BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Anemia aplastik merupakan gangguan hematopoeisis yang ditandai oleh penurunan produksi eritroid, mieloid, dan megakariosit dalam sumsum tulang dengan akibat adanya pansitopenia pada darah tepi, serta tidak dijumpai adanya keganasan sistem hematopoeitik ataupun kanker metastase yang menekan sumsum tulang. Aplasia ini dapat terjadi hanya pada satu, dua, atau ketiga sistem hemopoeisis. Aplasia yang hanya mengenai sistem eritropoitik disebut disebut anemia hipoplastik hipoplastik (eritrobl (eritroblastop astopenia), enia), yang hanya mengenai mengenai sistem sistem granulopoit granulopoitik ik disebut agranulositosis sedangkan yang hanya mengenai sistem megakariosit disebut Purpura Trombositopenik Amegakariositik (PTA). Bila mengenai ketiga sistem disebut panmieloptisis atau atau lazimn lazimnya ya disebut disebut anemia anemia aplast aplastik. ik. enuru enurutt The Internation International al Agranulocyt Agranulocytosis osis and Aplastic Anemia Study Study (!AA") disebut anemia aplastik bila didapatkan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin hemoglobin # $% g&dl atau hematokrit hematokrit # 3%' hitung trombosit trombosit # %.%%%&mm %.%%%&mm3' hitung leukosit # 3.%%&mm3 atau granulosit # $.$%*&l. Anemi Anemiaa aplast aplastik ik relati relati++ jarang jarang ditemu ditemukan kan namun namun berpot berpotens ensii mengan menganam am ji-a. ji-a. Penyaki Penyakitt ini ditand ditandai ai oleh oleh pansit pansitopen openia ia dan aplasi aplasiaa sumsum sumsum tulang. tulang. Pansito Pansitopeni peniaa adalah adalah keadaan de+isiensi pada semua elemen sel darah (eritrosit, leukosit dan trombosit). Terjadinya pansitopenia dikarenakan oleh menurunnya produksi sumsum tulang atau dikarenakan meningkatnya destruksi peri+er pe ri+er.. ejadi ejadian an anemia anemia aplast aplastik ik pertam pertamaa kali kali dilapor dilaporkan kan tahun tahun $/// oleh oleh 0hrli 0hrlih h pada seoran seorang g peremp perempuan uan muda muda yang yang mening meninggal gal tidak tidak lama lama setela setelah h mender menderita ita penyakit penyakit dengan dengan gejala anemia berat, perdarahan dan hiperpireksia. Pemeriksaan postmortem Pemeriksaan postmortem terhadap pasien terseb tersebut ut menunju menunjukka kkan n sumsum sumsum tulang tulang yang yang hipose hiposelul luler er (tidak (tidak akti+) akti+).. Pada Pada tahun tahun $*%1, $*%1, 2hau++ 2hau++ard ard pertam pertamaa kali kali menggun menggunakan akan nama nama anemia anemia aplast aplastik. ik. Puluhan Puluhan tahun tahun beriku berikutny tnyaa de+inisi anemia aplastik masih belum berubah dan akhirnya tahun $*31 timbul kesepakatan pendapat bah-a tanda khas penyakit ini adalah pansitopenia sesuai konsep 0hrlih. Pada tahun $**, introbe introbe membatasi membatasi pemakaian pemakaian nama anemia aplastik aplastik pada kasus pansitopenia, pansitopenia,
37
hipopl hipoplasi asiaa berat berat atau atau aplasi aplasiaa sumsum sumsum tulang, tulang, tanpa tanpa adanya adanya suatu suatu penyakit penyakit primer primer yang yang mengin+iltrasi, mengganti, atau menekan jaringan hemopoietik sumsum tulang.
1.2. Tujuan Penulisan
Penulisan Penulisan re+erat re+erat berjudul berjudul Anemia Aplastik Aplastik ini bertujuan untuk menjelaska menjelaskan n de+inisi, de+inisi, patogenesis, gejala klinis, penegakan diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan dan prognosis mengenai Anemia Aplastik. 4iharapkan dalam penulisan re+erat ini dapat memberikan in+ormasi yang berman+aat bagi dokter muda, khususnya penulis.
37
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hematooiesis 2.1.1 De!inisi Hematooiesis
5ematopoiesis adalah pembentukan dan perkembangan sel6sel darah. 5ematopoiesis merupakan proses produksi (mengganti sel yang mati) dan perkembangan sel darah dari sel induk & asal & stem sel, dimana terjadi proli+erasi, maturasi dan di+erensiasi sel yang terjadi seara serentak. Proli+erasi sel menyebabkan peningkatan atau pelipat gandaan jumlah sel, dari satu sel hematopoieti hematopoietik k pluripotent pluripotent menghasilkan menghasilkan sejumlah sejumlah sel darah. aturasi merupakan merupakan proses proses pematangan sel darah, sedangkan di+erensiasi menyebabkan beberapa sel darah yang terbentuk memiliki si+at khusus yang berbeda6beda.
2.1.2 Temat terja"in#a $ematooiesis A. Selama erkem%angan em%rio
5ematopoiesis pertama kali berlangsung dalam kantong kuning telur (yolk sa) dan berlanjut dihati, limpa, nodus lim+e, dan seluruh sumsum tulang janin yang sedang berkembang. B. Setela$ la$ir "an masa kank&kanak
"etelah lahir dan masa kanak6kanak, sel6sel darah terbentuk dalam sumsum semua tulang . '. Pa"a orang "e(asa
Pada orang de-asa, sel darah hanya terbentuk terbentuk pada sumsum tulang merah (ed Bone arro-) yang ditemukan dalam tulang membranosa seperti sternum, iga, 8ertebra, dan tulang ilia girdel pel8is. "el6sel darah yang sudah matang masuk ke sirkulasi utama dari sumsum tulang melalui 8ena rangka.
37
2.1.) Proses Hematooiesis
ed bone marro- (B) merupakan jaringan ikat yang sangat ter8askularisasi yang terletak pada rongga6rongga mikroskopik diantara traberkula jaringan tulang spons. B terutama terdapat pada tulang aksial, pektoral, dan pel8is, dan pada epi+isa proksimal dari humerus dan +emur. "ekitar %,%%6%,$9 sel6sel B merupakan deri8asi dari mesenkim, yang dinamakan pluripotent stem ells atau hemositoblast. "el6sel ini memiliki kapasitas untuk berkembang menjadi banyak tipe sel lain. Pada bayi yang baru lahir, seluruh bone marromerupakan B yang akti+ dalam produksi sel darah. "eiring dengan pertumbuhan indi8idu, rata6rata produksi sel darah berkurang' B pada rongga medular tulang panjang menjadi tidak akti+ dan digantikan oleh yello- bone marro- (:B) yang merupakan sel6sel lemak. Pada kondisi6kondisi tertentu, seperti saat terjadi pendarahan, :B dapat berubah menjadi B dengan ekstensi B kearah :B, dan repopulasi :B oleh pluripotent stem ells. "tem ells pada B memperbanyak diri sendiri, berproli+erasi, dan berdi+erensiasi menjadi sel yang selanjutnya akan berkembang menjadi sel darah, makro+ag, sel retikular, sel mast, dan adiposit. "ebagian stem ells juga membentuk osteoblast, hondroblast, dan sel6sel otot. "el retikular memproduksi serabut retikular, yang membentuk stroma untuk menunjang sel6sel B. "aat sel darah selesai diproduksi di B, sel tersebut masuk ke sirkulasi darah melalui sinusoid (sinus), kapiler6kapiler yang membesar dan mengelilingi sel6sel dan serabut B. Terkeuali lim+osit, sel6sel darah tidak membelah setelah meninggalkan B. ;ntuk membentuk sel darah, pluripotent stem ells di B memproduksi < jenis stem ells lanjutan, yang memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi beberapa jenis sel. "el6 sel ini dinamakan myeloid stem ells dan lymphoid stem ells. "el myeloid memulai perkembangannya di B, dan selanjutnya akan menghasilkan sel6sel darah merah, platelet, monosit, neutro+il, eosino+il, dan baso+il. "el lymphoid mulai berkembang di B dan mengakhiri perkembangannya di jaringan6jaringan limpatik' sel6sel ini akan membentuk lim+osit. "aat berlangsung hematopoiesis, beberapa sel myeloid berdi+erensiasi menjadi sel progenitor. "el myelod yang lain dan sel6sel lymphoid berkembang langsung menjadi sel prekursor. "el6sel progenitor tidak lagi memiliki kemampuan untuk memperbanyak dirinya sendiri, dan sebagai gantinya membentuk elemen darah yang lebih spesi+ik.
37
Pada tahap selanjutnya, sel6sel ini dinamakan sel prekursor, dikenal juga dengan sebutan blast. elalui beberapa tahap pembelahan, sel6sel ini berkembang menjadi sel darah yang sebenarnya. "ebagai ontoh, monoblast berkembang menjadi monosit, myeloblast eosino+ilik berkembang menjadi eosino+il, dan seterusnya. "el prekursor dapat dikenali dan dibedakan gambaran mikroskopisnya.
*am%ar Hematooiesis
37
37
*am%ar Hematooiesi 2.2 De!inisi Anemia Alastik
Anemia aplastik adalah suatu sindroma kegagalan sumsum tulang yang ditandai dengan pansitopenia peri+er dan hipoplasia sumsum tulang. Pada anemia aplastik terjadi penurunan produksi sel darah dari sumsum tulang sehingga menyebabkan retikulositopenia, anemia, granulositopenia, monositopenia dan trombositopenia. !stilah anemia aplastik sering juga digunakan untuk menjelaskan anemia re+rakter atau bahkan pansitopenia oleh sebab apapun. "inonim lain yang sering digunakan antara lain hipositemia progressi+, anemia aregenerati+, aleukia hemoragika, panmyeloptisis, anemia hipoplastik dan anemia paralitik toksik.
2.) Ei"emiologi Anemia Alastik
Anemia aplastik jarang ditemukan. !nsidensi ber8ariasi di seluruh dunia, berkisar antara < sampai = kasus persejuta penduduk pertahun. Analisis retrospekti+ di Amerika "erikat memperkirakan insiden anemia aplastik berkisar antara < sampai kasus persejuta penduduk pertahun. The Internasional Aplastic Anemia and Agranulocytosis Study dan French Study memperkirakan ada < kasus persejuta orang pertahun. >rekuensi tertinggi anemia aplastik terjadi pada orang berusia $ sampai < tahun' peringkat kedua terjadi pada usia = sampai =* tahun. Anemia aplastik lebih sering terjadi di Timur ?auh, dimana insiden kira6kira 7 kasus persejuta penduduk di 2ina, 1 kasus persejuta penduduk di Thailand dan kasus persejuta penduduk di alaysia. Penjelasan kenapa insiden di Asia Timur lebih besar daripada di negara Barat belum jelas. Peningkatan insiden ini diperkirakan berhubungan dengan +aktor lingkungan seperti peningkatan paparan dengan bahan kimia toksik, dibandingkan dengan +aktor genetik. 5al ini terbukti dengan tidak ditemukan peningkatan insiden pada orang Asia yang tinggal di Amerika.
37
2.+ ,lasi!ikasi Anemia Alastik
Anemia aplastik umumnya diklasi+ikasikan sebagai berikut @ ,lasi!ikasi menurut kausa @
A.
$.
!diopatik @ bila kausanya tidak diketahui' ditemukan pada kira6kira %9 kasus.
<.
"ekunder @ bila kausanya diketahui.
3.
onstitusional @ adanya kelainan 4A yang dapat diturunkan, misalnya anemia Fanconi
B.
,lasi!ikasi %er"asarkan tingkat keara$an atau rognosis .
Ta%el . ,lasi!ikasi anemia alastik %er"asarkan tingkat keara$an.
Anemia aplastik berat
6 "eluraritas sumsum tulang # <9 atau <6%9 dengan # 3%9 sel hematopoietik residu, dan 6 4ua dari tiga kriteria berikut @
Anemia aplastik sangat berat
# %,$%*&l
netro+il
trombosit # <%$%* &l
retikulosit # <%$%* &l
"ama seperti anemia aplastik berat keuali netro+il #%,<$%*&l
Anemia aplastik tidak berat
Pasien yang tidak memenuhi kriteria anemia aplastik berat atau sangat berat' dengan sumsum tulang yang hiposelular dan memenuhi dua dari tiga kriteria berikut @ 6 netro+il # $,$%*&l 6 trombosit # $%%$%*&l
37
6 hemoglobin #$% g&dl
2.- Etiologi Anemia Alastik
Anemia aplastik sering diakibatkan oleh radiasi dan paparan bahan kimia. Akan tetapi, kebanyakan pasien penyebabnya adalah idiopatik, yang berarti penyebabnya tidak diketahui. Anemia aplastik dapat juga terkait dengan in+eksi 8irus dan dengan penyakit lain.
Ta%el. ,lasi!ikasi Etiologi Anemia alastik. Anemia Alastik #ang Di"aat A/0uire" Alasti/ Anemia Anemia aplastik sekunder
adiasi Bahan6bahan kimia dan obat6obatan 0+ek regular Bahan6bahan sitotoksik
Benzene eaksi !diosinkratik
loram+enikol
"A!4 Anti epileptik
0mas Bahan6bahan kimia dan obat6obat lainya
irus irus 0pstein6Barr (mononukleosis in+eksiosa) irus 5epatitis (hepatitis non6A, non6B, non62, non6C) Par8o8irus (krisis aplastik sementara, pure red ell aplasia)
37
5uman immunode+iieny 8irus (sindroma immunode+isiensi yang didapat) Penyakit6penyakit !mun 0osino+ilik +asiitis
5ipoimunoglobulinemia Timoma dan arinoma timus Penyakit gra+t68ersus6host pada imunode+isiensi Paroksismal nokturnal hemoglobinuria
ehamilan Idiopathic aplastic anemia
Anemia Alatik #ang "iturunkan In$erite" Alasti/ Anemia
Anemia >anoni 4iskeratosis kongenita "indrom "h-ahman64iamond 4isgenesis retiular Amegakariositik trombositopenia Anemia aplastik +amilial Preleukemia (monosomi 7, dan lain6lain.) "indroma nonhematologi (4o-n, 4ubo-itz, "ekel)
2.-.1 a"iasi
Aplasia sumsum tulang merupakan akibat akut yang utama dari radiasi dimana stem sel dan progenitor sel rusak. adiasi dapat merusak 4A dimana jaringan6jaringan dengan mitosis yang akti+ seperti jaringan hematopoiesis sangat sensiti+. Bila stem sel hematopoiesis yang terkena maka terjadi anemia aplastik. adiasi dapat berpengaruh pula pada stroma sumsum tulang dan menyebabkan +ibrosis.
37
0+ek radiasi terhadap sumsum tulang tergantung dari jenis radiasi, dosis dan luasnya paparan sumsum tulang terhadap radiasi. adiasi berenergi tinggi dapat digunakan sebagai terapi dengan dosis tinggi tanpa tanda6tanda kerusakan sumsum tulang asalkan lapangan penyinaran tidak mengenai sebagian besar sumsum tulang. P ada pasien yang menerima radiasi seluruh tubuh e+ek radiasi tergantung dari dosis yang diterima. 0+ek pada sumsum tulang akan sedikit pada dosis kurang dari $ "8 (ekui8alen dengan $ Cy atau $%% rads untuk sinar D). ?umlah sel darah dapat berkurang seara re8ersibel pada dosis radiasi antara $ dan <, "8 ($%% dan <% rads). ehilangan stem sel yang ire8ersibel terjadi pada dosis radiasi yang lebih tinggi. Bahkan pasien dapat meninggal disebabkan kerusakan sumsum tulang pada dosis radiasi sampai $% "8 keuali pasien menerima transplantasi sumsum tulang. Paparan jangka panjang dosis rendah radiasi eksterna juga dapat menyebabkan anemia aplastik.
2.-.2 Ba$an&%a$an ,imia
Bahan kimia seperti benzene dan deri8at benzene berhubungan dengan anemia aplastik dan akut myelositik leukemia (AE). Beberapa bahan kimia yang lain seperti insektisida dan logam berat juga berhubungan dengan anemia yang berhubungan dengan kerusakan sumsum tulang dan pansitopenia.
2.-.) 3%at&o%atan
Anemia aplastik dapat terjadi atas dasar hipersensiti8itas atau dosis obat berlebihan. Praktis semua obat dapat menyebabkan anemia aplastik pada seseorang dengan predisposisi genetik. :ang sering menyebabkan anemia aplastik adalah kloram+enikol. Fbat6obatan lain yang juga sering dilaporkan adalah +enilbutazon, senya-a sul+ur, emas, dan antikon8ulsan, obat6obatan sitotoksik misalnya mieleran atau nitrosourea.
Ta%el . 3%at&o%atan #ang men#e%a%kan Anemia Alastik
37
,ategori
esiko Tinggi
esiko
esiko en"a$
Menenga$
Analgesik
>enasetin, aspirin, salisilamide
Anti aritmia
uinidin, tokainid
Anti artritis
Caram 0mas
olkisin
Anti kon8ulsan
arbamazepin,
0tosuksimid,
hidantoin,
>enasemid, primidon,
+elbamat
trimethadion, sodium 8alproate
Anti histamin
lor+eniramin, pirilamin, tripelennamin
Anti hipertensi
2aptopril, methyldopa
Anti in+lamasi
Penisillamin,
4iklo+enak, ibupro+en,
+enilbutazon,
indometasin, naproen,
oksi+enbutazon
sulinda
loram+enikol
4apsone, metisillin,
Anti mikroba Anti bakteri
penisilin, streptomisin, β 6latam antibiotik Anti +ungal
Am+oterisin, +lusitosin
Anti protozoa
uinakrine
lorokuin, mepakrin, pirimetamin
Fbat Anti neoplasma Alkylating
Busul+an,
agen
ylophosphamide, melphalan, nitrogen mustard
37
,ategori
esiko Tinggi
esiko
esiko en"a$
Menenga$
Anti metabolit >luorourasil, meraptopurine, methotreate Antibiotik
4aunorubisin,
"itotoksik
doorubisin, mitoantrone
Anti platelet
Tiklopidin
Anti tiroid
arbimazol, metimazol, metiltiourasil, potassium perklorat, propiltiourasil, sodium thiosianat
"edati8e dan
lordiazepoide,
tranGuilizer
lorpromazine (dan +enothiazin yang lain), lithium, meprobamate, metiprilon
"ul+onamid dan turunannya Anti bakteri 4iuretik
umerous sul+onamides Aetazolamide
lorothiazide, +urosemide
5ipoglikemik
lorpropamide, tolbutamide
Eain6lain
Allopurinol, inter+eron, pentoi+ylline
37
2atatan @ Fbat dengan dosis tinggi dapat menyebabkan aplasia sumsum tulang disebut resiko tinggi. Fbat dengan 3% kasus dilaporkan menyebabkan anemia aplastik merupakan resiko menengah dan selainnya yang lebih jarang merupakan resiko rendah.
2.-.+ In!eksi
Anemia aplastik dapat disebabkan oleh in+eksi 8irus seperti 8irus hepatitis, 8irus 0pstein6Barr, 5! dan rubella. irus hepatitis merupakan penyebab yang paling sering. Pansitopenia berat dapat timbul satu sampai dua bulan setelah terin+eksi hepatitis. alaupun anemia aplastik jarang diakibatkan hepatitis akan tetapi terdapat hubungan antara hepatitis seronegati+ +ulminan dengan anemia aplastik.. Par8o8irus B$* dapat menyebabkan krisis aplasia sementara pada penderita anemia hemolitik kongenital (sikle ell anemia, s+erositosis herediter, dan lain6lain). Pada pasien yang imunokompromise dimana gagal memproduksi neutralizing antibodi terhadap Par8o8irus suatu bentuk kronis red ell aplasia dapat terjadi. !n+eksi 8irus biasanya berhubungan dengan supresi minimal pada sumsum tulang, biasanya terlihat neutropenia dan sedikit jarang trombositopenia. irus dapat menyebabkan kerusakan sumsum tulang seara langsung yaitu dengan in+eksi dan sitolisis sel hematopoiesis atau seara tidak langsung melalui induksi imun sekunder, inisiasi proses autoimun yang menyebabkan pengurangan stem sel dan progenitor sel atau destruksi jaringan stroma penunjang.
2.-.- 4aktor *enetik
elompok ini sering dinamakan anemia aplastik konstitusional dan sebagian dari padanya diturukan menurut hukum endell, ontohnya anemia >anoni. Anemia >anoni merupakan kelainan autosomal resesi+ yang ditandai oleh hipoplasia sumsung tulang disertai pigmentasi oklat dikulit, hipoplasia ibu jari atau radius, mikrose+ali, retardasi mental dan seksual, kelainan ginjal dan limpa.
2.-.5 Anemia Alastik a"a ,ea"aan6Pen#akit Lain
37
$. Pada leukemia lim+oblastik akut kadang6kdang ditemukan pansitopenia dengan hipoplasia sumsum tulang. <. Paroysmal oturnal 5emoglobinuria (P5). Penyakit ini dapat bermani+estasi berupa anemia aplastik. 5emolisis disertai pansitopenia mengkin termasuk kelainan P5. 3. ehamilan asus kehamilan dengan anemia aplastik telah pernah dilaporkan, tetapi hubungan antara dua kondisi ini tidak jelas. Pada beberapa pasien, kehamilan mengeksaserbasi anemia aplastik yang telah ada dimana kondisi tersebut akan membaik lagi setelah melahirkan. Pada kasus yang lain, aplasia terjadi selama kehamilan dengan kejadian yang berulang pada kehamilan6kehamilan berikutnya.
2.5 Patogenesis Anemia Alastik
"etidaknya ada tiga mekanisme terjadinya anemia aplastik. Anemia aplastik yang diturunkan (inherited aplastic anemia), terutama anemia >anoni disebabkan oleh ketidakstabilan 4A. Beberapa bentuk anemia aplastik yang didapatkan (acquired aplastic anemia)
disebabkan kerusakan langsung stem sel oleh agen toksik, misalnya radiasi.
Patogenesis dari kebanyakan anemia aplastik yang didapatkan melibatkan reaksi autoimun terhadap stem sel. Anemia >anoni barangkali merupakan bentuk inherited anemia aplastik yang paling sering karena bentuk inherited yang lain merupakan penyakit yang langka. romosom pada penderita anemia >anoni sensiti+ (mudah sekali) mengalami perubahan 4A akibat obat6obat tertentu. "ebagai akibatnya, pasien dengan anemia >anoni memiliki resiko tinggi terjadi aplasia, myelodysplasti sindrom (4") dan akut myelogenous leukemia (AE). erusakan 4A juga mengakti+kan suatu kompleks yang terdiri dari protein >anoni A, 2, C dan >. 5al ini menyebabkan perubahan pada protein >A24<. Protein ini dapat berinteraksi, ontohnya dengan gen B2A$ (gen yang terkait dengan kanker payudara). ekanisme bagaimana berkembangnya anemia >anoni menjadi anemia aplastik dari sensiti+itas mutagen dan kerusakan 4A masih belum diketahui dengan pasti.
37
erusakan oleh agen toksik seara langsung terhadap stem sel dapat disebabkan oleh paparan radiasi, kemoterapi sitotoksik atau benzene. Agen6agen ini dapat menyebabkan rantai 4A putus sehingga menyebabkan inhibisi sintesis 4A dan A. ehanuran hematopoiesis stem sel yang dimediasi sistem imun mungkin merupakan mekanisme utama pato+isiologi anemia aplastik. alaupun mekanismenya belum diketahui benar, tampaknya T lim+osit sitotoksik berperan dalam menghambat proli+erasi stem sel dan menetuskan kematian stem sel. HPembunuhanI langsung terhadap stem sel telah dihipotesa terjadi melalui interaksi antara >as ligand yang terekspresi pada sel T dan >as (24*) yang ada pada stem sel, yang kemudian terjadi perangsangan kematian sel terprogram (apoptosis).
*am%ar Destruksi Imun Pa"a Sel&sel Hemooietik
37
2.7 Mani!estasi ,linis "an Pemeriksaan 4isik Anemia Alastik
Pada anemia aplastik terdapat pansitopenia sehingga keluhan dan gejala yang timbul adalah akibat dari pansitopenia tersebut. 5ipoplasia eritropoietik akan menimbulkan anemia dimana timbul gejala6gejala anemia antara lain lemah, dyspnoe d’effort , palpitasi ordis, takikardi, puat dan lain6lain. Pengurangan elemen lekopoisis menyebabkan granulositopenia yang akan menyebabkan penderita menjadi peka terhadap in+eksi sehingga mengakibatkan keluhan dan gejala in+eksi baik bersi+at lokal maupun bersi+at sistemik. Trombositopenia tentu dapat mengakibatkan pendarahan di kulit, selaput lendir atau pendarahan di organ6organ. Pada kebanyakan pasien, gejala a-al dari anemia aplastik yang sering dikeluhkan adalah anemia atau pendarahan, -alaupun demam atau in+eksi kadang6kadang juga dikeluhkan. Anemia aplastik mungkin asimtomatik dan ditemukan pada pemeriksaan rutin eluhan yang dapat ditemukan sangat ber8ariasi . Pada tabel keluhan pasien terlihat bah-a pendarahan, lemah badan, dan pusing merupakan keluhan yang paling sering dikemukakan oleh penderita anemia aplastik. Ta%el. ,elu$an Pasien Anemia Aalastik n879 2 Salon"er: 1;<)
?enis eluhan
9
Perdarahan
/3
Badan lemah
3%
Pusing
=*
?antung berdebar
3=
4emam
33
a+su makan berkurang
<*
Puat
<=
"esak na+as
<3
Penglihatan kabur
$*
Telinga berdengung
$3
37
Pemeriksaan +isik pada pasien anemia aplastik pun sangat ber8ariasi. Pada tabel diba-ah ini terlihat bah-a puat ditemukan pada semua pasien yang diteliti sedangkan pendarahan ditemukan pada lebih dari setengah jumlah pasien. 5epatomegali, yang sebabnya bermaam6maam ditemukan pada sebagian keil pasien sedangkan splenomegali tidak ditemukan pada satu kasus pun. Adanya splenomegali dan lim+adenopati justru meragukan diagnosis.
Ta%el. Pemeriksaan 4isik a"a Pasien Anemia Alastik
?enis Pemeriksaan >isik
9
Puat
$%%
Pendarahan
=3
ulit
31
Cusi
<=
etina
<%
5idung
7
"aluran erna
=
agina
3
4emam
$=
5epatomegali
7
"plenomegali
%
37
*am%ar. Bagan Mekanisme Mun/uln#a ,elu$an Pa"a Anemia Alastik
37
2.< Pemeriksaan Penunjang 2.<.1 Pemeriksaan la%oratorium A. Pemeriksaan Dara$
Pada stadium a-al penyakit, pansitopenia tidak selalu ditemukan. Anemia yang terjadi bersi+at normokrom normositer, tidak disertai dengan tanda6tanda regenerasi. Adanya eritrosit muda atau leukosit muda dalam darah tepi menandakan bukan anemia aplastik. Presentase retikulosit umumnya normal atau rendah. Pada sebagian keil kasus, persentase retikulosit ditemukan lebih dari <9. Akan tetapi, bila nilai ini dikoreksi terhadap beratnya anemia (corrected reticulocyte count ) maka diperoleh persentase retikulosit normal atau rendah juga. Adanya retikulositosis setelah dikoreksi menandakan bukan anemia aplastik. adang6kadang pula dapat ditemukan makrositosis, anisositosis, dan poikilositosis. ?umlah granulosit ditemukan rendah. Pemeriksaan hitung jenis sel darah putih menunjukkan penurunan jumlah neutro+il dan monosit. Eim+ositosis relati+ terdapat pada lebih dari 79 kasus. ?umlah neutro+il kurang dari %%&mm3 dan trombosit kurang dari <%.%%%&mm3 menandakan anemia aplastik berat. ?umlah neutro+il kurang dari <%%&mm3 menandakan anemia aplastik sangat berat. ?umlah trombosit berkurang seara kuantitias sedang seara kualitas normal. Perubahan kualitati+ mor+ologi yang signi+ikan dari eritrosit, leukosit atau trombosit bukan merupakan gambaran klasik anemia aplastik yang didapat (acquired aplastic anemia). Pada beberapa keadaan, pada mulanya hanya produksi satu jenis sel yang berkurang sehingga diagnosisnya menjadi red sel aplasia atau amegakariositik trombositopenia. Pada pasien seperti ini, lini produksi sel darah lain juga akan berkurang dalam beberapa hari sampai beberapa minggu sehingga diagnosis anemia aplastik dapat ditegakkan. Eaju endap darah biasanya meningkat. aktu pendarahan biasanya memanjang dan begitu juga dengan -aktu pembekuan akibat adanya trombositopenia. 5emoglobin > meningkat pada anemia aplastik anak dan mungkin ditemukan pada anemia aplastik konstitusional.
37
Plasma darah biasanya mengandung
growth factor hematopoiesis, termasuk
erittropoietin, trombopoietin, dan +aktor yang menstimulasi koloni myeloid. adar >e serum biasanya meningkat dan klirens >e memanjang dengan penurunan inkorporasi >e ke eritrosit yang bersirkulasi.
*am%ar Ausan Dara$ Tei Pa"a Anemia Alastik
37
*am%ar. A"an#a retikulosit menunjukkan %ukan anemia alastik B. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Aspirasi sumsum tulang biasanya mengandung sejumlah spikula dengan daerah yang kosong, dipenuhi lemak dan relati+ sedikit sel hematopoiesis. Eim+osit, sel plasma, makro+ag dan sel mast mungkin menyolok dan hal ini lebih menunjukkan kekurangan sel6sel yang lain daripada menunjukkan peningkatan elemen6elemen ini. Pada kebanyakan kasus gambaran partikel yang ditemukan se-aktu aspirasi adalah hiposelular. Pada beberapa keadaan, beberapa spikula dapat ditemukan normoseluler atau bahkan hiperseluler, akan tetapi megakariosit rendah. Biopsi sumsum tulang dilakukan untuk penilaian selularitas baik seara kualitati+ maupun kuantitati+. "emua spesimen anemia aplastik ditemukan gambaran hiposelular. Aspirasi dapat memberikan kesan hiposelular akibat kesalahan teknis (misalnya terdilusi dengan darah peri+er), atau dapat terlihat hiperseluler karena area +okal residual hematopoiesis sehingga aspirasi sumsum tulang ulangan dan biopsi dianjurkan untuk mengklari+ikasi diagnosis. "uatu spesimen biopsi dianggap hiposeluler jika ditemukan kurang dari 3%9 sel pada indi8idu berumur kurang dari =% tahun atau jika kurang dari <%9 pada indi8idu yang berumur lebih dari =% tahun.
37
International Aplastic Study Group mende+inisikan anemia aplastik berat bila selularitas sumsum tulang kurang dari <9 atau kurang dari %9 dengan kurang dari 3%9 sel hematopoiesis terlihat pada sumsum tulang.
*am%ar Sumsum Tulang Normal "an Alastik 2.<.2 Pemeriksaan a"iologik
Pemeriksaan radiologis umumnya tidak dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa anemia aplastik. "ur8ei skletelal khusunya berguna untuk sindrom kegagalan sumsum tulang yang diturunkan, karena banyak diantaranya memperlihatkan abnormalitas skeletal. Pada pemeriksaan ! ( Magnetic Resonance Imaging ) memberikan gambaran yang khas yaitu ketidakhadiran elemen seluler dan digantikan oleh jaringan lemak.
2.; Diagnosa
4iagnosa pasti ditegakkan berdasarkan pemeriksaan darah dan dan pemeriksaan sumsum tulang. Pada anemia aplastik ditemukan pansitopenia disertai sumsum tulang yang miskin selularitas dan kaya akan sel lemak sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Pansitopenia dan hiposelularitas sumsum tulang tersebut dapat ber8ariasi sehingga membuat derajat anemia aplastik.
2.19 Diagnosa Ban"ing
37
4iagnosis banding anemia yaitu dengan setiap kelainan yang ditandai dengan pansitopenia peri+er. Beberapa penyebab pansitopenia terlihat pada tabel di ba-ah ini.
Ta%el. Pen#e%a% Pansitoenia
Pen#e%a% Pansitoenia ,elainan sumsum tulang
Anemia aplastik yelodisplasia Eeukemia akut yelo+ibrosis Penyakit !n+iltrati+@ lim+oma, myeloma, arinoma, hairy ell leukemia Anemia megaloblastik ,elainan %ukan sumsum tulang
5ipersplenisme "istemik lupus eritematosus !n+eksi@ tuberulosis, A!4", leishmaniasis, bruellosis
elainan yang paling sering mirip dengan anemia aplastik berat yaitu sindrom myelodisplastik dimana kurang lebih 6$%9 kasus sindroma myelodisplasia tampak hipoplasia sumsum tulang. Beberapa iri dapat membedakan anemia aplastik dengan sindrom myelodisplastik yaitu pada myelodisplasia terdapat mor+ologi +ilm darah yang abnormal (misalnya poikilositosis, granulosit dengan anomali pseudo6Pelger6 5Jet), prekursor eritroid sumsum tulang pada myelodisplasia menunjukkan gambaran dis+ormik serta sideroblast yang patologis lebih sering ditemukan pada myelodisplasia daripada anemia aplastik. "elain itu, prekursor granulosit dapat berkurang atau terlihat granulasi abnormal dan megakariosit dapat menunjukkan lobulasi nukleus abnormal (misalnya mikromegakariosit unilobuler). elainan seperti leukemia akut dapat dibedakan dengan anemia aplastik yaitu dengan adanya mor+ologi abnormal atau peningkatan dari sel blast atau dengan adanya sitogenetik abnormal pada sel sumsum tulang. Eeukemia akut juga biasanya disertai lim+adenopati, hepatosplenomegali, dan hipertro+i gusi. 37
airy cell leu!emia sering salah diagnosa dengan anemia aplastik. 5airy ell leukemia dapat dibedakan dengan anemia aplastik dengan adanya splenomegali dan sel lim+oid abnormal pada biopsi sumsum tulang. Pansitopenia dengan normoselular sumsum tulang biasanya disebabkan oleh sistemik lupus eritematosus ("E0), in+eksi atau hipersplenisme. "elularitas sumsum tulang yang normoselular jelas membedakannya dengan anemia aplastik.
2.11 Penatalaksanaan
Anemia berat, pendarahan akibat trombositopenia dan in+eksi akibat granulositopenia dan monositopenia memerlukan tatalaksana untuk menghilangkan kondisi yang potensial menganam nya-a ini dan untuk memperbaiki keadaan pasien.
Ta%el. Penanganan A(al Anemia Alastik •
•
Penanganan A-al Anemia Aplastik enghentikan semua obat6obat atau penggunaan agen kimia yang diduga menjadi penyebab anemia aplastik.
•
•
•
•
Anemia @ trans+usi P2 bila terdapat anemia berat sesuai yang dibutuhkan. Pendarahan hebat akibat trombositopenia @ trans+usi trombosit sesuai yang dibutuhkan. Tindakan penegahan terhadap in+eksi bila terdapat neutropenia berat. !n+eksi @ kultur mikroorganisme, antibiotik spektrum luas bila organisme spesi+ik tidak dapat diidenti+ikasi, C62"> pada kasus yang menakutkan' bila berat badan kurang dan in+eksi ada (misalnya oleh bakteri gram negati+ dan jamur) pertimbangkan trans+usi granulosit dari donor yang belum mendapat terapi C62">.
•
Assessment untuk transplantasi stem sel allogenik @ pemeriksaan histoompatibilitas pasien, orang tua dan saudara kandung pasien.
37
Pengobatan spesi+ik aplasia sumsum tulang terdiri dari tiga pilihan yaitu transplantasi stem sel allogenik, kombinasi terapi imunosupresi+ (ATC, siklosporin dan metilprednisolon) atau pemberian dosis tinggi siklo+os+amid. Terapi standar untuk anemia aplastik meliputi imunosupresi atau transplantasi sumsum tulang. >aktor6+aktor seperti usia pasien, adanya donor saudara yang ook (matched si"ling donor ), +aktor6+aktor resiko seperti in+eksi akti+ atau beban trans+usi harus dipertimbangkan untuk menentukan apakah pasien paling baik mendapat terapi imunosupresi+ atau transplantasi sumsum tulang. Pasien yang lebih muda umumnya mentoleransi transplantasi sumsum tulang lebih baik dan sedikit mengalamai C54 (Graft #ersus ost $isease). Pasien yang lebih tua dan yang mempunyai komorbiditas biasanya dita-arkan terapi imunosupresi+. "uatu algoritme terapi dapat dipakai untuk panduan penatalaksanaan anemia aplastik.
*am%ar . Algoritme enatalaksanaan asien anemia alastik %erat.
A. Pengo%atan Suorti!
Bila terapat keluhan akibat anemia, diberikan trans+usi eritrosit berupa pac!ed red cells sampai kadar hemoglobin 76/ g9 atau lebih pada orang tua dan pasien dengan penyakit kardio8askular.
37
esiko pendarahan meningkat bila trombosis kurang dari <%.%%%&mm3. Trans+usi trombosit diberikan bila terdapat pendarahan atau kadar trombosit diba-ah <%.%%%&mm3 sebagai pro+ilaksis. Pada mulanya diberikan trombosit donor aak. Trans+usi trombosit konsentrat berulang dapat menyebabkan pembentukan zat anti terhadap trombosit donor. Bila terjadi sensitisasi, donor diganti dengan yang ook 5EA6nya (orang tua atau saudara kandung). Pemberian trans+usi leukosit sebagai pro+ilaksis masih kontro8ersial dan tidak dianjurkan karena e+ek samping yang lebih parah daripada man+aatnya. asa hidup leukosit yang ditrans+usikan sangat pendek. B. Terai Imunosuresi!
Fbat6obatan yang termasuk terapi imunosupresi+ adalah antithymocyte glo"ulin (ATC) atau antilymphocyte glo"ulin (AEC) dan siklosporin A (2"A). ATC atau AEC diindikasikan pada @ $. Anemia aplastik bukan berat <. Pasien tidak mempunyai donor sumsum tulang yang ook 3. Anemia aplastik berat, yang berumur lebih dari <% tahun dan pada saat pengobatan tidak terdapat in+eksi atau pendarahan atau dengan granulosit lebih dari <%%&mm3 ekanisme kerja ATC atau AEC belum diketahui dengan pasti dan mungkin melalui koreksi terhadap destruksi T%cell immunomediated pada sel asal dan stimulasi langsung atau tidak langsung terhadap hemopoiesis. arena merupakan produk biologis, pada terapi ATC dapat terjadi reaksi alergi ringan sampai berat sehingga selalu diberikan bersama6sama dengan kortikosteroid. "iklosporin juga diberikan dan proses bekerjanya dengan menghambat akti8asi dan proli+erasi preurosir lim+osit sitotoksik. "ebuah protokol pemberian ATC dapat dlihat pada tabel diba-ah ini.
Ta%el . Protokol Pem%erian AT* a"a Anemia Alastik
Protokol Pemberian ATC pada Anemia Aplastik 4osis test ATC @
37
ATC $@$%%% dienerkan dengan saline %,$ disuntikan intradermal pada lengan dengan saline kontrol %,$ disuntikkan intradermal pada lengan sebelahnya. Bila tidak ada reaksi ana+ilaksis, ATC dapat diberikan. Premedikasi untuk ATC (diberikan 3% menit sebelum ATC) @ Asetamino+en =% mg peroral 4i+enhidrahim % mg p.o atau intra8ena perbolus 5idrokortison % mg intra8ena perbolus Terapi ATC @ ATC 1% g&kg dalam $%%% " selama /6$< jam perhari untuk 1 hari Fbat6obat yang diberikan serentak dengan ATC @ Prednison $%% mg&mm< peroral 1 kali sehari dimulai bersamaan dengan ATC dan dilanjutkan selama $%6$1 hari' kemudian bila tidak terjadi serum sikness, tapering dosis setiap < minggu. "iklosporin mg&kg&hari peroral diberikan < kali sehari sampai respon maksimal kemudian di turunkan $ mg&kg atau lebih lambat. Pasien usia % tahun atau lebih mendapatkan dosis siklosporin 1mg&kg. 4osis juga harus diturunkan bila terdapat kerusakan +ungsi ginjal atau peningkatan enzim hati.
etilprednisolon juga dapat digunakan sebagai ganti predinison. ombinasi ATC, siklosporin dan metilprednisolon memberikan angka remisi sebesar 7%9 pada anemia aplastik berat. ombinasi ATC dan metilprednisolon memiliki angka remisi sebesar 1=9. Pemberian dosis tinggi siklo+os+amid juga merupakan bentuk terapi imunosupresi+. Pernyataan ini didasarkan karena stem sel hematopoiesis memliki kadar aldehid dehidrogenase yang tinggi dan relati+ resisten terhadap siklo+os+amid. 4engan dasar tersebut, siklo+os+amid dalam hal ini lebih bersi+at imunosupresi+ daripada myelotoksis. amun, peran obat ini sebagai terapi lini pertama tidak jelas sebab toksisitasnya mungkin berlebihan yang melebihi dari pada kombinasi ATC dan siklosporin. Pemberian dosis tinggi siklo+os+amid sering disarankan untuk imunosupresi+ yang menegah relaps. amun, hal ini belum dikon+irmasi.
37
"ampai kini, studi6studi dengan siklo+os+amid memberikan lama respon leih dari $ tahun. "ebaliknya, 79 respon terhadap ATC adalah dalam 3 bulan pertama dan relaps dapat terjadi dalam $ tahun setelah terapi ATC.
'. Terai Pen#elamatan Salvage Theraphies)
Terapi ini antara lain meliputi siklus imunosupresi berulang, pemberian +aktor6+aktor pertumbuhan hematopoietik dan pemberian steroid anabolik. Pasien yang re+rakter dengan pengobatan ATC pertama dapat berespon terhadap siklus imunosupresi ATC ulangan. Pada sebuah penelitian, pasien yang re+rakter ATC kuda terapai dengan siklus kedua ATC kelini. Pemberian +aktor6+aktor pertumbuhan hematopoietik seperti Granulocyte%&olony Stimulating Factor (C62">) berman+aat untuk meningkatkan neutro+il akan tetapi neutropenia berat akibat anemia aplastik biasanya re+rakter. Peningkatan neutro+il oleh stimulating +aktor ini juga tidak bertahan lama. >aktor6+aktor pertumbuhan hematopoietik tidak boleh dipakai sebagai satu6satunya modalitas terapi anemia aplastik. ombinasi C62"> dengan terapi imunosupresi+ telah digunakan untuk terapi penyelamatan pada kasus6kasus yang re+rakter dan pemberiannya yang lama telah dikaitkan dengan pemulihan hitung darah pada beberapa pasien. "teroid anabolik seperti androgen dapat merangsang produksi eritropoietin dan sel6sel induk sumsum tulang. Androgen terbukti berman+aat untuk anemia aplastk ringan dan pada anemia aplastik berat biasanya tidak berman+aat. Androgen digunakan sebagai terapi penyelamatan untuk pasien yang re+rakter terapi imunosupresi+.
D. Translantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang merupakan pilihan utama pada pasien anemia aplastik berat berusia muda yang memiliki saudara dengan keookan 5EA. Akan tetapi, transplantasi sumsum tulang allogenik tersedia hanya pada sebagan keil pasien (hanya sekitar 3%9 pasien yang mempunyai saudara dengan keookan 5EA). Batas usia untuk transplantasi sumsum tulang sebagai terapi primer belum dipastikan, namun pasien yang berusia 363 tahun lebih
37
baik bila mendapatkan terapi imunosupresi+ karena makin meningkatnya umur, makin meningkat pula kejadian dan beratnya reaksi penolakan sumsum tulang donor (Graft #ersus ost $isesase&C54).$ Pasien dengan usia K 1% tahun terbukti memiliki respon yang lebih jelek dibandingkan pasien yang berusia muda.
*am%ar . ,elangsungan $i"u a"a asien #ang men"aatkan translantasi sumsum tulang "ari "onor sau"ara "engan HLA #ang /o/ok $u%ungann#a "engan umur.
Pasien yang mendapatkan transplantasi sumsum tulang memiliki sur'i'al yang lebih baik daripada pasien yang mendapatkan terapi imunosupresi+.$% Pasien dengan umur kurang dari % tahun yang gagal dengan terapi imunosupresi+ (ATC) maka pemberian transplantasi sumsum tulang dapat dipertimbangkan. Akan tetapi sur'i'al pasien yang menerima transplanasi sumsum tulang namun telah mendapatkan terapi imunosupresi+ lebih jelek daripada pasien yang belum mendapatkan terapi imunosupresi+ sama sekali. Pada pasien yang mendapat terapi imunosupresi+ sering kali diperlukan trans+usi selama beberapa bulan. Trans+usi komponen darah tersebut sedapat mungkin diambil dari
37
donor yang bukan potensial sebagai donor sumsum tulang. 5al ini diperlukan untuk menegah reaksi penolakan angkokan ( graft re(ection) karena antibodi yang terbentuk akibat tans+usi. riteria respon terapi menurut kelompok )uropean Marrow Transplantation (0BT) adalah sebagai berikut @ 6 emisi komplit @ bebas trans+usi, granulosit sekurang6kurangnya <%%%&mm3 dan trombosit sekurang6kurangnya $%%.%%%&mm3. 6 emisi sebagian @ tidak tergantung pada trans+usi, granulosit diba-ah <%%%&mm3 dan trombosit diba-ah $%%.%%%&mm3. 6 e+rakter @ tidak ada perbaikan.
37
2.12 Prognosis
Prognosis berhubungan dengan jumlah absolut netro+il dan trombosit. ?umlah absolut netro+il lebih bernilai prognostik daripada yang lain. ?umlah netro+il kurang dari %%&l (%,$%*&liter) dipertimbangkan sebagai anemia aplastik berat dan jumlah netro+il kurang dari <%%&l (%,<$%*&liter) dikaitkan dengan respon buruk terhadap imunoterapi dan prognosis yang jelek bila transplantasi sumsum tulang allogenik tidak tersedia. Anak6anak memiliki respon yang lebih baik daripada orang de-asa. Anemia aplastik konstitusional merespon sementara terhadap androgen dan glukokortikoid akan tetapi biasanya +atal keuali pasien mendapatkan transplantasi sumsum tulang. Transplantasi sumsum tulang bersi+at kurati+ pada sekitar /%9 pasien yang berusia kurang dari <% tahun, sekitar 7%9 pada pasien yang berusia <%61% tahun dan sekitar %9 pada pasien berusia lebih dari 1% tahun. "ebanyak 1%9 pasien yang bertahan karena mendapatkan transplantasi sumsum tulang akan menderita gangguan akibat C54 kronik dan resiko mendapatkan kanker sekitar $$9 pada pasien usia tua atau setelah mendapatkan terapi siklosporin sebelum transplantasi stem sel. 5asil yang terbaik didapatkan pada pasien yang belum mendapatkan terapi imunosupresi+
sebelum transplantasi, belum mendapatkan dan
belum tersensitisasi dengan produk sel darah serta tidak mendapatkan iradiasi dalam hal conditioning untuk transplantasi. "ekitar 7%9 pasien memiliki perbaikan yang bermakna dengan terapi kombinasi imunosupresi+ (ATC dengan siklosporin). alaupun beberapa pasien setelah terapi memiliki jumlah sel darah yang normal, banyak yang kemudian mendapatkan anemia sedang atau trombositopenia. Penyakit ini juga akan berkembang dalam $% tahun menjadi proysmal nokturnal hemoglobinuria, sindrom myelodisplastik atau akut myelogenous leukimia pada 1%9 pasien yang pada mulanya memiliki respon terhadap imunosupresi+. Pada $=/ pasien yang mendapatkan transplantasi sumsum tulang, hanya sekitar =*9 yang bertahan selama $ tahun dan pada <<7 pasien yang mendapatkan terapi imunosupresi+, hanya 3/9 yang bertahan dalam $ tahun.
37
Pengobatan dengan dosis tinggi siklo+os+amid menghasilkan hasil a-al yang sama dengan kombinasi ATC dan siklosporin. amun, siklo+os+amid memiliki toksisitas yang lebih besar dan perbaikan hematologis yang lebih lambat -alaupun memiliki remisi yang lebih bertahan lama.
37
BAB III PENUTUP
).1 ,esimulan
Anemia aplastik adalah kelainan hematologik yang disebabkan oleh kegagalan produksi di sumsum tulang sehingga mengakibatkan penurunan komponen selular pada darah tepi yaitu berupa keadaan pansitopenia (kekurangan jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit). Anemia aplastik merupakan penyakit yang jarang ditemukan. !nsidensinya ber8ariasi di seluruh dunia yaitu berkisar antara < sampai = kasus persejuta penduduk pertahun. >rekuensi tertinggi insidensi anemia aplastik adalah pada usia muda. Anemia aplastik dapat disebabkan oleh bahan kimia, obat6obatan, 8irus, dan terkait dengan penyakit6penyakit yang lain. Anemia aplastik juga ada yang ditururunkan seperti anemia >anoni. Akan tetapi, kebanyakan kasus anemia aplastik merupakan idiopatik. Tanda dan gejala klinis anemia aplastik merupakan mani+estasi dari pansitopenia yang terjadi. 5ipoplasia eritropoietik akan menimbulkan gejala6gejala anemia antara lain lemah, dyspnoe dLe++ort, palpitasi ordis, takikardi, puat dan lain6lain. Pengurangan elemen lekopoisis (granulositopenia) menyebabkan penderita menjadi peka terhadap in+eksi sehingga mengakibatkan keluhan dan gejala in+eksi baik bersi+at lokal maupun bersi+at sistemik. Trombositopenia dapat mengakibatkan pendarahan di kulit, selaput lendir atau pendarahan di organ6organ. Cejala yang paling menonjol tergantung dari sel mana yang mengalami depresi paling berat. Pansitopenia peri+er adalah kelainan hematologis yang utama untuk anemia aplastik. Anemia bersi+at normokrom normositer dan tidak disertai tanda6tanda regenerasi. Eeukopenia berupa grnaulositopenia. Trombosit kuantitas berkurang sedang seara kualitati+ normal.
37
"umsum tulang akan mengandung banyak sel lemak dan menganduk sedikit sekali sel6sel hemopoisis. Tidak terlihat penambahan sel primiti+. Anemia aplastik bukan berat memiliki sumsum tulang yang hiposelular dan dua dari tiga kriteria (netro+il # $,$%*&l, trombosit # $%%$%*&l, hemoglobin #$% g&dl). Anemia aplastik berat memiliki seluraritas sumsum tulang #<9 atau <6%9 dengan #3%9 sel hematopoietik residu, dan dua dari tiga kriteria (netro+il # %,$%*&l, trombosit #<%$%* &l, retikulosit # <%$%* &l). Anemia aplastik sangat berat sama seperti anemia aplastik berat keuali netro+il #%,<$%*&l. Pengobatan anemia aplastik dapat bersi+at suporti+ yaitu dengan trans+usi P2 dan trombosit. Penggunaan obat6obat atau agen kimia yang diduga menjadi penyebab anemia aplastik harus dihentikan. Pemberian antibiotik bila terjadi in+eksi juga harus dilakukan untuk memperbaiki keadaan umum pasien. Terapi standar untuk anemia aplastik meliputi terapi imunosupresi+ atau transplantasi sumsum tulang. Pasien yang lebih muda umumnya mentoleransi transplantasi sumsum tulang lebih baik dan sedikit mengalamai C54 (Graft #ersus ost $isease). Pasien yang lebih tua dan yang mempunyai komorbiditas biasanya dita-arkan terapi imunosupresi+. Prognosis dipengaruhi banyak hal, antara lain derajat anemia aplastik, usia pasien, ada tidaknya donor dengan 5EA yang ook untuk transplantasi sumsum tulang allogenik serta apakah pasien telah mendapatkan terapi imunosupresi+ sebelum tranplantasi sumsum tulang.
37