Asuhan Kebidanan Pada Masa Klimakterium Dalam Konteks Kesehatan Reproduksi Berdasarkan Evidence Based Berspektif Gender dan HAM Setiap manusia baik laki-laki maupun wanita dalam kehidupannya terjadi perubahan atau mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik, psikis maupun sosial kemasyarakatan. Perubahan itu dimulai dari bayi baru lahir, masa anak-anak, masa remaja, masa dewasa, dan masa tua, namun kehidupan wanita terbagi lagi dalam beberapa masa, yakni masa bayi, masa kanak-kanak, pubertas, masa reproduksi, masa klimakterium dan masa senium. Masing-masing masa mempunyai kekhususan yang memerlukan pemahaman dan perawatan keadaan tubuhnya dalam menghadapi masa tersebut. Dalam memasuki masa tua seorang wanita memasuki masa klimakterium yaitu merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium dan bagian dari masa klimakterium terjadi masa menopause. Menopause adalah salah satu fase dalam kehidupan normal seorang wanita. Masa menopause ditandai oleh berhentinya kapasitas reproduksi seorang wanita. Ovarium tidak berfungsi dan produksi hormon steroid serta peptida berangsur-angsur hilang. Sementara itu, sejumlah perubahan fisiologik pun terjadi. Hal itu terjadi sebagian disebabkan oleh berhentinya fungsi ovarium dan sebagian lagi disebabkan oleh proses penuaan. Banyak wanita yang mengalami gejala-gejala akibat perubahan perubahan tersebut dan biasanya menghilang perlahan dan tidak menyebabkan kematian. Namun tak jarang menimbulkan rasa tidak nyaman dan terkadang perlahan menyebabkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari. Sedang masa senium adalah masa sesudah pasca menopause, ketika telah tercapai keseimbangan baru dalam kehidupan wanita, sehingga tidak ada lagi gangguan vegetatif maupun psikis. Pada masa sekarang ini tanggung jawab kesehatan reproduksi wanita bukan saja berada pada isteri, namun melibatkan peran suami. Banyak kendala yang dihadapi baik faktor sosial maupun budaya, terutama yang berkaitan dengan kehidupan jender. Prespektif baru dalam kesehatan reproduksi adalah keikutsertaan pria at au suami dalam kesehatan reproduksi wanita. Selain itu sejalan dengan perubahan sosial budaya membawa perubahan orientasi peran suami dan isteri. Oleh karena masalah kesehatan reproduksi perempuan sudah merupakan tanggungjawab bersama antara suami dan istri maka sangat diperlukan pemahaman dan pengaruh yang seimbang antara suami dan istri untuk dapat membantu perilaku kesehatan reproduksi secara optimal melalui komunikasi dan layanan suami istri, salah satu bentuk gambaran suami dalam perilaku kesehatan reproduksi perempuan lansia
terutama saat proses memasuki masa menopause dengan berbagai permasalahan yang timbul baik fisik maupun psikisnya. Melihat perkembangan jumlah penduduk di Indonesia, pada tahun 1997 penduduk Indonesia telah berjumlah 201,4 juta dan 100,9 juta diantaranya adalah wanita, termasuk 14,3 juta orang wanita berusia 50 tahun atau lebih. Pada tahun 2000, jumlah wanita berusia 50 tahun keatas telah mencapai 15,5 juta orang, tentunya perlu mendapatkan perhatian bagaimana kesehatan reproduksinya, oleh karena terjadi perubahan baik secara fisik maupun psikisnya seperti incontinentia urinae, berkurangnya penglihatan dan pendengaran, patah tulang, depresi, palpitasi, sakit kepala dan lain sebagainya. Namun masih banyak hal yang memprihatinkan pada wanita menopause, fakta menunjukkan bahwa makin bertambahnya jumlah penduduk, makin maju suatu negara, makin terisolir penduduk usia tua termasuk menopause, apalagi harapan hidup wanita relatif lebih tinggi dibanding dengan laki-laki, selain itu konsep budaya yang berkembang di Indonesia bahwa seorang wanita adalah istri yang harus melayani kehidupan seksual suami, sehingga dalam keadaan yang bagaimanapun serta adanya rasa bahwa layanan suami istri adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan dengan menekan rasa sakit dan tanpa memperhatikan kesehatan reproduksinya. Dengan melihat kondisi masyarakat yang berada pada dua perspektif yaitu pola tradisional yang timpang jender dan masyarakat yang mengalami perubahan sosial, maka perlu dilihat tingkat partisipasi suami dalam ikut merawat atau memelihara kesehatan reproduksi wanita lansia. A. Pengertian Klimakterium
Klimakterium adalah masa peralihan dalam kehidupan normal seorang wanita sebelum mencapai senium, yang mulai dari akhir masa reproduktif dari kehidupan sampai masa non-reproduktif. Masa klimakterium meliputi pramenopause, menopause, dan pascamenopause. Pada wanita terjadi antara umur 40-65 tahun. Klimakterium prekoks adalah klimakterium yang terjadi pada wanita umur kurang dari 40 tahun. klimakterium, merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium, yang bukan merupakan suatu keadaan patologik, melainkan suatu masa peralihan yang normal. Masa ini berlangsung sebelum dan beberapa tahun sesudah menopause. Masa premenopause, menopause dan pasca menopause dikenal sebagai masa klimakterium.
Klimakterium dapat dikatakan mulai sekitar 6 tahun sebelum menopause dan berakhir kira-kira 6-7 tahun sesudah menopause. Pada wanita dalam masa ini, terjadi juga keluhankeluhan yang disebut sindroma klimakterik.
B. Tanda Awal Dari Klimakterium
Masa ini ditandai dengan berbagai macam keluhan endokrinologis dan vegetatif. Yaitu: 1. Terjadi perubahan pada ovarium seperti sclerosis pembuluh darah, berkurangnya jumlah folikel dan menurunnya sintesis steroid seks kemudian henti haid. 2. Dan ditandai dengan turunnya kadar estrogen dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin.
C. Gangguan Klimakterium
Penurunan fungsi ovarium dapat berlangsung cepat pada sebagian wanita dan lebih lambat pada yang lainnya. Sebagian wanita menghasilkan estrogen endogen yang cukup sehingga tetap tanpa gejala, sedangkan yang lain memperlihatkan beragam gejala semasa klimakterium. Gejala-gejalanya dapat dikelompokkan menjadi: 1. Gangguan neurovegetatif (vasomotorik-hipersimpatikotoni) yang mencakup: a. gejolak panas ( hotflushes) b. keringat malam yang banyak c. rasa kedinginan d. sakit kepala e. desing dalam telinga f. tekanan darah yang goyah g. berdebar-debar h. susah bernafas i. jari-jari atrofi j.
gangguan usus (meteorismus)
2. Gangguan psikis mudah tersinggung a. depresi b. lekas lelah c. kurang bersemangat d. insomania atau sulit tidur
3. Gangguan organic a. infark miokard (gangguan sirkulasi) b. atero-sklerosis (hiperkolesterolemia) c. osteoporosis d. gangguan kemih (disuria) nyeri senggama (dispareunia)
D. Masalah yang timbul pada Klimakterium dan Menopause
1. Fisik Ketika seseorang memasuki masa menopause, fisik mengalami ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara tiba-tiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher dan dada bagian atas. Kadang-kadang rasa kaku ini dapat dii kuti dengan rasa panas atau dingin, pening, kelelahan, jengkel, resah, cepat marah, dan berdebar-debar (Hurlock, 1992). Beberapa keluhan fisik
yang merupakan tanda dan gejala dari
menopause yaitu: a. Ketidakteraturan Siklus Haid Tanda paling umum adalah fluktuasi dalam siklus haid, kadang kala haid muncul tepat
waktu, tetapi tidak pada siklus berikutnya. Ketidakteraturan ini sering disertai
dengan jumlah darah yang sangat banyak, tidak seperti volume pendarahan haid yang normal. Keadaan ini sering mengesalkan wanita karena ia harus beberapa kali mengganti pembalut yang dipakainya. Normalnya haid akan berakhir setelah tiga sampai empat hari, namun pada keadaan ini haid baru dapat berakhir setelah satu minggu atau lebih. b. Gejolak Rasa Panas Arus panas biasanya timbul pada saat darah haid mulai berkurang dan berlangsung sampai haid benar- benar berhenti. Sheldon H.C (dalam Rosetta Reitz, 1979) mengatakan “ kira-kira 60% wanita mengalami arus panas”. Arus panas ini disertai oleh rasa menggelitik disekitar jari-jari, kaki maupun tangan serta pada kepala, atau bahkan timbul secara menyeluruh. Munculnya hot flashes ini sering diawali pada daerah dada, leher atau wajah dan menjalar ke beberapa daerah tubuh yang lain. Hal ini berlangsung selama dua sampai tiga menit yang disertai pula oleh keringat yang banyak. Ketika terjadi pada malam hari, keringat
ini
dapat
menggangu
tidur
dan
bila
hal
menimbulkan rasa letih yang serius bahkan menjadi depresi.
ini
sering
terjadi
akan
c. Kekeringan Vagina Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, Liang senggama kering sehingga menimbulkan nyeri pada saat senggama, keputihan, rasa sakit pada saat kencing. Keadaan ini membuat hubungan seksual akan terasa sakit. Keadaan ini sering kali menimbulkan keluhan pada wanita bahwa frekuensi buang air kecilnya meningkat dan tidak dapat menahan kencing terutama pada saat batuk, bersin, tertawa atau orgasme. d. Perubahan Kulit Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika menstruasi berhenti maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis terutama pada daerah sekitar wajah, leher dan lengan. Kulit di bagian bawah mata menjadi mengembung seperti kantong, dan lingkaran hitam dibagian ini menjadi lebih permanen dan jelas (Hurlock, 1992) e. Keringat di Malam Hari Berkeringat malam hari, bangun bersimbah peluh. Sehingga perlu mengganti pakaian dimalam hari. Berkeringat malam hari tidak saja menggangu tidur melainkan juga teman atau
pasangan
tidur.
Akibatnya
diantara
keduanya
merasa
lelah
dan
lebih
mudah tersinggung, karena tidak dapat tidur nyenyak. f. Sulit Tidur Insomnia (sulit tidur) lazim terjadi pada waktu menopause, tetapi hal ini mungkin ada kaitannya dengan rasa tegang akibat berkeringat malam hari, wajah memerah dan perubahan yang lain. g. Perubahan Pada Mulut Pada saat ini kemampuan mengecap pada wanita berubah menjadi kurang peka, sementara yang lain mengalami gangguan gusi dan gigi menjadi lebih mudah tanggal. h. Kerapuhan Tulang Rendahnya kadar estrogen merupakan penyebab proses osteoporosis (kerapuhan tulang). Osteoporosis merupakan penyakit kerangka yang paling umum dan merupakan persoalan bagi yang telah berumur, paling banyak menyerang wanita yang telah menopause. Biasanya kita kehilangan 1% tulang dalam setahun akibat proses penuaan (mungkin ini yang menyebabkan nyeri persendian), tetapi kadang setelah menopause kita kehilangan 2% setahunnya. John Hutton (1984:35) memperkirakan sekitar 25% wanita kehilangan tulang lebih cepat daripada proses menua. Menurunnya kadar estrogen akan diikuti dengan penurunan penyerapan kalsium yang terdapat dalam makanan. Kekurangan
kalsium ini oleh tubuh diatasi dengan menyerap kembali kalsium yang terdapat dalam tulang, dan akibatnya tulang menjadi keropos dan rapuh. i. Badan Menjadi Gemuk Banyak wanita yang menjadi gemuk selama menopause. Rasa letih yang biasanya dialami pada masa menopause, diperburuk dengan perilaku makan yang sembarangan. Banyak wanita yang bertambah berat badannya pada masa menopause, hal ini disebabkan oleh faktor makanan ditambah lagi karena kurang berolahraga. j. Penyakit Ada beberapa penyakit yang seringkali dialami oleh wanita menopause. Dari sudut pandang medik ada 2 (dua) perubahan paling penting yang terjadi pada waktu menopause yaitu meningkatnya kemungkinan terjadi penyakit jantung, pembuluh darah serta hilangnya mineral dan protein di dalam tulang (osteoporosis). Penyakit jantung dan pembuluh darah dapat menimbulkan gangguan seperti stroke atau serangan jantung. Selain itu penyakit kanker juga lebih sering terjadi pada orang yang berusia lanjut. Semakin lama kehidupan maka semakin besar kemungkinan penyakit itu menyerang. Misalnya kanker payudara, kanker rahim dan kanker ovarium. Kanker payudara lebih umum terjadi pada wanita yang telah melampaui masa menopause. Kanker rahim adalah istilah luas untuk kanker yang terjadi di rahim, ada dua bagian rahim yang dapat menjadi tempat bermulanya kanker. Yang pertama adalah serviks, kanker ini terutama berjangkit pada wanita berusia diatas 30 tahun. Gejala yang harus diperhatikan adalah pendarahan vagina setelah persetubuhan, pergetahan vagina yang tidak biasa dan noda diantara haid. Sementara kanker endometrium (kanker tubuh rahim) terutama menjangkiti wanita diatas usia 45 tahun, yang paling menanggung resiko adalah yang pernah mendapat haid agak lambat, dan yang mempunyai kombinasi antara tekanan darah tinggi, diabetes, dan berat tubuh berlebih. Gejalanya
adalah
pendarahan
tak
normal,
pendarahan
antara
haid,
keluaran darah yang lebih lama atau lebih kental dibandingkan biasanya, dan pendarahan h aid terakhir dalam menopause.
2. Psikologis Aspek psikologis yang terjadi pada lansia atau wanita menopause amat penting peranan dalam kehidupan sosial lansia terutama dalam menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan pensiun; hilangnya jabatan atau pekerjaan yang sebelumnya sangat menjadi kebanggaan sang lansia tersebut. Berbicara tentang aspek psikologis lansia dalam
pendekatan eklektik holistik, sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara aspek organbiologis, psikologis, sosial, budaya dan spiritual dalam kehidupan lansia. Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang (tension), cemas dan depresi. Ada juga lansia yang kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual, mereka merasa tidak dibutuhkan oleh suami dan anak-anak mereka, serta merasa kehilangan femininitas karena fungsi reproduksi yang hilang. Beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu: a. Ingatan Menurun Gelaja ini terlihat bahwa sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah, namun sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat, bahkan sering lupa pada hal-hal yang sederhana, padahal sebelumnya secara otomatis langsung ingat. b. Kecemasan Banyak ibu-ibu yang mengeluh bahwa setelah menopause dan lansia merasa menjadi pencemas. Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Misalnya kalau dulu biasa pergi sendirian ke luar kota sendiri, namun sekarang merasa cemas dan khawatir, hal itu sering juga diperkuat oleh larangan dari ana-anaknya. Kecemasan pada Ibu-ibu lansia yang telah menopause umumnya bersifat relatif, artinya ada orang yang cemas dan dapat tenang kembali, setelah mendapatkan semangat/dukungan dari ornag di sekitarnya; namun ada juga yang terus-menerus cemas, meskipun orang-orang disekitarnya telah memberi dukungan. Akan tetapi banyak juga ibu-ibu yang mengalami menopause namun tidak mengalami perubahan yang berarti dalam kehidupannya. Menopause rupanya mirip atau sama juga dengan masa pubertas yang dialami seorang remaja sebagai awal berfungsinya alat-alat reproduksi, dimana ada remaja yang cemas, ada yang khawatir namun ada juga yang biasa-biasa sehingga tidak menimbulkan gejolak. Adapun simtom-simtom psikologis adanya kecemasan bila ditinjau dari beberapa aspek, menurut Blackburn and Davidson (1990:9) adalah sebagai berikut: 1) Suasana hati yaitu keadaan yang menunjukkan ketidaktenangan psikis, seperti: mudah marah, perasaan sangat tegang. 2) Pikiran yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu, seperti: khawatir, sukar konsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif, merasa tidak berdaya.
3) Motivasi yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti : menghindari situasi, ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan diri, lari dari kenyataan. 4) Perilaku gelisah yaitu keadaan diri yang tidak terkendali seperti : gugup, kewaspadaan yang berlebihan, sangat sensitive dan agitasi. 5) Reaksi-reaksi biologis yang tidak terkendali, seperti : berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar, mual, mulut kering.
Gangguan kecemasan dianggap berasal dari suatu mekanisme pertahanann diri yang dipilih secara alamiah oleh makhluk hidup bila menghadapi sesuatu yang mengancam dan berbahaya. Kecemasan yang dialami dalam situasi semacam itu memberi isyarat kepada makhluk hidup agar melakukan tindakan mempertahankan diri untuk menghindari atau mengurangi bahaya atau ancaman. Menjadi cemas pada tingkat tertentu dapat dianggap sebagai bagian dari respon normal untuk mengatasi masalah sehari-hari. Bagaimana juga, bila kecemasan ini berlebihan dan tidak sebanding dengan suatu situasi, hal itu dianggap sebagai hambatan dan dikenal sebagai masalah klinis.
c. Mudah Tersinggung Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak menggangu. Ini mungkin disebabkan dengan datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses mana yang sedang berlangsung dalam dirinya. Perasaannya menjadi sangat sensitif terhadap sikap dan perilaku orang-orang di sekitarnya, terutama jika sikap dan perilaku tersebut dipersepsikan sebagai menyinggung proses penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya.
d. Stress Tidak ada orang yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas, termasuk para lansia menopause. Ketegangan perasaan atau stress selalu beredar dalam lingkungan pekerjaan, pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga dan bahkan menyelusup ke dalam tidur. Kalau tidak ditanggulangi stress dapat menyita energi, mengurangi produktivitas kerja dan menurunkan kekebalan terhadap penyakit, artinya kalau dibiarkan dapat menggerogoti tubuh secara diam-diam.
Namun demikian stress tidak hanya memberikan dampak negatif, tapi bisa juga memberikan dampak positif. Apakah kemudian dampak itu positif atau negatif, tergantung pada bagaimana individu memandang dan mengendalikannya. Stress adalah suatu keadaan atau tantangan yang kapasitasnya diluar kemampuan seseorang oleh karena itu, stress sangat individual sifatnya. Respon orang terhadap sumber stress sangat beragam, suatu rentang waktu bisa tibatiba jadi pencetus stress yang temporer. Stress dapat juga bersifat kronis misalnya konflik keluarga. Reaksi kita terhadap pencetus stress dapat digolongkan dalam dua kategori psikologis dan fisiologis. Di tingkat psikologis, respon orang terhadap sumber stress tidak bisa diramalkan, sebagaimana perbedaan suasana hati dan emosi kita dapat menimbulkan beragam reaksi, mulai dari hanya ekspresi marah sampai akhirnya ke hal-hal lain yang lebih sulit untuk dikendalikan. Di tingkat psikologis, respon orang terhadap sumber stress ini tergantung pada beberapa faktor, termasuk keadaan emosi pada saat itu dan sikap orang itu dalam menanggapi stress tersebut.
e. Depresi Dari penelitian-penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa diperkirakan 9% s/d 26% wanita dan 5% s/d 12% pria pernah menderita penyakit depresi yang gawat di dalam kehidupan mereka. Setiap saat, diperkirakan bahwa 4,5% s/d 9,3% wanita dan 2,3% s/d 3,2% pria akan menderita karena gangguan ini. Dengan demikian secara kasar dapat dikatakan bahwa wanita dua kali lebih besar kemungkinan akan menderita depresi daripada
pria.
Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, sedih karena kehilangan daya tarik. Wanita merasa t ertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai wanita dan harus menghadapi masa tuanya. Depresi dapat menyerang wanita untuk satu kali, kadang-kadang depresi merupakan respon terhadap perubahan sosial dan fisik yang sering kali dialami dalam fase kehidupan tertentu, akan tetapi beberapa wanita mungkin mengembangkan rasa depresi yang dalam yang tidak sesuai atau proporsional dengan lingkungan pribadi mereka dan mungkin sulit dihindarkan.
Simton-simton psikologis adanya depresi bila ditinjau dari beberapa aspek, menurut Marie Blakburn dan Kate Davidson (1990:5) adalah sebagai berikut 1) Suasana hati, ditandai dengan kesedihan, kecemasan, mudah marah. 2) Berpikir, ditandai dengan mudah hilang konsentrasi, lambat dan kacau dalam berpikir, menyalahkan diri sendiri, ragu-ragu, harga diri rendah. 3) Motivasi, ditandai dengan kurang minat bekerja dan menekuni hobi, menghindari kegiatan kerja dan sosial, ingin melarikan diri, ketergantungan tinggi pada orang lain. 4) Perilaku gelisah terlihat dari gerakan yang lamban, sering mondar-mandir, menangis, mengeluh. 5) Sintom biologis, ditandai dengan hilang nafsu makan atau nafsu makan bertambah, hilang hasrat sesksual, tidur terganggu, gelisah. Mungkin masih ada gejala-gejala fisik maupun psikologis lain yang menyertai menopause. Gejala-gejala tersebut diatas sangat perlu dipahami supaya tidak terjadi kesalahpahaman dalam memperlakukan para lansia. Dengan memahami gejala tersebut diharapkan lansia dapat mengerti apa yang sedang terjadi dalam diri mereka. Selain itu pihak keluarga pun diharapkan dapat merespon secara tepat sehingga tidak membuat lansia merasa dikucilkan atau disia-siakan. Mari kita bantu para lansia kita dengan memahami berbagai gejala fisik maupun psikologis sehingga tahu bagaimana cara terbaik untuk membantu mereka.
Dampak negative akibat Menopause Sekitar 40-85% dari semua wanita dalam usia klimakterik mempunyai keluhan. Gejala yang tetap dan tersering adalah gejolak panas dan keringat banyak. Gejolak panas merupakan sensasi seperti gelombang panas yang meliputi bagian atas dada, leher, dan muka. Keluhan ini biasanya diikuti oleh gejala-gejala psikologik berupa rasa takut, tegang, depresi, lekas marah, mudah tersinggung, gugup dan jiwa yang kurang mantap. Keluhan lain dapat berupa sakit kepala, sukar tidur, berdebar-debar, rasa kesemutan di tangan dan kaki, serta nyeri tulang dan otot. Keringat malam hari merupakan keluhan yang sangat mengganggu, sehingga menimbulkan lelah dan kesukaran bangun pagi. Semua keluhan ini kurang menggembirakan bagi seorang wanita, dan mendorong penderita mencari pengobatan.
Atrofi epitel genital dapat mengakibatkan vaginitis senilis. Gejala-gejalanya mencakup iritasi, rasa terbakar, pruritus, leukorea, dispareunia, perdarahan vaginal, penurunan sekresi vaginal, penipisan epitel dan mudah kena trauma, pemendekan dan pengurangan kelenturan vagina. Kebanyakan masalah seksual dialami oleh wanita pascamenopause adalah karena status fisis dari mukosa vagina, yang harus memelihara kelembaban protektif yang cukup dan memberikan pelumas selama sanggama. Setelah menopause, perubahan atrofik dapat menyebabkan dispareunia, vaginitis, vaginismus, tak-nyaman fisis, dan hilang minat seksual. Kulit wanita banyak dipengaruhi oleh estrogen sehingga menimbulkan kulit kehilangan elastisitasnya, berkerut, kering dan menjadi lebih tipis. Hal tersebut mengurangi kecantikan seorang wanita, sehingga wanita merasa kurang percaya diri lagi (dan dapat menambah ketidakseimbangan emosi wanita tersebut). Gangguan psikogenik, ini mencakup : peningkatan rasa gelisah, depresi, mudah cemas, insomnia, dan sakit kepala. Keadaan lain yang dapat diperberat oleh gejala menopause mencakup : masalah psikosomatik yang telah ada yang diperkuat oleh gejolak panas, pola tidur yang diganggu oleh keringat malam, penurunan libido karena vaginitis atrofikans yang mengakibatkan dispareunia. Osteoporosis adalah gangguan tulang yang terutama menyerang tulang trabekular, menyebabkan pengurangan kuantitas tulang sehingga mengakibatkan tulang keropos. Meskipun kedua jenis kelamin mengalami kehilangan massa tulang dengan proses menua, jarang bagi pria mengalami gejala osteoporosis sebelum usia 70 masa-masa kehidupan wanita.
E. PERUBAHAN-PERUBAHAN ORGANIK PADA MASA KLIMAKTERIUM Penyebab dan gangguan hormonal klimakterium. Perkembangan dan fungsi seksual wanita secara normal dipengaruhi oleh sistem poros hipotalamus-hipofisis-gonad yang merangsang dan mengatur produksi hormon-hormon seks yang dibutuhkan. Hipotalamus menghasilkan hormon gonadotropin releasing hormone (GnRH) yang akan merangsang kelenjar hipofisis untuk menghasilkan follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Kedua hormon FSH dan LH ini yang akan mempersiapkan sel telur pada wanita. FSH dan LH akan meningkat secara bertahap setelah masa haid dan merangsang ovarium untuk menghasilkan beberapa follicle (kantong telur). Dari beberapa kantong telur tersebut hanya satu yang matang dan menghasilkan sel telur yang siap dibuahi. Sel telur
dikeluarkan dari ovarium (disebut ovulasi) dan ditangkap oleh fimbria (organ berbentuk seperti jari-jari tangan di ujung saluran telur) yang memasukkan sel telur ke tuba fallopii (saluran telur). Apabila sel telur dibuahi oleh spermatozoa maka akan terjadi kehamilan tetapi bila tidak, akan terjadi haid lagi. Begitu seterusnya sampai mendekati masa klimakterium, dimana fungsi ovarium semakin menurun. Masa pramenopause atau sebelum haid berhenti, biasanya ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur. Pramenopause bisa terjadi selama beberapa bulan sampai beberapa tahun sebelum menopause. Pada masa ini sebenarnya telah terjadi aneka perubahan pada ovarium seperti sklerosis pembuluh darah, berkurangnya jumlah sel telur dan menurunnya pengeluaran hormon seks. Menurunnya fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin. Hal ini akan mengakibatkan interaksi antara hipotalamus-hipofisis terganggu. Pertamapertama yang mengalami kegagalan adalah fungsi korpus luteum. Turunnya produksi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus. Keadaan ini akan mengakibatkan peningkatan produksi dan sekresi FSH dan LH. Peningkatan kadar FSH merupakan petunjuk hormonal yang paling baik untuk mendiagnosis sindrom klimakterik. Secara endokrinologis, klimakterik ditandai oleh turunnya kadar estrogen dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin. Pada wanita masa reproduksi, estrogen yang dihasilkan 300-800 ng, pada masa pramenopause menurun menjadi 150-200 ng, dan pada pascamenopause menjadi 20-150 ng. Menurunnya kadar estrogen mengakibatkan gangguan keseimbangan hormonal yang dapat berupa gangguan neurovegetatif, gangguan psikis, gangguan somatik, metabolik dan gangguan siklus haid. Beratnya gangguan tersebut pada setiap wanita berbeda-beda bergantung pada: 1.
Penurunan aktivitas ovarium yang mengurangi jumlah hormon steroid seks ovarium.
Keadaan ini menimbulkan gejala-gejala klimakterik dini (gejolak panas, keringat banyak, dan vaginitis atrofikans) dan gejala-gejala lanjut akibat perubahan metabolik yang berpengaruh pada organ sasaran (osteoporosis). 2.
Sosio-budaya menentukan dan memberikan penampilan yang berbeda dari keluhan
klimakterik 3.
Psikologik yang mendasari kepribadian wanita klimakterik itu, juga akan membe-rikan
penampilan yang berbeda dalam keluhan klimakterik.
F.
Pencegahan Beberapa Dampak Masa Klimakterium
1. Pencegahan kehamilan Banyak wanita 40-50 tahun menjadi gelisah bila haidnya tiba-tiba berhenti atau menjadi tidak teratur. Hal yang pertama sekali dipikirkan tentu hamil atau tidak. Tetapi ada juga wanita yang berpendapat, bahwa bila usia sudah di atas 40 tahun dan haid tidak teratur pasti tidak mungkin hamil lagi. Perkiraan seperti ini sudah tidak dapat dibenarkan lagi. Haid yang tidak teratur hanya menunjukkan bahwa pematangan ovum tidak terjadi lagi secara siklis, tetapi bukan berarti tidak dapat terjadi pembuahan. Pencegahan kehamilan harus tetap dilakukan. Kehamilan pada usia ini mempunyai risiko baik bagi ibu yang hamil maupun bagi janinnya. Semua jenis kontrasepsi alamiah seperti pantang berkala, pencatatan suhu basal badan, maupun bentuk lainnya sebaiknya tidak dipakai. Cara ini hanya dapat digunakan pada wanita yang siklus haidnya masih teratur. Penggunaan pil sebagai kontrasepsi, selain dapat mengatur siklus haid juga sekaligus dapat menghilangkan keluhan klimakterik. Kerugiannya adalah bahwa dengan siklus haid yang teratur tidak dapat ditentukan saat wanita tersebut memasuki menopause. Bila sudah tidak haid lagi dua belas bulan berturut-turut, sudah pasti wanita itu memasuki usia menopause, sehingga kehamilan sudah tidak mungkin terjadi.
2.
Pencegahan osteoporosis Pencegahan osteoporosis pascamenopause bukan hanya bergantung pada estrogen,
karena pengobatan dengan progestogen juga efektif dalam mencegah kehilangan tulang (bone loss). Penambahan progestogen ke pengobatan estrogen mungkin penting dalam mencegah osteoporosis tetapi mungkin penting dalam mengobati penderita yang telah mengalami osteoporosis. Sementara kebanyakan kajian menunjukkan bahwa pengobatan estrogen menghambat penyerapan kalsium dari tulang, sangat mungkin dengan memulihkan kadar kalsitonin yang turun setelah menopause, sekurang-kurangnya 3 kajian telah memperli-hatkan bahwa kombinasi pengobatan estrogen-progestogen sesungguhnya meningkatkan massa tulang dengan memajukan pembentukan tulang baru. Dalam kajian prospektif tersamar ganda 10 tahun, terlihat perbedaan bermakna antara penderita yang memperoleh pengobatan estrogen-progestogen siklik dan kelompok yang diberikan plasebo. Pada wanita yang diberikan pengobatan kombinasi estrogen-progestogen kurang dari 3 tahun setelah awitan menopause, densitas tulang secara nyata meningkat. Meskipun ada beberapa demineralisasi pada pemakai estrogen-progestogen bilamana
pengobatan dimulai lebih lama daripada 3 tahun setelah menopause, kehilangan massa tulang secara bermakna lebih rendah daripada pada kedua kelompok plasebo. Kajian itu menekankan pentingnya memulai substitusi estrogen-progestogen secara dini pada menopause, tetapi ini juga menunjukkan bahwa hormon-hormon ini bermanfaat untuk wanita osteoporotik, tanpa memandang usia. Patut dicatat bahwa es-trogen konjugasi 2,5 mg sehari merupakan dosis yang digunakan pada kajian ini. Pada kajian silang yang membandingkan khasiat pengobatan estrogen-progesteron dengan plasebo, kandungan mineral tulang meningkat selama 3 tahun pengobatan hormon kombinasi tetapi terus menurun pada kelompok yang diberikan plasebo. Bilamana beberapa penderita dalam kelompok estrogen-pro-gestogen ditukar ke plasebo, densitas tulang menurun. Massa tulang juga meningkat pada wanita yang diberikan plasebo setelah ditukar ke pengobatan hormon aktif. Kelompok lain membandingkan khasiat estrogen saja dengan kombinasi estrogen-progestogen terhadap parameter metabolik dari kehilangan tulang : (a) kalsium plasma, (b) nisbah kal-sium/kreatinin urin, dan (c) hidroksiprolin. Semua nilai berkurang dengan pengobatan estrogen dan menurun lebih lanjut bilamana progestogen ditambahkan ke estrogen.
3.
Pencegahan penyakit jantung koroner
Beberapa kajian terbaru menyarankan bahwa estrogen dapat memberikan khasiat protektif terhadap penyakit kardiovasku-ler, terutama bilamana dipakai estrogen alamiah dosis rendah yang cukup untuk memulihkan gejala menopause. Penurunan 63% pada harapan kematian akibat penyakit jantung diamati pada 1.000 wanita yang dibati dengan estrogen yang diawasi selama 15 tahun. Pada wanita yang diobati selama 25 tahun yang diawasi selama 25 tahun dan dibandingkan dengan yang tidak pernah memakai estrogen, ditemukan penurunan bermakna pada : (a) penyakit arterikoroner, (b) gagal jantung kongestif, (c) penyakit kardiovaskuler aterosklerotik, dan (d) hipertensi.
The Nurses' Heart Study memastikan bahwa : 1.
Pemakaian estrogen pascamenopause secara bermakna mengurangi penyakit jantung koroner.
2.
Pemakaian sekarang mengurangi risiko bahkan lebih rendah.
3.
Manfaat ini diperoleh setelah penyesuaian terhadap faktor-faktor seperti : -merokok -hipertensi
-diabetes -kolesterol tinggi -riwayat infark miokard pada orangtua - riwayat pemakaian kontrasepsi oral - obesitas
Wanita yang hidup dengan keluhan klimakterik dapat mencoba mengubah sendiri keadaan tersebut. Ada beberapa cara yang dapat digunakan, seperti :
makanan yang bergizi cukup, dan pengaturan diet terutama diet tinggi kalsium dan rendah lemak
menghindari peningkatan berat badan dan bila sudah terlanjur gemuk berat badan perlu diturunkan.
Olahraga dan tidur yang teratur, mengurangi kenaikan tekanan darah dan obstipasi.
Carilah ketenangan dengan lebih banyak mendekatkan diri kepada Tuhan.
Jauhkanlah diri dari pekerjaan yang menjemukan.
Pendekatan dengan dokter keluarga atau orang ketiga lain yang dianggap sesuai untuk membicarakan masalah yang sedang dihadapi. Klimakterium bukanlah akhir dari segala-galanya. Memang masa muda telah berlalu, tetapi bukan berarti kita hanya hidup untuk memikirkan nilai yang berguna untuk masyarakat. Senja di usia tidaklah berarti senja di kehidupan.
G.
Manajemen Kebidanan Klimakterium Bagaimana bidan menghadapi masalah klimaterium di tengah masyarakat. Seperti
dikemukakan bahwa hanya sekitar 25 % wanita mengeluh karena terjadi penurunan estrogen tubuh dan memerlukan tambahan hormon sebagai substitusi. Pemberian substitusi hormon tanpa diikuti pengawasan ketat adalah berbahaya, karena bidan dapat mengambil langkah : 1.
Melakukan KIEM sehingga wanita dengan keluhan klimakterium dapat memeriksakan diri ke dokter puskesmas
2.
Bidan berkonsultasi dengan dokter puskesmas atau dokter ahli
3.
Setelah pengobatan, bidan dapat meneruskan pengawasan
4.
Bidan dapat merujuk penderita ke Rumah Sakit
Pengobatan dasar bagi sindrom klimakterik meliputi : 1. Psikoterapi 2. Sedativa, psikofarmaka 3. Balneoterapi ( pengaturan diet ) 4. Substitusi hormonal ( 3,98 )