BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Latar Belakan Belakang g
Radi Radiol olog ogii adal adalah ah suat suatu u unit unit pela pelaya yana nan n keseh kesehat atan an masy masyara araka katt yang yang memanfaatkan x-ray untuk mendiagnosa suatu penyakit atau kelainan di dalam tubu tubuh h manu manusi sia. a. Sepe Seperti rti unit unit pelay pelayan anan an kese kesehat hatan an yang yang lain lain,, radio radiolo logi gi pun pun memiliki petugas yang bertugas untuk mengoperasikan pesawat sinar x sehingga pelayanan kesehatan yang diinginkan dapat dapat tercapai yang dinamakan radiografer. Radiographer adalah seseorang yang diberi tugas dan tanggung jawab, hak dan wewena wewenang ng secara secara penuh penuh untuk untuk melaku melakukan kan pelayan pelayanan an radiog radiograp raphi hi di unit unit pelayanan kesehatan. Dalam melakukan kegiatan radiografi terdapat berbagai macam jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh seorang radiografer. Mulai dari tanp tanpaa meng menggu guna naka kan n kont kontra rass sampa sampaii mema memakai kai kont kontra ras, s, ! Scan Scan,, MR", MR", dan dan lainnya. Dengan persiapan khusus atau pun tidak. Semua itu dilakukan untuk mendia mendiagno gnosa sa kelain kelainan an dan ganggu gangguan an yang yang ada dalam dalam tubuh tubuh seseora seseorang ng sesuai sesuai dengan klinis. Salah Salah satuny satunya, a, yaitu yaitu pemerik pemeriksaan saan Sinus Sinus #aranas #aranasal. al. #ada #ada pasienpasien-pas pasien ien dengan dengan keluhan keluhan klinis klinis khas yang mengarah pada dugaan dugaan adanya adanya sinusitis, sinusitis, antara lain pilek-pilek kronik, nyeri kepala kronik, nyeri kepala satu sisi $kanan ataukiri%, nafas nafas berb berbau au,, atau atau kela kelain inan an-k -kel elain ainan an lain lain pada pada sinu sinuss para parana nasal sal misal misalny nya& a& mukokel, pembentukan cairan dalam sinus-sinus, atau tumor, trauma sekitar sinus paranasalis,diperlukan informasi mengenai sinus tersebut. Sinus paranasal adalah sinus $rongga% pada tulang berada sekitar nasal $hidung%. Rongga - rongga pada tengkorak ini berhubungan dengan hidung, dan secara terus ' menerus menghasilkan lendir yang dialirkan ke hidung. (angguan aliran ini karena berbagai sebab seperti penumpuka penumpukan n lendir di rongga rongga sinus, jika terinfeksi terinfeksi oleh kuman akan menyebabkan menyebabkan infeksi infeksi sinus yang disebut sinusitis. Sinus paranasal terdiri dari sinus frontalis,ethmoidalis, sfenoidalis dan maksilaris. Sinus -
1
sinus ini bermuara ke dalam ca)um nasi. Sinus paranasal dapat digolongkan dalam * golongan besar sinus paranasalis, yaitu golongan anterior sinus paranasalis, yaitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis anterior, dan sinusmaksilaris. (olongan posterior sinus paranasalis, yaitu sinus ethmoidalis posterior dan sinus sphenoidalis. Dengan pemeriksaan radiologis tersebut para ahli radiologi dapat memberikan gambaran anatomi atau )ariasi anatomi, kelainan-kelainan pada sinus paranasalis dan struktur tulang sekitarnya, sehingga dapat memberikan diagnosis yang lebih dini. +erdasarkan hasil pengamatan dan latar belakang di atas maka penulis tertarik membuat laporan kasus dengan judul “TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI SINUS PARANASAL DENGAN SINUSITIS DI INSTALASI RADIOLOGI
RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA
EMPAKA PUTIH! 1." R#$#%an Ma%ala&
Dari latar
belakang tersebut diatas maka penulis
dapat
menarik
permasalahan yang akan dibahas yaitu & . +agaimana teknik pemeriksaan radiograf" sinus paranasal dengan kasus Sinusitis? *. da berapa proyeksi khusus untuk pemeriksaan radiografi sinus paranasal 1.' T#(#an Pen#l)% 1. Memberikan informasi mengenai cara melakukan pemeriksaan Sinus #aranasal. ". Memberikan informasi tentang anatomi dari Sinus #aranasal.
1.* Man+aat Penel)t)an . /ntuk memenuhi tugas 0aporan 1asus #10 " di Semester """, serta
menambah wawasan pengetahuan bagi penulis terutama tentang teknik pemeriksaan Sinus Paranasal
2
2. Memberikan gambaran yang jelas tentang teknik pemeriksaan Sinus paranasal 3. Menambah wawasan tenntang berbagai teknik pemeriksaan sinus paransal
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
".1 Anat,$) S)n#% Parana%al da empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus
etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara ke rongga hidung. Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari in)aginasi mukosa rongga hidung dan perkembangannya dimulai pada fetus usia 2-3 bulan, kecuali sinus sfenoid dan sinus frontal. Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada saat anak lahir, sedangkan sinus frontal berkembang dari dari sinus etmoid anterior pada anak yang berusia kurang lebih 4 tahun. #neumatisasi sinus sfenoid dimulai pada usia 4-5 tahun dan berasal dari bagian postero-superior rongga hidung. Sinus-sinus ini umumnya mencapai besar maksila 6-4 tahun.
4
1. S)n#% Mak%)la
Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus maksila ber)olume 7-4 ml, sinus kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya mencapai ukuran maksimal, yaitu 6 ml saat dewasa. Sinus maksila berbentuk segitiga. Dinding anterior sinus ialah permukaan fasial os maksila yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya
adalah
permukaan
infra-temporal
maksila,
dinding
medialnya ialah dinding lateral rongga hidung dinding superiornya adalah dasar orbita dan dinding inferior ialah prosesus al)eolaris dan palatum. 8stium sinus maksila berada di sebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infindibulum etmoid. ". S)n#% Fr,ntal
Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan ke empat fetus, berasal dari sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel infundibulum etmoid. Sesudah lahir, sinus frontal mulai berkembang pada usia 4-5 thn dan akan mencapai ukuran maksimal sebelum usia *5 thn. Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar dari pada lainnya dan dipisahkan oleh sekret yang terletak di garis tengah. 1urang lebih 69 orang dewasa hanya mempunyai satu sinus frontal dan kurang lebih 69 sinus frontalnya tidak berkembang. /kurannya sinus frontal adalah *.4 cm tingginya, lebarnya *.3 cm dan dalamnya * cm. Sinus frontal biasanya bersekat-sekat dan tepi sinus
5
berleku-lekuk. !idak adanya gambaran septumn-septum atau lekuk-lekuk dinding sinus pada foto Rontgen menunjukkan adanya infeksi sinus. Sinus frontal dipisakan oleh tulang yang relatif tipis dari orbita dan fosa serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus frontal mudah menjalar ke daerah ini. '. S)n#% Et$,)-
Dari semua sinus paranasal, sinus etmoid yang paling ber)ariasi dan akhir-akhir ini dianggap paling penting, karena dapat merupakan fokus infeksi bagi sinus-sinus lainnya. #ada orang dewasa bentuk sinus etomid seperti piramid dengan dasarnya di bagian posterior. /kurannya dari anterior ke posterior 3-6 cm, tinggi *.3 cmn dan lebarnya 5.6 cm di bagian anterior dan .6 cm di bagian posterior. Sinus
etmoid
berongga-rongga,
terdiri
dari
sel-sel
yang
menyerupai sarang tawon, yang terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoid, yang terletak di antara konka media dan dinding medial orbita. Sel-sel ini jumlahnya ber)ariasi antara 3-: sel $rata-rata ; sel%. +erdasarkan letaknya, sinus etmoid dibagi menjadi sinus etmoid anterior yang bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior yang bermuara di meatus superior. Sel-sel sinus etmoid anterior biasanya kecilkecil dan banyak, letaknya di bawah perlekatan konka media, sedangkan sel-sel sinus etmoid posterior biasanya lebih besar dan lebih sedikit jumlahnya dan terletak di postero-superior dari perlekatan konka media. Di bagian terdepan sinus etmoid enterior ada bagian yang sempit, disebut resesus frontal, yang berhubungan dengan sinus frontal. Sel etmoid yang terbesar disebut bula etmoid. Di daerah etmoid anterior terdapat
suatu
penyempitan
yang
disebut
infundibulum,
tempat
bermuaranya ostium sinus maksila. #embengkakan atau peradangan di resesus frontal dapat menyebabkan sinusitis frontal dan pembengkakan di infundibulum dapat menyebabkan sisnusitis maksila. tap sinus etmoid yang disebut fo)ea etmoidalis berbatasan dengan lamina kribosa. Dinding lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat tipis dan membatasi sinus etmoid dari rongga orbita. Di bagian belakang sinus etmoid posterior berbatsan dengan sinus sfenoid. *. S)n#% S+en,)-
Sinus sfenoid terletak dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid posterior. Sinus sfenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum intersfenoid. /kurannya adalag * cmn tingginya, dalamnya *.2 cm dan
6
lebarnya .: cm.
hidung terdapat empat sinus yaitu sinus maksilaris $ terletak di pipi% , sinus etmoidalis $
kedua
mata%
, sinus
frontalis $terletak
di
dahi%
dan sinus
sfenoidalis $ terletak di belakang dahi%. Sinusitis adalah peradangan, atau pembengkakan, dari jaringan yang melapisi sinus. +iasanya sinus berisi udara, tetapi ketika sinus tersumbat dan berisi cairan, kuman $bakteri, )irus, dan jamur% dapat berkembang dan menyebabkan infeksi. Secara klinis sinusitis dibagi atas berbagai jenis, termasuk& 1. Sinusitis akut& Sebuah kondisi mendadak seperti gejala seperti pilek, hidung tersumbat dan nyeri wajah yang tidak hilang setelah 5 sampai 3 hari. Sinusitis akut biasanya berlangsung 3 minggu atau kurang. ". Sinusitis subakut& Sebuah peradangan yang berlangsung 3 sampai 4 minggu. '. Sinusitis kronis& Suatu kondisi yang ditandai dengan gejala radang sinus yang berlangsung 4 minggu atau lebih. *. Sinusitis berulang& +eberapa serangan dalam setahun.
Ge(ala %)n#%)t)% ang /)a%ana ter(a-) a-ala& 0
7
. #ilek yang berlangsung lama. +iasanya penderita tidak menyadari dirinya terkena sinusitis, karena gejalanya sering didahului pilek yang berlangsung lama sehingga dianggap biasa. *. +ila sudah terjadi penumpukan cairan dalam rongga maka kepala menjadi sakit, terutama jika sedang menunduk. 2. 1adang pendengaran berkurang dan badan meriang, sementara ingus terus mengalir. 3. 1ehilangan nafsu makan dan indera penciuman menjadi lemah. Pene/a/ %)n#%)t)% 0
. =idung tersumbat antara lain disebabkan oleh infeksi )irus flu di saat tubuh kurang fit. "nfeksi yang menyerang di sekitar hidung dan tenggorokan ini tak jarang menjalar ke sinus $rongga di sekitar hidung yang mengalirkan lendir%. *. Radang pada rongga hidung ini bisa juga disebabkan oleh cara kita membuang ingus yang salah. "ngus yang seharusnya keluar malah tersedot masuk ke rongga sehingga susah dikeluarkan. Dapat disebabkan oleh )irus, bakteri, atau jamur. 2. 1uman yang biasa menyerang adalah Streptococcus pneumoniae dan =aemo philus influen>ae yang ditemukan hampir pada :59 kasus. 3. Dapat juga disebabkan oleh radang ditempat lain yang berdekatan misalnya radang tenggorokan, radang mandel, radang pada gigi geraham atas, kadang juga disebabkan karena berenang, menyelam, trauma tekanan udara $biasanya pada awak pesawat%. 6. llergi dapat memperberat penyakit ini, sehingga orang yang memang telah mengidap alergi akan lebih mudah terkena radang sinus ini.
8
".' Tekn)k Pe$er)k%aan ".'.1 Pr,ek%) PA Met,-e a-2ell3 a% #osisi pasien & #asien diminta berdiri menghadap bucky stand b% #osisi objek & - 1epala diposisikan # dengan MS# kepala tepat pada mid
-
line kaset 0etakan hidung dan dahi pasien menempel pada kaset tur luas kolimasi sesuai objek yang akan difoto (unakan marker 0 atau R sebagai penanda objek /sahakan pasien tidak bergerak saat akan dilakukan
eksposi c% R hori>ontal tegak lurus pada bidang film d% # tepat pada parieto occipital
".'." Pr,ek%) 4ater5% a% #osisi pasien & #asien diminta berdiri menghadap bucky stand b% #osisi objek & - 1epala diposisikan # dengan MS# kepala tepat pada mid
-
line kaset tur kepala dan ekstensikan dagu hingga MM0 $Mento Meatal 0ine% tegak lurus kaset, sehingga 8M0 membentuk
-
sudut 2:o tur luas kolimasi sesuai objek yang akan difoto (unakan marker 0 atau R sebagai penanda objek /sahakan pasien tidak bergerak saat akan dilakukan
eksposi c% R hori>ontal tegak lurus pada bidang film d% # tepat pada parieto occipital menembus acanthion
9
".'.' Pr,ek%) Lateral a% #osisi pasien & #asien diminta berdiri menghadap bucky stand b% #osisi objek & - 1epala diposisikan true lateral dengan menempatkan MS#
-
kepala sejajar dengan bidang film 0etakan lateral kepala yang sakit menempel pada kaset "8M0 sejajar dengan bidang flm "#0 tegak lurus dengan bidang film tur luas kolimasi sesuai objek yang akan difoto (unakan marker 0 atau R sebagai penanda objek /sahakan pasien tidak bergerak saat akan dilakukan
eksposi c% R hori>ontal tegak lurus pada bidang film d% # tepat pada parieto occipital
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
'.1 '.1.1
Ha%)l Penel)t)an I-ent)ta% Pa%)en a% ?ama b% Aenis kelaamin c% !anggal lahir d% /sia e% #asien "D f% #emeriksaan
& ?eilsen @lsyeba Mikhola & 0aki-laki & *7 Auli *55 & 3 !ahun & 547522 & Sinus #aranasalis
10
".1
Tekn)k Pe$er)k%aan ".".1 Pr,ek%) PA Met,-e a-2ell3 e% #osisi pasien & #asien diminta berdiri menghadap bucky stand f% #osisi objek & - 1epala diposisikan # dengan MS# kepala tepat pada mid
-
line kaset 0etakan hidung dan dahi pasien menempel pada kaset tur luas kolimasi sesuai objek yang akan difoto (unakan marker 0 atau R sebagai penanda objek /sahakan pasien tidak bergerak saat akan dilakukan
eksposi g% R hori>ontal tegak lurus pada bidang film h% # tepat pada parieto occipital
"."." Pr,ek%) 4ater5% i% #osisi pasien & #asien diminta berdiri menghadap bucky stand j% #osisi objek & - 1epala diposisikan # dengan MS# kepala tepat pada mid
-
line kaset tur kepala dan ekstensikan dagu hingga MM0 $Mento Meatal 0ine% tegak lurus kaset, sehingga 8M0 membentuk
-
sudut 2:o tur luas kolimasi sesuai objek yang akan difoto (unakan marker 0 atau R sebagai penanda objek /sahakan pasien tidak bergerak saat akan dilakukan
eksposi k% R hori>ontal tegak lurus pada bidang film l% # tepat pada parieto occipital menembus acanthion ".".' Pr,ek%) Lateral m% #osisi pasien & #asien diminta berdiri menghadap bucky stand n% #osisi objek & - 1epala diposisikan true lateral dengan menempatkan MS# -
kepala sejajar dengan bidang film 0etakan lateral kepala yang sakit menempel pada kaset 11
-
"8M0 sejajar dengan bidang flm "#0 tegak lurus dengan bidang film tur luas kolimasi sesuai objek yang akan difoto (unakan marker 0 atau R sebagai penanda objek /sahakan pasien tidak bergerak saat akan dilakukan
eksposi o% R hori>ontal tegak lurus pada bidang film p% # tepat pada parieto occipital
"."
Ha%)l Ga$/ar
#royeksi aldwell
".'
#royeksi BaterCs
#royeksi 0ateral
Pengel,la&an F)l$ #engolahan film menggunakan omputed Radiography
".* Ek%6et)%) !eman sejawat yang terhormat !elah dilakukan pemeriksaan radiografi Sinus #aranasalis tiga #royeksi
pemeriksaan yaitu, aldwell, BaterCs dan 0ateral dengan hasil sebagai berikut& S)n#% Parana%al)% 0 - Sinus #aranasalis +ersih. - !ak tampak penebalan mukosa maupun perselubungan. - Septum ?asi ditengah.
12
- 1onka nasalis kanan dan kiri baik. Ke%an 0 - !ak tampak tanda-tanda Sinusitis
BAB I7 PENUTUP *.1
Ke%)$6#lan 1esimpulan yang dapat diambil dari laporan kasus ini antara lain & . #royeksi yang dilakukan pada pemeriksaan Dinamic Lumbal dengan
kasus Suspek
Canal
Stenosis
#royeksi Lateral dengan hyper
ekstensi
Spinalis” dan
hyper
adalah fleksi. 1edua
proyeksi Lateral dengan hyper ekstensi dan hyper fleksi ini, sudah cukup untuk menegakkan diagnosa. *. 1euntungan menggunakan kstensi dengan
proyeksi Lateral
kasus Suspek
Canal
Hyper Fleksi dan Hyper
Stenosis
Spinalis
dapat
menampakkan kelainan yang sangat kecil yang mungkin tidak tampak pada proyeksi !ntero Posterior $#% maupun Lateral dan mempunyai kekurangan karena dengan proyeksi ini pasien kurang nyaman atau kurang *."
maksimal karena merasa kesakitan Saran dapun saran yang dapat penulis sampaikan sehubungan dengan penulisan
laporan kasus ini adalah & .
/ntuk petugas radiasi saat melakukan pemeriksaan selalu menjaga
komunikasi yang baik dengan pasien. *.
#roteksi radiasi bagi masyarakat umum hendaknya pengantar pasien
atau orang yang tidak berkepentingan tidak di perbolehkan masuk di dalam ruang pemeriksaan dan di persilahkan menunggu di ruang tunggu yang ada di depan kamar pemeriksaan 2. #intu kamar pemeriksaan di tutup rapat.
13