No
Nama Penulis
Tahun
Negara
Angka Kejadian
1.
Khan,S. Et al
20012003
Nepalgunj, Nepal
43.50 – 56.49%
2.
Murtaza, B., et al
2010
Pakistan
20.19-79.80 %
3.
Ngowe,N.M., Ngowe,N.M., et al
2014
Cameroon, Afrika
37.9%
4
Baison, G.N.
2015
Rwanda,Afrika
65 %
Ket. Laparatomi emergensi dan Laparatomi Elektif Laparatomi emergensi dan Laparatomi Elektif Bagian Bedah Umum Bagian Bedah Umum
Tabel 1. Angka kejadian kasus Laparatomi di Dunia. 1.
Among the 104 cases of laparotomy, 83 (79.80%) underwent emergency intervention and 21 (20.19%) were subjected to elective surgery
2.
848 patients were selected among whom 78.8% were females. 62.1% of the patients were selected from the Obstetric and Gynaecology ward, while 37.9%were from the surgical ward
3.
One hundred and seventy seven (177) cases of laparotomies are included in this study. Out of 177 cases, 100 cases are of elective l aparotomies and rest 77 cases are of emergency laparotomies . the commonest cause of emergency abdominal surgeries were peritonitis (peptic ulcer, enteric and appendicular perforation) followed by acute appendicitis and intestinal obstruction. Whereas, the commonest cause of elective abdominal surgeries were chronic cholecystitis with cholelithiasis followed by recurrent appendicitis
4.
Records of 1276 laparotomy patients were analyzed; 827(65%) from general surgery and 449 (35%) from obstetrics and gynecology, The postoperative complication rate (POCR) was 29% (n=376) and the postoperative mortality rate (POMR) was 12% (n=153). Common predictors for POCR were home province, needing ICU care and having generalized peritonitis
Konsep : 1. angka
kejadian kasus laparatomi selama dua tahun di Nepalgunj dari 177 kasus laparatomi terdapat 100 kasus (56.49%) tindakan elektif dengan penyebab tersering dari operasi abdomen elektif adalah cholecystitis kronis dengan cholelithiasis diikuti oleh apendisitis rekuren dan rekuren dan 77 kasus (43.50%) tindakan emergensi dengan penyebab tersering adalah peritonitis (ulkus peptikum, perforasi enterik dan apendikular) diikuti oleh apendisitis akut dan obstruksi usus sedangkan di pakistan terdapat 104 kasus dengan 83 kaus (79.80%) tindakan emergensi dan 21 kasus
.
(20.19%) tindakan elektif ( (Khan,S. Et al,2004 ; Murtaza, B., et al, 2010) 2. angka kejadian laparatomi berdasarkan perbagian di Afrika dengan dua daerah terdapat 848 kasus laparatomi dengan 527 kasus (62.1%) berasal dari bagian obsetri dan ginekologi dan 321 kasus (37.9%) di bagian bedah umum di Cameroon pada tahun 2014 sedangkan 1276 kasus laparatomi dengan 449 kasus (35%) di bagian obsetri dan ginekologi dan 827 kasus (65%) pada bagian bedah umum pada tahun 2015 di Rwanda menunjukan peningkatan angka kejadian kasus laparatomi di bagian meningkat tiap tahun di daerah Afrika (Ngowe,N.M., et al, 2014; Baison, G.N. 2017).
Sumber : -
Murtaza, B., et all. Postoperative Complication in Emergency Versus Elective Laparatomies at a Peripheral Hospital. Department of General Surgery Combined Military Hospital , Bahawal Nagar, Pakistan, Vol.3, Issue 22. 2010. P. 43.
-
Ngowe, N.M., et al. Prevalence and Risk Factors Associated with Post Operative Infections in the Limbe Regional Hospital of Cameroon. The Open Surgery Journal, Vol. 8. 2014. P . 1-8.
-
Khan, S., et al. Retrospective Analysis of Abdominal Surgeries at Nepalgunj Medical College (NGMC), Nepalgunz, Nepal: 2 year’s experience. Kathamandu University Medical Journal, Vol 2,
Numb. 4, Issue 8 P. 337: 336-343. -
Baison, G.N. Outcomes of Laparatomy at Large Referral Ce nter in Rwanda. Doctoral dissertation, Harvard Medical School. 2017
Tabel 2. Angka kejadian Kasus Laparatomi di Indonesia No 1.
Nama Penulis Depkes RI Nurwahyuningati, s., et al
2.
Tahun 2009
Negara Indonesia
Angka Kejadian 32%
Ket. -
2015
Semarang, Indonesia
48.25%
-
1. Berdasarkan data tabulasi nasional Depkes RI tahun 2009, tindakan bedah menempati urutan ke 11 dari 50 pertama pola penyakit di Indonesia dengan persentase 12,8% dan diperkirakan 32% diantaranya adalah tindakan bedah laparotomi 2. pada bulan Januari s/d September 2015 telah melayani pasien pembedahan sebanyak 928 pasien dengan 420 (46,25%) merupakan pembedahan laparatomi Konsep : Di Indonesia berdasarkan data tabulasi nasional Depkes R I tahun 2009, tindakan
bedah menempati urutan ke 11 dari 50 pertama pola penyakit di Indonesia dengan persentase 12,8% dan diperkirakan 32% diantaranya adalah tindakan bedah laparotomi dan pada bulan Januari s/d September 2015 telah melayani pasien pembedahan sebanyak 928 pasien dengan 420 (46,25%) merupakan pembedahan laparatomi (Depkes, 2009; Nurwahyuningati, S. Et al. 2016)
sumber : 1. Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. 2. Nurwahyuningati, s., et al. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penyebuhan Luka Post Operasi laparatomi di Ruang Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang tahun 2015. Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Unggaran, Semarang. 2016. P. 3; 1-9.