ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN KLIMAKTERIUM
Diajukan untuk Memenuhi Mata Kuliah Sistem Reproduksi I
Disusun Oleh : TUTOR 5
SARITA SARASWATI
220110100004 220110100004
TSAALITS MUHARROROH
220110100016
TRI AYU LESTARI
220110100028
NUR ASIYAH
220110100040 220110100040
RIA OCTAVYANI
220110100052
SISCA DAMAYANTI
220110100064
WINA TRESNAWATI
220110100076
KAMILA AZ AZIZAH RA RABIULA
220110100088
FEBRIANI RATNA AYU
220110100100
PUTRI AYU PRIMA DEWI
220110100112
FUJI LESTARI
220110100124
DHEA DEZHITA
220110100136
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2013
Chair
: Dhea Dhezita
Scri Scribe berr meja meja : Ria Ria Octa Octavy vyan anii Scriber Scriber papan papan : Kamila Kamila Aziza Rabiula Rabiula
Kasus 2
Ny. N 49th pekerjaan IRT datang ke poli kebidanan dengan keluhan menstruasinya tidah teratur tiap bulannya. TD: 130/80 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20x/menit, S: 37,2 C klien meng mengat atak akan an serin sering g timb timbul ul gatal gatal pada pada vagi vagina na dan dan nyeri nyeri pada pada wakt waktu u sengg senggam ama, a, klie klien n mengatakan akhir-akhir ini sering merasa ada gejolak panas sehingga sering berkeringat banyak yang membuatnya membuatnya merasa tidak nyaman dan sulit untuk tidur. Klien mengatakan mengatakan kalau perasaannya perasaannya akhir-akhir akhir-akhir ini mudah tersinggung, tersinggung, gelisah, lekas marah. Padahal ia merupakan ibu yang biasanya sabar. Apalagi setelah anaknya yang cuma satu-satunya menikah dan pindah rumah ia merasa anaknya mulai tidak peduli padanya. Anakn Anaknya ya hanya hanya memper memperhat hatika ikan n istri istri dan cucun cucunya. ya. Anakny Anaknyaa mulai mulai jarang jarang berkun berkunjun jung g kerumah, kalau ditelepon sering tidak diangkat. Pasien sering merasa tidak diperhatikan oleh suaminya yang usianya sama seperti dirinya, suaminya lebih memperhatikan mobil barunya dari pada pasien. Pasien mengatakan pada keadaannya sekarang ia jd takut kalau suaminya tidak menyukainya, apa lagi ia juga sering menolak untuk berhubungan suami istri karena adanya nyeri. Pasien mengatakan bahwa menurut tetangga kalau seumuran pasien kehidupan sexnya berakhir, dimana sudah tidak ada gairah lagi. Ia jadi semakin cemas memikirkan hal tersebut, apa lagi tetangganya juga mengatakan bahwa semakin lama wanita akan semakin menua akan mengalami sakit-sakitan disbanding laki-laki di usia yang sama, dimana laki-laki akan selalu terlihat lebih sehat dan gagah.
Step 1
Step 2
1. Apa penyeb penyebab ab timbulny timbulnyaa gatal dan dan nyeri nyeri saat sengga senggama ma ? (Tsaalits) (Tsaalits) 2. Penyebab Penyebab gelisah, gelisah, mudah mudah tersinggung tersinggung,, lekas lekas marah? marah? (Ayu) (Ayu) 3. Tahap perkembanga perkembangan n reproduk reproduksi si wanita wanita dari dari usia ke usia? usia? (Putri) (Putri) 4. Penyebab Penyebab gejolak gejolak panas panas dan dan kering keringat at banyak? banyak? (Nurasiyah) (Nurasiyah) 5. Penkes Penkes tentang tentang isu-isu dari tetangga tetangga kepada kepada klien? klien? (Ria) (Ria)
6. Apakah Apakah setiap setiap wanita wanita mengalami mengalami fase fase ini? ini? Kenapa? Kenapa? (Wina) 7. Cara Cara memini meminimali malisir sir gejala gejala-ge -gejala jala?? (Sisca) (Sisca) 8. Apakah Apakah isu isu dari dari tetangg tetanggany anyaa benar? benar? (Sarit (Sarita) a) 9. Kenapa Kenapa wanita semakin semakin lama lama semakin semakin sakit-sakitan sakit-sakitan?? Apakah ada faktor faktor hormon? hormon? (Febri) 10. Siklus Siklus haid pada pada usia 49th? (Ayu) 11. Penkes pada pasangan pasangan yang menginjak usia 49th? (Putri) 12. Klien lekas marah apakah ada pengaruh hormon terhadap psikis? (Ria) Kekanakkanakan karena hormon? (Kamila) 13. Diagnose keperawatan prioritas untuk kasus ini? (Nurasiyah) 14. Pencegahan Pencegahan dini untuk gejala-gejala? gejala-gejala? (Wina) 15. Diagnose Diagnose medis? medis? (Sarita) (Sarita) 16. Kondisi klien sekarang apakah patologis patologis atau fisiologis? Kenapa? Kenapa? (Febri) 17. Peran perawat perawat?? (Sisca) (Sisca) 18. Penatalaksanaannya? karena ini alami terjadi pada wanita (Kamila) 19. Peran keluarga dalam membantu pasien melewati fase ini (Fuji) 20. Peran perawat terhadap klien yang merasa tidak diperjatikan oleh oleh keluarga? (Dhea) 21. Peran orang tua terhadap anak yang sudah menikah ? Sejauh mana? mana? (Tsaalits) 22. Hormon yang membedakan membedakan wanita dengan pria pria pada usia ini? mengapa mengapa suami lebih sehat? (Putri) 23. Perkembangan reproduksi laki-laki (Tsaalits) 24. Faktor stress menjadi faktor faktor prnyakit atau komplikasi penyakit? (Wina) (Wina)
Step 3
1. Pre menopause menopause → produksi produksi lendir lendir berkurang, berkurang, yang yang berfungsi berfungsi untuk untuk melumasi melumasi vagina vagina sehingga menyebabkan nyeri saat senggama. (Fuji) Penurunan hormone estrogen (Putri) Lender sebagai barier fisik → mudah terjadi infeksi vagina (Sisca) 2. LO 3. 12-13th
: menarche
(Wina)
13-17th
: menstruasi belum teratur
↑17th
: menstruasi sudah teratur (kematangan ovum)
24-30th
: masa subur wanita untuk hamil dan melahirkan
49-50th
: pra menopause
4. Karena adanya adanya cemas, cemas, berkeringa berkeringatt karena factor factor eksternal, eksternal, emosion emosional al → metabolisme metabolisme ↑ (Sarita) 5.
LO
6. Ya, karena karena terjadinya terjadinya ↓ estrogen estrogen , tetapi tetapi waktunya waktunya kapan kapan tergantung tergantung factor factor eksternal eksternal dan internal (Nurasiyah) 7. Distraksi, Distraksi, alihkan alihkan perhatian perhatian dengan dengan kegiatan kegiatan lain lain (Fuji) (Fuji) 8. LO 9.
LO
10. 10. 49th masa akan menopause, ↓ estrogen (Sisca) Rangsangan hipofisis masih normal tetapi terjadi resistensi → terganggu kematangan ovarium → haid tidak lancar Pembentukan sel telur telur terganggu → tidak teratur (Putri) 11. Penjelasan Penjelasan fungsi reproduksi reproduksi
(Ayu)
Pengarahan hubungan sex agar tidak terjadi gejala-gejala 12. Biasa, karena ↓ estrogen ditambah ditambah adanya pendapat dari tetangga tetangga dan melihat kondisi suami yang beda, masih sehat dan gagah (Fuji) 13. -
Gangguan Gangguan rasa nyaman: nyaman: nyeri (Fuji)
-
Ansietas
-
Gang Ganggu guan an peme pemenu nuha han n keb kebut utuh uhan an seksu seksual al
-
Gangguan pola tidur
-
Resik siko ti tinggi in infek feksi
14. -
Life stye sehat
(Sarita) (Sarita)
-
Kaca Kacang ng-k -kac acan anga gan, n, bua buahh-bu buah ahan an
-
Mengu Mengura rang ngii pap papar aran an zat zat kars karsin inog ogen enik ik
15. Klimakterium Klimakterium (masa pra menopause) menopause)
(Wina)
16. Fisiologis, semua wanita mengalaminya, karena ↓ estrogen (Tsaalits) 17. 17. LO 18. 18. LO
ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGAN REPRODUKSI WANITA
1. Genetalia Eksternal a. Mons Veneris
Disebut juga gunung venus, adalah bagian yang menonjol di atas simfisis dan pada wanita dewasa ditutup oleh rambut kemaluan. b. Labia Mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong. Kedua bibir ini di bagian bawah bertemu membentuk perineum. Permukaan ini terdiri dari :
Bagian luar : tertutup rambut, yang merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea(lemak).
Bagian dalam : tanpa rambut, merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea (lemak).
c. Labia Minora
Adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar. Ke depan kedua bibir kecil bertemu dan membentuk di atas klitoris preputium klitoridis, dan di bawah klitoris frenulum klitoridis. Ke belakang kedua bibir kecil juga bersatu dan membentuk fossa navikulare ini pada wanita yang belum pernah bersalin tampak utuh, cekung seperti perahu; pada wanita yang pernah melahirkan kelihatan tebal dan tak rata. Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak grandula sebasea (kelenjar-kelenjar lemak) dan juga ujung-ujung urat saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat
sensitif. Jaringan ikatnya mengandung banyak pembuluh darah dan beberapa otot polos yang menyebabkan bibir kecil ini dapat mengembang. d. Klitoris
Merupakan lipatan di bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil. Mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitif. Klitoris kira-kira sebesar kacang ijo, tertutup oleh prepotium klitoridis, dan terdiri atas glans klitoridis, korpus klitoridis, dan dua krura yang menggantungkan klitoridis ke os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat mengembang, penuh dengan urat saraf, hingga amat sensitif. e. Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang dibatasi oleh: kedua bibir kecil, bagian atas klitoris, bagian belakang (bawah) pertemuan kedua bibir kecil. Pada vestibulum terdapat muara uretra, dua lubang saluran kelenjar bartholini, dua lubang saluran kelenjar skene. f. Kelenjar Bartholi
Kelenjar yang penting didaerah vulva dan vagina, kerena dapat mengeluarkan lendir. Pengeluaran lendir meningkat berhubungan seks. g. Himen (selaput dara)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina, bersifat rapuh dan mudah robek. Hymen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir yang dikeluarkan uterus dan darah saat menstruasi. Bila hymen tertutup menimbulkan gejala klinik setelah mendapat menstruasi. Setelah persalinan sisanya disebut karunkule himenalis, atau kurunkule mirtiformis.
2. Organ-organ reproduktif Internal a.
Vagina
Vagina merupakan suatu kanal yang dilapisi oleh membrane mukosa dan terbentang dari depan ke belakang, dari vulva ke serviks sepanjang 7,5 sampai 10 cm. di sebelah anterior vagina adalah kandung kemih dan uretra, dan disebelah posterior vagina terletak rectum. Dinding anterior dan posterior vagina normalnya bersentuhan satu sama lain. Bagian atas vagina, forniks, mengelilingi serviks (leher sempit dari uterus).
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu dengan pH 4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina adalah :
Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi.
Alat hubungan seks
Jalan lahir pada waktu persalinan.
b. Tuba Fallopi
Tuba fallopi juga disebut tuba uterine atau oviduct, adalah jalur yang dibentuk oleh otot-otot polos yang terbuka di salah satu sisi ke korpus uterus dan disisi lain ke rongga peritoneum. Lubang yang mengarah ke rongga peritoneum memiliki tonjolan-tonjolan mirip jari yang disebut fimbrie yang mengelilingi ovarium. Tonjolan-tonjolan tersebut dilapisi oleh silia. Silia bergerak menyapu kea rah tuba fallopi dan menarik ovum yang dikeluarkan oleh ovarium ke dalam tuba fallopi. Tuba fallopi terdiri atas: 1) pars interstisialis, bagian yang terdapat di dinding uterus 2) pars ismika, merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya 3) pars ampullaris, bagian yang berbentuk sebagai saluran agak lebar, tempat konsepsi terjadi 4) infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka kea rah abdomen dan mempunyai fimbria. Fimbria penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur untuk kemudian menyalurkan telur ke dalam tuba yang terbuka kea rah seperti anemone (binatang laut). Setelah berada di tuba fallopi, ovum berjalan singkat untuk masuk ke bagian yang melebar yang disebut ampula. Pembuahan ovum oleh sperma biasanya terjadi di ampula tuba fallopi. Dari ampula, ovum berjalan ke uterus dalam waktu 3-4 hari. c. Uterus
Uterus merupakan organ muscular berentuk buah pir, membentuk panjang 7,5 cm dan lebar 5 cm pada bagian atasnya. Dindignya membentuk tebal sekitar 1,25 cm. Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan : peritoneum, lapisan otot, endometrium. 1) Peritoneum
Meliputi dinding rahim bagian luar, menutupi bagian luar uterus, merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan urat saraf, meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen. 2) Lapisan Otot Susunan otot rahim terdiri dari tiga lapisan, yaitu : a) Lapisan luar Seperti “kap” melengkung dari fundus uteri menuju ligamentum. b) Lapisan dalam Brasal dari osteum tuba uteri sampai osteum uteri internum. c) Lapisan Tengah Terletak di antara kedua lapisan tersebut, membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka 8 sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat, dengan demikian perdarahan dapat terhenti. 3) Selaput lendir kavum uteri (endometrium) Pada endometrium terdapat lubang kecil, yang merupakan muara dari keenjar endometrium.
Variasi
tebal,
tipisnya,
dan
fase
pengeluaran
lendir
endometrium ditentukan oleh perubahan hormonal dalam siklus menstruasi. Pada saat konsepsi endometrium mengalami perubahan menjadi desidua, sehingga memungkinkan terjadi implantasi (nidasi). Lapisan epitel serviks berbentuk silindris, dan bersifat mengeluarkan cairan secara terus menerus, sehingga dapat membasahi vagina. d. Ovarium
Ovarium terletak dibelakang ligamentum latum, di belakang dan dibawah tuba fallopi. Ovarium adalah badan oval yang mempunyai panjang 3 c. pada saat lahir ovarium mengandung ratusan sel-sel telur yang sangat kecil dan ova. Ovarium dan tuba fallopi disebut adneksa. Ovarium membentuk tiga macam hormon steroid, yaitu :
Estrogen
Estrogen memegang peranan penting dalam perkembangan ciri ciri kelamin
sekunder
dan
mempunyai
pengaruh
terhadap
psikologi
perkembangan kewanitaan. Efek utama estrogen adalah pertumbuhan alat
genital wanita dan kelenjar mamma. Vulva dan vagina berkembang di bawah pengaruh estrogen ; hormone ini mempengaruhi jaringan epitel, otot polos, dan merangsang pembuluh darah alat alat tersebut. Estrogen juga menyebabkan proliferasi epitel vagina , penimbunan glikogen dalam sel epitel yang oleh basil doderlein diubah menjadi asam laktat sehingga menyebabkan pH vagina menjadi rendah. Disamping itu estrogen mempunyai fungsi : a) mempengaruhi hormone lain. menekan produksi hormone FSH dan menyebabkan sekresi LH merangsang pertumbuhan follikel didalam ovarium, sekalipun tidak ada FSH. b) menimbulkan proliferasi dari endometrium baik kelenjarnya maupun stromanya. c) mengubah uterus yang yang infantile menjadi matur. d) merangsang pertumbuhan dan menambah aktifitas otot otot tuba fallopi. e) servik uteri menjadi lembek, ostium uteri terbuka disertai lendir yang bertambah banyak encer, alkalis dan aselluler dengan pH yang bertambah sehingga mudah dilalui spermatozoa. f) menyebabkan pertumbuhan sebagian lobuli alveoli dan saluran glandula mamma.
Progesteron
Pada siklus menstruasi ovulatoir kadar progesterone mulai dapat ditentukan pada hari ke 14, mencapai maksimum pada hari ke 16 dan tetap bertambah
sampai
hari
ke
24
yang
kemudian
kadarnya
menurun. Progesteron serum mencapai maksimum lebih dari 10 ng/ml kira kira 1 minggu setelah ovulasi. Kadar progesterone yang bertambah dari kurang 1 ng/ml menjadi lebih besar 5 ng/ml menunjukkan adanya ovulasi. Sumber progesterone : 1) Korpus luteum 2) Plasenta 3) Adrenal Fungsi Progesterone :
1) Menyiapkan endometrium untuk implantasi blastokist. Endometrium yang sudah dipengaruhi estrogen karena pengaruh progesterone berubah menjadi desidua dengan timbunan glikogen yang makin bertambah yang sangat penting sebagai bahan makanan dan menunjang ovum. 2) Mencegah kontraksi otot otot polos terutama uterus dan mencegah kontraktilitas uterus secara spontan karena pengaruh oksitosin. 3) Servik uteri menjadi kenyal, ostium uteri tertutup disertai dengan lendir yang kental, sedikit, lekat, seluler dan banyak mengandung lekosit sehingga sukar dilalui spermatozoa. 4) Mempengaruhi tuba fallopi. a) Glikogen dan vitamin C tertimbun banyak didalam mukosa tuba b) Peristaltik menjadi lemah 5) Bersifat termogen, yaitu menaikkan suhu basal. 6) Merangsang pertumbuhan asini dan lobuli glandula mamma pada fase luteal, sedang estrogen mempengaruhi epitel saluran. 7) Merangsang natriuresis dan sebaliknya menambah produksi aldosteron. 8) Merangsang pusat pernafasan sehingga respirasi bertambah. 9) Mungkin menambah sekresi LH. 10) Tidak
menekan
produksi
FSH
dan
tidak
berkhasiat
dalam
menghilangkan gejala gejala vasomotor pada masa menopause.
Androgen
Androgen dapat dibentuk oleh ovarium, terutama dalam sel sel stroma ; androgen utamanya adalah androstenedion dengan daya androgen yang lemah tetapi dapat diubah diperifer menjadi testosterone yang bersifat androgen kuat. Peranan androgen pada wanita belum diketahui dengan pasti. Kelenjar adrenal membentuk juga androgen pada wanita dan pria.
MEKANISME DAN FISIOLOGI KLIMAKTERIUM
Proses menjadi tua pada dasarnya telah dimulai ketika sorang wanita memasuki usia 40 tahun. Pada waktu lahir, seorang wanita memiliki jumlah folikel sebanyak ± 750.000 buah dan jumlah ini akan terus berkurang seiring berjalannya usia hingga akhirnya tinggal beberapa ribu buah saja ketika mengalami menopause. Semakin bertambah usia, khususnya
ketika memasuki masa perimenopause, folikel-folikel itu akan mengalami peningkatan resistensi terhadap rangsangan gonadotropin. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan folikel, ovulasi, dan pembentukan korpus luteum dalam siklus ovarium berhenti secara perlahan lahan. Pada wanita diatas 40 tahun, 25% diantaranya mengalami siklus haid yang anovulatoar. Resistensi folikel terhadap gonadotropin ini mengakibatkan penurunan peroduksi estrogen dan peningkatan kadar hormon gonadotropin. Tingginya kadar gonadotropin ini disebabkan rendahnya estrogen sehingga tidak ada umpan balik negatif dalam poros hipotalamus dan hipofisis. Walaupun secara endrokinologi terjadi perubahan hormonal, namun tidak ada kriteria khusus pengukuran kadar hormon untuk menentukan fase awal atau akhir dari masa transisi menopause. Masa klimakterium memiliki tiga tahap, tahap pertama adalah premenopause yaitu masa sebelum berlangsungnya perimenopause, sejak fungsi reproduktif mulai menurun, sampai timbulnya keluhan atau tanda-tanda menopause. Tahap kedua adalah perimenopause yaitu periode dengan keluhan memuncak, rentangan 1-2 tahun sebelum dan 1-2 tahun sesudah menopause. Kusumawardhani (2006) mendefinisikan bahwa perimenopause adalah masa dimana menstruasi tidak lagi terjadi setiap bulan pada mereka yang berada pada usiausia menjelang menopause. Tahap ketiga adalah postmenopause yaitu masa setelah perimenopause sampai senilis. Wanita pada umumnya menyebut fase klimakterium ini sebagai menopause. Pengetahuan bahwa klimakterium adalah suatu proses dan bukan suatu peristiwa adalah penting agar secara efektif dapat menangani permasalahan yang dihadapi wanita dalam masa-masa ini (Gebbie, 2005 ; Kasdu , 2004 ; Llewellyn, 2001 ; Rayburn , 2001). Pada masa premenopause, hormon estrogen dan progesteron masih tinggi, tetapi semakin rendah ketika memasuki masa perimenopause dan postmenopause. Keadaan ini berhubungan dengan fungsi ovarium yang terus menurun. Semakin meningkat usia seorang wanita, semakin menurun jumlah sel-sel telur pada kedua ovarium. Hal ini disebabkan adanya ovulasi pada setiap siklus haid, dimana pada setiap siklus, antara 20 hingga 1.000 sel telur tumbuh dan berkembang, tetapi hanya satu atau kadang-kadang lebih yang berkembang sampai matang yang kemudian mengalami ovulasi, sel-sel telur yang tidak berhasil tumbuh menjadi matang akan mati, juga karena proses atresia, yaitu proses awal pertumbuhan sel telur yang segera berhenti dalam beberapa hari atau tidak berkembang. Oosit pada usia menjelang 40 tahun, lebih sulit untuk menjadi matang, yang kemudian menjadi anovulasi dan haid yang tidak teratur. Proses ini terus menurun selama kehidupan wanita hingga sekitar 50
tahun karena produksi ovarium menjadi sangat berkurang dan akhirnya berhenti bekerja (Brooker, 2008 ; Goldfien, 2000 ; Kasdu, 2004 ; Rayburn , 2001). Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin, keadaan ini akan mengakibatkan terganggunya interaksi antara hipotalamus – hipofisis. Pertama terjadi kegagalan fungsi korpus luteum. Kemudian turunnya produksi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus. Keadaan ini meningkatkan produksi Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Sel-sel stroma ovarium berespon terhadap stimulasi LH yang meningkat dengan memproduksi lebih banyak androstenedion tetapi hanya sejumlah kecil estrogen. Dari kedua gonadotropin itu yang paling tinggi peningkatannya adalah FSH. Kadar FSH pada masa menopause adalah 30-40 mIu/ml. Rata-rata kecepatan produksi estradiol turun menjadi 12 µg/24 jam (44 nmol/24 jam). Laju produksi estron adalah 55 µg/24 jam (202 nmol/24 jam). Dan kadar progesteron kira-kira merupakan 30% konsentrasi yang terlihat pada wanita muda selama fase folikuler (Goldfien , 2000 ; Llewellyn, 2001 ; Sarwono , 2002 ; Shimp dan Smith, 2000).
KONSEP KLINIS KLIMAKTERIUM
A. Definisi
Klimakterium merupakan periode peralihan dari fase reproduksi menuju fase usia tua (senium) yang terjadi akibat menurunnya fungsi generatif ataupun endokrinologik dari ovarium. (Baziad, 2003, hal 1) Klimakterium yaitu fase peralihan antara pramenopause dan pascamenopause. (Baziad, 2003, hal 1) Klimakterium adalah masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari periode reproduktif ke periode non reproduktif. (Kasdu, 2002, hal 2 ) Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir masa reproduksi sampai awal masa senium dan terjadi pada wanita berumur 40 – 65 tahun.
B. Etiologi
Menurut Kasdu (2002) beberapa faktor yang mempengaruhi menopause yaitu: 1. Usia saat haid pertama sekali Semakin muda seorang mengalami haid pertama sekali, semakin tua atau lama ia memasuki masa menopause artinya wanita yang mendapatkan menstruasi pada usia 16 atau 17 tahun akan mengalami menopase lebih dini. 2. Faktor Psikis Wanita yang tidak menikah dan bekerja diduga mempengaruhi perkembangan psikis seorang wanita. Menurut beberapa penelitian mereka akan mengalami masa menopause lebih muda, dibandingkan mereka yang menikah dan bekerja. 3. Jumlah anak Beberapa penelitian menemukan bahwa makin sering seorang wanita melahirkan, maka makin tua mereka memasuki menopause. Hal ini dikarenakan kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi wanita dan juga memperlambat penuaan tubuh. 4. Usia melahirkan Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia memulai memasuki usia menopause. Hal ini terjadi karena kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi. Bahkan memperlambat proses penuaan tubuh.
5. Pemakaian kontrasepsi Pemakaian kontrasepsi, khususnya kontrasepsi hormonal, pada wanita yang menggunakannya akan lebih lama atau lebih tua memasuki usia menopause. Hal ini dapat terjadi karena cara kerja kontrasepsi yang menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur. 6. Merokok Diduga, wanita perokok akan lebih cepat memasuki masa menopause dini dibandingkan dengan perempuan yang tidak merokok. 7. Genetik Menopause dikarenakan adanya Terapi Kanker seperti radiasi dan kemoterapi 8. Infeksi seperti TB, gondok 9. Menopause akibat Pembedahan seperti pembedahan karena endometriosis, kanker ovarium, kanker rahim, polip.
C. Tanda dan gejala
1. Perubahan pola haid a. Siklus menjadi pendek (2-7 hari) : •
Siklus memanjang
•
Haid tak teratur
b. Perubahan bentuk perdarahan •
Mula-mula banyak (akibat siklus anovulatoar) kemudian menjadi sedikit
•
Spotting
•
Perdarahan yang banyak, lama atau perdarahan intermenstrual
Gejala yang paling umum pada wanita perimenopause adalah perubahan dari pola haid. Lebih dari 90% wanita perimenopause akan mengalami perubahan dalam siklus haid. Siklus yang memendek antara 2-7 hari sangatlah khas. Sebagai contoh, wanita dengan siklus haid yang teratur antara 25-35 hari selama usia 20-30 tahun akan mengalami siklus haid lebih sering terutama disebabkan oleh memendeknya fase folikel. Siklus haid yang sebelumnya menetap tiap 28 hari akan menjadi siklus 25 atau 26 hari dan pada waktu terjadi perimenopause kejadian oligomenore meningkat.
Perdarahan yang tidak teratur dapat terjadi karena tidak adekuatnya fase luteal atau sesudah puncak estradiol yang tidak diikuti ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Pemanjangan siklus mungkin juga terjadi seperti halnya haid yang tidak teratur. Banyak juga wanita yang mengalami perubahan dalam banyaknya perdarahan. Perdarahan biasanya lebih banyak pada awal perimenopause yang disebabkan oleh siklus anovulasi. Kemudian menjadi lebih sedikit. Beberapa wanita dilaporkan mengalami spotting 1 atau 2 hari segera sebelum haid. Kombinasi dari spotting , siklus haid yang pendek dan perdarahan yang banyak memberikan kesan secara subjektif wanita tersebut “selalu berdarah”. Meskipun perdarahan tidak teratur sangat umum dan dianggap normal selama perimenopause, berat dan lamanya perdarahan atau perdarahan diantara siklus haid bukanlah hal yang normal. Adanya perdarahan mengharuskan klinikus untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut, sepeti biopsi endometrium untuk menegakkan diagnosis, terutama untuk penderita dengan faktor risiko yang lain untuk terjadinya karsinoma endometrium seperti oligoovulatoar, obesitas atau riwayat infertilitas. Untuk kasus-kasus yang dicurigai, sebelum melakukan biopsi, mungkin berharga bila ditanyakan pada penderita riwayat perdarahan secara lengkap untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat mengenai pola perdarahan. Tanda awal dari perimenopause adalah perubahan pada pola perdarahan haid. Keadaan ini diakibatkan defisiensi atau berfluktuasinya estrogen dan progesteron. Didapatkan sekitar 33% dari seluruh konsultasi ginekologi berhubungan dengan perdarahan abnormal, dan meningkat menjadi 69% pada wanita perimenopause dan postmenopause. Penelitian klinik pada wanita perimenopause menunjukkan bahwa lebih kurang 90% wanita selama perimenopause mengalami ketidakteraturan haid; hanya 10-12% dari wanita premenopause yang mengalami amenore mandadak. Insiden kelainan organik pada uterus mencapai puncaknya pada saat perimenopause. Oleh karena siklus haid pada periode ini kemungkinan anovulatoar, risiko untuk terjadinya hiperplasi endometrium akibat unopposed estrogen menjadi lebih tinggi. 2. Ketidakstabilan vasomotor •
Hot flushes
Flushing adalah suatu episode akut timbulnya eritema dan sensasi rasa panas pada wajah, telinga, dan leher, kadang dapat timbul pada dada bagian atas dan daerah epigastrium. Keadaan ini timbul karena adanya peningkatan aliran darah kulit yang bersifat sementara. Jenis fisiologis flushing yang paling banyak ditemukan adalah flushing yang timbul pada wanita menopause, disebut dengan menopausal atau klimakterik flushing atau lebih dikenal dengan "Hot flash". Kurang lebih 75% wanita mengalami flushing selama menjelang menopause (klimakterik) atau setelah dilakukan oophorektomi dan merupakan keluhan yang dianggap paling mengganggu. Timbul rasa panas yang mendadak pada wajah, leher, disertai rasa tidak nyaman dan berkeringat. Keadaan ini umumnya berlangsung selama 3 sampai 5 menit, walaupun intensitas dan durasinya bisa bervariasi pada tiap wanita. Pada beberapa orang keluhan ini bisa disertai oleh gejala palpitasi, rasa berdenyut pada kepala dan leher, nyeri kepala, kadang mual, dan ansietas. Perubahan fisilologis yang dapat terlihat adalah peningkatan temperatur tubuh, denyut nadi dan nafas. Hot flash juga bisa diprovokasi oleh minuman panas, alkohol, stress emosional dan kegiatan fisik yang berlebihan. Meskipun demikian, dapat timbul setiap saat tanpa didahului oleh suatu keadaan tertentu dan dapat juga menimbulkan gangguan tidur. Pada dasarnya penyebab hot flash masih belum diketahui, tapi data yang berhubungan dengan fisiologi dan behavior menunjukkan bahwa keluhan vasomotor dihasilkan karena adanya defek fungsi pada pusat termoregulasi di hipotalamus. Pada area preoptik medial hipotalamus terdapat nukleus yang merupakan
termoregulator
yang
mengatur
pengeluaran
keringat
dan
vasodilatasi yang merupakan mekanisme primer pengeluaran panas tubuh. Oleh karena keluhan vasomotor muncul setelah terjadinya menopause alami
atau pasca
ooforektomi, maka diperkirakan mekanisme
yang
mendasarinya adalah bersifat endokrinologi dan berhubungan dengan berkurangnya jumlah estrogen di ovarium maupun meningkatnya sekresi gonadrotropin oleh pituitari. Selain itu, besar kemungkinan keluhan ini timbul karena interaksi antara hormon estrogen dan progesteron yang fluktuatif pada masa perimenopause. Keluhan vasomotor dapat muncul pada kondisi kadar
estrogen tinggi, rendah, maupun normal dalam darah. Keluhan vasomotor muncul sebagai akibat reaksi withdrawl estrogen. Meskipun estrogen memiliki efek yang signifikan terhadap munculnya hot flushes, namun masih terdapat faktor lain yang diperkirakan terlibat dalam patofisiologi
hot
mempersempit
flushes.
zona
Perubahan
termoregulasi
di
kadar
neurotransmiter
hipotalamus
dan
akan
menurunkan
pengeluaran keringat, bahkan perubahan suhu tubuh yang sangat kecil pun dapat memicu mekanisme pelepasan panas. Norepinefrin merupakan neurotransmiter utama yang dapat mempersempit titik pengaturan ( setpoint) termoregulasi dan memicu mekanisme pengeluaran panas tubuh yang berhubungan dengan hot flushes. Sebagaimana diketahui, estrogen mengatur reseptor adrenergik pada banyak jaringan. Pada saat menopause, terjadi penurunan kadar estrogen dan resptor α2 adrenergik di hipotalamus. Penurunan reseptor α2 adrenergik presinaps akan memicu peningkatan norepinefrin dan yang selanjutnya akan menyebabkan gejala vasomotor. Selain itu, penurunan α2 adrenergik reseptor presinaps juga akan memicu peningkatan serotonin yang mengakibatkan mekanisme pengeluaran panas yang dipicu oleh perubahan suhu tubuh meski sangat kecil. Pada beberapa wanita berhubungan dengan adanya pelepasan dari Luteinizing hormon (LH), kemungkinan akibat dari rendahnya kadar estrogen yang beredar sehingga terjadi kegagalan dari mekanisme feedback . Flushing bisa timbul juga setelah dilakukan hipofisektomi. Dugaan lain adalah karena adanya mekanisme yang berhubungan dengan penurunan kadar katekolamin hipotalamus dan kegagalan dari pusat termoregulator yang bekerja melalui neuron yang dipengaruhi oleh LH. •
Keringat malam
•
Gangguan tidur Beratnya gangguan tidur bervariasi dan sering dikeluhkan oleh wanita pada masa perimenopause. Gangguan tidur bervariasi secara luas dan dapat menjadi kronik atau sementara. Beberapa pola umum gangguan tidur diantaranya : -
Susah untuk jatuh tidur
-
Terbangun tengah malam dan sukar untuk kembali tidur
-
Bangun pagi lebih awal dan tidak mampu untuk tidur kembali. Kesulitan tidur dapat mempengaruhi kualitas hidup secara serius,
mengakibatkan
kelelahan,
insomnia,
depresi,
iritabilitas
dan
ketidakmampuan untuk berkonsentrasi. Harus dapat dibedakan apakah gangguan tidur tersebut skunder
akibat hot flushes
malam
hari,
berhubungan dengan depresi atau timbul karena faktor lain, seperti: - Gangguan hipotalamus; hampir selalu menyebabkan tidur yang terlambat. - Kebiasaan sehari-hari seperti tidur sebentar atau jadwal tidur yang tidak teratur, sehingga menyebabkan gangguan tidur tengah malam. - Stimulan seperti kafein, alkohol, nikotin dan beberapa obat; hal lain yang dapat mengakibatkan gangguan tidur seperti sakit, ansietas dan gangguan emosional. - Gangguan fisik seperti nyeri artritis, mengakibatkan kesulitan memulai atau mempertahankan tidur. - Nokturia yang mengakibatkan sering terbangun. Gangguan tidur yang sangat umum pada perimenopause adalah memanjangnya keterlambatan tidur (saat mulai berbaring sampai benar benar jatuh tertidur). Normalnya periode ini tidak lebih dari 10 menit. 3. Gangguan psikologis/kognitive •
Depresi
•
Irritabilitas
•
Perubahan mood
•
Kurang konsentrasi, pelupa.
Seperti diketahui bahwa kejadian depresi kira-kira 2 kali lebih sering pada wanita dibandingkan pria. Risiko depresi mayor adalah 7-12% untuk pria dan 20-25% untuk wanita. Usia rata-rata terjadinya depresi adalah 40 tahunan. Suasana hati, perilaku, fungsi kognitif, fungsi sensorik, dan kerja susunan saraf pusat dipengaruhi oleh hormon steroid seks. Apabila timbul perubahan pada hormon ini maka akan timbul keluhan psikis dan perubahan fungsi kognitif. Berkurangnya sirkulasi darah ke otak juga mempersulit konsentrasi sehingga mudah lupa. Pada akhirnya, akibat berkurangnya hormon steroid seks ini, pada wanita perimenopause dapat terjadi keluhan seperti mudah
tersinggung, cepat marah, perasaan tertekan. Pada dasarnya kejadian depresi pada pria dan wanita memiliki angka perbandingan yang sama, akan tetapi dengan terapi pemberian estrogen keluhan depresi dapat ditekan. Oleh karena itu, estrogen dianggap sebagai salah satu faktor predisposisi terjadinya depresi. Penyebab depresi diduga akibat meningkatnya aktivitas serotonin di otak. Estrogen akan menghambat aktivitas enzim monoamin oksidase (MAO), suatu enzim yang menonaktifkan serotonin dan noradrenalin. Berkurangnya jumlah estrogen akan berdampak pada berkurangnya jumlah MAO dalam plasma. Pemberian serotonin-antagonis dapat mengurangi keluhan depresi pada wanita pascamenopause. Masa transisi menopause memiliki permasalahan sosiokultural yang kompleks sebagaimana perunahan hormonal yang terjadi. Faktor psikososial dapat mempengruhi gejala perubahan mood dan kognitif. Data laboratorium menyatakan bahwa hormon ovarium sangat berkhasiat, dimana sinyal kimiawi perifer secara umum mempengaruhi aktivitas neuronal. Perubahan level estrogen dan progesteron menunjukkan sejumlah pengaruh neurotransmiter SSP seperti dopamin, norepinefrin, asetilkolin dan serotonin yang kesemuanya diketahui sebagai modulator untuk mood, tidur, tingkah laku dan kesadaran. Selama perimenopause, fluktuasi hormon terutama fluktuasi estrogen dapat mengubah level neurotransmiter di SSP yang dapat mempengaruhi tidur, daya ingat dan mood. 4. Gangguan seksual •
Kejadian gangguan seksual pada wanita perimenopause bervariasi dan meningkat dengan bertambahnya umur.
•
Gejala-gejala berupa; berkurangnya lubrikasi vagina, menurunnya libido, dispareuni dan vaginismus Selama masa transisi ke menopause, dimana kadar estrogen menurun,
frekuensi gangguan seksual dilaporkan meningkat. Kejadian gangguan ini cenderung meningkat sesuai dengan bertambahnya umur. Gejala-gejala dari gangguan seksual ini antara lain : berkurangnya lubrikasi vagina, menurunnya libido, dispareuni dan vaginismus. Perubahan ini harus dijelaskan karena banyak dari para wanita tidak mengetahui adanya pengaruh
hormonal. Mereka harus diyakinkan dan belajar bahwa perubahan-perubahan tersebut merupakan bagian normal pada masa transisi perimenopause. a. Kekeringan vagina (vaginal dryness) Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, Liang senggama kering sehingga menimbulkan nyeri pada saat senggama, keputihan, rasa sakit pada saat kencing. Keadaan ini membuat hubungan seksual akan terasa sakit. Keadaan ini sering kali menimbulkan keluhan pada wanita bahwa frekuensi buang air kecilnya meningkat dan tidak dapat menahan kencing terutama pada saat batuk, bersin, tertawa atau orgasme. b. Keinginan seksual yang berubah Dennerstein dkk melaporkan dalam penelitian di Australia, meskipun sebagian besar wanita tidak menunjukkan perubahan dalam sexual interest selama menopause, sebanyak 31% mengalami penurunan seksual dan 7% sexual interest -nya meningkat. Hanya 6% dari wanita yang mengalami penurunan seksual tersebut mengatakan menopause sebagai alasan. Penurunan ini mungkin disebabkan oleh faktor fisiologi yang membuat hubungan seks menjadi sulit (seperti vaginal dryness, hot flashes, inkontinensia urine) atau oleh faktor sosial dan lingkungan. c. Gejala-gejala somatik •
Sakit kepala
•
Pembesaran mammae dan nyeri
•
Palpitasi
•
Pusing
d. Gejala Urogenital Alat genital wanita serta saluran kemih bagian bawah merupakan organ yang sangat dipengaruhi oleh hormon estrogen. Reseptor estrogen dan progesteron teridentifikasi di vulva, vagina, kandung kemih, uretra, otot dasar pelvis serta fasia endopelvis. Struktur tersebut memilki sebuah persamaan kemampuan untuk mereaksi perubahan hormonal sebagaimana pada kondisi menopause dan nifas.
Kekurangan estrogen akan mengakibatkan atrofi dan penipisan pada sel mukosa uretra dan kandung kemih serta berkuranganya sirkulasi darah ke jaringan. Epitel uretra dan trigonum vesika mengalami atrofi. Hal ini akan menimbulkan uretritis, sistitis, atau kolpitis, sering berkemih dan inkontinensia urin serta adanya infeksi saluran kemih. Terdapat juga gangguan miksi berupa disuri, polakisuri, nikturi, rasa ingin berkemih hebat, atau urin yang tertahan, hal ini sangat erat kaitannya dengan atrofi mukosa uretra. Pada usia perimenopause ini, serviks mengalami proses involusi, berkerut,
sel
epitelnya
menipis sehingga mudah cedera.
Kelenjar
endoservikal mengalami atrofi sehingga lendir serviks yang diproduksi berkurang jumlahnya. Tanpa efek lokal estrogen vagina akan kehilangan kolagen, jaringan lemak dan kemampuan untuk menahan cairan.dinding vagina menyusut, rugae menjadi mendatar, dan akan nampak merah muda pucat. Permukaan epitel vagina menipis hingga beberapa lapis sel sehingga mengurangi rasio sel permukaan dan sel basal. Pada akhirnya, vagina menjadi lebih rapuh, kering dan mudah berdarah dengan trauma minimal. Pembuluh darah di vagina menyempit sehingga seiring berjalannya waktu vagina akan terus menegang dan kehilangan fleksibilitasnya. Saat seorang wanita memasuki usia perimenopause, pH vagina akan meningkat karena menurunnya estrogen, dan akan terus meningkat pada masa post menopause sehingga mangakibatkan mudahnya terjadi infeksi oleh bakteri trikomonas, kandida albikan, stafilo dan streptokokus, serta bakteri coli bahkan gonokokus. Adanya hormon estrogen akan membuat pH vagina menjadi asam sehingga memicu sintesis Nitrit oksid (NO) yang memiliki sifat antibakteri dan hanya dapat diproduksi bilamana pH vagina kurang dari 4,5. Selain bersifat bakterisid, NO di vagina juga bersifat radikal bebas bagi sel-sel tumor dan kanker. Akibat perubahan ini, maka terjadi kekeringan vagina, iritasi, dispareuni, dan rekurensi infeksi saluran kemih.
D. Komplikasi
Kekurangan estrogen yang terus terjadi dapat menyebabkan efek jangka panjang, yaitu: a. Atrofi vagina dan mukosa uretra
Menyebabkan penurunan keasaman vagina, yang meningkatkan resiko infeksi, kekeringan vagina dan dispareunia, serta gejala perkemihan, seperti desakan untuk berkemih, sering berkemih dan sistitis. b. Prolaps uterovagina Menyebabkan atrofi dan perubahan otot dasar panggul dan ligamen penopangnya. c. Osteoporosis, penurunan masa tulang menyebabkan wanita lebih rentan mengalami fraktur. d. Penyakit kardiovaskular, terdapat peningkatan insidens penyakit jantung koroner dan stroke secara bermakna pada wanita setelah mengalami menopause. e. Perubahan rambut dan kulit, dan atrofi payudara. f. Defek kognitif, dimensia, dan cedera sistem saraf pusat Mekanisme yang diajukan meliputi disregulasi berbagai neurotransmiter, penurunan faktor pertumbuhan neuron, penurunan aliran darah otak, peningkatan kejadian iskemia serebral secara laten, dan perubahan pola tidur (misal : tidur yang berhubungan dengan gangguan pernapasan, insomnia). (Chris Brooker, 2008)
E. Pemeriksaan diagnostik a.
Indeks maturasi Penilaian terhadap defisiensi estrogen vagina adalah evaluasi terhadap indeks pematangan epitel vagina. Prosedur ini dilakukan dengan cara pengambilan sel pada batas atas dan sepertiga tengah dinding samping vagina menggunakan sikat. Dibuat slide dan dilakukan pengecatan dengan tehnik Papanicolaou kemudian persentase dari sel parabasal, intermediat dan superfisialis dihitung. Meskipun indeks maturasi berubah secara bermakna setelah terapi pengganti estrogen, diagnosis tidak dapat membandingkan indeks maturasi dengan karakteristik siklus haid.
b. pH vagina Beberapa peneliti mengatakan bahwa peningkatan pH vagina (6,0-7,5) dimana tidak ditemukan bakteri patogen menjadi alasan adanya penurunan kadar estradiol serum. Uji ini dilakukan secara langsung dengan kertas pH pada dinding lateral vagina. Perubahan pH dapat diakibatkan oleh berubahnya komposisi dari sekresi vagina yang menyertai atropi. c. Ketebalan kulit
Estrogen menstimulasi pertumbuhan epidermal dan promotes pembentukan kolagen dan asam hialuronik sehingga turgor dan vaskularisasi kulit bertambah. Selama klimakterik, berkurangnya kadar estrogen mengakibatkan epidermis menjadi tipis dan atropi. d. Pengukuran FSH Pengukuran
kadar
plasma
FSH
telah
dilakukan
untuk
mencoba
mengidentifikasi wanita perimenopause dan postmenopause. Kadar FSH yang tinggi menunjukkan telah terjadi menopause yang terjadi pada ovarium. Ketika ovarium menjadi kurang responsif terhadap stimulasi FSH dari kelenjar pituitari (produksi estrogen sedikit), kelenjar pituitari meningkatkan produksi FSH untuk mencoba
merangsang
ovarium
menghasilkan
estrogen
lebih
banyak.
Bagaimanapun, banyak klinikus dan peneliti meragukan nilai klinik dari pengukuran FSH pada wanita perimenopause dimana kadar FSH berfluktuasi considerably setiap bulan yang tergantung pada adanya ovulasi. e. Estradiol Penelitian longitudinal akhir-akhir ini melaporkan bahwa wanita dengan early perimenopause (perubahan dalam frekuensi siklus) kadar estradiol premenopause terjaga sedangkan pada perimenopause lanjut (tidak haid dalam 3-11 bulan sebelumnya) dan wanita postmenopause terjadi penurunan secara bermakna dari kadar estradiol. Estradiol dapat diukur dari plasma, urine dan saliva. Seperti halnya
FSH,
kadar
estradiol
mempunyai
variasi
yang
tinggi
selama
perimenopause. f.
Inhibin Inhibin A dan inhibin B disekresikan oleh ovarium dan seperti estradiol, exert umpan balik negatif terhadap kelenjar pituitari, menurunkan sekresi FSH dan LH. Kurangnya inhibin menyebabkan peningkatan FSH yang terjadi pada ovarium senescence. Kadar inhibin B menurun pada perimenopause sedangkan inhibin A tidak mengalami perubahan. Inhibin A akan menurun pada saat sekitar haid akan berhenti. Kadar inhibin biasanya diukur dari plasma. Ovarium menghasilkan inhibin B lebih sedikit karena hanya sedikit folikel yang menjadi matang dan sejumlah folikel berkurang karena umur. Rekomendasi program skrining untuk wanita usia 40 sampai 65 tahun setiap 1 sampai 3 tahun. (Bobak dkk, 2004)
g. Pemeriksaan fisik
-
Tinggi dan berat badan
-
Pemeriksaan payudara
-
Pemeriksaan pelvis
-
Pemeriksaan vulva
-
Pemeriksaan rektum
h. Periksa tekanan darah i.
Pemeriksaan laboratorium/uji diagnostik -
Pap smear
-
Mamogram Massa payudara yang terlalu kecil untuk dideteksi oleh SADARI atau oleh petugas kesehatan bisa dideteksi dengan mamografi, suatu pemeriksaan sinar-X dengan dosis rendah. Mamografi dilakukan dengan mengambil dua kali sinar-X pada setiap payudara, satu penyinaran dengan payudara ditekan dari atas ke bawah dan penyinaran yang lain adalah payudara ditekan dari satu sisi ke sisi lain untuk memperoleh gambaran jaringan payudara yang jelas. Prosesur berlangsung sekitar 15 menit dan menyebabkan sedikit gangguan rasa nyaman. Perawat harus membahas manfaat mamografi dengan wanita tersebut (ketenangan pikiran dan deteksi dini), menjelaskan prosedur kepadanya, dan menjelaskan persiapan pemeriksaan: pada hari pemeriksaan ia harus mengenakan pakain yang bagian atasnya dapat dibuka dengan mudah, ia harus mandi, tetapi tidak menggunakan deodoran atau krim, salep atau bedak badan pada area payudara atau dibawah lengan, dan ia harus menghindari pengobatan lain atau minuman, seperti kopi, asupan kafein selama seminggu menjelang pemeriksaan karena kafein memperbesar pembuluh darah dan dapat mengacaukan hasil.
-
Kolesterol darah total tidak puasa
-
Urinalisis
-
Stool guiac
-
Hgb/Hct
Rekomendasi sesuai kebutuhan wanita setengah baya yang beresiko 1. Pemeriksaan fisik -
Pemeriksaan kulit
-
Pemeriksaan rongga mulut
2. Pemeriksaan laboratorium/uji diagnostik -
Tes tuberkulin
-
VDRL
-
Pemeriksaan klamida
-
Kultur gonorea
-
Pemeriksaan HIV
-
Elektrokardiogram
-
Biopsi endometrium
-
Skrining densitas tulang
-
Pemeriksaan prostoskopik
-
Glukosa plasma puasa
F. Pendidikan kesehatan Pendidikan kesehatan yang bisa diberikan kepada para ibu menopause diantaranya a) Masalah : Penurunan Kesuburan Ini berkaitan dengan kualitas dari sel telur yang dihasilkan oleh tubuh seorang wanita. Proses ini dimulai sekitar usia 35 sampai 38, sekitar 10 sampai 15 tahun sebelum menopause terjadi. Pendkes : Aturlah kehamilan. Semakin tua saat mengandung, semakin besar resiko melahirkan bayi dengan ketidaknormalan genetik. Tetap gunakan alat kontrasepsi. Tidak berarti dengan penurunan kesuburan, ibu terlindung dari kehamilan. b) Masalah : Perubahan Siklus Haid Perubahan yang terjadi sangat bervariasi antar individu. Ada yang jarak antar siklusnya memendek, ada yang memanjang, ada pula pendarahan yang terjadi menjadi lebih banyak atau hanya sedikit (spotting). Bahkan sebagian wanita akan mengalami haid yang tiba-tiba berhenti dan tidak haid lagi untuk selamanya. Pendkes : Bersikaplah tenang. Jika menemui perdarahan haid yang lebih banyak atau lama perdarahan yang lebih lama atau juga pendarahan yang terjadi antara masa haid, segeralah kunjungi dokter untuk mendapatkan tindak lanjut agar hal-hal yang berbahaya dapat dihindari.
c) Masalah : Hot Flashes Gejala dari Hot Flashes adalah sensasi rasa hangat sampai panas sekujur tubuh yang terjadi secara mendadak terutama pada daerah dada, muka dan kepala sebagai akibat dari melebarnya pembuluh darah. Gejala-gejala lain yang mengikutinya seperti berkeringat, peningkatan jumlah nadi serta peningkatan detak jantung. Pendkes : Berusahalah untuk mengenali dan menghindari hal-hal pencetus hot flashes ini seperti ruangan yang hangat, emosi, minuman panas, makanan tertentu, kopi, alkohol, rokok. Gunakan baju yang sejuk, gunakan kipas angin serta tidur di ruangan yang sejuk. Ketika hot flashes muncul, tariklah nafas yang dalam dan lambat untuk menenangkan diri. Olah raga rutin dapat mengurangi stress atau dapat juga dengan meditasi, yoga atau pijat. d) Masalah : Perubahan Emosional Banyak hal-hal yang melatarbelakangi hal ini. Hot flashes sering kejadiannya berlangsung pada malam hari, yang menyebabkan wanita yang mengalaminya akan mengalami kesulitan tidur. Kurangnya waktu tidur ini dapat menyebabkan keletihan serta perubahan emosional seperti mudah marah. Perubahan hormonal juga ikut berpengaruh. Selain itu, banyak peristiwa kehidupan yang terjadi pada masa ini yang terjadi yang sedikit banyak juga berpengaruh, contohnya pertentangan dengan kaum muda, takut menjadi tua, pernikahan anak, persiapan masa pensiun bagi yang bekerja dan sebagainya. Pendkes : Ikutlah aktivitas yang menyenangkan. Perbanyak kawan bicara. Makanlah secara teratur dan yang bergizi, kurangi lemak, alkohol dan kafein. Olah raga secara teratur. Cobalah teknik mengurangi stress seperti nafas yang dalam, meditasi. Lakukan aktivitas bagi diri Anda sendiri seperti pijat, manicure. Tidurlah yang cukup setiap malam. Tertawalah sebanyak-banyaknya . Carilah pihak-pihak yang berkompeten untuk membantu. e) Masalah : Perubahan Vagina dan Inkontinensia Pada masa ini vagina akan memendek serta menyempit. Dinding vagina menjadi tipis dan kehilangan elastisitasnya. Gejala-gejala yang akan timbul seperti rasa panas, gatal, pendarahan serta sakit pada saat bersenggama. Sedangan pada saluran kemih akan timbul apa yang disebut inkontinensia, yang artinya pengeluaran urin secara
tidak sadar atau ngompol. Hal ini dapat berdampak pada lingkungan sosial serta higienitas personal. Pendkes : Untuk perubahan pada vagina : Gunakan vaginal moisturizer untuk melembutkan vagina. Gunakan lubrikan vagina yang bersifat larut air atau water-soluble untuk melembabkan vagina. Lakukan Pap's smear serta pemeriksaan kebidanan lainnya secara berkala. Untuk inkontinesia : Atur jumlah minuman yang diminum secukupnya . Kurangi kafein dan makanan yang asam karena akan mengiritasi kandung kemih. Jaga kebersihan sehingga terbebas dari infeksi. Lakukan latihan otot dasar panggul (Kegel Exercise). Kurangi berat badan. f) Masalah : Perubahan Aktivitas Seksual Pada usia tua aktivitas seksual akan berubah pada kedua belah pihak pasangan, baik sang wanita maupun sang pria. Banyak faktor yang mendasarinya seperti, perubahan usia, hormonal serta kejiwaan masing-masing pasangan. Perubahan-perubahan yang terjadi meliputi berkurangnya respon seksual, aktivitas seksual yang menurun, hasrat seksual yang berkurang, pasangan seksual yang menjadi disfungsional (misal difungsi ereksi) dan sebagainya. Pendkes : Perpanjang masa foreplay, hal ini akan memperpanjang orgasme. Ubah kebiasaan seksual, misal dengan melakukan hubungan senggama pada pagi hari saat tingkat energi lebih tinggi. Lakukan pendekatan dengan pasangan sehingga hubungan yang lebih baik dapat terbangun. Cobalah saling membantu dalam mengatasi masalah seksual masing-masing pasangan. g) Masalah : Bertambahnya berat badan Bertambahnya berat
badan
akan muncul akibat bertambahnya lemak
dan
berkurangnya massa otot tubuh. Selain itu detak jantung akan cenderung lebih cepat. Hal ini dicetuskannya antara lain oleh faktor hot flashes seperti yang telah dijelaskan di atas serta perubahan emosional. Sakit kepala pun akan ikut muncul pada wanita yang rentan terhadap perubahan hormonal. Serta hal-hal yang lain yang mengikuti dengan penurunan usia wanita tersebut. Pendkes : Mengkonsumsi makanan gizi seimbang dengan rendah kalori. Olah raga secara teratur. Hindari pencetus stress. Lakukan hal-hal yang meredakan ketegangan.
Minumlah air yang cukup. Gunakan sun-block untuk mencegah kanker kulit. Bila perlu konsumsi makanan tambahan.
h) Lakukan olahraga secara teratur dan terukur. Aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan antioksidan yang berkeliaran di dalam tubuh. Beberapa jenis olahraga yang bisa dilakukan pada saat menopause antara lain jalan cepat, dan senam. Bagi mereka yang berusia di atas 40 tahun, dianjurkan untuk melakukan senam aerobik dan senam osteoporosis. i) Berpikir positif. Wanita yang baru atau belum lama memasuki masa menopause biasanya akan dirundung kegalauan dan kegelisahan. Mereka merasa sudah tidak cantik dan menarik lagi, sehingga takut ditinggalkan suami dan sebagainya. Ketakutan semacam ini justru akan makin memperburuk keadaan. Sebab pikiran negatif akan menimbulkan hal yang negatif pula.
G. Penatalaksanaan
1. Farmakologi a. Terapi sulih hormon (TSH) TSH atau HRT (Hormon Replacement Terapy) merupakan pilihan untuk mengurangi keluhan pada wanita dengan keluhan atau sindroma menopause dalam masa premenopause dan postmenopause. Selain itu, TSH juga berguna untuk menjaga berbagai keluhan yang muncul akibat menopause, seperti keluhan vasomotor, vagina yang kering, dan gangguan pada saluran kandung kemih. Penggunaan TSH juga dapat mencegah perkembangan penyakit akibat dari kehilangan hormon estrogen, seperti osteoporosis dan jantung koroner. Jadi, tujuan pemberian TSH adalah sebagai suatu usaha untuk mengganti hormon yang ada pada keadaan normal untuk mempertahankan kesehatan wanita yang bertambah tua (Kasdu, 2002). Syarat minimal sebelum pemberian estrogen dimulai :
- Tekanan darah tidak boleh tinggi. - Pemeriksaan sitologi uji Pap normal. - Besar uretus normal ( tidak ada mioma uterus ).
- Tidak ada varises di ekstremitas bawah. - Tidak terlalu gemuk / tidak obesitas. - Kelenjar tiroid normal. - Kadar normal : Hb, kolesterol total, HDL, trigliserida, kalsium, fungsi hati. - Nyeri dada, hipertensi kronik, hiperlipidemia, diabetes militus perlu dikonsulkan terlebih dahulu ke spesialis penyakit dalam Kontraindikasi :
-
Troboemboli, penderita penyakit hati, kolelitiasis.
-
Sindrom Dubin Johnson / Botor yaitu gangguan sekresi bilirubin konjugasi.
-
Riwayat ikterus dalam kehamilan.
-
Kanker endometrium, kanker payudara, riwayat gangguan penglihatan, anemia berat.
-
Varises berat, tromboflebitis
Prinsip dasar pemberian Terapi Sulih Hormon :
- Wanita yang memiliki uterus, maka pemberian estrogen harus selalu dikombinasikan dengan progesteron. Tujuan penambahan progesteron adalah untuk mencegah kanker endometrium. - Wanita tanpa uterus, maka cukup pemberian estrogen saja dan estrogen diberikan secara kontinue (tanpa istirahat). - Pada wanita perimenopause yang masih haid dan masih tetap menginginkan haid, TSH diberikan secara sekuensial. Wanita paska menopause yang masih ingin haid diberikan secara sekuensia, kecuali jika tidak terjadi haid diberikan secara kontinyu. - Jenis estrogen yang diberikan adalah estrogen dan progesteron alamiah. - Pemberian selalu dimulai dengan dosis rendah. - Dapat dikombinasikan dengan androgen atau diberikan dengan TSH yang memiliki sifat androgenik. Jenis Pemberian :
Sulih hormon dapat berisi estrogen saja atau kombinasi dengan progesteron. Pilihan rejimen yang digunakan bergantung pada riwayat histerektomi. Untuk wanita yang tidak menjalani histerektomi, umumnya diberikan kombinasi dengan progesteron untuk mengurangi risiko terjadinya keganasan pada uterus. a. Rejimen I, yang hanya mengandung estrogen
Rejimen ini bermanfaat bagi wanita yang telah menjalani histerektomi. Estrogen diberikan setiap hari tanpa terputus. b. Rejimen II, yang mengandung kombinasi antara estrogen dan progesteron. Kombinasi sekuensial: estrogen diberikan kontinyu, dengan progesteron diberikan secara sekuensial hanya untuk 10-14 hari (12-14 hari) setiap siklus dengan tujuan mencegah terjadinya hiperplasia endometrium. Lebih sesuai diberikan pada perempuan pada usia pra atau perimenopause yang masih menginginkan siklus haid. Estrogen dan progesteron diberikan bersamaan secara kontinyu tanpa terputus. Cara ini akan menimbulkan amenorea. Pada 3-6 bulan pertama dapat saja terjadi perdarahan bercak. Rejimen ini tepat diberikan pada perempuan pascamenopause. Cara pemberian TSH : •
Oral
•
Transdermal
•
Semprot hidung
•
Implan (susuk)
•
Pervaginam (krem vagina)
•
Sublingual
Dosis: Jenis
Kontinue
Dosis
Estrogen konjugasi
Oral
0.3-0.4 mg
Oral
1-2 mg
17β estradiol
Transdermal
50-100 mg
Subkutan
25 mg
Estradiol valerate
Oral
1-2 mg
Estradiol
Oral
0,625-1,25 mg
Tabel 1. Dosis Anjuran Sulih Estrogen
Jenis
Sekuensial
Kontinyu
Progesteron
300 mg
100 mg
asetat (MPA)
10 mg
2,5-5 mg
Siproteon asetat
1 mg
1 mg
Didrogesteron
10-20 mg
10 mg
Normogestrol asetat
5-10 mg
2,5-5 mg
Medroksiprogesteron
Tabel 2. Dosis Anjuran Sulih Progesteron
Lama Penggunaan :
Menurut NHMRC lamanya pemberian terapi sulih hormon adalah sebagai berikut: a. Untuk penatalaksanaan gejolak panas, pemberian terapi sulih hormon sistemik selama 1 tahun dan kemudian dihentikan total secara berangsurangsur (dalam periode 1-3 bulan) dapat efektif. b. Untuk perlindungan terhadap tulang dan menghindari atrofi urogenital, pemakaian jangka lama diindikasikan tetapi lamanya waktu yang optimal tidak diterangkan dengan jelas. c. Setelah penghentian terapi masih terdapat manfaat untuk perlindungan terhadap tulang dan koroner, tetapi menghilang bertahap setelah beberapa tahun. Mengacu pada hasil penelitian terbaru dari WHI, lama pemakaian terapi sulih hormon di Indonesia maksimal 5 tahun. Hal ini ditentukan berdasarkan aspek keamanan penggunaan terapi sulih hormon jangka panjang. Efek Samping :
- Meningkatkan resiko kanker payudara - Meningkatkan resiko penyakit tromboemboli - Peningkatan berat badan - Meningkatkan frekuensi dan derajat sakit kepala pada pasien migrain - Perdarahan
b. Pengobatan Alternatif - Vitamin B6 dalam dosis kurang dari 200 mg dapat meredakan beberapa gejala yang menegangkan. - Vitamin E efektif mengurangi rasa panas. - Androgen
digunakan
bersama
estrogen
pada
beberapa
wanita
untuk
meningkatkan libido, mengurangi nyeri payudara, dan mengurangi migrain.
2. Non Farmakologi a. Olahraga
Olahraga akan meningkatkan kebugaran dan kesehatan seseorang, biasanya ini juga membawa dampak positif, seperti : - Menguatkan tulang - Meningkatkan kebugaran - Menstabilkan berat badan - Mengurangi keluhan menopause - Mengurangi stres akibat menopause Olahraga bagi wanita yang mengalami menopause tentu saja berbeda dengan wanita yang masih dalam usia reproduktif karena biasanya beberapa organ tubuhnya sudah tidak berfungsi sempurna, selain itu beberapa penyakit sudah dideritanya. Tujuan olahraga bagi wanita menopause adalah selain menjaga kebugaran juga untuk mengurangi atau mengobati penyakit. Jenis-jenis olahraga yang bisa dilakukan untuk wanita usia menopause yaitu jalan cepat, senam, dan berenang. Gerakan yang dilarang: – Melompat – Membungkuk dengan punggung ke depan seperti gerakan mengambil sesuatu di lantai – Menggerakkan kaki ke samping atau ke depan melawan beban b. Nutrisi (Diet)
Bertambahnya usia menyebabkan beberapa organ tidak melakukan proses perbaikan (remodelling) diri lagi, misalnya masa tulang tidak melakukan pembentukan kembali. Selain itu, semakin tua aktivitas gerak yang dilakukan juga tidak sekuat dulu sehingga kalori yang dikeluarkan juga berkurang sehingga kalori yang dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh juga menurun dengan demikian, asupan makanan yang dibutuhkan juga berkurang. Sehingga setiap orang tetap membutuhkan makanan bergizi seimbang yang berfungsi untuk memenuhi zat – zat gizi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral (Kasdu, 2002). c. Fitoestrogen
Fito artinya tanaman sedangkan estrogen maksudnya memiliki struktur kimia dan khasiat biologik seperti estrogen. Struktur kimia fitoestrogen sebagian besar bukan steroid sedangkan estrogen umumnya adalah steroid. Fitoestrogen terdiri dari : a.
Isoflavon (banyak ditemukan dalam kacang kedelai, kacang hitam, lentil, r ed clover, chickpea, terutama kedelai dengan produk olahannya : susu, tofu, tempe, tauco, kecap) Khasiat: bisa mengatasi osteoporosis dan hot flush, serta mencegah kanker payudara dan kandung kemih.
b.
Coumestan (terdapat pada daun semanggi, kacang kedelai, kacang hijau, kecambah kedelai, red clover ) Khasiat: efektif mencegah kanker bila dikombinasikan isoflavon.
c.
lignan (Terdapat dalam: gandum, sayuran (buncis), buah-buahan (pepaya, bengkuang), biji bunga matahari). Khasiat: menurunkan kadar kolesterol dan kepekaan insulin, serta risiko kanker payudara.
d.
Kalsium
−
Kebutuhan 1200mg/hari
−
Dapat diperoleh pada: susu,keju,daun pepaya,bayam, teri, tahu, singkong, daun melinjo,kedelai, apel, kangkung, kacang ijo dan pepaya,kacang tanah kupas, ikan segar, beras giling, roti putih, ayam, dan daging sapi.
e. Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang menentukan kesehatannya di masa yang akan mendatang. Perubahan gaya hidup untuk pencegahan jantung koroner pada wanita, salah satu dgn mengurangi atau kalau mungkin menghentikan merokok termasuk minum minuman beralkohol. Hal penting yang juga perlu diperhatikan adalah masalah makanan dan olahraga, pola makanan yang baik, disesuaikan dengan kebutuhan gizi usia tersebut serta aktivitas.
f. Pemberian Konseling
Masalah utama yang dialami wanita pada masa klimakterium adalah faktor psikis, wanita biasanya mempunyai rasa takut, gelisah, tegang, tidak percaya diri dan khawatir bahwa dirinya tidak semenarik dan seprima dulu lagi. Alasan bahwa badan lemah dan tidak bergairah hanyalah alasan untuk menutupi ketakutan dan kekhawatiran tersebut. Banyak wanita yang mengalami gejala-gejala akibat perubahan tersebut dan biasanya menghilang perlahan dan
tidak
mengakibatkan
kematian.
Namun
tak
jarang
mengakibatkan rasa tidak nyaman dan terkadang menyebabkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari. Konseling yang diberikan pada wanita yang memasuki masa klimakterium meliputi penjelasan dan pemahaman kesehatan reproduksi wanita yang mencakup perubahan perubahan fisik dan psikologis serta berbagai permasalahan yang terjadi dalam berbagai masa kehidupan wanita. Perubahan itu dimulai dari masa bayi, masa kanak-kanak, pubertas, masa reproduksi, masa klimakterium dan masa senium. Masing-masing masa mempunyai kekhususan yang memerlukan pemahaman dan perawata n keadaan tubuhnya dalam menghadapi masa tersebut. Perubahan-perubahan tersebut adalah hal yang wajar dan pasti terjadi dalam siklus kehidupan wanita. Pada masa sekarang ini tanggung jawab kesehatan reproduksi wanita bukan saja berada pada istri, namun melibatkan peran suami. Oleh karena itu maslah kesehatan reproduksi wanita sudah merupakan tanggung jawab bersama antara suami dan istri.
PATOFISIOLOGI KLIMAKTERIUM
Usia lanjut
Menurun Fungsi Ovarium
Menurun kemampuan ovarium untuk merespon rangsangan gonadotropin
Terganggunya interaksi antara hipotalamus – hipofise
Kegagalan fungsi luteum
Turunnya fungsi steroid ovarium
Berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus
Peningkatan produksi FSH
Hiperseksi folikel
Menurunnya Jumlah folikel
Sedikitnya sel telur yang dilepaskan
Keluaran estrogen dan progesteron Menurun
Lapisan rahim berhenti menebal
Perdarahan menstruasi berhenti
Rahim & ovarium mengerut
Klimakterium
Stres psikologi Pola koping tidak efektif
Keluaran estrogen dan
Ketidakberdayaan
progesteron sedikit
Cemas dan gelisah Berkeringat banyak
Kurang pengetahuan tentang
Produksi cairan vagina
proses penuaan
berkurang
Insomnia
Sakit saat bersenggama Informasi tetangga
Libido seks terganggu Kurang percaya diri
Gangguan Pola Tidur Ansietas
Disfungsi seksual
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN KLIMAKTERIUM
A. Pengkajian
1) Identitas Klien a. Nama
: Ny. N
b. Umur
: 49 Tahun
c. Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
d. Jenis Kelamin
: Perempuan
e. Diagnosa Medis
: Klimakterium
2) Keluhan Utama : Klien mengeluh menstruasi tidak teratur 3) Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan Sekarang : Timbul gatal pada vagina, nyeri saat bersenggama, sering merasa gejolak panas sehingga berkeringat sehingga tidak nyaman dan sulit tidur, mudah tersinggung, gelisah, dan lekas marah. b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu : c. Riwayat Kesehatan Keluarga : d. Riwayat Lingkungan : e. Riwayat pengobatan : f. Riwayat Bio Psiko Sosial Spirutual Biologis
:-
Psikologis : Mudah tersinggung, gelisah, dan lekas marah padahal biasanya sabar apalagi setelah anaknya menikah dan pindah sehingga merasa anaknya tidak lagi peduli dengan dia dan anaknya lebih memikirkan istri dan anaknya, jarang ke rumah, telpon tidak di anggap. Sudah merasa suami tidak memperhatikannya lagi suami lebih memperhatikan mobil. Klien jadi takut jika suami tidak menyukai dia lagi apalagi dia sering menolak berhubungan suami istri karena nyeri. Sosial
: Mendengar dari tetangga dengan pertambahan usia kehidupan seksual
berakhir dimana tidak ada gairah lagi, tetangga juga mengatakan akan mulai sakitsakitan dibandingkan laki-laki yang selalu terlihat lebih sehat dan gagah. Spiritual
:-
4) Kebutuhan Dasar
a. Pola makan
:-
b. Pola napas
:-
c. Pola eliminasi
:-
d. Aktivitas
:-
e. Pola tidur
: Sulit tidur
f. Pola seksual
: nyeri saat senggama, sering menolak ketika suami mengajak
berhubungan seksual 5) Pemeriksaan Fisik a. Keadaan umum : b. Kesadaran : c. Antropometri : -
BB : -
-
TB : -
d. TTV (Tanda-Tanda Vital)
RR
: 20 x/mt
TD
: 130/80 mmHg
HR
: 88 x/mt
S
: 37,2oC
e. Pemeriksaan Persistem
Sistem Respirasi : -
Sistem Reproduksi : menstruasi tidak teratur, nyeri saat senggama, gatal pada vagina
Sistem Kardiovaskular : -
Sistem Neurobehaviour : -
Sistem Imun dan Hematologi : -
Sistem Integumen : terasa gatal pada vagina
f. Pemeriksaan Fokus
Inspeksi
:-
Palpasi
:-
Perkusi
:-
Auskultasi
:-
6) Pemeriksaan yang dilakukan : -
7) Terapi yang di berikan : -
B. Analisa Data
No 1. DO:
Data
Etiologi Usia lanjut
Nyeri
saat senggama
Gatal
pada vagina
Masalah Disfungsi seksual
Menurunnya Fungsi Ovarium
Sedikitnya sel telur yang
DS: Sering
menolak saat
dilepaskan
di ajak berhubungan Estrogen dan progesteron menurun
seksual Nyeri
saat senggama Rahim dan Ovarium mengerut
Klimakterium
Estrogen dan progesteron menurun
Produksi Cairan Vagina Berkurang
Sakit Saat Senggama
Libido Seks Terganggu
Tidak terpenuhi kebutuhan seksual
2.
Disfungsi seksual Usia lanjut
DO: Merasa
gejolak panas
sehingga nyaman
tidak
Menurunnya Fungsi Ovarium
Gangguan pola tidur
Sedikitnya sel telur yang dilepaskan DS:
Pasien
menyatakan
Estrogen dan progesteron menurun
sulit tidur
Gejolak
panas
sehingga
tidak
Rahim dan Ovarium mengerut
nyaman Klimakterium
Perubahan pada organ reproduksi dan tubuh
Stress Psikologis
Pola koping tidak efektif
Ketidakberdayaan
Cemas dan Gelisah, Hotflases
Perasaan tidak nyaman
3.
Gangguan pola tidur Usia lanjut
DO:
Menurunnya Fungsi Ovarium DS: Sedikitnya sel telur yang
Gelisah Merasa
suami
anak sudah
dan tidak
Estrogen dan progesteron menurun
memeperhatikan Takut
suami
dilepaskan
tidak
menyukai nya lagi
Rahim dan Ovarium mengerut
Ansietas
Mendengar
dari
tetangga jika semakin tua
gejolak
berkurang
Klimakterium
seksual Perubahan pada organ reproduksi dan tubuh
Stress Psikologis
Pola koping tidak efektif
Ketidakberdayain
Cemas dan Gelisah
Kurang Pengetahuan Tentang Proses Penuaan
Informasi Tetangga
Ansietas
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi seksual di tandai dengan klien mengeluh nyeri saat senggama, klien sering menolak berhubungan suami istri karena adanya nyeri. Tupen : Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam, klien dapat menjalankan aktivitas seksual alternatif yang memuaskan dengan kriteria : Nyeri hilang saat berhubungan, klien tidak menolak bila diajak berhubungan suami istri. Tupan : Setelah dilakukan perawatan 7x24 jam, disfungsi seksual teratasi. Intervensi Rasional 1. Ciptakan lingkungan saling percaya dan biasanya klien kesulitan untuk berbicara beri kesempatan kepada klien untuk tentang menggambarkan
masalahnya
subjek
dalam terciptanya
kata-kata sendiri
sensitive,
tapi
saling
percaya
dapat
apa
yang
rasa
menentukan/mengetahui dirasakan
pasien
yang
dengan
menjadi
2. Beri informasi tentang kondisi individu
kebutuhannya informasi akan membantu klien memahami
3. Anjurkan
situasinya sendiri komunikasi terbuka dapat mengidentifikasi
klien
untuk
berbagi
pikiran/masalah dengan pasangan/orang area dekat 4. Diskusikan
dengan
klien
tentang
atau
masalah
dan
meningkatkan diskusi dan resolusi mengurangi kekeringan vagina yang dapat
penggunaan cara/teknik khusus saat
menimbulkan
berhubungan (misalnya:
sehingga meningkatkan kenyamanan dalam
penggunaan
minyak vagina) 5. Kolaborasi :
indikasi (Estrogen pengganti) - Dengan konselor/ahli seksualitas
rasa
sakit
dan
iritasi,
berhubungan memulihkan atrofi genetalia, kekeringan −
- Dengan dokter : Beri obat sesuai
2.
penyesuaian
vagina, uretra −
mungkin dibutuhkan bantuan tambahan untuk meningkatkan kepuasan hasil
Gangguan pola tidur berhubungan dengan produksi keringat yang berlebihan akibat hot flash di tandai dengan klien mengeluh merasa panas dan sering berkeringat
Tupen : Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam, keseimbangan istirahat dan aktivitas klien optimal KH : Klien dapat mengidentifikasi teknik untuk memudahkan tidur, klien dapat tidur. Tupan : Setelah dilakukan perawatan 7x24 jam, kebutuhan istirahat/tidur klien terpenuhi. Intervensi Rasional 1. Tentukan kebiasaan tidur dan perubahan Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi yang terjadi intervensi yang tepat 2. Kurangi kebisingan dan lampu saat Memberikan situasi yang kondusif untuk tidur 3. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat 4. Anjurkan
klien
untuk
tidur Pakaian
yang
mengurangi menghindari
menyerap
keringat
ketidaknyamanan
akibat
keringat berlebih Mengurangi rasa tidak nyaman
makanan berbumbu, pedas, dan gorenggorengan, alkohol 5. Anjurkan klien untuk
menghindari
beraktivitas di cuaca yang panas 6. Anjurkan klien untuk mencuci muka
Menghindari trigger yang mencetuskan hot flash Mengurangi
rasa
panas
dan
keringat
saat hot flashes terjadi berlebih 7. Kolaborasi : Berikan sedatif sesuai Dapat membantu klien tidur/istirahat dengan indikasi 3.
Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan mengenai perjalanan proses penyakit di tandai dengan klien mengeluh merasa cemas memikirkan keadaannya. Tupen : Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam, cemas yang dirasakan klien hilang/berkurang dengan kriteira klien merasa rileks, dapat menerima dirinya apa adanya. Tupan : Setelah dilakukan perawatan 7x24 jam, ansietas tidak lagi dirasakan oleh klien.
Intervensi Rasional 1. Kaji tingkat ketakutan dengan cara Hubungan saling percaya mempermudah pendekatan dan bina hubungan saling percaya 2. Pertahankan lingkungan yang tenang
klien dalam megungkapkan perasaannya Lingkungan yang nyaman dan aman dapat
dan aman serta menjauhkan benda- mencegah
terjadi
hal-hal
yang
tidak
benda berbahaya 3. Libatkan klien dan keluarga dalam prosedur pelaksanaan dan perawatan 4. Ajarkan penggunaan relaksasi
diinginkan Keterlibatan keluarga dapat meningkatkan kerja sama klien dan penyesuaian positif terhadap keadaannya Teknik relaksasi dapat
meningkatkan
perasaan kontrol klien terhadap tubuhnya pada keadaan stress 5. Beritahu tentang penyakit klien dan Membantu klien dalam kegaitan mandiri tindakan yang akan dilakukan secara sederhana
DAFTAR PUSTAKA
Baziad, Ali.2003. Menopause dan Andropause. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Pramihardjo Brooker,Chris. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21262/4/Chapter%20II.pdf
LAMPIRAN Step 7
Definisi •
Pra menopause (fase peralihan) → pasca menopause 40-65 th (Ayu)
•
2-8th sebelum menopause, 1th setelah menopause (Sarita)
•
Reproduksi → senium, karena degenerative ovarium (Putri)
•
↓ estrogen , gonadotripin ↑ (Wina)
Etiologi Fisiologis tubuh →usia lanjut →fungsi ovarium ↓ →folikel ↓ → ↓ estrogen, ↑
•
GnRH Factor penyerta :
•
-
Penyakit (TB, Anemia)
(Nurasiyah)
-
Gaya hidup (merokok)
-
Aktivitas tinggi
-
Social ekonomi : ekonomi rendah, cepat klimakterium
-
Lingkungan
-
Obesitas
-
Jumlah klahiran
Alami → fisiologi (sklerosis pembuluh darah) → ↓ O2 dan nutrient yang
•
dibutuhkan ovarium
(Sisca)
Buatan (belum saatnya klimekterium tetapi terjadi ), co pengangkatan
•
ovarium, kemoterapi, radioterapi •
Gizi
•
Diabetic terkait gen
•
Fungsi genetic
(Nurasiyah)
Manifestasi klinis •
Tidak mendapat haid
(Ria)
•
Hot flush
•
Jantung berdebar-debar
•
Sakit kepala
•
Vertigo
•
Cemas
•
Depresi
•
Insomnia
•
Cepat lupa
•
Sulit konsentrasi
Pra menopause •
•
(Fuji)
Haid tidak teratur Neurovegetatif
•
Gangguan psikis
•
Gangguan organic (osteoporosis )
Hot flash → sensasi panas kemerahan , tiba-tiba → keringat → tidak nyaman (Febri) Kulit vagina menipis, ↑ pertumbuhan rambut pada wajah Tidak dapat menahan berkemih → kontinensia urin, ISK Gg. Mata → kaji air mata → kering, gatal
(Sarita) (Wina)
(Putri)
Cemas depresi (gigi mudah copot) Gg. Dihipotalamus (preoptik media)→ pengaturan keringat dam suhu (Tsaalits) Kekeringan vagina → ↓ estrogen → stimulus kekelenjar bartolini ↓ → lubrikasi↓ →nyeri
(Sisca)
Fase-fase klimakterium 1. Pra menopause (4-5th sebelum menopause)
(Febri)
2. Menopause (50th) 3. Pasca menopause 4. Oovaropause → kehilangan seluruh fungsi hormonnya Komplikasi •
Jantung koroner
(kamila)
•
Osteoporosis
•
Arteriosklerosis
•
Osteoblast → ada reseptor estrogen
•
Gg. Vaskuler
(Sisca)
•
↑LDL, HDH → mudah ateriosklerosis → terjadi jantung koroner (Nurasiyah)
•
↓ penyerapan kalsium di usus
•
↓ sintesis protein → penting untuk regulasi kalsium
Pemeriksaan diagnostic •
Colonoscopy : kelainan di liang senggama
(Wina)
•
USG : kelainan pada abdomen
•
Pas smear : deteksi kanker rahim
(Ayu )
•
Sinar x-ray : tulang vertebra dan panggul
(Febri)
•
Kadar FSH dan estrogen
(Nurasiyah)
•
Scrining densitas tulang
(Putri)
•
Fisik : TB bias berkurang Kulit , mulut, rectum, darah, dan fisura
Penatalaksanaan •
Olah raga : senam, jalan cepat, berenag
(Ayu)
•
Diet : gizi seimbang
•
Life style : pola makan
•
Pemberian estrogen : Oral : resiko ke lambung dan masuk ke hati yang memicu rennin (Putri) Topikal : oleskan di vagina → sedikit yang menyerap ke pembuluh darah Transdermal : tempelkan di kulit •
Vit B.6
(Tsalis)
•
Vit.E → hot flash ↓
•
Terapi androgen
•
Estrogen alami kacang-kacangan, daun semanggi, gandum , sayur
•
Atasi nyeri → krim hormon , jelly K-Y
•
Atasi gatal → krim hidrokortison / krim kortikosteroid
(Kamila)
Pencegahan •
Atur makanan cukup, vit A,B,C,D,E
•
Kadar gula rendah
(Dea)