BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Tulang
belakang
manusia
adalah
pilar/
tiang
yang
berfungsi
menyangga tubuh dan melindungi melindungi medulla spinalis. Pilar Pilar tersebut terdiri dari 33 ruas tulang belakang yang tersusun secara segmental yang terdiri atas 7 ruas tulang servikal, 12 ruas tulang torakal, 5 ruas tulang lumbal, 5 ruas tulang sacral yang menyatu dan 4 ruas tulang ekor. Setiap ruas tulang belakang dapat bergerak satu dengan yang lain oleh karena adanya dua sendi di daerah posterolateral posterolateral dan diskus intervertebralis di anterior. Vertebra lumbalis merupakan tulang terbesar dan terkuat dari semua tulang yang berada pada tulang belakang. Vertebra ini dimulai dari lengkung lumbal (yaitu, persimpangan torakolumbalis) dan meluas ke sacrum. Otot-otot yang melekat pada vertebra lumbalis menstabilkan tulang belakang. Fraktur vertebra lumbalis disebabkan oleh trauma berat atau keadaan patologis yang melemahkan tulang.
B. Tujuan
1. Untuk memahami dan mengetahui konsep dari Fraktur Lumbal 2. Untuk memahami dan mengetahui Asuhan Keperawtan dari Fraktur Lumbal
C. Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui konsep dari Fraktur Lumbal 2. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui Asuhan Keperawtan dari Fraktur Lumbal
1
BAB II PEMBAHASAN A. Teori Konsep 1. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh trauma. Jika tulang patah, jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh, seperti dapat mengakibatkan edema jaringan lunak, dislokasi sendi, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah. (Brunner and and Suddarth, 2002). Fraktur lumbal adalah kerusakan pada tulang belakang berakibat trauma yang terjadi pada bagian lumbalis, biasanya terjadi lebih banyak pada orang dewasa laki-laki yang disebabkan dise babkan oleh kecelakaan, jatuh, dan perilaku kekerasan. 2. Jenis Fraktur
a. Fraktur komplet adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran dari posisi normal b. Fraktur inkomplet adalah patah yang hanya terjadi pada sebagian dari garis t engah tulang c. Fraktur Tertutup yaitu fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit d. Fraktur Terbuka yaitu fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka dibagi menjadi:
Grade I dengan luka bersih panjangnya kurang dari 1 cm
Greade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
Grade III mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif yang sangat terkontaminasi dan merupakan yang paling berat.
2
3.
Etiologi
Menurut Brunner and Suddart (2002) penyebab fraktur adalah sebagai berikut: 1)
Trauma langsung merupakan utama yang sering menyebabkan fraktur. Fraktur tersebut terjadi pada saat benturan dengan benda keras.
2)
Putaran dengan kekuatan yang berlebihan (hiperfleksi) pada tulang akan dapat mengakibatkan dislokasi dan atau fraktur.
3)
Kompresi atau tekanan pada tulang belakang akibat jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas dan sebagainya.
4)
Gangguan spinal bawaan atau cacat sejak kecil atau kondisi patologis yang menimbulkan penyakit tulang atau melemahnya tulang.
5)
Postur Tubuh (obesitas atau kegemukan) dan “body mekanik” yang salah seperti mengangkat benda berat.
4.
Patofisiologi
Kolumna vertebralis tersusun atas seperangkat sendi antara korpus vertebra yang saling berdekatan. Diantaranya korpus vertebra mulai dari vertebra sevikalis kedua sampai vertebra sakralis terdapat discus
intervertebralis.
Discus-discus
ini
membentuk
sendi
fibrokartilago yang lentur antara korpus pulposus ditengah dan annulus fibrosus di sekelilingnya. Nucleus pulposus merupakan rongga intervertebralis yang terdiri dari lapisan tulang rawan dalam sifatnya semigelatin, mengandung berkas-berkas serabut kolagen, sel – sel jaringan penyambung dan sel-sel tulang rawan. Zat-zat ini berfungsi sebagai peredam benturan antara korpus vertebra yang berdekatan, selain itu juga memainkan peranan penting dalam pertukaran cairan antara discus dan pembuluh-pembuluh kapiler. Apabila kontuinitas tulang terputus, hal tersebut akan mempengaruhi berbagai bagian struktur yang ada disekelilingnya seperti otot dan pembuluh darah. Akibat yang terjadi sangat tergantung
3
pada berat ringannya fraktur, tipe, dan luas fraktur. Pada umumnya terjadi edema pada jaringan lunak, terjadi perdarahan pada otot dan persendian, ada dislokasi atau pergeseran tulang, ruptur tendon, putus persyarafan, kerusakan pembuluh darah dan perubahan bentuk tulang dan deformitas. Perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat yang patah dan jaringan lunak disekitar tulang tersebut biasanya juga mengalami kerusakan. Reaksi peradangan hebat timbul dapat setelah fraktur. 5. Manifestasi Klinik
1) Nyeri 2) Adanya deformitas 3) Dekompresi tulang akibat penekanan 4) Saat diperiksa dengan tangan teraba derik tulang yang disebut krepitus akibat gesekan antara fragmen satu dengan l ainnya. 5) Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit karena trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur 6. Komplikasi
1) Syok Syok hipovolemik akibat perdarahan dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak sehingga terjadi kehilangan darah dalam jumlah besar akibat trauma. 2) Mal union, gerakan ujung patahan akibat imobilisasi yang jelek menyebabkan mal union, sebab-sebab lainnya adalah infeksi dari jaringan lunak yang terjepit diantara fragmen tulang, akhirnya ujung patahan dapat saling beradaptasi dan membentuk sendi palsu dengan sedikit gerakan. 3) Non union adalah jika tulang tidak menyambung dalam waktu 20 minggu. Hal ini diakibatkan oleh reduksi yang kurang memadai. 4) Delayed union adalah penyembuhan fraktur yang terus berlangsung dalam waktu lama dari proses penyembuhan fraktur. 5) Infeksi
4
terjadi karena adanya kontaminasi kuman pada fraktur terbuka atau pada saat
pembedahan dan mungkin pula disebabkan oleh
pemasangan alat seperti plate, paku pada fraktur. 7. Pemeriksaan Penunjang
1) Foto Rontgen Spinal memperlihatkan adanya perubahan degeneratif pada tulang belakang atau tulang intervetebralis. 2) Elektromiografi untuk melokalisasi lesi pada tingkat akar syaraf spinal utama yang terkena. 3) Fungsi Lumbal 4) Tanda Le Seque atau tes dengan mengangkat kaki lurus ke atas untuk mendukung diagnosa awal dari herniasi discus intervertebralis ketika muncul nyeri pada kaki posterior. 5) CT - Scan 6) MRI termasuk pemeriksaan non invasif yang dapat menunjukkan adanya perubahan tulang dan jaringan lunak. 8. Penatalaksanaan
1) Bila sederhana ( stabil dan tidak ada gejala neurologik)
Istirahat di tempat tidur, terlentang dengan dasar keras dan posisi miring ke kiri dan ke kanan untuk mencegah decubitus selama 2 minggu.
Dapat diberikan analgetik sesuai resep dokter jika terdapat nyeri
Pemberian anti obat anti inflamasi
Pemberian obat-obat relaksan untuk mengatasi spasme otot
Pada fraktur yang stabil jika tidak merasa sakit lagi setelah 2 minggu rehabilitasi fisik dalam 1-2 minggu, dilanjutkan dengan
5
mobilisasi, belajar duduk, jalan, memakai brace.Pada fraktur yang tidak stabil ditunggu lebih lama 3-4 minggu. 2) Bila dengan kelainan neurologik Jika
pada
observasi
keadaan
neurologis
memburuk
dapat
dilakukan:
operasi dekompresi, misalnya tindakan laminektomi dan fiksasi tulang belakang, Pada fraktur lumbal dengan deficit neurologis, indikasi tindakan operatif adalah untuk stabilisasi fraktur, untuk rehabilitasi dini (duduk, berdiri, dan berjalan).
Pada fraktur lumbal dengan defisit neurologis yang dilakukan tindakan konservatif (tanpa operasi) setelah 6 minggu, dilakukan mobilisasi duduk/berdiri dengan menggunakan external support seperti gips Bohler, gips korset, jaket Minerva, tergantung dari tempat fraktur.
B. Asuhan Keperawatan Skenario kasus :
Klien bernama Tn. S, umur 35 tahun dan sudah menikah, klien beragama Islam, bersuku melayu, pendidikan terakhir klien hanya tamatan SD saaat ini klien bekerja sebagai seorang penambang emas, klien berasal dari desa nanga menarin, mentebah kapuas hulu, pada tanggal 6 Juni 2017 klien masuk RSDS dengan no RM 757759 klien di rawat di ruang Bedah Umum Pria (C) dengan diagnosa medis Fraktur Lumbal. 1. Pengkajian Awal
Identitas Klien
Nama
: Tn. S
Jenis kelamin : Laki-laki Umur
: 35 Tahun
Suku bangsa
: Melayu
Pendidikan
: Tamat SD
Pekerjaan
: Penambang Emas
6
2.
Agama
: Islam
Alamat
: Desa Nanga Menarin, Mentebah Kapuas Hulu
Tanggal Masuk RS
: 6 Juni 2017
Diagnosa medis
: Fraktur Lumbal
Riwayat Kesehatan Klien
Kesehatan Masa Lalu Klien mengatakan ia belum pernah masuk Rumah Sakit, klien hanya menderita sakit seperti flu dan batuk saja dan hanya membeli obat di warung.
Riwayat Kesehatan Sekarang a. Alasan Masuk Rumah Sakit Dua puluh hari sebelum masuk rumah sakit RSDS Pontianak klien mengalami kecelakaan di tempat kerjanya. Saat bekerja klien tertimpa runtuhan tanah dengan posisi jongkok, dan beberapa saat setelah itu pada kedua kakinya terasa dingin dan tidak bisa di gerakkan, kondisinya klien saat itu lemah sehingga klien langsung dibawa ke rumah sakit putusibau dan mendapat perawatan, karena fasilitas yang belum memadai di rumah sakit putusibau pada tanggal 06 Juni 2012 klien dirujuk kerumah pontianak dalam
keadaan
sadar
sakit RSDS
penuh ,nyeri pada daerah
punggung, tampak jejas pada punggung bagian lumbalis dan klien mengatakan bagian kaki terasa dingin. b. Keluhan Waktu Didata Pada waktu didata klien mengatakan nyeri pada saat klien: bergerak & diam, dengan kualitas nyeri terasa ditusuk-tusuk, klien mengatakan bagian belakangnya (lumbalis) terasa nyeri dengan skala 4-6
(sedang),
menerus sehingga
dan
membuat
nyeri klien
nya sulit
terjadi untuk
secara terus tidur. Klien
juga mengatakan hanya terbaring, aktivitasnya dibantu perawat dan
keluarga, sudah
2
hari
belum
mandi dikarenakan
keluarga klien tidak berani untuk menggerakan klien
7
Riwayat Kesehatan Keluarga Klien mengatakan didalam keluarganya tidak terdapat penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes melitus, atau asma serta tidak ada pula yang menderita penyakit menular seperti hepatitis, tbc, dan lain-lain.
3. Data Biologis
Pola Nutrisi Sebelum sakit: Klien makan 3x/ hari dengan menu bervariasi seperti nasi, sayur mayur dan lauk pauk. Klien tidak ada pantangan dan alergi terhadap makanan. Saat sakit klien makan 3 kali sehari dengan menu makanan yang disediakan oleh pihak rumah sakit, klien hanya mampu menghabiskan setengah porsi makanan yang disajikan.
Pola Minum Sebelum sakit klien minum air putih ± 1000 – 1500 cc / hari. Kadangkadang klien minum teh manis atau kopi. Saat sakit klien minum ± 7- 8 gelas /hari klien minum 1000-1500 cc/hari air putih.
Pola Eleminasi Sebelum sakit klien BAK 3-5 kali atau ±1200 cc sehari dengan urin kuning jernih
tanpa
dengan konsistensi padat
keluhan dan
klien
BAB 1-2
kali
sehari
berwarna kuning dan tanpa keluhan. Saat
sakit klien terpasang kateter, dan dalam 1 hari ada sekitar 1000 cc urine yang keluar dan klien BAB 1-2 x sehari dengan konsistensi padat tetapi klien tidak bisa mengontrol pola BAB nya sehingga klien tidsak bisa merasakan adanya feses yang keluar,klien mengatakan klien juga tidak bisa menyadari pada saat BAB dan tidak bisa merasakan pada saat tinjanya keluar.
Pola istirahat Tidur Sebelum sakit klien tidur + 7-8 jam/hari dengan penerangan yang cukup, menggunakan bantal, selimut pada malam hari dan jarang tidur pada siang hari. Saat sakit klien tidak bisa tidur, klien tidur malam hanya 2-3 jam dan tidak pernah tidur siang.
8
Pola kebersihan Sebelum sakit klien mengatakan mandi 2-3 kali/hari dengan sabun dan shampo serta gosok gigi pada saat mandi, potong kuku jika panjang. Saat sakit selama di rawat rumah sakit klien tidak pernah mandi, klien juga tidak pernah diseka oleh keluarganya karena ada cedera pada tulang belakangnya, kaki tangan dan badan klien tampak kotor.
Pola aktifitas Klien hanya beraktifitas ditempat tidur, karena klien merasakan nyeri pada bagian belakangnya sehingga klien tidak dapat melakukan pergerakannya
4.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum Saat dilakukan pemeriksaan fisik, keadaan umum klien tampak lemah, tampak mengatuk, hanya bisa beraktifitas di tempat tidur dan hanya miring kiri dan miring kanan. Saat dikaji kesadaran klien dalam keadaan kompos mentis, tekanan darah 100/60 mmHg dengan frekuensi nadi 89x/ menit dan frekuensi pernapasan 23x/menit sedangkan suhu tubuhnya 36,3c.
Kepala leher dan axila Kepala klien tampak simetris, rambut klien hitam dan agak panjang, leher tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening, tidak adanya lesi, di axilla tidak tampak lesi, tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba masa.
Mata Mata klien tampak simetris, pupil klien isokor, konjungtiva tidak pucat, terdapat lingkaran hitam disekitar mata, klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan
Telinga Telinga klien tampak simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba masa dan tidak ada lesi, tidak ada gangguan pada fungsi pendengaran klien
Hidung
9
Hidung
tampak
simetris,
mukosa
hidung
lembab,
tidak
tampak
sekret, tidak ada gangguan pada fungsi penciuman klien
Mulut dan pharing Mulut tampak simetris, mukosa bibir lembab, gigi klien masih lengkap, tidak ada gangguan reflek menelan, tidak ada pembesaran tonsil, ovula terlihat kemerahan.
Dada
1) Thorak Saat dilakukan pengkajian Inspeksi bentuk thorak klien simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat retraksi interkosta, pergerakan dada simetris, irama pergerakan reguler,dan ketika di raba tidak terdapat masa, tidak terdapat nyeri, ekspansi paru simetris, kemudian saat di auskultasi terdengar vesikuler di permukaan paru, tidak terdengar whezing dan ronchi. 2) Paru paru Saat di lakukan perkusi terdengar bunyi rensonan pada lapang paru dan ketika di auskultasi terdengar vesikuler di permukaan paru, tidak terdengar whezing dan ronchi. 3) Jantung Saat dilakukan inspeksi pada jantung tidak terlihat adanya iktus kordis pada ics 4 dan 5 dan teraba iktus kordis saat di palpasi, dsan ketika di perkusi terdengar dullnes pada daerah jantung, Pada pemeriksaan auskultasi terdengar bunyi S1 lub dan S2 dup, dan tidak terdengar bunyi tambahan. 4) Payudara Bentuk simetris, tidak tampak pembengkakan, tidak ada lesi, aerola berwarna kecoklatan.
Abdomen Saat di inspeksi bentuk abdomen klien simetris tidak terdapat ascites, tidak terlihat lesi, terdengar bising usus 6x/menit saat di auskultasi, saat di perkusi terdengar dullnes didaerah hati tidak ada hepatomegali dan splenomegali dan saat dipalpasi tidak teraba ginjal, tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas
10
Punggung Saat diinspeksi pada tulang belakang daerah lumbalis tampak bengkok atau terjadi deformitas kearah luar pada lumbalis 4-5, terdapart pula massa atau benjolan, kemerahan. Saat di palpasi terdapat nyeri tekan, teraba benjolan kearah luar. Saat di tekan pada daerah fraktur klien tampak meringis.
Genetalia dan rectum Saat di kaji klien terpasang kateter dengan ukuran 16 G, dengan urine yang tertampung di urine bag sebanyak 200 cc.
Ekstremitas Pada bagian ekstrimitas atas kekuatan otot pada tangan kanan 5, di tandai dengan klien mampu melawan tahanan yang diberikan, begitu pula untuk tangan kiri klien kekuatan ototnya 5 walaupun pada tangan kiri klien terpasang infuse klien masih mampu melawan tahanan. Pada ektrimitas bawah kekuatan otot kaki kiri 5 yaitu dapat melawan tahanan yang diberikan, tonus otot padat, klien dapat merasakan nyeri di kaki kiri
sedangkan
untuk kaki kanan,
kekuatan
ototnya 0 karena kaki kanan klien tak bisa digerakan dan tidak terdapat kontraksi otot, dan kaki kanan klien juga tidak bisa merasakan sensasi nyeri yang diberikan
5.
Data Psikologis
Status emosi : status emosi klien stabil di tandai dengan klien tampak tenang dan tabah dalam menghadapi penyakitnya.
Konsep diri
: klien tidak malu dengan keadaanya sekarang
Ideal diri
: klien berharap penyakitnya cepat sembuh
Identitas diri
: klien merasa dirinya laki laki dan memiliki istri
Peran diri
: klien merasa bertanggung jawab sebagai suami
gaya komunikasi
:gaya
komunikasi
yg
klien
gunakan
terbuka
menggunakan bahasa melayu namun bercampur logat bahasa kapuas hulu
11
Pola interaksi : interaksi klien dengan istri dan sahabt baik dibuktikan
dengan adanya keluarga dan sahabatnya yang mengunjungi Pola koping
: pola koping klien dan keluarga baik, apabila ada masalah
klien bermusyawarah dengan keluarganya.
6.
Data Sosial
Pendidikan terakhir
klien adalah SD dan sekarang
klien bekerja
sebagai penambang emas
Hubungan sosial
: hubungan sosial klien terhadap keluarga baik
Faktor sosiokultural
:didalam
keluarga
klien
tidak
ada
tindakakn
keperawatan yang betentangan dengan kebudayaannya Gaya hidup
7.
: klien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alcohol
Pengetahuan Tentang Penyakit
Klien mengatakan kurang paham dan bingung dengan penyakitnya dan tindakan yang mengharuskan klien tidur tanpa kasur. Keluarga sempat protes terhadap perlakuan terhadap klien yang terbaring tanpa kasur.
8.
Data Spiritual
Selama di RS klien tidak beribadah, klien hanya berdoa ditempat tidur.
A. Analisa Data
No 1.
Data
Etiologi Agen cidera fisik
DS :
-
Klien mengatakan nyeri pada saat klien bergerak dan diam
-
P : fraktur lumbal
-
Q : seperti di tusuk-tusuk
-
R : di area punggung
12
Masalah Nyeri akut
-
S : skala 4-6
-
T : berlangsung secara terus-menerus
DO :
-
Terdapat jejas pada punggung bagian lumbalis
-
Saat dipalpasi terdapat nyeri tekan, teraba benjolan kearah luar.
-
Saat ditekan pada daerah fraktur klien tampak meringis.
2.
DS :
-
kelemahan
Defisit perawatan diri : mandi
Ketidak nyamanan fisik
Insomnia
Gangguan sensorik motorik
Gangguan eliminasi urin
Pasien mengatakan sudah 2 hari belum mandi
-
Pasien mengatakan susah untuk mandi
DO :
-
Selama di RS pasien tidak pernah mandi
3.
Pasien tampak lemah, badan kaki tangan pasien tampak kotor DS: -
Klien mengatakan tidak bisa tidur
DO:
4.
Klien tidur malam hanya 2-3 jam dan tidak pernah tidur siang DS : -
Klien BAK 3-5 kali atau kurang lebih 1200cc sehari
13
dengan urin kuning jernih dan tanpa keluhan. -
Sebelum sakit klien minum air putih sebanyak kurang lebih
1000-1500cc/hari.
kadang-kadang klien minum teh manis atau kopi
DO : -
Klien terpasang kateter, dan dalam 1 hari ada sekitar 1000cc urine yang kelur..
-
Klien
terpasang
kateter
dengan ukuran 16G, dengan urine yang tertampung di urine bag sebanyak 200cc Saat sakit klien minum air putih sebanyak kurang lebih 7-8 gelas/hari. Klien minum 1000-1500cc/hari air putih 5.
DS :
-
Klien mengatakan klien
Kerusakan saraf motorik bawah
tidak bisa menyadari pada saat BAB -
Tidak bisa merasakan pada saat tinjanya keluar
DO :
-
Klien BAB 1-2 kali sehari
-
Dengan konsistensi padat tetapi klien tidak bisa
14
Inkontinensia defekasi
mengontrol pola BABnya. -
Klien tidak bisa merasakan feses yang keluar
6.
DS: -
Klien mengatakan sulit
Gangguan muskuloskeletakl(paralisi)
untuk beraktivitas karena kakinya tidak bisa digerakkan DO: Klien terlihat membatasi aktivitas dan kekuatan ototnya 0 B.Intervensi
15
Hambatan mobilitaS fisik
Rasional
No
Diagnosa
NOC
NIC
1.
Nyeri Akut
Pain control
Pain Management
Setelah dilakukan tindakan
1. Observasi
reaksi
selama 3 x 8 jam, klien
nonverbal
dari
mampu melakukan tindakan
ketidaknyamanan
berhubungan dengan agen cidera fisik.
sendiri untuk mengontrol
2. Kontrol
nyeri. Dengan kriteria hasil : analgesic
yang direkomedasikan (2 ke 4) 2. Melaporkan
1. Mengetahui
nyeri dari klien
kenyamanan ketika
lingkungan dapat
mempengaruhi
nyeri
suhu
ruangan,
pencahayaan
beristirahat
3. Memberikan lingkungan
dan
4. Mengurangi
nyeri
nyeri
yang di derita klien 5. Memantau kesehatan
klien
lebih lanjut dengan tindakan selanjutnya
dan tindakan nyeri yang
1 : tidak pernah
kepada
klien
dokter jika ada keluhan
Keterangan:
yang
nyaman
kebisingan
terhadap gejala nyeri pada 4. Berikan analgetik untuk pemberi kesehatan (2 ke 4) mengurangi nyeri 3. Melaporkan nyeri yang 5. Kolaborasi dengan terkontrol (skala 2 ke 4)
dan
melakukan aktivitas
3. Kurangi faktor resifitas perubahan
respon
2. Memberikan
yang
seperti 1. Menggunakan
Pain Management
Analgesic
tidak berhasil
administration
2 : jarang menunjukkan 3 : kadang – kadang
Analgesic administration
1.
menunjukkan 1.
4 : sering menunjukkan
Tentukan
5 : secara konsisten
kualitas,
menunjukkan
derajat
2.
kadar
analgetik
nyeri 2
Mengetahui apakah klien alergi dengan
obat
obat
2. Cek instruksi dokter
antibiotic
tertentu
tentang jenis obat, 3
16
Mengetahui obat-obatan
dan
sebelum pemberian
letak
nyeri klien
lokasi,
karakteristik,
Mengetahui
Mengetahui keadaan
dosis,
dan
umum klien
frekuensi 3. Cek riwayat alergi 4. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
2.
Defisit perawatan diri : mandi b.d kelemahan fisik ekstrimitas bawah
Perawatan diri : mandi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 30
Bantuan perawatan diri :
Bantuan
perawatan
mandi / kebersihan
diri
mandi
1. Tentukan jumlah dan tipe
menit perawatan mandi pada
terkait
pasien dapat terlaksanakan
yang diperlukan.
dengan kriteria hasil :
assesoris
2. mengambil alat atau bahan
lain
yang
terhadap ADLs
dan keluarga apabila
tidur / kamar mandi.
ingin membersihkan
terapeutik
(2 ke 3)
bawah (2 ke 3)
diri
dengan 3. Jaga kebersihan
memastikan
4. mencuci badan bagian
dijangkau oleh pasien
diperlukan disisi tempat
3. Sediakan lingkungan yang
3. mencuci badan bagian atas
3)
kemampuan klien
dodoran, alat bercukur dan 2. Agar dapat mudah
kamar mandi (2 ke 3)
5. mengeringkan badan (2 ke
kebersihan
bantuan 1. Kaji tingkat
2. Letakkan handuk, sabun,
1. masuk dan keluar dari
mandi (2 ke 3)
dengan
:
kehangatan,
ruangan dan tempat
suasana rileks, privasi dan
tidur kliet, sesuaikan
pengalaman pribadi
suhu ruangan yang
4. Monitor integritas kulit.
tepat dan kondusifkan
5. Jaga ritual kebersihan
suasana ruangan agar
6. Berikan bantuan sampai
klien tetap tenang
pasien mempu
benar – benar 4. Kaji keadaan kuliat merawat
secara mandiri.
diri
pasien apakah lembab, kering dan lain – lain 5. Bersihkan klien setiap
17
/
harinya dengan menggunakan handuk basah Bantu pasien dan ajarkan pada
kelurga
menjaga
untuk
kebersihan
pasien,
seperti
membersihkan
badan,
mengganti pakaian dan memberikan pada
pewangi
pakaian,
sesuai
kebutuhan 3.
Insomnia b.d ketidaknyamana n fisik
Tidur
Peningkatan Tidur
Setelah dilakukan tindakan
1. Tentukan
keperawatan selama 1x24jam masalah tidur pada pasien
Peningkatan Tidur
pola
tidur/
aktivitas pasien 2. Perkirakan
tidur/siklus 2.
bangun
dengan
perawaratan perencanaan
pasien
didalam
3. Tentukan efek dari obat
1. Pola tidur (skala 2 ke 4)
3. Tidur rutin (skala 3 ke 4)
3.
Obat
yang memiliki
samping
dapat
yang
mengganggu
pola tidur 4.
Memonitor
mecatat
pola
atau tidur
melakukan relaksasi otot
pasien dan jumlah jam
autogenic atau bentuk non
tiduruntuk
farmakologi lainnya untuk
keteraturan
memancing tidur
memenuhi
6. Kelompokan
18
keseimbangan tubuh
efek
5. Ajarkan pasien bagaimana
2 : banyak terganggu
menjaga
terhadap pola tidur
jam tidur
Keterangan:
untuk
dikonsumsi
tidur pasien dan jumlah
4)
pola
Tidur diperlukan
(yang dikonsulsi) pasien
4. Monitor atau catat pola
2. Kualitas tidur (skala 2 ke
Mengontro
dan aktivitas saat tidur
dapat berkurang atau teratasi
Kriteria hasil:
1.
kegiatan
tidur pasien
mengatur dan kebutuhan
4 : Sedikit terganggu
perawatan meminimalkan
4. Kesulitan memulai tidur
jumlah
(jam)
(skala 2-4)
terbangun;
memungkinkan
Keterangan : 2 : cukup berat
untuk
untuk
siklus tidur 7. Bantu
4 : ringan
jam
tidur,
jika
diperlukan jadwal obat
untuk
mendukung tidur/ siklus bangun pasien
keluarga
dapat
memancing untuk tidur 6.
Memilih kegiatan tepat
untuk
mencukupi kebutuhan tidur Membantu
mencukupi
jumlah
tidur yang dibutuhkan 8.
Pemberian
obat
tidur membantu untuk
9. Diskusikan dengan pasien dan
otot
autogenic
7.
8. Sesuaikan pemberian
Relaksasi
yang meningkatkan
jumlah
5.
mengenai
teknik
untuk
meningkatkan tidur
membuat tidur 9.
Dengan
adanya
diskusi perawat dapat bertukar dengan
pikiran pasien
dan
keluarga mengarahkan
sera dalam
pemilihan teknik yang tepat
untuk
meningkatkan tidur 4.
Gangguan
Urinary Elimination
Urinary Retention Care
Eliminasi Urin
Urinary Continence
1. Lakukan
Definisi : disfungsi eliminasi urine
pengkajian
Setelah dilakukan tindakan
secara
keperawatan selama 3 x 24
yang
jam, diharapkan penyakit
inkontinen (output urin,
tersebut bisa teratasi.
pola pengosongan urin
Dengan Kriteria Hasil :
dan masalahnya)
1. Pola eliminasi membaik 2. Monitor (berat-tidak
komprehensif berfokus
efek
farmaseutikal,
19
pada
dari seperti
membahayakan)
calcium channel blockers
2. Warna urin (berat-tidak membahayakan)
dan anticholergenic 3. Monitor
3. Nyeri saat BAK (berattidak membahayakan)
intake
dan
output 4. Sediakan prifacy untuk eliminasi 5. Kateterisasi jika perlu 6. Monitor
tanda
gejala
ISK (panas, hematuria, perubahan
bau
dan
konsistensi urine) 7. Monitor derajat kandung kemih
dengan
palpasi
atau perkusi
Urinary
Elimination
Management
1. Monitor eliminasi urin termasuk
frekuensi,
konsistensi, bau, volume dan warna 2. Monitor tanda dan gejala dri retens urin 3. Catat
waktu
terakhir
miksi 4. Rujukan
ke
dokter
spesialis perkemihan 5. Catat output
20
intake
dan
5.
Inkontinensia defekasi berhubungan dengan cidera fisik.
Konstinensi usus
Setelah dilakukan tindakan
Perawatan Inkonteninsiaa
Perawatan
saluran cerna
Inkontinensia
selama 3 x 12 jam, klien
1.Kaji faktor fisik atau
mampu mengontrol
psikologis
pengeluaran feses dari usus
inkontinensil fekal
penyebab
2.Diskusikan
Dengan kriteria hasil : keinginan
diharapkan
prosedur
bersama
pada
kehilangan
sensasi
dibawah pusat cauda equine : kehilangan kontrol bowel dan
untuk Defekasi (1 ke 3)
pasien
2.Mempertahankan kontrol
3.Cuci
pengeluaran feses (2 ke 4)
menggunakan sabun dan
area
perineum
Keterangan:
air
1: tidak pernah
sepenuhnya
2: jarang menunjukkan
4.Lindungi
3.: kadang – kadang
kelembaban
menunjukkan
berlebihan dari adanya
4: sering menunjukkan
urin,tinja atau keringat
5: secara konsisten
5.Jadwalkan
menunjukkan
dengan
dan
keringkan
kulit
dan yang
toileting
menggunakan
2.Jelaskan penggunaan
selang
ektal,alat plug anal atau pengumpul
fekal,sesuai kebutuhan
pispot
melakukan
defekasi pada waktu – waktu yang sama setiap harinya dan jelaskan hasil yang ingin pasien
dicapai,yaitu tau
kapan
akan BAB 3.Gunakan
tidur 6.Gunakan
bilader secara total
untuk
pispot disamping tempat
alat
1.Kerusakan
bagian T9 – 11 :
dan kriteria hasil yang 1.Mengenali
saluran cerna
sabun
secukupnya dan cuci bersih menggunakan air
bersih
dan
keringkan menggunakan handuk dan tissue 4.Bersihkan
kulit
pasien, ganti pakaian dan linien apabila dibutuhkan berikan
21
krim
atau
untuk
bedak
mengurangi
kelembaban
pada
saat
pasien
berkeringat 5.Latih pasien untuk BAB 2 - 3 x dalam sehari
untuk
membuat
pasien
terbiasa 6.Lakukan pemasangan
selang
pada pasien untuk mengeluarkan gas/feses,
apabila
dibutuhkan 6.
Hambatan mobilitas fisik b.d
E xercise Therapy
Ambulation
E xercise Therapy
Ambulation
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
1. Monitoring
Ambulation vital
sign
jam, klien mulai dapat
sebelum/sesudah
musculoskeletal
bergerak di tempat dengan
dan lihat respon klien saat
sebelum dan sesudah
( paralisis)
atau tanpa alat bantu
latihan
klien
2. Bantu
klien
untuk
menggunakan alas kaki
1. Menopang berat badan ( 2 ke 4 ) 2. Berjalan dengan pelan ( 2 ke 4 ) 3. Berjalan dengan sedang ( 2
memperparah
dan
yang sesuai
akan
persendian klien
tempat
berketinggian
latihan
2. Menghindari cedera
untuk
berjalan
ttv
bergerak
yang
3. Sediakan
22
perubahan
yang memfasilitasi klien
mencegah cedera
ke 4 )
ada
apakah
Gangguan
Dengan kriteria hasil:
latihan
1. Mengetahui
tidur
rendah,
3. Membantu menjangkau
klien tempat
tidur dengan mudah
4. Bantu
perpindahan,
Skala Keterangan: 1 : Sangat Terganggu
klien
untuk
4. Membantu klien agar
sesuai
lebih mudah untuk
kebutuhan
berpindah
5. Bantu klien berdiri dan ambulasi
2 : Banyak Terganggu
dengan
jarak
tertentu 3 : Cukup Terganggu
6. Latih
ADLs 5 : Tidak Terganggu
klien
dalam
6. Klien
dapat
kebutuhan
memenuhi kebutuhan
mandiri
ADLs secara mandiri
secara
sesuai kemampuan Sediakan alat bantu (tongkat, walker, atau kursi roda) untuk ambulasi jika klien tidak
E xercise Therapy : Muscle Control 1. Mengetahui aktifitas yang dilakukan 2. Latihan
yang
stabil
dilakukan
E xercise Therapy :
dengan kebutuhan
Muscle Control 1. Jelaskan kepada pasien tentang aktivitas atau latihan yang akan dilakukan. 2. Kolaborasi dengan
sesuai
3. Menghindari keparahan
akibat
latihan 4. Mengetahui
tentang
gerakan tubuh. 4. Memandirikan
therapis fisik untuk
kegiatan sehari hari (
mengembangkan latihan
ADL)
yang sesuai. 3. Instruksikan kepada pasien tentag cara yang tepat untuk meminimalkan cidera dan memaksimalkan latihan.
23
persendian klien agar tidak kaku
pemenuhan
4 : Sedikit Terganggu
5. Melatih otot-otot dan
5. Mengetahui perkembangan pasien setelah latihan.
4. Orientasikan kepada pasien tentang gerakan tubuh. 5. Latih pasien untuk dapat meminimalkan sisi tubuh yang terkena dampak untuk kegiatan sehari hari ( ADL)
C.Evaluasi No. Diagnosa
Tgl / Hr
Evaluasi
Paraf
Keperawatan
1
S : pasien mengatakan
nyeri sudah
mulai berkurang O : pasien nampak tenang
TD : 120/80 mmHg N: 90 x/m RR : 20 x/m S: 37 oC A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan
2
S : pasien sudah
dapat melakukan
perawatan diri sendiri O : pasien nampak bersih dan segar A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan
24
3.
S: Pasien mengatakan bisa tidur
dengan nyaman O: kualitas tidur klien normal (8 jam) A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan
4.
S: O: A: P:
5.
S : pasien mengatakan
sudah mulai
merasa keinginan untuk BAB O : Klien BAB 1-2 kali sehari
Dengan konsistensi padat tetapi klien sudah mulai bisa mengontrol pola BABnya.Klien mulaibisa merasakan feses yang keluar A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan
6.
S: Pasien mengatakan mulai bisa
beraktivitas meskipun dengan bantuan alat. O : klien terlihat mulai bisa
beraktifitas A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan
25
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Fraktur lumbal adalah kerusakan pada tulang belakang berakibat trauma, biasanya terjadi pada orang dewasa laki-laki
yang disebabkan oleh
kecelakaan, jatuh, dan perilaku kekerasan. Fraktur lumbal biasanya merupakan fraktur karena trauma indirek dari atas dan dari bawah, di mana hal ini dapat menimbulkan fraktur stabil dan tidak stabil. B. Saran
Bagi pembaca di sarankan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan penyakit Fraktur Lumbal. Sehingga dapat di lakukan upaya-upaya yang bermanfaat untuk menanganinya secara efektif dan efisien . Mahasiswa kesehatan juga sebaiknya memahami dan mnegetahui konsep Fraktur Lumbal dan Asuhan Keperawatannya guna untuk mengaplikasikan dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Perawat yang memiliki pengetahuan tentang Fraktur Lumbal dapat membantu pasien dalam menjalani pengobatan sehingga penyakit lebih berat dapat dihindari.
26