pusat atau pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak adekuat. g. Bantu
dalam
menjalankan
prosedur
untuk
mendukung
penghilangan zat yang ditelan, yaitu yaitu : 1) Diuresis untuk agen yang dikeluarkan lewat jalur ginjal 2) Dialisis Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit ekstrakorporeal dan cartridge containing an adsorbent [karbon atau resin], dimana setelah detoksifikasi darah dikembalikan dikembalikan ke pasien. h. Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi. i.
Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
j.
Menurunkan peningkatan suhu.
k. Berikan analgesik yang sesuai untuk nyeri. n yeri. l.
Bantu mendapatkan spesimen darah, urine, isi lambung dan muntah.
m. Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma. n. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan kejang o. Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukkan tanda dan gejala masalah potensial dan prosedur untuk bantuan ulang.
20
BAB III ASUHAN KEGAWATDARURA KEGAWATDARURATAN TAN PADA PASIEN KERACUNAN
A. Pengkajian 1. Pengkajian Primer
a. Airway Adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk. Jika ada obstruksi maka lakukan: -
Chin lift/ jaw trust
-
Suction/ hisap
-
Guedel aiway
-
Intubasi trakea dengan leher ditahan ( imobilisasi) pada posisi netral.
b. Breathing Kelemahan menelan atau batuk atau melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit atau tak teratur, suara napas terdengar ronki atau aspirasi, whizing, sonor stidor/ ngorok, ekspansi dinding dada c. Circulation Tekanan darah dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardia, bunyi jantung normal pada tahap dini, distrimia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjutan. d. Disability Tingkat kesadaran pasien dapat dinilai dengan menggunakan mneumonic mneumonic AVPU. Sebagai tambahan, cek kondisi pupil, ukuran, kesamaan, dan reaksi terhadap cahaya. Pada saat survei primer, penilaian neurologis hanya dilakukan secara singkat.
21
mneumonic mneumonic AVPU meliputi : awake (sadar), verbal (berespon terhadap suara/verbal); pain (berespons terhadap rangsang nyeri), dan unresponsive (tidak berespon) e. Eksposure and Environmental Eksposure (Pemaparan)
Lepas semua pakaian pasien secara cepat untuk memeriksa cedera, perdarahan atau keanehan lainnya. Perhatikan kondisi pasien secara umum, catat kondisi tubuh, atau adanya bau zat kimia seperti alkohol, bahan bakar, atau urine Environmental Environmental (Kontrol Lingkungan)
Pasien harus dilindungi dari Hipotermia. Hiportemia penting karena ada kaitannya dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan koagulopati. Pertahankan
atau
kembalikan
suhu
normal
tubuh
dengan
mengeringkan pasien dan gunakan lampu pemanas, selimut, pelindung kepala, sistem penghangat udara dan berikan cairan IV hangat.
2. Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder adalah pemeriksaan kepala sampai kaki (head to toe) termasuk reevaluasi pemeriksaan TTV. a. Anamnesis Setiap pemeriksaan yang lenkap memerlukan anamnesis mengenai riwayat perlukaan. Riwayat “AMPLE” (alergi, medikasi, past illness, last meal, event/environment) perlu diingat. b. Pemeriksaan Fisik 3. Data Subyektif
a. Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan sirkulasi yang mengancam jiwa, adanya gangguan asam basa, keadaan status jantung dan status kesadaran.
22
b. Riwayat kesadaran : riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama diketahui setelah keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.
4. Data Obyektif
a. Saluran pencernaan : mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi dan perdarahan saluran pencernaan. b. Susunan saraf pusat : pernafasan cepat dan dalam tinnitus, disorientasi, delirium, kejang sampai koma. c. BMR meningkat : tachipnea, tachikardi, panas dan berkeringat.. d. Gangguan metabolisme karbohidrat : ekskresi asam organic dalam jumlah besar, hipoglikemi atau hiperglikemi dan ketosis. e. Gangguan
koagulasi
:
gangguan
aggregasi
trombosit
dan
trombositopenia. f. Gangguan elektrolit : hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia atau hipokalsemia (Mansjoer Arif,2009).
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum: Kesadaran menurun 2. Pernafasan: Nafas tidak teratur. 3. Kardiovaskuler: Hipertensi, nadi aritmia. 4. Persarafan:
Kejang,
miosis,
vasikulasi,
penurunan
kesadaran,
kelemahan, paralise. 5. Gastrointestinal: Muntah, diare. 6. Integumen: Berkeringat 7. Muskuloskeletal: Kelelahan, kelemahan. 8. Integritas Ego: Gelisah, pucat. 9. Eliminasi: Diare 10. Selaput lendir: Hipersaliva. 11. Sensori: Mata mengecil/membesar, pupil miosis (Mansjoer Arif,2009).
23
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap ( urin, gula darah, cairan lambung, analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas serum, elektrolit, urea N, kreatinin, glukosa, transaminase hati ), EKG, Foto toraks/ abdomen, Skrining toksikologi untuk kelebihan dosis obat, Tes toksikologi kuantitatif (Mansjoer Arif,2009).
D. Diagnosa Kegawatdaruratan Kegawatdaruratan Yang Muncul
1. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan distress pernapasan 2. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat. 3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dengan mual,muntah 4. Perubahan perfusi berhubungan dengan efek toksik pada miokard 5. Cemas berhubungan dengan Tidak efektifnya koping individu (Doengoes, 2014). 1). General Management a) A irways: jaga jalan nafas, bersihkan dari bronchial sekresi. b) Breathing: beri oksigen 100% , bila tidak adekuat lakukan intubasi c) Circulation: pasang IV line, pantau vital sign. 2). Spesifik terapi a) Bilas lambung ( 100-200 ml ), diikuti pemberian karbon aktif. Direkomendasikan pada kasus yang mengancam. b) Karbon aktif . Dosis ≥ 12 tahun : 25 – 100 100 gr dalam 300-800 ml. 3). Pharmacologi terapi Atropine: ≥ 12 tahun: 2-4 2 -4 mg IV setiap 5-10 menit sampai atropinisasi. Dosis pemeliharaan 0,5 mg/30 menit atau 1 jam atau 2 jam atau 4 jam sesuai kebutuhan. Dosis maksimal 50 mg/24 jam. Pertahankan selama 24-48 jam.
24
Supportif : diazepam 5-10 mg IV bila kejang dan furosemide 40160 mg bila ronki basah basal muncul.
E. RENCANA KEPERAWATAN No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
&
Kriteria
Intervensi
Rasionalisasi
Hasil 1
perfusi Setelah
dilakukan
jaringan berhubungan asuhan
keperawatan
Perubahan
dengan
efek
toksik
selama diharapkan
5
menit perfusi
pada mioakrd ditandai jarinagan adekuat dengan : dengan kriteria hasil : DO:
- pasien tidak
1.1 Kaji
adanya 1.1 Data tersebut
perubahan
berguna
tanda-tanda
menentukan
vital.
perubahan perfusi
1.2 Kaji
daerah 1.2
dalam
Ekstremitas
ekstremitas
yang
sadar
dingin,lembab,
dingin,sianosis
- RR = 36i/m
dan sianosis.
menunjukan
- TD = 140/90
penurunan perfusi
- nadi = 67i/m
jaringan
Spo2 = 78
1.3 Berikan
1.3
Kenyamanan
kenyamanan
fisik memperbaiki
dan istirahat
kesejahteraan pasien
istirahat
mengurangi komsumsi oksigen. 1.4 Kolaborasi
1.4 Obat antidot
dengan dokter
(penawar)
dalam
mengakumulasi
25
dapat
pemberian
penumpukan
terapi
racun.
antidotum:
2
Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat
Setelah tindakan menit pasien
dilakukan selama
5
diharapkan dapat
ditandai mempertahankan
dengan:
tingkat
DO:
dengan kriteria hasil:
kesdaran
2.1 Monitor vital sign
2.1 bila ada
tiap 15 menit 2.2
perubahan yang
Catat
tingkat
bermakna
kesadaran pasien
merupakan
2.3 Kaji adanya tanda-
indikasi
tanda
penurunan
distress
- RR = 36i/m
pernapasan,nadi
- TD = 140/90
cepat,sianosis
- nadi = 67i/m
kolapsnya
Spo2 = 78
darah 2.4
kesadaran dan 2.1
pembuluh
Penurunan
kesadaran sebagai indikasi
Monitor
perubahan
adanya penurunan tingkat
aliran
darah otak.
kesadaran
2.3 Gejala tersebut
2.5 Kolaborasi dengan
merupakan
tim
medis
dalam manifestasi
pemberian anti dotum
perubahan
dari pada
otak,
ginjal,
jantung dan paru. 2.4
Tindakan
umum
yang
bertujuan
untuk
keselamatan hidup, resusitasi
meliputi :
Airway, breathing,
26
sirkulasi 2.5
Anti
(penawar dapat
dotum racun)
membantu
mengakumulasi penumpukan racun
1.
Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat Tujuan dapat
:
Setelah
dilakukan
tindakan
perawatan
diharapkan
mempertahankan tingkat kesadaran klien (komposmentis)
Intervensi : b.
Monitor vital sign tiap 15 menit Rasional : bila ada perubahan yang bermakna merupakan indikasi penurunan kesadaran
c.
Catat tingkat kesadaran pasien Rasional : Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak.
d.
Kaji adanya tanda-tanda distress pernapasan,nadi cepat,sianosis dan kolapsnya pembuluh darah Rasional : Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung dan paru. paru.
e.
Monitor adanya perubahan tingkat kesadaran Rasioanal : Tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan hidup, meliputi resusitasi : Airway, breathing, sirkulasi
b.
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti dotum
27
Rasional : Anti dotum (penawar racun) dapat membantu mengakumulasi penumpukan racun
2.
Cemas berhubungan dengan koping yang tidak efektif Tujuan
:
Setelah
dilakukan
tindakan
perawatan
kecemasan berkurang Intervensi : a.
Kaji tingkat kecemasan pasien Rasional : Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa
b.
Jelaskan mekanisme pengobatan Rasional
:
Pengetahuan
terhadap
mekanisme
pengobatan
diharapkan dapat mengurangi kecemasan pasien c.
Tingkatkan mekanisme koping yang efektif Rasional : Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki efektif
d.
Jika keracunan sebagai usaha untuk bunuh diri maka lakukan safety precautions. Rasional : Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis dapat membantu proses pengobatan (Doengoes, 2014).
28
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Keracunan merupakan masuknya zat yang mengandung racun kedalam tubuh baik melalui saluran pencernaan, saluran pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala klinis. Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Keracunan dapat diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan tidak disengaja, tindakan yang disengaja seperti usaha bunuh diri atau dengan maksud tertentu yang merupakan tindakan kriminal. Keracunan yang tidak disengaja dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, baik lingkungan rumah tangga maupun lingkungan kerja.
29
DAFTAR PUSTAKA Sartono. 2012. Racun 2012. Racun dan Keracunan. Keracunan. Widya Merdeka. Jakarta. Widodo, Djoko. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Dalam. Balai Pustaka. Jakarta Dongoes, Marillyn. 2014. Rencana 2014. Rencana Asuhan Keperawatan Keperawatan.. EGC: Jakarta http://kesehatanhamzah.blogspot.co.id/2015/11/lp-dan-askep-intoksikasi.html http://zuhairanursing.blogspot.co.id/2014/11/asuhan-keperawatan-gawatdarurat-pada.html
30