Bab I Pendahuluan Hipertensi atau darah tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur. Diketahui 9 dari 10 orang yang menderita hipertensi tidak dapat diidentifikasi penyebab penyakitnya. Itulah sebabnya hipertensi dijuluki silent killer. Seseorang baru merasakan dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi. Jadi baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung, koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif atau stroke .Hipertensi pada dasarnya mengurangi harapan hidup para penderitanya. Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastoliknya melebihi 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg). Hipertensi sebenarnya dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Jika salah satu orang tua terkena hipertensi, maka kecenderungan anak untuk menderita hipertensi adalah lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki orang tua penderita hipertensi. Dalam makalah ini, saya akan membahas tentang hasil kunjungan saya ke salah satu pasien dari Puskesmas Kelurahan Tomang. Kegiatan ini diadakan untuk melihat langsung keadaan pasien dan keluarganya, serta lingkungan tempat tinggal tinggal mereka.
Tujuan
Tujuan dilakukannya kunjungan rumah ialah untuk mengetahui adakah terdapat hubungan antara keadaan keluarga, lingkungan tempat tinggal dan pola psikososial pasien dengan penyakit hipertensi.
Metode
Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode wawancara dengan pasien serta melihat keadaan rumah dan lingkungan sekitar tempat tinggal pasien.
1
Bab II Laporan Kasus
Puskesmas
: Jelambar Baru Jl. Madrasah B Kelurahan Jelambar Baru
Nomor register
: 1229/10
Data riwayat keluarga : I. Identitas pasien :
Nama
: Ibu Tasiyah
Umur
: 58 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Pendidikan
: SD (tidak tamat)
Alamat
: Jelambar Ilir RT 12/RW 10 Jelambar Baru
Telepon
: 087883202637
II. Riwayat biologis keluarga :
a. Keadaan kesehatan sekarang
: Sedang
b. Kebersihan perorangan
: Baik
c. Penyakit yang sering diderita
: Sakit kepala
d. Penyakit keturunan
: Tidak ada
e. Penyakit kronis/ menular
: Tidak ada
f. Kecacatan anggota keluarga
: Tidak ada
g. Pola makan
: Baik
h. Pola istirahat
: Sedang
i.
: 2 orang
Jumlah anggota keluarga
III. Psikologis keluarga
a.
Kebiasaan buruk
: Ada(Menggantung pakaian dan menumpuk
barang) b.
Pengambilan keputusan
: Bapak
c.
Ketergantungan obat
: Tidak ada 2
d.
Tempat mencari pelayanan kesehatan: Puskesmas Jelambar Baru
e.
Pola rekreasi
: Kurang
IV. Keadaan rumah/ lingkungan
a.
Jenis bangunan
: Semi permanen
b.
Lantai rumah
: Keramik dan papan
c.
Luas rumah
: 3 x 2 x 5 m2
d.
Penerangan
: Kurang
e.
Kebersihan
: Baik
f.
Ventilasi
: Kurang
g.
Dapur
: Ada
h.
Jamban keluarga
: Ada
i.
Sumber air minum
: Ledeng
j.
Sumber pencemaran air
: Ada
k.
Pemanfaatan pekarangan
: Tidak ada
l.
Sistem pembuangan air limbah
: Ada
m. Tempat pembuangan sampah
: Ada
n.
: Baik
Sanitasi lingkungan
V. Spiritual keluarga
a.
Ketaatan beribadah
: Baik
b.
Keyakinan tentang kesehatan
: Baik
VI. Keadaan sosial keluarga
a.
Tingkat pendidikan
: Rendah
b.
Hubungan antar anggota keluarga
: Baik
c.
Hubungan dengan orang lain
: Baik
d.
Kegiatan organisasi sosial
: Baik
e.
Keadaan ekonomi
: Kurang
VII. Kultural keluarga
a.
Adat yang berpengaruh
: Sunda
b.
Lain-lain
: Tidak ada
3
VIII. Anggota keluarga :
N
Nama
Hub
o
Umur
dgn
Pendidika
Pekerja
Aga
Keadaan
Keadaan
Imu
K
Ke
n
an
ma
kesehatan
gizi
nisas
B
t
KK 1
Samsuri
KK
i
75 th
SD
(tidak Penjual
tamat)
Islam
Sakit
Cukup
-
-
-
Islam
Sakit
Cukup
BCG
-
-
barang bekas
2
Tasiyah
Isteri
58
SD
(tidak Ibu
tamat)
rumah tangga
IX. Keluhan utama :
Kepala sering pusing.
X. Keluhan tambahan :
Kaki bengkak, kelelahan, jantung berdebar-debar, susah tidur.
XI. Riwayat penyakit sekarang :
OS sering mengalami pusing dan susah tidur, OS juga ada riwayat hipertensi semenjak 1 tahun yang lalu. OS juga sering mengalami kelelahan dan kaki bengkak. Riwayat alergi obat disangkal.
XII. Riwayat penyakit dahulu
-
Gout
XIII. Pemeriksaan fisik
-
Tekanan darah 150/100 mmHg
XIV. Diagnosis penyakit
Hipertensi
4
XV. Diagnosis keluarga
BPH ( Benign Prostat Hipertrophy) pada Bapak.
XVI. Anjuran penatalaksanaan penyakit
a. Promotif : Menghimbau kepada orang tua lain yang berusia di atas 45 tahun dan yang berisiko tinggi untuk memiliki hipertensi, agar dapat menjalankan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang sehat, tidak tinggi kolesterol, menghindari rokok, melakukan olahraga ringan dan mengurangi aktivitas yang berat dan menyita banyak pikiran. b. Preventif : Menjalankan pola atau gaya hidup yang sehat dengan mengkonsumsi makanan yang tidak tinggi kandungan kolesterolnya, mengurangi konsumsi kacang-kacangan, menghindari rokok, berolahraga ringan, mengurangi aktivitas yang membutuhkan banyak pikiran, menghindari stress, hindari makanan mengandung asam urat, membatasi aktivitas fisik. c. Kuratif : Terapi medika mentosa :
Diuretik: HCT 1 - 2 X 25 mg/ hari atau furosemid 1-2 X 40 mg/ hari. Kontraindikasi: DM, Gout
Beta bloker : Propanolol 2-3 X 10 mg / hari. Kontraindikasi : Asma, DM, Gagal Jantung
Adrenergik neuron bloker : Reserpin 1-3 X 0,1 mg . Kontraindikasi : ulkus ventrikuli
ACE-inhibitor: captopril 2-3 × 12,5-25 mg
Terapi non medika mentosa 1. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Harus memperhatikan kebiasaan makan penderita hipertensi. 2. Menghindari stress. Ciptakan suasana yang menenangkan bagi pasien penderita hipertensi. 3. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Anjurkan kepada pasien penderita hipertensi untuk melakukan olahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-
5
45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu. Selain itu menghentikan kebiasaan merokok dan mengurangi minum minuman beralkohol sebaiknya juga dilakukan. d. Rehabilitatif
:
Kontrol penyakit ke dokter minimal sebulan sekali.
Monitoring :
Tekanan darah
Kerusakan target organ : -
Mata (Retinopati hipertensi)
-
Ginjal (Nefropati hipertensi)
-
Jantung (HHD)
-
Otak (Stroke)
Interaksi obat dan efek samping
Kepatuhan
XVII. Prognosis
Penyakit
: dubia ad bonam
Keluarga
: dubia ad bonam
Masyarakat
: dubia ad bonam
XVIII. Resume
Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada hari Rabu 7 Juli 2012, didapatkan bahwa pasien adalah penderita Hipertensi derajat I kronik tidak terkontrol. Pasien kurang memiliki pengetahuan tentang penyakitnya sehingga melakukan pola hidup yang salah, kurang tidur, kurang olahraga dan berobat tidak teratur. Rumah pasien tergolong rumah yang tidak sehat dilihat dari kurangnya ventilasi dan udara dalam ruangan yang panas. Oleh karena itu pasien disarankan untuk melakukan pencegahan sekunder untuk mencegah komplikasi yang dapat timbul dengan minum obat secara teratur, kontrol tekanan darahnya secara rutin minimal 1 bulan sekali dan olahraga secara teratur, memperbaiki pola makan dan melakukan hal-hal yang terdapat dalam perilaku hidup sehat. Sedangkan keluarga pasien sebagai kelompok resiko tinggi, dianjurkan untuk berperilaku hidup sehat sedini mungkin dan mengontrol tekanan darah secara teratur dan hidup dengan pola makan yang sehat. Untuk mencapai kesehatan yang menyeluruh hendaknya 6
didukung pula oleh kondisi rumah yang sehat, oleh karena itu pasien disarankan untuk memperbaiki ventilasi ruangan.
Tinjauan Pustaka
A. Pendahuluan
Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa hal, antara lain mneingkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
B. Epidemiologi
Data epidemiologi menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populsi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga bertambah, dimana baik hipertensi sistolik maupu n kombinasi hipertensi sistolik dan diastolic sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia > 65 tahun. Selain itu laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus meningkat, dalam decade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi dan pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34 % dari seluruh pasien hipertensi. Sampai saat ini data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari Negaranegara yang sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insidens hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31 % yang berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHANES III tahun 1988-1991.
C. Definisi
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer, untuk membedakannya dengan hipertensi lain yang sekunder yang sebab-sebab yang diketahui. Menurut The Seven Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC7) kalsifikasi
7
tekanan darah pada orang dewasa ternagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan hipertensi derajat 2 (Tabel 1)
Klasifikasi Tekanan darah
TDS (mmHg)
TDD (mmHg)
Normal
< 120
< 80
Prahipertensi
120 – 139
80 – 89
Hipertensi derajat 1
140 – 159
90 – 99
Hipertensi derajat 2
≥ 160
≥ 100
TDS= Tekana Darah sistolik, TDD = Tekanan Darah Diastolik
D. Patogenesis
Hipertensi esensial adalah multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi antara faktor-faktor resiko tertentu. Faktor-faktor resiko yang mendorong timbulnya kenailan tekanan darah tersebut adalah : 1. Faktor resiko, seperti: diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok dan genetis 2. System saraf simpatis
Tonus simpatis
Variasi diurnal
3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi : endotel pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos dan interstitium juga memberikan kontribusi akhir 4. Pengaruh system otokrin setempat yang berperan pada system rennin, angiotensin dan aldosteron.
E. Kerusakan Organ Target
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah : 8
1. Jantung
Hipertrofi ventrikel kiri
Angina atau infark miokardium
Gagal jantung
2. Otak
Stroke atau transient ischemic attack
3. Penyakit ginjal kronis 4. Penyakit arteri perifer 5. Retinopati Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakn organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung , antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor ATI angiotension II, stress oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide synthase. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor- β (TGF-β). Adanya kerusakan organ target terutama pada jantung dan pembuluh darah,, akan memperburuk prognosis pasien hipertensi. Tingginya morbidaitas dan mortalitas pasien hipertensi terutama disebabkan oleh timbulnya penyakit kardiovaskular. Faktor resiko penyakit kardiovaskular pada pasien hipertensi antara adalah :
Merokok
Obesitas
Kurangnya aktivitas fisik
Dislipidimia
Diabetes mellitus
Mikroalbiminuria
Umur (laki-laki) > 55 tahun, perempuan 65 tahun
Riwayat keluarga dengan penyakit jantung kardiovaskular premature
Pasien dengan prahipertensi beresiko mengalami peningkatan tekanan darah menjadi hipertensi, mreka yang tekanan darahnya berkisar antara 130-139/80-89 mmHg dalam sepanjang hidupnya akan mengalami dua kali resiko menjadi hipertensi dan mengalami kardiovaskular daripada yang tekanan darahnya l ebih rendah.
9
Pada orang yang berumur lebih dari 59 tahun, tekanan darah sistolik > 140 mmHg merupakan faktor resiko yang lebih penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskular daripada tekanan darah diastolik :
Resiko penyakit kardiovaskular dimulai pada tekanan darah 115/75 mmHg meningkat dua kali dengan tiap kenaikan 20/10 m mHg
Resiko penyakit kardiovaskular bersifat kontinyu, konsisten dan independen dari faktor resiko lainnya
Individu berumur 55 tahun memiliki 90% resiko untuk mengalami hipertensi
F. Evaluasi Hipertensi
Evaluasi pada pasien hipertensi bertujuan untuk : 1. Menilai pola hidup dan identifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular lainnya atau menilai adanya penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan menentukan pengobatan 2. Mencari penyebab kenaikan tekanan darah 3. Menentukan ada tidakanya kerusakan target organ dan penyakit kardiovaskular Evaluasi pasien hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis tentang keluhan pasien, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Anamnesis meliputi : 1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah 2. Indikasi adanya hipertensi sekunder a) Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal b) Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri, pemakian obat-obat analgesic c) Episode
berkeringat,
sakit
kepala,
kecemasan,
palpitasi
(feokromositoma) d) Episode lemah otot dan tetani (aldosteronisme) 3. Faktor-faktor resiko : a) Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga pasien b) Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarga pasien c) Riwayat diabetes mellitus pada pasien atau keluarga pasien
10
d) Kebiasaan merokok e) Pola makan f) Kegemukan, intensitas olahraga g) Kepribadian 4. Gejala kerusakan organ a) Otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient ischemic attack, deficit sensoris atau motoris b) Jantung : nyeri dada, sesak, bengkak kai c) Ginjal : haus, poliuria, nokturia, hematuri d) Arteri perifer : ekstremitas dingin 5. Pengobatan antihipertensi sebelumnya 6. Faktor-faktor pribadi, keluarga dam lingkungan. Pemeriksaan fisik selain memeriksa tekanan darah, juga untuk evaluasi adanya penyakit penyerta, kerusakan organ target serta kemungkinan adanya hipertensi sekunder. Pengukuran tekana darah :
Pengukuran rutin di kamar periksa
Pengukuran 24 jam ( Ambulatory Blood Pressure Monitoring -ABPM)
Pengukuran sendiri oleh pasien
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari :
Tes darah rutin
Gluukosa darah
Kolesterol total serum
Kolesterol LDL dan HDL serum
Trigliserida serum
Asam urat serum
Kreatinin serum
Kalium serum
Hemoglobin dan hematokrit
Urinalisis
Elektrokardiogram
Beberapa pedoman penanganan hipertensi menganjurkan test lain seperti :
Esokardiogram 11
USG karotis
C-reactive protein
Mikroalbuminuria atau perbandingan albumin/kreatinin urin
Proteinuria kuantitatif
Funduskopi
Evaluasi pasien hipertensi juga diperlukan untuk menentukan adanya penyakit penyerta sistemik, yaitu :
Arteriosklerosis (malalui pemerikasaan profil lemak)
Diabetes (terutama pemerikasaan gula darah)
Fungsi ginjal (dengan pemeriksaan proteinuria, kreatinin serum, serta memperkirakan laju filtrasi glomerulus)
Pada pasien hipertensi, beberapa pemeriksaan untuk menentukan kerusakan organ target dapat dilakukan secara rutin, sedanga pemeriksaan lainnya hanya dilakukan bila ada kecurigaan yang didukung oleh keluhan dan gejala pasien. Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan organ target meliputi : 1. Jantung
Pemeriksaan fisis
Foto polos dada (untuk pembesaran jantung, kondisi arteri intratoraks dan sirkulasi pulmoner)
Elektrokardiografi (untuk deteksi iskemia, gangguan konduksi, aritmia, serta hipertrofi ventrikel kiri)
Ekokardiografi
2. Pembuluh darah
Pemeriksaan fisis termasuk perhitungan pulse pressure
Ultrasonografi (USG) karotis
Fungsi endotel
3. Otak
Pemeriksaan neurologis
Diagnosis stroke ditegakkan dengan menggunakan cranial computed tomography (CT) scan atau magnetic resonance imaging (MRI) (untuk pasien dengan gangguan neural, kehilangan memori atau gangguan kognitif)
4. Mata 12
Funduskopi
5. Fungsi ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria/mikromakroalbuminuria serta rasio albumin kreatinin urin
Perkiraan laju filtrasi glomerulus
G. Pengobatan
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah :
Target tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu beresiko tinggi (diabetes, gagal ginjal proteinuria) <130/80 mmHg
Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular
Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria
Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap faktor resiko atau kondisi penyerta lainna seperti diabetes mellitus atau dislipidemia juga harus dilaksanakan hingga mencapai target terapi masing-masing kondisi. Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan farmakologis. Terapi nonfarmakologis harus dilaksnakan oleh semua pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor resiko serta penyakit pemyerta lainnya.. Terapi nonfarmakologis terdiri dari :
Menghentikan merokok
Menurunkan berat badan berlebih
Menurunkan konsumsi alcohol berlebih
Latihan fisik
Menurunkan asupan garam
Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan l emak
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmaklogis hipertensi yang dianjurkan oleh JNC7 :
Diuretika, terutama jenis Thiazide (thiaz) atau Aldosterone Antagonist (Aldo Ant)
Beta Blocker (BB) Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB) Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) 13
Angiotensin II Receptor Blocker atau AT 1 receptor antagonist/blocker (ARB)
Masing-masing obat antihipertensi memiliki efektivitas dan keamanan dalam pengobatan hipertensi, tetapi pemilihan obat antihipertensi juga dipengaruhi beberapa faktor yaitu:
Faktor sosial ekonomi
Profil faktor resiko kardiovaskular
Ada tidaknya kerusakan organ target
Ada tidaknya penyakit penyerta
Variasi individu dari respon pasien terhadap obat antihipertensi
Kemungkinan adanya interaksi
dengan obat yang gunakan pasien untuk
penyakit lain
Bukti ilmiah kemampuan obat antihipertensi yang akan digunakan dalam menurunkan resiko kardiovaskular
Untuk keperluan pengobatan, ada pengelompokan pasien berdasarkan yang memerlukan pertimbangan khusus yaitu kelompok Indikasi yang memaksa dan keadaan khusus lainnya . Indikasi yang memaksa ,meliputi :
Gagal jantung
Pasca infark miokardium
Resiko penyakit pembuluh darah koroner tinggi
Diabetes
Penyakit ginjal kronis
Pencegahan stroke berulang
Keadaan khusus lainnya meliputi :
Populasi minoritas
Obesitas dan sindrom metabolic
Hipertrofi ventrikel kanan
Penyakit arteri perifer
Hipertensi pada usia lanjut
Hipotensi postural
Demensia
Hipertensi pada perempuan
Hipertensi pada anak dan dewasa muda 14
Hipertensi urgensi dan emergensi
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan target tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan apakah memulai terapi dengan satu jenis obat antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidkanya komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah dan kemudian tekanan darah belum mencapai target maka selanjutnya adalah meningkatkan dosis obat tersebut, atau berpindah ke antihipertensi lain dengan dosis rendah. Efek samping umumnya bisa dihindari dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi. Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah, tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum bertambah. Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien adalah :
CCB dan BB
CCB dan ACEI atau ARB
CCB dan diuretika
AB dan BB
Kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat
H. Pemantauan
Pasien yang telah mulai mendapat pengobatan harus datang kembali untuk evaluasi lanjutan dna pengaturan dosis obat sampai target tekanan darah tercapai. Setelah tekanan darah tercapai dn stabil, kunjungan berikutnya dengan interval 3-6 bulan tetapi frekuensi kunjungan ini juga ditentukan oleh ada tidaknya kormoditas seperti gagal jantung, penyakit yang berhubungan seperti diabetes dan kenutuhan akan pemeriksaan laboratorium. Strategi untuk meningkatkan kepatuhan pada pengobatan :
Empati dokter akan meningkatkan kepercayaan, motivasi dan kepatuhan pasien
Dokter harus mempertimbangkan latarbalakang budaya kepercayaan pasien serta sikap pasien terhadap pengobatan 15
Pasien diberitahu hasil pengukuran tekanan darah, target yang masih harus dicapai, rencana pengobatan selanjutnya serta pentingnya mengikuti rencana tersebut.
Penyebab hipertensi resisten : 1. Pengukuran tekanan darah yang tidak benar 2. Dosis belum memadai 3. Ketidakpatuhan pasien dalam penggunan obat antihipertesni 4. Ketidakpatuhan pasien dalam memperbaiki pola hidup
Asupan alcohol berlebih
Kenaikan berat badan berlebih
5. Kelebihan volume cairan
Asupan garam berlebih
Terapi diuretika tidak cukup
Penurunan fungsi ginjal berjalan progresif
6. Adanya terapi lain
Masih menggunakan bahan/obat lain yang meningkatkan tekanan darah
Adanya obat lain yang mempengaruhi atau berinteraksi dengan kerja obat antihipertensi
7. Adanya oernyebab hipertensi lain/sekunder Jika dalam 6 bulan target pengobatan (termasuk target tekanan darah) tidak tercapai, harus dipertimbangkan untuk melakukan rujukan ke dokter spesialis atau subspesialis. Pengobatan antihipertensi umumnya untuk selama hidup. Penghentian pengobatan cepat atau lambat akan diikuti dengan naiknya tekanan darah sampai seperti sebelum dimulai pengobatan antihipertensi. Walaupun demikian untuk menurunkan dosis dan jumlah obat antihipertensi secara bertahap bagi pasien yang diagnosis hipertensinya sudah pasti serta tetap patuh terhadap pengobatan nonfarmakologis. Tindakan ini harus disertai dengan pengawasan tekanan darah yang ketat.
Kesimpulan dan saran Penyakit Hipertensi merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang mana dapat dihadapi baik itu dibeberapa negara yang ada didunia maupun di Indonesia.
16
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan hipertensi itu adalah dari kebiasaan atau gaya hidup masyarakat yaitu faktor herediter yang didapat pada keluarga, faktor usia, jenis kelamin, konsumsi garam yang berlebihan, kurang berolahraga, dan obesitas. . Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : - Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya - Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut : a. Faktor keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. b. Ciri perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih ). c. Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alkohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin ).
Saran
Perlunya upaya penyuluhan agar dari case-finding maupun pendidikan kesehatan dan penatalaksanaan pengobatannya yang belum terjangkau masih sangat terbatas. Untuk
17
penderita datang berobat untuk pertama kalinya datang terlambat dimana sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan agar sedini mungkin diberi pengobatan. Selain itu, kebiasaan hidup sehat seperti berhenti merokok, mengurangi berat badan (bila kegemukan), mengurangi konsumsi garam sehingga asupan sodium kurang dari 100 mmol/hari, melakukan olah raga 30 - 45 menit per hari juga dapat mengurangi resiko terjadinya hipertensi.
Daftar pustaka
1. Sunarto, K. Sosiologi Kesehatan. Pusat Penerbitan Universitas Indonesia. Hlm. 2.32.5, 2002 2. Kasper DL, Fauci AS, Lonjo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL: Harrison's Principles Of Internal Medicine, 16 th ed, Mc Graw Hill Med. Publ.Div., 2005. 3. Mansjoer A, Suprohalita, Wardhani WL, Setiowulan W: Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Media Aaesculapius FKUI, 2001. 4. WHO Techn. Rep. Ser. 231, Arterial Hypertension & IHD (Preventive Aspects WHO Chronicle 1962 5. Noer MS: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga, Jilid kesatu, Balai Penerbit FKUI, 2003. 6. Wawolumaya.C.Survei Epidemiologi Sederhana, Seri No.1, 2001. Cermin Dunia Kedokteran No. 150, 2006 35
18
19