LAPORAN PENDAHULUAN SPONDITILITIS TB
1.
DEFINISI
Spondi Spon dili liti tis s tube tuberk rkul ulosa osa tora torak kolum olumba ball adal adalah ah suat suatu u pros proses es pera perada dang ngan an pada pada kolumna vertebrata yang disebabkan oleh kuman tuberculosis yang menyebar secara hematogen pada kolumna vertebra torakolumbal. torakolumbal.
2.
ETIOLOGI Penyaki Penyakitt ini disebabk disebabkan an oleh karena bakteri berbentuk berbentuk basil basil (basilus) (basilus).. Bakteri Bakteri
yang paling sering menjadi penyebabnya adalah Mycobacterium tuberculosis, tuberculosis, walaupun spesies
Mycobacterium
yang yang
lain lainpu pun n
dapa dapatt
juga juga
bert bertan angg ggun ung g
jawa jawab b
seba sebaga gaii
penyebabny penyebabnya, a, seperti seperti Mycobacterium africanum (penyebab africanum (penyebab paling sering tuberkulosa di Afrika Afrika Barat), bovine tubercle baccilus, baccilus, ataupun ataupun non-tuberculous mycobacteria mycobacteria (banyak ditemuka ditemukan n pada penderita !"). !"). Perbeda Perbedaan an jenis spesies ini menjadi menjadi penting penting karena karena sangat mempengaruhi pola resistensi obat. Mycobacterium tuberculosis merupakan tuberculosis merupakan bakteri berbentuk batang yang bersifat acid-fastnon-motile
dan dan
tida tidak k
dapa dapatt
diwa diwarrnai nai
deng dengan an
baik baik
mela melalu luii
cara cara
yang yang
konvensional. konvensional. #ipergunakan teknik $iehl%&ielson untuk memvisualisasikannya. memvisualisasikannya. Bakteri tubuh secara secara lambat dalam media egg-enriched dengan egg-enriched dengan periode '% minggu. Produksi niasin merupakan karakteristik ycobacterium tuberculosis dan dapat membantu untuk membedakannnya dengan spesies lain.
3.
KLASIFIKASI
Perjalanan Perjalanan penyakit spondilitis tuberkulosa terdiri dari lima stadium yaitu* +) tad tadiu ium m impl implan anta tasi si etelah bakteri berada dalam tulang, apabila daya tahan tubuh penderita menurun, bakteri akan berduplikasi membentuk koloni yang berlangsung selama '% minggu. -eadaan -eadaan ini umumnya umumnya terjadi terjadi pada daerah paradiskus paradiskus dan pada anak%anak anak%anak pada daerah sentral vertebra. ) tadiu tadium m destru destruksi ksi awal awal elanjutnya terjadi destruksi korpus vertebra dan penyempitan yang ringan pada diskus. Proses ini berlangsung selama /%' minggu. /) tadiu tadium m dest destruk ruksi si llan anjut jut Pada stadium ini terjadi destruksi yang massif, kolaps vertebra, dan terbentuk massa kaseosa serta pus yang berbentuk cold abses, yang tejadi %/ bulan setelah stadium destru destruksi ksi awal. awal. elanj elanjutn utnya ya dapat dapat terben terbentuk tuk sekues sekuestru trum m dan kerus kerusak akan an dis disku kus s interverteb intervertebralis ralis.. Pada Pada saat ini terbentuk terbentuk tulang baji terutama di depan (wedging (wedging anterior) akibat kerusakan korpus vertebra sehingga menyebabkan terjadinya kifosis atau gibbus.
0) tadium gangguan neurologis 1angguan neurologis tidak berkaitan dengan beratnya kifosis yang terjadi tetapi ditentukan oleh tekanan abses ke kanalis spinalis. "ertebra torakalis mempunyai kanalis spinalis yang kecil sehingga gangguan neurologis lebih mudah terjadi di daerah ini. Apabila terjadi gangguan neurologis, perlu dicatat derajat kerusakan paraplegia yaitu* i. #erajat ! -elemahan pada anggota gerak bawah setelah beraktivitas atau berjalan ii.
jauh. Pada tahap ini belum terjadi gangguan saraf sensoris. #erajat !! -elemahan pada anggota gerak bawah tetapi penderita masih dapat
iii.
melakukan pekerjaannya. #erajat !!! -elemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi gerak atau aktivitas
iv.
penderita disertai dengan hipoestesia atau anestesia. #erajat !" 1angguan saraf sensoris dan motoris disertai dengan gangguan defekasi dan miksi. 2B3 paraplegia atau Pott paraplegia dapat terjadi secara dini atau lambat tergantung dari keadaan penyakitnya. Pada penyakit yang masih aktif, paraplegia terjadi karena tekanan ekstradural dari abses paravertebral atau kerusakan langsung sumsum tulang belakang oleh adanya granulasi jaringan. Paraplegia pada penyakit yang tidak aktif atau sembuh terjadi karena tekanan pada jembatan tulang kanalis spinalis atau pembentukan jaringan 4brosis yang progresif dari jaringan granulasi tuberkulosa. 2B3 paraplegia terjadi secara perlahan dan dapat terjadi destruksi tulang disertai dengan angulasi dan gangguan vaskuler vertebra
5) tadium deformitas residua tadium ini terjadi kurang lebih /%5 tahun setelah stadium implantasi. -ifosis atau gibbus bersifat permanen karena kerusakan vertebra yang massif di depan (avant, 667).
4. MANIFESTASI KLINIS 1ambaran klinis spondilitis tuberkulosa yaitu* a. Badan lemah, lesu, nafsu makan berkurang, dan berat badan menurun. b. uhu subfebril terutama pada malam hari dan sakit (kaku) pada punggung. Pada anak%anak sering disertai dengan menangis pada malam hari. c. Pada awal dijumpai nyeri interkostal, nyeri yang menjalar dari tulang belakang ke garis tengah atas dada melalui ruang interkostal. al ini disebabkan oleh tertekannya radiks dorsalis di tingkat torakal. d. &yeri spinal menetap dan terbatasnya pergerakan spinal e. #eformitas pada punggung (gibbus) f. Pembengkakan setempat (abses) g. Adanya proses tbc (2achdjian, 665).
-elainan neurologis yang terjadi pada 56 8 kasus spondilitis tuberkulosa karena proses destruksi lanjut berupa* a. Paraplegia, paraparesis, atau nyeri radi9 saraf akibat penekanan medula spinalis yang menyebabkan kekakuan pada gerakan berjalan dan nyeri. b. 1ambaran paraplegia inferior kedua tungkai yang bersifat :& dan adanya batas de4sit sensorik setinggi tempat gibbus atau lokalisasi nyeri interkostal (2achdjian, 665).
5. PATOFISIOLOGI !nfeksi berawal dari bagian sentral, bagian depan, atau daerah epi4sial korpus vertebra. -emudian, terjadi hyperemia dan eksudasi yang menyebabkan osteoporosis dan pelunakan korpus. elanjutnya, terjadi kerusakan pada korteks epi4sis, diskus invertebra, dan vertebra sekitarnya. -erusakan pada bagian depan akan menyebabkan terjadinya kifosis.
-emudian, eksudat (yang terdiri atas serum, leukosit, tulang yang 4brosis, dan basil tuberkulosa) menyebar kedepan, dibawah ligament longitudinal anterior. ;ksudat ini dapat menembus ligament dan berekspansi ke berbagai arah sepanjang garis ligament yang lemah. Abses pada vertebra torakalis biasanya tetap ada di daerah toraks setempat, menempati daerah paravertebral, berebentuk massa yang menonjol dan fusiform. Pada kondisi lanjut, kerusakan kolumna vertebra menjadi lebih jelas dengan destruksi yang massif, kolaps vertebra, dan berbentuk sekuetrum dan kerusakan diskus inverteba.
6. PEMERIKSAAN FISIK Anamnesa dan inspeksi *
+. 1ambaran adanya penyakit sistemik * kehilangan berat badan, keringat malam, demam yang berlangsung secara intermitten terutama sore dan
malam hari serta cache9ia. Pada pasien anak%anak, dapat juga terlihat berkurangnya keinginan bermain di luar rumah. ering tidak tampak jelas pada pasien yang cukup giasa
nyeri
ini
hanya
menghilang dengan beristirahat.
:ntuk
mengurangi nyeri pasien akan menahan punggungnya menjadi kaku. 0. Pola jalan mere?eksikan rigiditas protektif dari tulang belakang. =angkah kakipendek, karena mencoba menghindari nyeri di punggung. 5. Bila infeksi melibatkan area servikal maka pasien tidak dapat menolehkan kepalanya, mempertahankan kepala dalam posisi ekstensi dan duduk dalam posisi dagu disangga oleh satu tangannya, sementara tangan lainnya di oksipital.
>igiditas
pada
leher
dapat
bersifat
asimetris
sehingga
menyebabkan timbulnya gejala klinis torticollis. Pasien juga mungkin mengeluhkan rasa nyeri di leher atau bahunya. @ika terdapat abses, maka tampak pembengkakan di kedua sisi leher. Abses yang besar, terutama pada anak,
akan
mendorong
trakhea
ke
sternal
notch
sehingga
akan
menyebabkan kesulitan menelan dan adanya stridor respiratoar, sementara kompresi
medulla
tetraparesis
(su
spinalis dan
pada
=eong
orang
+0).
dewasa #islokasi
akan
menyebabkan
atlantoaksial
karena
tuberkulosa jarang terjadi dan merupakan salah satu penyebab kompresi cervicomedullary di negara yang sedang berkembang. al
ini
perlu
diperhatikan karena gambaran klinisnya serupa dengan tuberkulosa di regio servikal (=al et al. +). '. !nfeksi di regio torakal akan menyebabkan punggung tampak menjadi kaku. Bila berbalik ia menggerakkan kakinya, bukan mengayunkan dari sendi panggulnya. aat mengambil sesuatu dari lantai ia menekuk lututnya sementara tetap mempertahankan punggungnya tetap kaku (coin test). @ika
terdapat abses, maka abses dapat berjalan di bagian kiri atau kanan mengelilingi rongga dada dan tampak sebagai pembengkakan lunak dinding dada. @ika menekan abses ini berjalan ke bagian belakang maka dapat menekan korda spinalis dan menyebabkan paralisis. 7. #i regio lumbar * abses akan tampak sebagai suatu pembengkakan lunak yang terjadi di atas atau di bawah lipat paha. @arang sekali pus dapat keluar melalui 4stel dalam pelvis dan mencapai permukaan di belakang sendi panggul. Pasien tampak berjalan dengan lutut dan hip dalam posisi ?eksi dan menyokong tulang belakangnya dengan meletakkan tangannya diatas paha. Adanya kontraktur otot psoas akan menimbulkan deformitas ?eksi sendi panggul. . 2ampak adanya deformitas, dapat berupa * kifosis (gibbusangulasi tulang belakang), skoliosis, bayonet deformity, subluksasi, spondilolistesis, dan dislokasi. . Adanya gejala dan tanda dari kompresi medula spinalis (de4sit neurologis). 2erjadi pada kurang lebih +6%078 kasus. !nsidensi paraplegia pada spondilitis lebih banyak di temukan pada infeksi di area torakal dan servikal. @ika timbul paraplegia akan tampak spastisitas dari alat gerak bawah dengan re?eks tendon dalam yang hiperaktif, pola jalan yang spastik dengan kelemahan motorik yang bervariasi. #apat pula terjadi gangguan fungsi kandung kemih dan anorektal. +6.
Pembengkakan di sendi yang berjalan lambat tanpa disertai panas dan
nyeri akut seperti pada infeksi septik. Cnset yang lambat dari pembengkakan tulang ataupun sendi mendukung bahwa hal tersebut disebabkan karena tuberkulosa Palpasi * +. Bila terdapat abses maka akan teraba massa yang ber?uktuasi dan kulit diatasnya terasa sedikit hangat (disebut cold abcess, yang membedakan dengan abses piogenik yang teraba panas). #apat dipalpasi di daerah lipat paha, fossa iliaka, retropharyn9,
atau
di
sisi
leher
(di
belakang
otot
sternokleidomastoideus),
tergantung dari level lesi. #apat juga teraba di sekitar dinding dada. Perlu diingat bahwa tidak ada hubungan antara ukuran lesi destruktif dan kuantitas pus dalam cold abscess. . pasme otot protektif disertai keterbatasan pergerakan di segmen yang terkena. Perkusi *
Pada perkusi secara halus atau pemberian tekanan diatas prosesus spinosus vertebrae yang terkena, sering tampak tenderness
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG A. =ABC>A2C>!: +.+ =aju endap darah meningkat (tidak spesi4k), dari 6 sampai lebih dari +.
+66mmjam. 2uberculin skin test antou9 test 2uberculine Puri4ed Protein #erivative (PP#) positif. asil yang positif dapat timbul pada kondisi pemaparan dahulu maupun yang baru terjadi oleh mycobacterium. 2uberculin skin test ini dikatakan positif jika tampak area berindurasi, kemerahan dengan diameter D +6mm di sekitar tempat suntikan 0%7 jam setelah suntikan. asil yang negatif tampak pada E 68 kasus (2andon and Pathak +7/F -ocen +77) dengan tuberkulosis berat (tuberkulosis
milier)
dan
pada pasien yang
immunitas selulernya tertekan (seperti baru saja terinfeksi, malnutrisi atau +./
disertai penyakit lain) -ultur urin pagi (membantu bila terlihat adanya keterlibatan ginjal), sputum
+.0
dan bilas lambung (hasil positif bila terdapat keterlibatan paruparu yang aktif) Apus darah tepi menunjukkan leukositosis dengan limfositosis yang bersifat
+.5
relatif. 2es darah untuk titer anti%staphylococcal dan anti%streptolysin haemolysins, typhoid, paratyphoid dan brucellosis (pada kasus%kasus yang sulit dan pada pusat kesehatan dengan peralatan yang cukup canggih) untuk menyingkirkan
+.'
diagnosa banding. 3airan serebrospinal tuberkulosa).
dapat
&ormalnya
abnormal
cairan
(pada
kasus
serebrospinal
dengan
tidak
meningitis
mengeksklusikan
kemungkinan infeksi 2B3. Pemeriksaan cairan serebrospinal secara serial akan memberikan hasil yang lebih baik. 3airan serebrospinal akan tampak* Gantokrom Bila dibiarkan pada suhu ruangan akan menggumpal. Pleositosis (dengan dominasi limfosit dan mononuklear). Pada tahap akut • • •
responnya bisa berupa neutro4lik seperti pada meningitis piogenik (-ocen
•
and Parsons +76F 2raub et al +0). -andungan protein meningkat. -andungan gula normal pada tahap awal tetapi jika gambaran klinis sangat
•
kuat mendukung diagnosis, ulangi pemeriksaan. Pada keadaan arachnoiditis tuberkulosa (radiculomyelitis), punksi l umbal
•
akan menunjukkan genuine dry tap. Pada pasien ini adanya peningkatan bertahap kandungan protein menggambarkan suatu blok spinal yang mengancam dan sering diikuti dengan kejadian paralisis. Pemberian steroid akan mencegah timbulnya hal ini (Hadia +7/). -andungan protein cairan serebrospinal dalam kondisi spinal terblok spinal dapat mencapai +% 0g+66ml.
•
-ultur
cairan
serebrospinal.
Adanya
basil
tuberkel
merupakan
tes
kon4rmasi yang absolut tetapi hal ini tergantung dari pengalaman pemeriksa dan tahap infeksi B. >A#!C=C1! 1ambarannya bervariasi tergantung tipe patologi dan kronisitas infeksi. +. Ioto rontgen dada dilakukan pada seluruh pasien untuk mencari bukti adanya tuberkulosa di paru (/ kasus mempunyai foto rontgen yang abnormal). . Ioto polos seluruh tulang belakang juga diperlukan untuk mencari bukti adanya tuberkulosa di tulang belakang. 2anda radiologis baru dapat terlihat setelah /% minggu onset penyakit. /. @ika mungkin lakukan rontgen dari arah antero%posterior dan lateral. 0. 2ahap awal tampak lesi osteolitik di bagian anterior superior atau sudut inferior corpus vertebrae, osteoporosis regional yang kemudian berlanjut sehingga tampak penyempitan diskus intervertebralis yang berdekatan, serta erosi corpus vertebrae anterior
yang
berbentuk
scalloping
karena
penyebaran
infeksi
dari
area
subligamentous. 5. !nfeksi tuberkulosa jarang melibatkan pedikel, lamina, prosesus transversus atau prosesus spinosus. '. -eterlibatan bagian
lateral
corpus
vertebra
akan
menyebabkan
timbulnya
deformita scoliosis (jarang) 7. Pada pasien dengan deformitas gibbus karena infeksi sekunder tuberkulosa yang sudah lama akan tampak tulang vertebra yang mempunyai rasio tinggi lebih besar dari lebarnya (vertebra yang normal mempunyai rasio lebar lebih besar terhadap tingginya). Bentuk ini dikenal dengan nama long vertebra atau tall vertebra, terjadi karena adanya stress biomekanik yang lama di bagian kaudal gibbus sehingga vertebra menjadi lebih tinggi. -ondisi ini banyak terlihat pada kasus tuberkulosa dengan pusat pertumbuhan korpus vertebra yang belum menutup saat terkena penyakit tuberkulosa yang melibatkan vertebra torakal. . #apat terlihat keterlibatan jaringan lunak, seperti abses paravertebral dan psoas. 2ampak bentuk fusiform atau pembengkakan berbentuk globular dengan kalsi4kasi. Abses psoas akan tampak sebagai bayangan jaringan lunak yang mengalami peningkatan densitas dengan atau tanpa kalsi4kasi pada saat penyembuhan. #eteksi
(evaluasi)
adanya
abses
epidural
sangatlah
penting,
oleh
karena
merupakan salah satu indikasi tindakan operasi (tergantung ukuran abses). 3. 32%3A& 2erutama bermanfaat untuk memvisualisasi regio torakal dan keterlibatan iga yang sulit dilihat pada foto polos. -eterlibatan lengkung syaraf posterior seperti pedikel tampak lebih baik dengan 32 can. #. >! empunyai
manfaat
besar
untuk
membedakan
komplikasi
yang
bersifat
kompresif dengan yang bersifat non kompresif pada tuberkulosa tulang belakang. Bermanfaat untuk *
•
embantu memutuskan pilihan manajemen apakah akan bersifat
•
konservatif atau operatif. embantu menilai respon terapi.
-erugiannya adalah dapat terlewatinya fragmen tulang kecil dan kalsi4kasi di abses.
. PENATALAKSANAAN UMUM Pada prinsipnya pengobatan spondilitis tuberkulosa harus dilakukan segera untuk menghentikan progresivitas penyakit dan mencegah atau mengkoreksi paraplegia atau de4sit neurologis. Prinsip pengobatan Pottds paraplegia yaitu* +. Pemberian obat antituberkulosis. . #ekompresi medula spinalis. /. enghilangkan atau menyingkirkan produk infeksi. 0. tabilisasi vertebra dengan graft tulang (bone graft) (1raham, 667).
Pengobatan pada spondilitis tuberkulosa terdiri dari* +. Terap !"#$er%a&' a. 2irah baring (bed rest). b. emberi korset yang mencegah atau membatasi gerak vertebra. c. emperbaiki keadaan umum penderita. d. Pengobatan antituberkulosa.
tandar pengobatan berdasarkan program P2B paru yaitu* i. -ategori ! untuk penderita baru B2A (J%) atau rontgen (J). a. 2ahap + diberikan >ifampisin 056 mg, ;tambutol 756 mg, !& /66 mg, dan Piraifampisin 056 mg dan !& '66 mg / kali seminggu selama 0 bulan (50 kali). ii. -ategori !! untuk penderita B2A (J) yang sudah pernah minum obat selama sebulan, termasuk penderita yang kambuh. +. 2ahap + diberikan treptomisin 756 mg, !& /66 mg, >ifampisin 056 mg, Pira
;tambutol 756 mg setiap hari.
treptomisin injeksi hanya bulan pertama ('6 kali) dan obat lainnya selama / bulan (6 kali). . 2ahap diberikan !& '66 mg, >ifampisin 056 mg, dan ;tambutol +56 mg / kali seminggu selama 5 bulan ('' kali).
-riteria penghentian pengobatan yaitu apabila keadaan umum penderita bertambah baik, =;# menurun dan menetap, gejala%gejala klinis berupa nyeri dan spasme berkurang, serta gambaran radiologis ditemukan adanya union pada vertebra.
. Terap "pera&' a. Apabila dengan terapi konservatif tidak terjadi perbaikan paraplegia atau malah semakin berat. Biasanya / minggu sebelum operasi, penderita diberikan obat tuberkulostatik. b. Adanya abses yang besar sehingga diperlukan drainase abses secara terbuka, debrideman, dan bone graft. c. Pada pemeriksaan radiologis baik foto polos, mielogra4, 32, atau >! ditemukan adanya penekanan pada medula spinalis (Cmbregt, 665). Halaupun
pengobatan
kemoterapi
merupakan
pengobatan
utama
bagi
penderita spondilitis tuberkulosa tetapi operasi masih memegang peranan penting dalam beberapa hal seperti apabila terdapat cold absces (abses dingin), lesi tuberkulosa, paraplegia, dan kifosis. a. 3old absces 3old absces yang kecil tidak memerlukan operasi karena dapat terjadi resorbsi spontan dengan pemberian tuberkulostatik. Pada abses yang besar dilakukan drainase bedah. b. =esi tuberkulosa +) #ebrideman fokal. ) -osto%transveresektomi. /) #ebrideman fokal radikal yang disertai bone graft di bagian depan. c. -ifosis +) Pengobatan dengan kemoterapi. ) =aminektomi. /) -osto%transveresektomi. 0) Cperasi radikal. 5) Csteotomi pada tulang baji secara tertutup dari belakang. Cperasi kifosis dilakukan apabila terjadi deformitas hebat. -ifosis bertendensi untuk bertambah berat, terutama pada anak. 2indakan operatif berupa fusi posterior atau operasi radikal (1raham, 667)
ASUHAN KEPERA(ATAN TEORITIS
A. PENGKAJIAN +) !dentitas klien meliputi * nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, alamat, tanggaljam > dan diagnosa medis. ) >iwayat penyakit sekarang. -eluhan utama pada klien podilitis tuberkulosa terdapat nyeri pada punggung bagian bawah, sehingga mendorong klien berobat kerumah sakit. Pada awal dapat
dijumpai nyeri radikuler yang mengelilingi dada atau perut. &yeri dirasakan meningkat pada malam hari dan bertambah berat terutama pada saat pergerakan tulang belakang. elain adanya keluhan utama tersebut klien bisa mengeluh, nafsu makan menurun, badan terasa lemah, sumer%sumer (@awa) , keringat dingin dan penurunan berat badan. /) >iwayat penyakit dahulu 2entang terjadinya penyakit pondilitis tuberkulosa biasany pada klien di dahului dengan adanya riwayat pernah menderita penyakit tuberkulosis paru. 0) >iwayat kesehatan keluarga. Pada klien dengan penyakit pondilitis tuberkulosa salah satu penyebab timbulnya adalah klien pernah atau masih kontak dengan penderita lain yang menderita penyakit tuberkulosis atau pada lingkungan keluarga ada yang menderita penyakit menular tersebut. 5) >iwayat psikososial -lien akan merasa cemas terhadap penyakit yang di derita, sehingga kan kelihatan sedih,
dengan
kurangnya
pengetahuan
tentang
penyakit,
pengobatan
dan
perawatan terhadapnya maka penderita akan merasa takut dan bertambah cemas sehingga emosinya akan tidak stabil dan mempengaruhi sosialisai penderita. ') Pola%pola fungsi kesehatan a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat. Adanya tindakan medis serta perawatan di rumah sakit akan mempengaruhi persepsi klien tentang kebiasaan merawat diri , yang dikarenakan tidak semua klien mengerti benar perjalanan penyakitnya. ehingga menimbulkan salah persepsi dalam pemeliharaan kesehatan. #an juga kemungkinan terdapatnya riwayat tentang keadaan perumahan, gi
edangkan
kebutuhan
metabolisme
tubuh
semakin
meningkat,
sehingga klien akan mengalami gangguan pada status nutrisinya. c. Pola eliminasi. -lien akan mengalami perubahan dalam cara eliminasi yang semula bisa ke kamar mandi, karena lemah dan nyeri pada punggung serta dengan adanya penata laksanaan perawatan imobilisasi, sehingga kalau mau BAB dan BA- harus ditempat tidur dengan suatu alat. #engan adanya perubahan tersebut klien tidak terbiasa sehingga akan mengganggu proses eliminasi. d. Pola aktivitas. ehubungan dengan adanya kelemahan 4sik dan nyeri pada punggung serta penatalaksanaan perawatan imobilisasi akan menyebabkan klien membatasi aktivitas 4sik dan berkurangnya kemampuan dalam melaksanakan aktivitas 4sik tersebut. e. Pola tidur dan istirahat. Adanya nyeri pada punggung dan
perubahan
lingkungan
atau dampak
hospitalisasi akan menyebabkan masalah dalam pemenuhan kebutuhan tidur f.
dan istirahat. Pola hubungan dan peran.
ejak sakit dan masuk rumah sakit klien mengalami perubahan peran atau tidak mampu menjalani peran sebagai mana mestinya, baik itu peran dalam keluarga ataupun
masyarakat.
al
tersebut
berdampak
terganggunya
hubungan
interpersonal. g. Pola persepsi dan konsep diri. -lien dengan pondilitis tuberkulosa seringkali merasa malu terhadap bentuk tubuhnya dan kadang % kadang mengisolasi diri. h. Pola sensori dan kognitif. Iungsi panca indera klien tidak mengalami gangguan terkecuali bila terjadi i.
komplikasi paraplegi. Pola reproduksi seksual. -ebutuhan seksual klien dalam hal melakukan hubungan badan akan terganggu untuk sementara waktu, karena di rumah sakit. 2etapi dalam hal curahan kasih sayang dan perhatian dari pasangan hidupnya melalui cara merawat sehari%hari
j.
tidak terganggu atau dapat dilaksanakan. Pola penaggulangan stres. #alam penanggulangan stres bagi klien yang belum mengerti penyakitnya , akan mengalami stres. :ntuk mengatasi rasa cemas yang menimbulkan rasa
stres, klien akan bertanya % tanya tentang penyakitnya untuk mengurangi stres. k. Pola tata nilai dan kepercayaan. Pada klien yang dalam kehidupan sehari%hari selalu taat menjalankan ibadah, maka semasa dia sakit ia akan menjalankan ibadah pula sesuai dengan kemampuannya. #alam hal ini ibadah bagi mereka di jalankan pula sebagai penaggulangan stres dengan percaya pada tuhannya. B. DIAGNOSA KEPERA(ATAN a. ambatan mobilitas 4sik b.d kerusakan neuromuskuler b. &yeri b.d proses peradangan c. >esiko kerusakan integritas kulit bd imobilisasi 4sik
). INTER*ENSI ambatan mobilitas 4sik b.d kerusakan neuromuskuler
Da+#"$a Kepera,a&a#Ma$aa/ K"a0"ra$
Re#a#a !epera,a&a# Ta# a# Kr&era Ha$
I#&er%e#$
Gangguan mobilitas fisik Berhubungan dengan * - 1angguan metabolisme sel - -eterlembatan perkembangan - Pengobatan - -urang support lingkungan - -eterbatasan ketahan kardiovaskuler - -ehilangan integritas struktur tulang - 2erapi pembatasan gerak - -urang pengetahuan tentang kegunaan pergerakan 4sik - !ndeks massa tubuh diatas 75 tahun percentil sesuai dengan usia - -erusakan persepsi sensori - 2idak nyaman, nyeri - -erusakan muskuloskeletal dan neuromuskuler - !ntoleransi aktivitaspenurunan kekuatan dan stamina - #epresi mood atau cemas - -erusakan kognitif - Penurunan kekuatan otot, kontrol dan atau masa - -eengganan untuk memulai gerak - 1aya hidup yang menetap, tidak digunakan, deconditioning - alnutrisi selektif atau umum #C* - Penurunan waktu reaksi - -esulitan merubah posisi - Perubahan gerakan (penurunan untuk berjalan, kecepatan, kesulitan memulai langkah pendek) - -eterbatasan motorik kasar dan halus - -eterbatasan >C - 1erakan disertai nafas pendek atau tremor - -etidak stabilan posisi selama melakukan A#=
NO) @oint ovement * Active obility =evel elf care * A#=s 2ransfer performance etelah dilakukan tindakan keperawatan selamaK.gangguan mobilitas 4sik teratasi dengan kriteria hasil* -lien meningkat dalam aktivitas 4sik engerti tujuan dari peningkatan mobilitas emverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah emperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)
NIC : Exercise therapy : ambulation
onitoring vital sign sebelmsesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan -onsultasikan dengan terapi 4sik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi -aji kemampuan pasien dalam mobilisasi =atih pasien dalam pemenuhan kebutuhan A#=s secara mandiri sesuai kemampuan #ampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan A#=s ps. Berikan alat Bantu jika klien memerlukan. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
- 1erakan sangat lambat dan tidak terkoordinasi
&yeri b.d proses peradangan
Da+#"$a Kepera,a&a#Ma$aa/ K"a0"ra$
Re#a#a !epera,a&a# Ta# a# Kr&era Ha$
Ner a!& berhubungan dengan* Agen injuri (biologi, kimia, 4sik, psikologis), kerusakan jaringan
#* - =aporan secara verbal #C* - Posisi untuk menahan nyeri - 2ingkah laku berhati%hati - 1angguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai) - 2erfokus pada diri sendiri - Iokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
NO) Pain =evel, pain control, comfort level etelah dilakukan tinfakan keperawatan selama K. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil* ampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) elaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri ampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) enyatakan rasa •
•
•
•
I#&er%e#$
NI) pengkajian nyeri secara =akukan komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi Cbservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan pasien dan keluarga untuk Bantu mencari dan menemukan dukungan lingkungan yang dapat -ontrol mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan -urangi faktor presipitasi nyeri -aji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi tentang teknik non Ajarkan farmakologi* napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat dingin Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri* KK... 2ingkatkan istirahat Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur onitor vital sign sebelum dan
- 2ingkah laku distraksi, contoh * jalan%jalan, menemui orang lain danatau aktivitas, aktivitas berulang%ulang) - >espon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil) - Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku) - 2ingkah laku ekspresif (contoh * gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjangberkeluh kesah) - Perubahan dalam nafsu makan dan minum
nyaman setelah nyeri berkurang 2anda vital dalam rentang normal 2idak mengalami gangguan tidur
•
•
sesudah pemberian analgesik pertama kali
Da+#"$a Kepera,a&a#Ma$aa/ K"a0"ra$
Re#a#a !epera,a&a# Ta# a# Kr&era Ha$
Ner Kr"#$ berhubungan dengan ketidakmampuan 4sik% psikososial kronis (metastase kanker, injuri neurologis, artritis)
#* - -elelahan - 2akut untuk injuri ulang #C* - Atropi otot - 1angguan akti4tas - Anoreksia - Perubahan pola tidur - >espon simpatis (suhu dingin, perubahan posisi tubuh , hipersensitif, perubahan berat badan)
I#&er%e#$
NIC :
&C3* 3omfort level Pain control Pain level etelah dilakukan tindakan keperawatan selama K. nyeri kronis pasien berkurang dengan kriteria hasil* 2idak ada gangguan tidur 2idak ada gangguan konsentrasi 2idak ada gangguan hubungan interpersonal 2idak ada ekspresi menahan nyeri dan ungkapan secara verbal 2idak ada tegangan otot
Pain anajemen - onitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri - 2ingkatkan istirahat dan tidur yang adekuat - -elola anti analgetik ........... - @elaskan pada pasien penyebab nyeri - =akukan tehnik nonfarmakologis (relaksasi, masase punggung)
>esiko kerusakan integritas kulit bd imobilisasi 4sik
Re#a#a !epera,a&a#
Da+#"$a Kepera,a&a#Ma$aa/ K"a0"ra$ R$!" +a#++a# #&e+r&a$ !&
Iaktor%faktor risiko* ;ksternal * - ipertermia atau hipotermia - ubstansi kimia - -elembaban udara - Iaktor mekanik (misalnya * alat yang dapat menimbulkan luka, tekanan, restraint) - !mmobilitas 4sik - >adiasi - :sia yang ekstrim - -elembaban kulit - Cbat%obatan - ;kskresi dan sekresi !nternal * - Perubahan status metabolik - 2ulang menonjol - #e4sit imunologi - Berhubungan dengan dengan perkembangan - Perubahan sensasi - Perubahan status nutrisi (obesitas, kekurusan) - Perubahan pigmentasi - Perubahan sirkulasi - Perubahan turgor (elastisitas kulit) - Psikogenik
Ta# a# Kr&era Ha$
I#&er%e#$
NO) * - 2issue !ntegrity * kin and ucous embranes - tatus &utrisi - 2issue Perfusion*perifer - #ialiysis Access !ntegrity
&!3 * Pressure anagement Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar indari kerutan padaa tempat tidur kebersihan kulit agar tetap @aga bersih dan kering obilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali onitor kulit akan adanya kemerahan Cleskan lotion atau minyakbaby oil pada derah yang tertekan aktivitas dan mobilisasi onitor pasien onitor status nutrisi pasien emandikan pasien dengan sabun dan air hangat pengkajian risiko untuk 1unakan memonitor faktor risiko pasien (Braden cale, kala &orton) !nspeksi kulit terutama pada tulang% tulang yang menonjol dan titik%titik tekanan ketika merubah posisi pasien. @aga kebersihan alat tenun -olaborasi dengan ahli gi
etelah dilakukan tindakan keperawatan selamaK. 1angguan integritas kulit tidak terjadi dengan kriteria hasil* !ntegritas kulit yang baik bisa dipertahankan adanya elaporkan gangguan sensasi atau nyeri pada daerah kulit yang mengalami gangguan enunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang melindungi ampu kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami tatus nutrisi adekuat dan warna ensasi kulit normal
DAFTAR PUSTAKA Brunner L uddarth, 66, Buku Ajar -eperawatan edikal Bedah, alih bahasa* Haluyo Agung., Masmin Asih., @uli., -uncara., !.made karyasa, ;13, @akarta. @ohnson L ass. 66. Nursing Outcomes Classications. nd edition. &ew Mork* osby% Mear Book inc
c3loskey L Bulechek. 66. Nursing Interventions Classications. 0 th edition. &ew Mork* osby%Mear Book inc &AA. 66%6++. Nursing Diagnosis: Denitions and classication. Philadelphia, :A