1TUGAS DASAR-DASAR EPIDEMIOLOGI “RAPID SURVEY”
DOSEN YUYUN PRIWAHYUNI, SKM. M.Kes.
DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 CICI FATMALA SARI
(12011030)
DESI DARMILA YANI
(12011038)
ELISA FITRI
(12011053)
ILHAM CHALED
(12011084)
NOPIANTO
(12011126)
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT STikes HANG TUAH PEKANBARU 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, bimbingan dan hidayah- Nya.Sehingga Nya.Sehingga Makalah yang berjudul “Rapid Survey” ini dapat Kami selesaikan dengan baik. Melalui makalah ini, Kami berharap pembaca dapat mengetahui metode serta manfaat Rapid survey dalam rangka upaya penanggulangan masalah kesehatan. Pada kesempatan ini, Kami juga berterimakasih kepada : 1. Yuyun Priwahyuni, SKM, M.Kes. Selaku dosen pengampu Dasar-Dasar Epidemiologi. 2. Semua pihak yang telah membantu Kami dalam penyelesaian penulisan Makalah ini. Seperti ungkapan, “Tak ada gading yang tak retak”, begitu pula dengan penulisan makalah yang sangat jauh dari sempurna ini. Kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca untuk memperbaiki kualitas makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan.
Pekanbaru, November 2013
Dasar-Dasar Epidemiologi | i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................. ...................................................
i
DAFTAR ISI ................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................... .........................................
1
1.1 Latar Belakang ................................................... .........................................
1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................ ........................................................................................ ................................
2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................ .........................................
2
..................................................................... ............... BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ......................................................
3
2.1 Tinjauan Teori .................................................... ............................................................................................. .........................................
3
2.1.1 Definisi Rapid Survey ................................................ ........................
3
2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Rapid Survey .........................................
3
2.1.3 Rapid Survey dalam Pengembangan Kesehatan ................................
4
2.1.4 Ciri-ciri Rapid Survey ................................................ ........................
5
BAB III PEMBAHASAN .................................................. .........................................
6
3.1 Masalah di Lapangan .................................................. .................................
6
3.2 Solusi / Pembahasan ................................................... .................................
8
3.2.1 Langkah Pelaksanaan Rapid Survey ..................................................
8
3.2.2 Metode Rapid Survey ................................................. ........................
10
BAB IV PENUTUP ....................................................................................................
14
4.1 Kesimpulan ............................................... ...................................................
14
4.2 Kritik dan Saran .................................................. .........................................
14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................
15
Dasar-Dasar Epidemiologi | ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Survai cepat datang sebagai salah satu bentuk survai alternative yang banyak digunakan karena timbulnya pertanyaan mendasar di lapangan yang perlu jawaban segera namun tetap mempunyai validitas yang tinggi. Untuk maksud ini system survailans yang ada terkadang tidak dapat memberikan jawaban terhadap keinginan untuk menyusun suatu perencanaan yang memerlukan informasi yang akurat. Pertanyaan – pertanyaan seperti berapa banyak episode diare per bulan di suatu kabupaten, berapa besar penurunan kesakitan akibat vaksinasi campak , berapa besar cakupan imunisasi hepatitis yang telah dilakukan, berapa besar bayi dengan ASI ekslusif ; merupakan pertanyaan yang biasanya diajukan untuk mendapat jawaban instant dan Survai Cepat menjadi alternatif utama untuk menjawabnya. Kelemahan dari survailans yang ada sehingga diperlukannya Survai cepat dapat disebabkan oleh karena pencatatan routine yang dilakukan itu : -
Ketidaklengkapan cakupan data, tidak mencakup aspek yang menginginkan jawaban
-
Kekurangan akurasi data yang ada, serta kualitas data yang rendah
-
Tidak menggambarkan keadaan masyarakat secara keseluruhan
-
Data hanya mencakup keadaan dari institusi pemerintah. Melihat keadaan pencatatan rouitine di atas maka dirasa perlunya suatu teknik
pengumpulan data yang dapat menggambarkan keadaan kesehatan di masyarakat dan dapat digunakan sebagai penunjang dari sistem informasi yang telah ada. Umumnya untuk mengumpulkan data dari masyarakat dan untuk mengumpulkan data yang tidak ada dalam sistem pencatatan dan pelaporan rutin digunakan survai. Salah satu teknik survai yang mudah, murah dan cepat tetapi tetap memberikan hasil yang akurat adalah Survai Cepat (Rapid Survey).
Dasar-Dasar Epidemiologi | 1
1.2 Rumusan Masalah
Melihat latar belakang yang ada, maka masalah yang terdapat dalam pokok bahasan ini, dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Apa pengertian Survai cepat ? 2) Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan Survai cepat ? 3) Bagaimana metode Survai cepat ?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1) Untuk mengetahui pengertian Survai cepat. 2) Untuk mengetahui dan memahami langkah-langkah pelaksanaan Survai cepat. 3) Untuk mengetahui metode dalam pelaksanaan Survai cepat.
Dasar-Dasar Epidemiologi | 2
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Definisi Rapid Survei
Rapid Survai atau Survei cepat merupakan perangkat penelitian yang murah dan cepat sehingga informasi yang dibutuhkan dapat dihasilkan secara akurat dan tepat waktu. Bentuk kuesionernya pun sederhana dan relatif mudah sehingga tidak memerlukan pelatihan secara khusus (Stone, 1993). Selain murah dan cepat, keunggulan lainnya adalah penelitian survei dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi secara sistematis mengenai berbagai hal, misalnya: insidensi penyakit, identifikasi faktor-faktor etiologi penyakit, investigasi kualitas hidup manusia dan perilaku masyarakat (Eaden, Mayberry & Mayberry, 1999). Agar dapat memberikan data yang lebih akurat, pengembangan kuesioner perlu memperhatikan faktor validitas dan reliabilitas (Andrews, 1984; Agreus et al., 1993)World Health Organization (WHO) telah mengembang-kan satu teknik survei yang cepat dan murah untuk mengevaluasi keberhasilan program imunisasi dan program kesehatan lainnya. Teknik survei ini dikenal sebagai metode survei cepat (Rapid Survey Method). Gagasan metode survei cepat sesungguhnya pertama kali muncul pada tahun 1965. Metode ini digunakan untuk membantu dinas kesehatan daerah mempelajari status imunisasi balita di wilayahnya (Serfling & Sherman, 1965). Tujuh tahun kemudian, metode Serfling dan Sherman dimodifikasi oleh Henderson dan koleganya untuk menyediakan informasi berbasis komunitas bagi pelaksanaan program eradikasi cacar di Afrika Barat (Henderson et al., 1973). Selanjutnya program pengembangan imunisasi (Expanded Program of Immunization/EPI) WHO menggunakan dan mengembangkan metode survei cepat lebih lanjut. 2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Rapid Survei
Adapun kelebihan Rapid Survei atau survei cepat yaitu : 1) Dapat dilakukan untuk menginvestigasi masalah yang terkait dengan kehidupan manusia tanpa harus melalui riset laboratorium atau melalui perancangan suatu kond isi tertentu 2) Tidak membutuhkan biaya yang besar 3) Pengumpulan data yang luas dapat dilakukan dengan relative mudah Dasar-Dasar Epidemiologi | 3
4) Pengumpulan data yang luas dapat dilakukan dengan relative mudah 5) Data yang telah ada di lapangan diberikan kemudahan survey Selain memiliki kelebihan. Rapid Survey juga memiliki kekurangan yaitu : 1) Tidak bisa menjangkau semua persoalan 2) Responden dapat memahami pertanyaan secara berbeda dari yang diinginkan 3) Ada kemungkinan responden yang terlibat tidak sesuai dengan karakteristik sampel yang dituju 4) beberapa survei cukup sulit dilaksanakan terkait dengan kesediaan berpartisipasi 5) Tidak cukup fleksibel dalam menangkap sejumlah perbedaan / perubahan social 6) Terlalu mengandalkan statistic sehingga mereduksi data yang bersifat kualitatif yang sebenarnnya dapat memperkaya penjelasan sebuah persoalan 2.1.3 Rapid Survey dalam Pengembangan Kesehatan
Rapid survey atau survei cepat merupakan salah satu metode survey yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang suatu masalah dalam jangka waktu yang relatif pendek , dengan biaya yang murah dan hasil yang optimal. Peran Rapid survey sendiri sangat penting dalam pengembangan kesehatan yaitu : 1) Rapid Survey penting dilakukan karena digunakan sebagai bahan evaluasi dan pembandingan dari survey, sensus biasa yang dilakukan sebelumnya 2) Contohnya pada profil kesehatan nasional yang belum menggambarkan keadaan kesehatan secara menyeluruh karena informasi bersumber dari SP3 yang hanya berasal dari peskesmal bukan dari rumah sakit, bidan, klinik dan pelayanan kesehatan lainnya. Keadaanseperti itu belum dapat mencerminkan kondisi kesehatan secara nasional sehingga permasalahan-permasalahan yang ada belum terselesaikan sehingga perlu dilakukan rapid survey untuk evaluasi 3) Rapid survey ini juga tidak memerlukan banyak waktu dan abiaya namun hasilnya cukup akurat untuk mengetahui status kesehatan masyarakat.
Dasar-Dasar Epidemiologi | 4
2.1.4 Ciri-ciri Rapid Survey
Ciri-ciri survei cepat meliputi : 1) Digunakan untuk mengukur kejadian yang sering terjadi di masyarakat 2) Pengambilan sampel secara klaster dua tahap. Dimana tiap kabupaten diambil sebanyak 30 klaster dan pada masing-masing klaster diambil sebanyak 7 sampai dengan 10 responden 3) Jumlah
pertanyaan
dibatasi
20-30
pertanyaan
saja.
Rencangan
sampel,
pemasukan, pengolahan p engolahan dan analisis an alisis data dilakukakan dengan bantuan komputer. Waktu sejak pelaksanaan sampai pelaporan singakat w2-3 minggu saja. Hasil survei disaikan dengan memakai teknik statistik yang sederhana dengan tetap memperhatikankaiidah statistik yang berlaku.
Dasar-Dasar Epidemiologi | 5
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Masalah di Lapangan
Permasalahan kesehatan di lapangan terkait implementasi rapid survey ini yaitu berdasarkan laporan Puslitbang Gizi dan Makanan Dep.Kes. RI mengenai prevalensi anemia pada anak usia 2-4 tahun di DKI Jakarta. Telah diketahui bahwa anemia pada balita dapat berakibat pada rendahnya kekebalan terhadap penyakit, terhambatnya kemampuan motorik, tumbuh-kembang, dan terganggunya kecerdasan. Rendahnya kekebalan terhadap penyakit infeksi ditemui pada balita yang menderita kekurangan zat besi. Balita yang menderita anemia umumnya cepat lelah karena kekurangan pasokan oksigen. Cepat lelah membuat anak menjadi kurang bergerak dan akibatnya otot menjadi kurang terlatih. Zat besi diperlukan untuk memperbanyak jumlah dan meningkatkan ukuran sel tubuh. Kekurangan zat besi mengakibatkan pertambahan jumlah sel terhambat dan pembesaran ukuran sel juga terhambat. Gangguan kecerdasan selain dipengaruhi oleh terhambatnya pertambahan sel otak, juga anak anemia umumnya mempunyai tingkat konsentrasi belajar yang rendah. Dengan kata lain anemia pada balita dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia. Masalah anemia sudah muncul pada bayi. Secara teoritis balita terutama dari bayi prematur akan menderita anemia. Bayi yang lahir normal mempunyai persediaan zat besi yang cukup sampai 6 bulan dan pada bayi ba yi premature persediaan zat besi lebih rendah lagi. Setelah lahir zat besi dari air susu ibu (ASI) tidak mencukupi kebutuhan. Sedangkan makanan bayi terutama yang berasal dari serealia tidak dapat memasok zat besi yang cukup karena bioavailabilitas working in government sangat sangat rendah. Masalah anemia sejak awal kehidupan memberikan dampak yang lebih parah bila tidak ditanggulangi. Mengingat akibat yang sangat merugikan bagi individu, keluarga, maupun negara, maka anemia pada balita harus ditanggulangi dengan cara yang yang tepat.
Untuk perencanaan
penanggulangan yang terarah diperlukan informasi tentang kedalaman dan besarnya masalah anemia pada balita. Pada saat ini informasi prevalensi anemia pada balita yang tersedia adalah pada gambaran nasional dari Survei Kesehatan Nasional, yang tidak menggambarkan masalah anemia balita pada tingkat provinsi, atau kabupaten, serta survei-survei kecil yang kurang menggambarkan wilayah. Untuk perencanaan program di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, Dasar-Dasar Epidemiologi | 6
DKI Jakarta telah melakukan survei anemia pada balita. Adapun tabel prevalensi anemia pada Balita di DKI Jakarta yaitu : Tabel 1 Prevalensi Anemia pada Balita Anemia
Wilayah
N 58 55 28 56 41 80 318
Jakarta Utara Jakarta Pusat Jakarta Selatan Jakarta Barat Jakarta Timur Pulau Seribu DKI Jakarta
Total sampel
persen 29.7 26.1 13.5 27.5 19.2 51.3 26.8
195 211 207 204 213 156 1186
60 51.3 50 40 % 30
29.7
27.5
26.1
26.8 19.2
20
13.5
10 0 Utara
Pusat
Selatan
Barat
Timur
P.Kelapa
DKI.
Wilayah Jakarta Keterangan: P.Kelapa = pulau Kelapa
Gambar 1 Prevalensi Anemia pada Anak 2-5 Tahun Menurut Wilayah di DKI Jakarta
Dasar-Dasar Epidemiologi | 7
3.2 Solusi / Pembahasan
Adapun upaya dalam rangka penanggulangan permasalahan di atas, adalah survei cepat yang dirancang dengan disain potong lintang. Penelitian dilakukan di 5 daerah Kota di DKI Jakarta dan Kabupaten Kepulauan Seribu. Karena keterbatasan dana dan tenaga serta waktu maka di Kepulauan Seribu hanya diambil Pulau Kelapa. 3.2.1 Langkah Pelaksanaan Rapid Survei
Adapun langkah-langkah dalam melakukan Rapid Survei atau Survei cepat yaitu : 1. Penjabaran secara jelas dan singkat pilihan masalah kesehatan. Dimana masalah kesehatan tersebut hendaknya cukup spesifik. 2. Penentuan populasi penelitian dan penarikan sampel. Penentuan ini meliputi populasi sasarn, besar sampel, metode sampel yang akan dilakukan. 3. Mengembangkan Cara Pengumpulan Data Untuk itu perlu dijelaskan mengenai cara pengumpulan data , alat yang dipergunakan , petugas yang melakukannya . Kontrol kualitis banyak diarahkan kepada ketepatan cara pengumpulan data ini .Uji coba (pre- test) merupakan salah satu persyaratan yang diajukan yang ditujukan untuk mengantisipasi dan mengatasi masalah yang dapat timbul dilapangan dalam pelaksanaan proposal yang diajukan. 4. Pengorganisasian dan Pelaksanaan survai. Setelah survai dianggap layak dilakukan dengan uji coba maka disusunlah bagaimana organisasi dan pelaksanaannya sepenuhnya. Organisasi hendaknya jelas dalam penugasan setiap crosnal (job description). 5. Analisis dan Interpretasi Laporan Data yang terkumpul dalam waktu satu sampai dua hari sudah harus masuk ke dalam komputer . Akurasi data harus diperhatikan pada saat proses pemasukan data.Proses analisis data hanya dilakukan jika peneliti yakin bahwa data sudah bebas dari kesalahan. Hasil survai cepat dapat dilaporkan menurut urutan pertanyaan pada kuesioner. Tetapi cara pelaporan seperti ini kurang menarik bagi pengelola program kesehatan, sehingga lebih baik membuat laporan dengan melaporkan temuan utama terlebih dahulu. Hasil survai cepat dapat dilaporkan dalam bentuk tabel dan grafik. Namun untuk persentasi hasil , grafik lebih menarik dan informatif. Dasar-Dasar Epidemiologi | 8
Laporan tertulis tidak perlu tebal, tetapi mencakup hasil temuan dari survei. Umumnya, laporan hasil survai cepat berisi : 1) Judul, penulis, waktu survai cepat, kata pengantar, daftar isi. 2) Abstrak yang berisi temuan dan implikasinya. 3) Keterangan tentang masalah penelitian, berisikan latar belakang dan masalah yang diteliti. 4) Tujuan survei 5) Metodologi, Berisikan tentang indikator utama yang diukur, populasi dan sampel, alat pengukuran, prosedur analisis dan jadwal. 6) Diskusi berisi interpretasi hasil survai dan implikasinya terhadap program kesehatan di masa yang akan datang. 7) Kesimpulan berisi ringkasan temuan penting dari survai. 8) Saran dan rekomendasi berisi alternatif tindakan bagi perencanaan atau pengelolaan program penelitian lebih lanjut. 9) Daftar pustaka berisi daftar bacaan yang digunakan untuk menyusun laporan survai. 10) Lampiran berisi kuesioner atau instrumen yang digunakan. 6. Pengembangan kegiatan program lanjutan Implikasi dan rekomendasi yang diberikan tidak selamanya dapat segera dilaksanakan, untuk itu perlu dibuat rencana kegiatan lanjutan sebagai tahapan yang terpisah dan merupakan bagian dari tujuan survai. Rencana tersebut tidak perlu rinci, namun harus meliputi: 1) APA bentuk kegiatan yang akan diambil harus spesifik 2) SIAPA, jelaskan siapa yang bertanggung jawab untuk setiap kegiatan 3) KAPAN waktu untuk memulai dan selesainya. Dalam beberapa kasus penting perlu dimasukkan pertanyaan 4) DIMANA lokasi kegiatan tersebut akan dilaksanakan 5) BAGAIMANA prosedur yang akan diikuti 6) SUMBER DAYA yang ada dan yang meungkin diperlukan untuk melaksanakan kegiatan yang direncanakan Hal-hal di atas perlu diperhatikan agar prinsip "Informasi untuk Tindakan" (information (information for action) action) dapat terlaksana, jangan sampai laporan survai tersebut hanya tersimpan di Dasar-Dasar Epidemiologi | 9
dalam lemari tanpa digunakan untuk perencanaan program kesehatan. Sehubungan dengan itu maka rencana kegiatan lanjut perlu dibicarakan dengan seksama dengan pengelola program yang bersangkutan dengan memperhatikan me mperhatikan informasi lain yang ada di tingkat kabupaten. 3.2.2 Metode Rapid Survei atau Survei Cepat
Populasi dan Sampel Populasi adalah kumpulan individu atau elemen yang ingin kita ketahui karakteristiknya. Populasi dapat berupa kumpulan orang/individu atau kumpulan barang, tetapi pada penelitian kesehatan masyarakat, populasi umumnya merupakan kumpulan individu atau orang. Sebagai contoh populasi dapat berupa semua balita yang ada di wilayah kerja dinas kesehatan kabupaten atau kota. Secara ideal survai harus mencakup semua orang yang termasuk dalam populasi. Jika semua orang yang masuk dalam populasi dapat diwawancarai,maka kita dapat mengukur cakupan program kesehatan secara akurat. Tetapi melakukan wawancara terhadap semua orang yang termasuk ke dalam populasi memerlukan waktu,biaya, dan sumberdaya. Jadi kita perlu mengambil contoh beberapa orang saja yang dapat mewakili semua orang yang ada di populasi. Contoh beberapa orang saja yang kita ambil inilah yang dinamakan sampel. Orang yang kita ambil harus mewakili populasi. Agar kesadaran ini dapat tercapai, maka setiap orang yang ada di dalam populasi harus memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Hasil yang kita diperoleh dari sampel tidak akan persis sama dengan apa yang ada di dalam populasi. Perbedaan antara apa yang diperoleh dari sampel dengan yang sebenarnya pada populasi disebut sampling error. Kesalahan ini selalu terjadi pada survai yang tidak mengikut sertakan seluruh populasi. Namun kesalahan ini dapat diperkecil dengan cara: memilih sampel secara tidak bias, dan memilih sampel yang cukup besar. Jika sampel tidak mewakili populasi, kita dapat memperoleh hasil yang bias, yaitu estimasi atau cakupan yang dihasilkan berbeda dari nilai cakupan yang ada di populasi. Sebagai contoh, jika kita hanya mewawancarai ibu yang datang ke posyandu untuk mengetahui cakupan imunisasi campak, maka cakupan yang dihasilkan cenderung lebih tinggi dari cakupan yang ada dalam populasi.
Dasar-Dasar Epidemiologi | 10
Sampel berdasarkan probabilitas memungkinkan setiap orang yang ada dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Agar kita dapat memilih sampel secara probabilitas, maka diperlukan kerangka sampel (sampling frame). Kerangka sampel adalah daftar semua unit (kabupaten, kecamatan, desa, rumah tangga, orang) di mana kita akan memilih sampel. Di negara berkembang seperti Indonesia sangat sulit untuk mendapatkan daftar penduduk atau rumah tangga secara lengkap, sehingga digunakan kerangka sampel dari unit yang lebih tinggi seperti desa atau kecamatan. Jumlah Sampel Jumlah sampel yang dibutuhkan pada suatu survei tergantung dari tujuan survai tersebut. Survai dapat dilakukan untuk mengukur parameter suatu populasi seperti cakupan DPT-1, cakupan pemeriksaan antenatal, cakupan K1, dan sebagainya. Survai dapat juga dilakukan untuk melihat suatu intervensi. Untuk tujuan ini survai dilakukan sebelum dan sesudah intervensi atau pada dua daerah yang dilakukan intervensi yang berbeda. Pada tujuan yang kedua ini survai dilakukan untuk menguji suatu hipotesis apakah intervensi dapat membawa dampak pada masyarakat . Dua tujuan survai tersebut memiliki cara yang berbeda untuk menghitung besar sampel yang diperlukan. Pada survai cepat, umumnya dilakukan untuk melihat cakupan suatu program. Ada rumus khusus yang digunakan untuk menghitung jumlah sampelyang memadai pada survai cepat, tetapi secara praktis dapat dikatakan bahwa jumlah sampel sebanyak 30 X 7 (30 klaster/desa, setiap klaster terdiri atas 7 responden) sudah mencukupi untuk melihat kasus-kasus yang sering terjadi. Jika kita hampir selalu menggunakan jumlah sampel sebanyak 210 orang. Metode Pemilihan Sampel Seperti yang telah dijelaskan di atas, sampel harus mewakili populasi, semua orang dipopulasi harus memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Syarat ini dapat dipenuhi dengan memilih sampel secara acak dari daftar semua orang di dalam populasi. Cara seperti ini dikenal sebagai pemilihan sampel secara acak sederhana simple (simple random sampling ). ). Dalam prakteknya pengambilan sampel secara acak sederhana ini sulit dilakukan. Misalnya kita ingin melakukan survai untuk mengetahui cakupan pemeriksaan antenatal, maka agar kita dapat memilih sampel secara acak sederhana, kita harus memiliki daftar semua nama ibu hamil yang ada dalam populasi.
Dasar-Dasar Epidemiologi | 11
Cara pengambilan Sampel Seperti yang telah disebutkan diatas, bahwa pada surcei cepat cara pengambilan sampel terdiri atas dua tahap yaitu : -
Pemilihan 30 klaster Ada aturan baku untuk maslah kluster ini. Kluster di buat sebanyak 30 kluster.
-
Pemilihan responden Setelah ditentukan klusternya kemudian dilakukan penarikan sampel dari kluster tersebut. setiap kluster diambil sampel sekitar 7-10. jadi keseluruhan sampel adalah 210-300 sampel. Klaster Sampling adalah proses penarikan sampel secara acak pada kelompok individu dalam populasi yang terjadi secara alamiah, misalkan berdasarkan wilayah (kodya, kecamatan, desa, dan seterusnya). Cara ini sangat efisien bila populasi tersebar sangat luas sehingga tidak mungkin untuk membuat daftar untuk seluruh tersebut. Contoh: jika kita ingin meneliti kartakteristik penderita keracunan pestisida di Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia, bila diinginkan hanya sebagian dari kasus yang terdaftar di rumah sakit, dilakukan klaster sampling yaitu dengan melakukan random sampling pada setiap rumah sakit tanpa berusaha untuk menjumlahkan pasien yang terdaftar pada seluruh rumah sakit. Pada survai komunitas sering dilakukan two stage claster sampling seperti contoh berikut: Misalnya kita ingin meneliti karies dentis pada anak sekolah di Makassar, dibutuhkan 6000 subjek yang diharapkan mewakili seluruh anak di Makassar, dari daftar sekolah di Depdikbud Makassar diambil secara random misalnya 100 sekolah. Dari keseratus sekolah tersebut masing-masing diambil sebanyak 60 orang dari tiap anak secara random sampling. Keuntungan lain cara ini adalah bahwa pada tiap klaster biasanya subjek lebih kurang homogen. Misalnya di kelas tertentu cenderung untuk dihuni oleh penduduk pada tingkat sosial ekonomi yang tidak berbeda mencolok, meskipun tidak sama sekali homogen. Setelah melakukan Rapid Survey atau Survei cepat berdasarkan langkah-langkah diatas,
diadapatkan hasil bahwasanya Usia sampel balita yang terliput dalam survei ini adalah anak usia 2 sampai 4 tahun, dimana anak sudah tidak mendapat ASI dan sudah mulai terbiasa dengan makanan keluarga dan bukan makanan pendamping air susu ibu (MPASI). Ini berarti sebagian Dasar-Dasar Epidemiologi | 12
besar persediaan besi berasal dari konsumsi makanan dan bukan dari ASI atau persediaan saat dalam kandungan. Dari segi pendidikan dan pekerjaan orangtua sampel berasal dari rumahtangga bukan kelas ekonomi tinggi. Kemungkinan besar merupakan gambaran sebagian besar penduduk Jakarta yang umumnya tidak tinggal di komplek perumahan elit dan menengah. Prevalensi anemia pada kelompok ini adalah 26,5%. Suatu prevalensi moderat, namun sudah merupakan masalah kesehatan yang harus ditanggulangi. Prevalensi KEP (underweight (underweight ) sangat tinggi yaitu 30,7 %. Prevalensi ini di atas rata-rata prevalensi KEP nasional yang mencapai 27,6 % (BPS, 2002). Umur ternyata berpengaruh terhadap prevalensi anemia, dimana semakin tua semakin rendah prevalensi anemia.
Tingkat pendidikan ibu secara secara konsisten berhubungan berhubungan dengan
keadaan kesehatan dan gizi. Untuk DKI Jakarta pendidikan ibu SMA baru dapat memberikan perbedaan terhadap status anemia, sedangkan di Jawa Barat ibu berpendidikan SD pun sudah mengurangi risiko risiko anemia pada ibu hamil (Sumarno dkk, 2002).
Pendidikan ibu ternyata
berpengaruh terhadap keadaan anemia baik kepada ibun ya sendiri maupun kepada anaknya.
Dasar-Dasar Epidemiologi | 13
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Prevalensi anemia pada balita 2-4 tahun di DKI secara umum adalah 26 %, perhitungan prevalensi anemia pada balita tersebut yaitu dengan d engan menggunakan Rapid Survey. Survey Cepat adalah salah satu metode survey yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang suatu masalah dalam jangka waktu yang relatif pendek , dengan biaya yang murah dan hasil yang optimal. Survey Yang Bertujuan Memperoleh Informasi Tentang Suatu Masalah Kesehatan Dalam Waktu Singkat menggunakan metode Pengambilan sampel Secara Cluster & Random Sampling dengan Hasil Yang Optimal. Tingginya prevalensi anemian ini juga dipengaruhi Keadaan sosial ekonomi yang sangat rendah. Penanggulangan anemia pada balita harus dilakukan secara komprehensif dari upaya perbaikan gizi, penanggulangan cacingan dan distribusi kapsul vitamin A.
4.2 Saran
Penanggulangan anemia pada balita harus bersamaan dengan penanggulangan masalah gizi kurang, kecacingan dan distribusi kapsul vitamin A. Perlu dipikirkan penanggulangan anemia melalui perbaikan gizi makro dan mikro. Serta Perlu adanya penyuluhan anemia dan gizi serta hidup sehat perlu dilakukan dengan cara yang efektif
Dasar-Dasar Epidemiologi | 14
DAFTAR PUSTAKA
Murti, Bhisma. Dr. MPH. PRINSIP DAN METODE RISET EPIDEMIOLOGI. FAKULTAS NEGERI SEBELAS MARET. 1997. Timmreck, Thomas C. PhD. Epidemiologi Suatu Pengantar. Penerbit Buku Kedokteran. 1998. Noor, Nur Nasry. EPIDEMIOLOGI. Jakarta : PT Rineka Cipta. 2008.
Dasar-Dasar Epidemiologi | 15