LAPORAN PENDAHULUAN dan ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN Meningoencephalitis TB di RUANG HND RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG
Disusun oleh : Brian Putra Barata
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG MALANG 2012
A. Masalah Kesehatan 1. Definisi Meningoensefalitis adalah Penyakit infeksi kronis dengan karakteristik terbentuknya tuberkel granuloma pada paru. Yang biasanya disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. (Amin, M.,1999). Meningoencephalitis adalah peradangan yang terjadi pada encephalon dan meningens.
Nama
lain
dari
meningoencephalitis
adalah
cerebromeningitis,
encephalomeningitis, dan meningocerebritis. ( Ilmu Kesehatan Anak, 1985) Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus. (Kapita selekta kedokteran jilid 2, 2000).
2. Etologi a. Mikroorganisme : bakteri, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta dan virus. Macam-macam Encephalitis virus menurut Robin : 1. Infeksi virus yang bersifat epidermik : a). Golongan enterovirus = Poliomyelitis, virus coxsackie, virus ECHO. b).Golongan virus ARBO = Western equire encephalitis, St. louis encephalitis, Eastern e quire encephalitis, Japanese B. encephalitis, Murray valley encephalitis. 2. Infeksi virus yang bersifat sporadic : rabies, herpes simplek, herpes zoster, limfogranuloma, mumps, limphotic, choriomeningitis dan jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas. 3. Encephalitis pasca infeksio, pasca morbili, pasca varisela, pasca rubella, pasca vaksinia, pasca mononucleosis, infeksious dan jenis-jenis yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik. 4. Reaksin toxin seperti pada thypoid fever, campak, chicken pox. 5. Keracunan : arsenik, CO.
3. Patofisologi Penyebab (virus, toxin, racun)
Masuk melalui kulit, sel nafas, sel cerna
Infeksi yang menyebar melalui darah
Infeksi yang menyebar melalui sitem saraf
Peradangan SSP
Gangguan Tumbang
Peningkatan TIK
Perubahan perfusi Jaringan
G3 Pertukaran Gas
Disfungsi hipotalamus
Hipermetabolik Gangguan Transmisi Impuls
Gangguan perfusi Jar. Cerebral
Kejang
Nyeri Kepala
Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri
Mual, Muntah G3 Cairan dan Elektrolit Peningkatan Suhu Tubuh
Kelemahan Neurologis
Immobilisasi
Gangguan Integritas Kulit
4. Manifestasi Klinis 1. Demam. 2. Sakit kepala dan biasanya pada bayi disertai jeritan. 3. Pusing. 4. Muntah. 5. Nyeri tenggorokan. 6. Malaise. 7. Nyeri ekstrimitas. 8. Pucat. 9. Halusinasi. 10. Kaku kuduk. 11. Kejang. 12. Gelisah. 13. Iritable. 14. Gangguan kesadaran. 5. Komplikasi Dapat terjadi : - Akut : Edema otak. SIADH. Status konvulsi. - Kronik : Cerebral palsy. Epilepsy. Gangguan visus dan pendengaran.
6. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan cairan serebrospinal. Warna dan jernih terdapat pleocytosis berkisar antara 50-200 sel dengan dominasi sel limfosit. Protein agak meningkat sedangkan glucose dalam batas normal. 2. Pemeriksaan EEG. Memperlihatkan proses inflamasi yang difuse “bilateral” dengan aktivitas rendah. 3. Pemeriksaan virus. Ditemukan virus pada CNS didapatkan kenaikan titer antibody yang spesifik terhadap virus penyebab. 7. Penatalaksanaan 1). Pengobatan penyebab : Diberikan apabila jenis virus diketahui Herpes encephalitis : Adenosine arabinose 15 mg/Kg BB/hari selama 5 hari. 2). Pengobatan suportif. Sebagian besar pengobatan encephalitis adalah : pengobatan nonspesifik yang bertujuan mempertahankan fungsi organ tubuh. Pengobatan tersebut antara lain : ABC (Airway breathing, circulation) harus dipertahankan sebaik-baiknya. o Pemberian makan secara adequate baik secara internal maupun parenteral dengan memperhatikan jumlah kalori, protein, keseimbangan cairan elektrolit dan vitamin. o Obat-obatan yang lain apabila diperlukan agar keadaan umum penderita tidak bertambah jelek.
B. Masalah keperawatan 1.
Resiko tinggi terhadap infeksi (progresi dari sepsis ke syok sepsis)
2.
Resiko tinggi terjadinya perubahan suhu : hyperthermi/hyphothermi.
3.
Penurunan perfusi jaringan
4.
Resiko tinggi deficit volume cairan.
5.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
6.
Gangguan rasa nyaman nyeri.
C.
Diagnosa Keperawatan a. Resiko tinggi terhadap infeksi (progresi dari sepsis ke syok sepsis) sehubungan dengan perkembangan infeksi opportunistik. b. Resiko tinggi terjadinya perubahan suhu : hyperthermi/hypothermi sehubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme tubuh, vasokontriksi/vasodilatasi pembuluh darah. c. Penurunan
perfusi
jaringan
berhubungan
dengan
berkurangnya
supply
oksigen/pernapasan irreguler. d. Resiko tinggi defisit volume cairan sehubungan dengan diare, muntah, perpindahan cairan dari jaringan interstitial ke vaskuler. e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan mual, muntah, metabolisme meningkat.
D. Intervensi Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap infeksi (progresi dari sepsis ke syok sepsis) sehubungan dengan perkembangan infeksi opportunistik. a.
Berikan isolasi/pantau pengunjung sesuai indikasi.
b.
Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas walaupun
menggunakan sarung tangan. c.
Batasi penggunaan alat/prosedur invasif jika memungkinkan.
d.
Gunakan teknik steril
e.
Monitor suhu/peningkatan suhu secara teratur
f.
Amati adanya menggigil
g.
Pantau TTV klien
h.
Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian antibiotik
2. Resiko tinggi terjadinya perubahan suhu : hyperthermi/hypothermi sehubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme tubuh, vasokontriksi/vasodilatasi pembuluh darah. 1.
Pantau suhu klien (derajat dan pola) perhatikan menggigil/diaforesis.
2.
Pantau suhu lingkungan/pengaturan suhu lingkungan.
3.
Isolasi anak/bayi dalam inkubator
4.
Beri kompres (dingin, hangat) bila terjadi peningkatan/penurunan suhu.
5.
Catat peningkatan/penurunan suhu tubuh bayi.
6.
Kolaborasi dengan team medis dalam pemeriksaan laboratorium (leukosit
meningkat).
3.Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan supply okigen berkurang/pernapasan irreguler.
1)
Kaji ulang terhadap pola pertumbuhan prenatal dan atau penurunan
jumlah cairan amnion seperti yang dideteksi oleh ultrasonografi. 2)
Perhatikan jenis kelahiran dan kejadian intra partum yang
menandakan hipoksia. 3)
Perhatikan waktu dan skor Apgar, observasi pola pernafasan.
4)
Kaji frekuensi pernafasan, kedalaman, upaya, observasi dan laporkan
tanda dan gejala distress pernafasan, bedakan dari gejala yang berhubungan dengan polisitemia. 5)
Auskultasi bunyi nafas secara teratur.
6)
Hisap selang nasofaring sesuai kebutuhan, setelah pemberian
suplemen oksigen pertama. 7)
Auskultasi nadi apikal, perhatikan adanya sianosis.
8)
Cegah komplikasi latrogenik berkenaan dengan distress dingin,
ketidakseimbangan metabolik dan ketidakcukupan kalori. Kolaborasi
9)
Pantau pembacaan oksimeter nadi.
10)
Pantau pemeriksaan lab sesuai indikasi, PH serum, GDA, dan HT.
11)
Berikan O2 hangat dan lembab, berikan vertilasi bantuan sesuai
indikasi. 12) Lakukan suction. 13) Hindari pelaksanaan suction yang terlalu sering. Observasi dan kaji respon bayi terhadap terapi oksigen (Doenges,2000). 4. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan diare, muntah dan perpindahan cairan dari interstitial ke vaskuler. 1. Pantau intake dan out put. 2. Timbang berat badan setiap hari. 3. Pantau kadar elektrolit darah, nitrogen urea darah, urine dan serum, osmolalitas, kreatinin, Ht dan Hb. 4.Kaji suhu tubuh, kelembaban pada rongga oral, volume dan konsentrasi urine. 5.Berikan : bentuk-bentuk cairan yang menarik, wadah yang tidak biasa (cangkir berwarna, sedotan) dan sebuah permainan atau aktivitas (suruh anak minum jika tiba giliran anak). (Carpenito, 2000)
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah dan metabolisme meningkat. a) Kaji BB dalam hubungannya dengan usia gestasi dan ukuran. Dokumentasikan pada grafik pertumbuhan. Timbang BB setiap hari. b) Pertahankan lingkungna termonetral, termasuk penggunaan incubator sesuai indikasi. Pantau suhu pemanas bayi dan lingkungan dengan sering. c) Lakukan pemberian makan awal dan sering serta lanjutkan sesuai toleransi. d) Kaji toleransi terhadap makanan. Perhatikan warna feses, konsistensi dan frekwensi, adanya penurunan subtansi, lingkar abdomen, muntah dan residu lambung. e) Pantau masukan dan haluaran. Hitung konsumsi kalori dan elektrolit setiap hari. f) Kaji tingkat dehidrasi, perhatikan fontanel, turgor kulit, BJ urine, kondisi membran mukosa dan fluktuasi BB. g) Pantau kadar Dextrosix segera setelah kelahiran dan secara rutin sampai glukosa serum distabilkan. h) Kaji tanda-tanda hipoglikemia. Kolaborasi i)
Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
j)
Berikan suplemen elektrolit sesuai indikasi : kalsium glukonat 10%.
k) Buat akses intravaskuler sesuai indikasi. l)
Berikan nutrisi parenteral.
m) Diskusikan komplikasi jangka panjang dari malnutrisi pada bayi SGA dan kegemukan pada bayi LGA, diskusikan pentingnya protein selam pertumbuhan otak (Doenges, 2000).
DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. EGC. Jakarta. Doengoes, ME. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta. IDAI dan PP IDAI UKK Pulmonologi. 2000. Tatalaksana Mutakhir Penyakit Respiratorik Pada Anak; Dalam Temu Ahli Respirologi Anak-Anak. Jakarta. Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak; Volume 2 Edisi 15. EGC. Jakarta. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta. Soeparman. 1999. Ilmu Penyakit Dalam; Jilid I. FKUI. Jakarta. Staf Pengajar Ilmu Keperawatan Anak FKUI. 1985. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. Jakarta. …….. 2000. Diktat Kuliah Medikal Bedah PSIK FK Unair Surabaya.