EPIDEMIOLOGI OLEH DR. H. BILLY SETIANEGARA MPHM
PENDAHULUAN
Sejarah perkembangan Epidemiologi Epidemiologi ±
Pengaruh lingkungan terhadap kejadian penyakit
±
Penggunaan data kuantitatif dan statistik
±
Penularan penyakit
±
Eksperimen pada manusia
Batasan dan pengertian Epidemiologi Epidemiologi Mengapa petugas kesehatan membutuhkan membutuhkan pengetahuan epidemiologi Peran Epidemiologi dalam bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat ±
Tujuan
±
Jangkauan epidemiologi
SEJARAH PERKEMBANGAN EPIDEMIOLOGI
Sejarah menunjukkan bahwa epidemiologi merupakan ilmu yang telah dikenal sejak zaman dahulu yang berkembang bersamaan dengan ilmu kedokteran karena keduanya saling berkaitan. Misalnya studi epidemiologi bertujuan mengungkapkan penyebab penyalit atau program P2M yang membutuhkan pengetahuan ilmu kedokteran seperti : ilmu faal, biokimia, patologi, patolo gi, mikrobiologi dan genetika. Hasil yang diperoleh dari studi epidemiologi dapat digunakan digu nakan untuk menentukan pengobatan suatu penyakit, melakukan pencegahan dan meramalkan hasil pengobatan. Perbedaan antara ilmu kedokteran dengan epidemiologi terletak pada cara penanganan masalah kesehatan. Ilmu kedokteran lebih menekankan pelayanan kasus sedangkan epidemiologi lebih menekankan pada kelompok individu.
SEJARAH PERKEMBANGAN EPIDEMIOLOGI
Oleh karena itu pada epidemiologi selain butuh ilmu kedokteran, juga membutuhkan disiplin ilmu lain seperti : demografi, antropologi, sosiologi, geologi, lingkungan fisik, ekonomi, budaya dan statistika. Hal ini menjadikan epidemiologi menjadi suatu ilmu yang kompleks Walaupun epidemiologi telah dikenal sejak zaman dahulu, tetapi dalam perkembangannya mengalami banyak hambatan, sehingga baru pada beberapa dasawarsa terakhir ini epidemiologi diakui sebagai suatu disiplin ilmu. Salah satu penyebab hambatan tsb adalah belum semua ahli a hli bidang kedokteran setuju dengan metode yang digunakan epidemiologi karena adanya perbedaan paradigma dalam menangani masalah kesehatan terutama pada masa berlakunya paradigma bahwa penyakit disebabkan oleh roh jahat.
SEJARAH PERKEMBANGAN EPIDEMIOLOGI
Keberhasilan menembus paradigma tersebut adalah berkat perjuangan yang gigih dari para sarjana seperti : Hipocrates, John Graunt, John Snow, William Farr, Robert Koch, James Lind, Lord Kelvin, Kuhn dan Francis F rancis Galton. Para sarjana tersebut telah meletakkan konsep epidemiologi yang masih bertahan sampai sekarang berupa : ±
Pengaruh lingkungan terhadap kejadian penyakit
±
Penggunaan data kuantitatif dan statistik
±
Penularan penyakit dan
±
Eksperimen pada manusia.
PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT Orang pertama yang berpikir berpikir bahwa bahw a ada hubungan antara lingkungan lingkungan dengan kejadian penyakit adalah Hipocrates yang hidup pada zaman yunani tahun 460-370 SM. Hipocrates adalah dokter terbesar pada zamannya dan dianggap sebagai bapak
ilmu kedokteran. Selain itu Hipocrates juga dikenal sebagai seorang hygienis karena tulisannya yang berjudul : Air, Water and Places. Dalam tulisan itu ia mengemukakan mengemukakan bahwa : «. Barang siapa yang ingin mempelajari ilmu kedokteran, harus memperhatikan keadaan musim dan akibatnya, memperhatikan dan mempelajari tentang angin, udara, kedudukan kota, tenggelam dan terbitnya matahari, kebiasaan makan dan minum, pakaian, gizi, air yang digunakan penduduk, keadaan tanah, kebiasaan hidup dan lain-lain.
PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT Dari kutipan diatas jelas bahwa Hipocrates menekankan pentingnya menemukan menemukan berbagai pengaruh faktor f aktor lingkungan dan kebiasaan hidup terhadap timbulnya penyakit penyakit atau dengan kata lain Hipocrates telah menghubungkan timbulnya penyait dengan faktor lingkungan baik fisik f isik ataupun sosial. merupakan suatu Hipocrates juga menyatakan bahwa epidemi merupakan kejadian massal sehingga dari pernyataan tersebut tersebut dapat dikatakan dikatakan bahwa bahw a Hipocrates adalah ahli epidemiologi
pertama di Dunia.
PENGGUNAAN DATA KUANTITATIF DAN STATISTIK Pentingnya data kuantitatif dalam ilmu pengetahuan dinyatakan oleh Lord Kelvin yang diungkapkan oleh Kuhn dalam bentuk lain tapi mempunyai arti sama yaitu : bila anda a nda tidak dapat menyatakan sesuatu dalam bentuk angka maka pengetahuan anda belum sempurna. Pernyataan ini diikuti oleh berbagai sarjana termasuk Francies Galton dan sejak saat itu data kuantitatif menjadi sangat populer dan banyak diunakan dalam berbagai disiplin ilmu. Pencatatan data statistik diawali dengan oleh suatu publikasi tentang kesehatan dan kematian di kota London tahun 1632 163 2 oleh John Graunt yang menyimpukan : ±
±
±
±
Biasanya jumlah kelahiran laki2 lebih banyak dari wanita Angka kematian terbanyak terjadi pada bayi Angka kematian bervariasi menurut musim Kematian Kematian disebabkan disebabk an karena penyakit akut dan kronis
MASALAH PENULARAN PENYAKIT Pengertian penyakit menular telah dikenal sejak abad pertengahan berupa upaya pengisolasian penderita Lepra yang dilakukan oleh pihak gereja. Konsep tentang penularan penyakit diawali oleh Fracastorius (14831553) dengan teori De contagione yaitu penularan penyakit yang terjadi melalui jasad renik yang sangat kecil dan tidak nampak. Kemudian perkembangan epidemiologi mengalami kemandegan sampai abad ke 18 karena adanya adany a revolusi industri di Inggris yang berdampak timbulnya permasalahan sosial dan kesehatan karena peningkatan jumla penduduk, timbulnya daerah kumuh dengan berbagai masalah sanitasi, pembuangan sampah dan tinja yang sangat buruk. Sampai suatu sua tu saat terjadi ledakan wabah kolera sedemikian besar sehingga kolera disebut sebagai bapak kesehatan masyarakat. Studi epidemiologi tentang wabah kolera tersebut dilakukan pertama oleh William Farr yang menganalisa secara statistik dan epidemiologis kematian yang berkaitan dengan kolera yang terjadi pada tahun ta hun 1832 dan 1849.
MASALAH PENULARAN PENYAKIT Dalam analisa epidemiologisnya terhadap kolera Farr melakukan: ±
±
Pengamatan kematian yang terjadi di berbagai institusi seperti penjara, industri tambang dll serta membandingkannya dengan kematian yan terjadi di masyarakat umum. Menggunakan metode statistik yang memdemonstrasikan adanya hubungan antara insidensi dan distribusi kolera dengan pencemaran air minum dari sungai Thames.
Farr juga memperkenalkan istilah P opulation opulation at risk yang berarti kelompok penduduk yang mempunyai resiko untuk terkena terke na kolera yaitu y aitu seluruh penduduk yang menggunakan menggunakan air sungai Thames. Metode analisa yang digunakan oleh William Farr ini merupakan prinsip dasar epidemiologi modern saat ini.
MASALAH PENULARAN PENYAKIT
Pada tahun 1854 John Snow juga melakukan pengamatan epidemiologis kolera yang terjadi pd waktu itu dengan denga n hasil : ±
±
Ada hubungan antara air minum dengan insidensi penyakit kolera Pada epidemi yang terjadi pada 2 september 1854 Snow menarik kesimpulan k esimpulan bahwa terdapat perbedaan insidensi kolera k olera dengan perbedaan sumber air minum yang digunakan masyarakat.
Dalam penelitian tersebut Snow juga mengumpulkan data tentang kebiasaan hidup masyarakat, keadaan sosial ekonomi, tingkat pendi dikan, kebudayaan, hygiene perorangan, keadaan perumahan dll. Dari analisa data tersebut disimpulkan bahwa kasus kolera yang ya ng fatal banyak terjadi pada penduduk dengan tingkat sosial ekonomi rendah disertai hygiene perorangan yang buruk karena kebanyakan kasus kolera yang terjadi pada penduduk miskin dengan perumahan jelek, berjubel, dan semua kegiatan hidup dilakukan dalam satu kamar.
EKSPERIMEN PADA MANUSIA Suatu cara yang paling baik untuk mengungkapkan penyebab penyeba b suatu penyakit adalah melakukan percobaan langsung pada manusia, tetapi hal ini jarang dilakukan karena pertimbangan faktor etis terutama bila percobaan tersebut dapat menimbulkan efek kerugian bagi manusia. Percobaan pada manusia sebenarnya telah dilakukan sejak abad ke 15 15 walau dengan jumlah yang sangat sedikit misalnya: ±
Eksperimen oleh James Lind pada tahun 1747 terhadap pelaut yang menderita scorbut yang menyimpulkan bahwa scorbut disebabkan karena kekurangan zat yang terdapat dalam buah segar yang belakangan terbukti sebagai Vitamin C atau Ascorbic acid.
Pada tahun 1961, Goldberger mengadakan eksperimen pada manusia terhadap penyakit Pellagra yang disimpulkan bahwa pellagra bukan disebabkan infeksi melainkan karena kekurangan vitamin yang belakangan dikenal sebagai vitamin B kompleks Untuk menghindari faktor etis biasanya dilakukan eksperimen terhada binatang percobaan sebelum dilakukan pada manusia. Percobaab pada manusia sering dapat dilakukan secara tidak langsung lan gsung pada kehidupan sehari-hari dengan mengamati kejadian atau akibat sesuatu yang dikonsumsi atau terpapar kepada manusia.
BATASAN DAN PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI Epidemiologi Epidemiologi merupakan ilmu yang y ang kompleks dan senantiasa berkembang, karena itu tidaklah mudah untuk menentukan suatu batasan yang baku. Hal ini tampak dengan diberikannya definisi yang bervariasi oleh banyak ahli epidemiologi epidemiologi antara lain sbb : ±
±
±
±
±
Epidemiologi adalah ilmu yang y ang mempelajari distribusi
penyakit dan determinan yang mempengaruhi frefuensi penyakit pada kelompok manusia ( Mac. Mac. Mahon. B & Pugh. T.F., T.F., 1970 1970 ) Epidemiologi adalah studi tentang faktor yang menentukan frekuensi dan distribusi penyakit pada populasi manusia ( Lowe Low e C.R. & Koes-trzwski. J., 1973 ) Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan penyakit dan rudapaksa pada populasi manusia ( Mausner J.S. & Bahn, 1974) Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari mempelajari distribusi penyakit atau keadaan fisiologis pada penduduk dan determinan yang mempengaruhi distribusi tersebut ( Lilienfield A.M. & D.E.Lilienfield, 1980 ) Epidemiologi adalah suatu studi tentang distribusi dan determinan penyak it pada populasi manusia ( Barker. D.J.P., 1982
Dari definisi tsb disimpulkan bahwa Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari penyakit, rudapaksa dan fenomena fisiologis tentang frekuensi dan determinannya pada manusia.
PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI
Pengertian epidemiologi epidemiologi dapat ditinjau dari beberapa aspek sesuai dengan tujuan masing2 yaitu : 1. 2. 3. 4.
Aspek akademis Aspek praktis Aspek klinis Aspek administratif
Aspek akademis Secara akademik, epidemiologi berarti analisa ilmiah data kesehatan, sosial ekonomi ekonomi dan kecenderungan kecenderungan yang terjadi untuk mengadakan identifikasi dan interpretasi perubahan keadaan kesehatan yang terjadi atau akan terjadi di masyarakat umum atau kelompok penduduk tertentu.
PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI Aspek Praktis Ditinjau dari segi praktis, epidemiologi merupakan ilmu yang ditujukan pada upaya pencegahan penyebaran penyakit yang menimpa individu, kelompok atau masyarakat umum. Dalam hal ini, penyebab penyakit tidak harus diketahui di ketahui secara pasti, tetapi diutamakan pada cara penularan, infektifitas, menghindarkan agen yang diduga sebagai penyebab, toksin atau lingkungan, dan membentuk kekebalan untuk menjamin kesehatan masyarakat. Aspek Klinis Dari aspek klinis epidemiologi berarti suatu usaha untuk mendeteksi secara dini perubahan insidensi atau prevalensi melalui penemuan klinis atau laboratoris pada awal KLB atau timbulnya penyakit penya kit baru. Aspek administratif Secara administratif epidemiologi berarti suatu usaha untuk mengetahui status kesehatan masyarakat disuatu wilayah atau negara untuk diberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien sesuai dengan denga n kebutuhan masyarakat.
MANFAAT EPIDEMIOLOGI 1.
Walau alaupu pun n tek ekno nollogi ogi ke kedo dokt kteeran ran telah maju aju pe pesa sat, t, masi asih ban banya yak k fakt fakto or penyebab penyakit yang belum terungkapkan terutama penyakit kronis, penyakit yang jarang terjadi, atau penyakit yang baru dan belum pernah dilaporkan sebelumnya. Hanya dengan pendekatan epidemiologislah epidemiologislah penyebab p enyebab penyakit tersebut dapat diungkapkan.
2.
Keberhasilan pen pengobatan at atau pen pencegahan pe penyaki yakitt ya yang dilaku kuka kan n di di laboratorium masih harus diuji keampuhannya di masyarakat menggunakan metode epidemiologis.
3.
Freku rekueensi nsi dan dan dist distrribu bussi pe penyak nyakiit yang yang dipe diperroleh oleh di Rum Rumah Sa Sakit kit har harus di uji silang kebenarannya dengan kondisi yang terjadi di masyarakat.
4.
Dalam up upaya penin ningkat katan d deerajat k keesehat hatan ma masyar yarakat kat melalui peningkatan pelayanan kesehatan dibutuhkan informasi tentang orang yang terkena, jumlahnya dimana dan bilamana terjadinya, penyebaran dan penyebabnya , hanya dapat diperoleh dengan pendekatan epidemiologis.
5.
Dalam me menghadapi ma masalah kes kesehat hatan ka karena ledakan kan pe pendud udu uk at atau pencegahan suatu penyakit, perlu dilakukan upaya u paya epidemiologis misalnya upaya KB atau dengan immunisasi dan penyaringan kelompok resiko terkena suatu penyakit.
PERAN EPIDEMIOLOGI DALAM BIDANG KEDOKTERAN 1. 2. 3. 4.
5. 6. 7. 8. 9.
Mengungkap pe penyebab pe penyakit Mene Meneli liti ti hu hubu bung ngan an seba sebab b akib akibat at ant antar ara a tim timbu buln lnya ya pen penya yaki kitt deng dengan an determinan yang mempengaruhinya. Mene Meneli litti pe perj rjal alan anan an pe peny nyak akit it seca secara ra alam alamia iah. h. Meng Mengem emba bang ngk kan inde indeks ks de desk skri ript ptif if un untu tuk k men menya yata taka kan n tin tingg ggii rendahnya insidensi atau prevalensi suatu penyakit dalam suatu wilayah dan dapat dibandingkan dengan daerah lain. Pene Penemu muan an ber berba baga gaii pen penya yak kit sep seper erti ti sko skorb rbut ut,, pell pellag agra ra dan dan kol koler era. a. Mene Menent ntuk ukan an hu hubu bung ngan an anta antara ra roko rokok k den denga gan n pen penya yaki kitt jan jantu tung ng koroner, carsinoma paru dan hipertensi. Hubu Hu bung ngan an anta antara ra air air dan dan maka makana nan n de deng ngan an suat suatu u pen penya yaki kit. t. Hubu Hu bung ngan an anta antara ra pil pil KB KB den denga gan n rada radang ng pada pada pe pem mbu bulu luh h ven vena. a. Hubu Hu bung ngan an anta antara ra pen penya yaki kitt he heri ridi dite terr de deng ngan an ras ras ata atau u et etni niss tert terten entu tu..
PERAN EPIDEMIOLOGI DALAM KESEHATAN MASYARAKAT 1.
Meng Mengada adak kan anal analis isis is pe perj rjal alan anan an pe peny nyak akit it di masya asyara rak kat sert serta a perubahan2 yang terjadi akibat intervensi alam atau manusia.
2.
Menj Menjel elas ask kan pola pola pe peny nyak akit it pada pada be berb rbag agai ai kelom elompo pok k masyarakat
3.
Menj Menjel elas ask kan hu hubu bung ngan an anta antara ra dina dinam mika pend pendud uduk uk de deng ngan an dengan penyebaran penyakit. Bertambahnya pemukiman baru menimbulkan akibat bertambahnya tempat sarang penyakit Mudahnya transportasi berakibat peningkatan penyebaran penyakit karena mobilitas penduduk yang tinggi. Terjadinya perubahan tata kehidupan masyarakat masy arakat mengakibatkan perubahan pola timbulnya penyakit
KEGUNAAN HASIL STUDI EPIDEMIOLOGIS
1.
Mend Mendia iagn gnos osa a dan dan mem mempr pred edik iksi si keb kebut utuh uhan an pe pela laya yana nan n ke kese seha hata tan n pada masyarakat dimasa yang akan datang serta menentukan menentukan prioritas masalah kesehatan.
2.
Sebaga Seba gaii bah bahan an pe pert rtim imba bang ngan an dal dalam pe pela lak ksana sanaan an pro progr gram am pelayanan kesehatan seperti pengobatan, pencegahan, dan penanggulangan masalah kesehatan di masyarakat masyarakat
TUJUAN STUDI EPIDEMIOLOGI Secara umum dapat dikatakan dikatakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam mempelajari epidemiologi adalah untuk memperoleh
data frekuensi, distribusi dan determinan penyakit atau fenomena lain yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Misalnya : ±
±
±
±
Penyelidikan epidemiologis pada suatu KLB karena keracunan makanan untuk mengungkap makanan yang tercemar, orang yang terkena apa sebab dan akibat yang yan g ditimbulkannya. Menemukan hubungan antara asbes dengan karsinoma paru. Menguji hasil hipotesis yang ditemukan pada hewan percobaan percoba an apakah juga dapat terjadi pada manusia. Memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan, penanggulangan masalah dan menentukan prioritas kegiatan.
JANGKAUAN EPIDEMIOLOGI
1.
Pada awal walnya hanya me mempelajari penyakit infeksi yang dapat menimbulkan wabah melalui temuan tentang jenis penyakit, cara penularan dan cara penanggulangan dan pencegahannya.
2.
Kemudian ju juga me mempelajari penyakit infeksi non wabah.
3.
Selanjutnya mempelajari penyakit non infeksi seperti penyakit jantung, tumor, hipertensi, DM dll.
4.
Akhi Akhirn rnya ya epi epide dem miol iologi ogi dapa dapatt mem mempe pela laja jari ri hal hal-h -hal al yang yang bukan penyakit seperti : masalah fertilitas, menopause, kecelakaan, kenakalan kenakalan remaja, penyalahgunaan obat
PROSES PENULARAN PENYAKIT LINGKUNGAN : 1. 2. 3.
Lingkungan fisik : Geo grafis dan musim Lingkungan bi biologis Lingkungan sosial eko nomi. : Pekerjaan, Urbanisasi, pendapatan, pendapatan, Bencana alam
AGENT PENYEBAB 1.
2. 3.
Unsu nsur hid hidup: Viru irus, bakt akteri eri Jamur, parasit, Protozoa dan Metazoa Unsu nsur mati ati : fisik isika, a, kimia imia dan kekerasan fisik Unsur pokok kehidup upan an : Air dan udara
KEADAAN PEJAMU Keadaan umum Genetik Usia Gender Keadaan fisiologis Status gizi Kekebalan tubuh Penyakit sebelumnya Sifat-sifat manusia
SUMBER PENULARAN Penderita Karrier Hewan Tumbuhan Benda lain
CARA MASUK
CARA PENULARAN Kontak langsung Air borne Food borne Vector borne transplacental
Mukosa atau kulit Sistem Pencernaan Sistem Pernafasan Sistem Urogenital Gigitan, suntikan atau luk l uka a Placenta
PENDERITA PENDER ITA : Sakit Sembuh Cacad atau Meninggal
KONSEP TERJADINYA PENYAKIT H
A E
ECOLOGICAL CONCEPT CONCEPT ( JOHN GORDON )
At equilibrium
H
E
A
H
Increase the ability of an agent to infect and Cause disease n man
A
E Increase the proportion of susceptible host in the human population populat ion
H
A E A
H
E
Environmental changes fascilitate agent spread
Environmental changes cause Increased susceptible host
KONSEP TERJADINYA PENYAKIT THE HEALTH FIELD CONCEPT (H.L. Laframboise, 1973) SEHAT
Lingkungan
Gaya hidup
Biologi
Pelayanan kesehatan
THE FORCED FIELD AND WELL-BEING PARADIGMS OF HEALTH ( H.L. BLUM 1974 ) KETURUNAN
LINGKUNGAN
HEALTH
GAYA HIDUP
PELAYANAN KESEHATAN
PROSES KEJADIAN PENYAKIT
MENINGGAL CACAD PENYEBAB
KLINIK BERAT KOMPLIKASI
LING KUNG AN
KLINIK JELAS
S E M
PEJAMU
KLINIK TAK JELAS
SUB-KLINIK
B U
PREPATOGENESIS
PATO GENESIS
INKUBASI
H
SIFAT-SIFAT MIKROORGANISME
1.
2.
Patogenitas : Kemampuan mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit pada pejamu. Dituliskan dengan rumus : Jumlah kasus penyakit tertentu Patogenitas = -------------------------------------------------------------------------------Jumlah orang yang terinfeksi terinfeksi Virulensi : Kemampuan mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit yang berat atau fatal, dinyatakan dengan rumus : Jumlah kasus berat dan fatal Virulensi =-----------------------------=--------------------------------------------------------Jlh semua kasus penyakit tertentu
SIFAT-SIFAT MIKROORGANISME 3.
4.
5.
6.
Tropisme : Pemilihan Pemilihan jaringan atau organ yang diserang, d iserang, Penyerangan terhadap jaringan atau organ vital seperti otak atau jantung lebih menimbulkan penyakit peny akit yang berat dibandingkan serangan terhadap jaringan tidak vital seperti saluran nafas atau pencernaan. Pejamu yang diserang : Bila suatu organisme hanya menyerang manusia maka dikatakan bahwa bahw a mikroorganisme mikroorganisme tersebut mempunyai rentang yang y ang pendek dan jika juga bisa menyerang binatang dikatakan mempunyai mempunyai rentang yang y ang luas. Kecepatan berkembang biak: Mikroorganisme yang punya kemampuan berkembang biak dengan cepat akan cepat pula menimbulkan menimbulkan penyakit. Kema Ke mamp mpua uan n men menem embus bus ja jari ring ngan an,, me memp mpro rodu duksi ksi to toxi xin n da dan n me meni nimb mbul ulkan kan kekebalan. Jika mikroorganisme mikroorganisme mampu menembus jaringan atau mampu memproduksi toxin, ia akan cepat menimbulkan menimbulkan penyakit, sebaliknya apabila ia mampu merangsang atau menimbulkan menimbulkan kekebalan k ekebalan berarti sulit menimbulkan menimbulkan penyakit.
MASA TUNAS ATAU INKUBASI PENGERTIAN: Mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh tidak serta merta menimbulkan gejala tapi membutuhkan tenggang waktu wak tu tertentu yang berbeda bagi setiap mikroorganisme. Pada penyakit infeksi, masa tunas atau inkubasi adalah waktu w aktu yang dibutuhkan oleh mikroorganisme mikroorganisme untuk berkembang biak sampai mencapai jumlah tertentu dan melewati melewati ambang yang y ang dibutuhkan untuk menimbulkan gejala klinik atau sakit. Setiap mikroorganisme mikroorganisme mempunyai masa tunas yang berbeda tergantung pada : Kecepatan berkembang biak : Makin cepat berkembang biak makin pendek pula masa tunas dan makin cepat menimbulkan penyakit. penyak it. Jumlah mikroorganisme mikroorganisme : Makin banyak kuman yang masuk, makin cepat pula masa tunas Tempat masuknya mikroorganisme mikroorganisme : Bila kuman masuk ke organ vital, akan cepat menimbulkan menimbulkan gejala dibanding dengan organ lain. Derajat kekebalan : Jika pejamu mempunyai kekebalan maka masa tunas akan memanjang memanjang dan makin sulit menimbulkan penyakit. ±
±
±
±
MASA TUNAS ATAU INKUBASI
MANFAAT MASA TUNAS Pengetahuan tentang masa tunas sangat berguna untuk membantu mendeteksi penyebab kejadian luar biasa sumber umum misalnya keracunan keracunan makanan dengan cara sbb: ±
Menentukan waktu terpajan dan timbulnya gejala
±
Membuat kurva epidemi atau kurva masa tunas.
±
Menghitung median masa tunas
±
Mencari penyebab penyakit yang mempunyai masa tunas yang sama dengan median hasil perhitungan.
MASA TUNAS BEBERAPA BAKTERI
JENIS BAKTERI
MASA TUNAS
Staphylococcus
1 ± 8 jam, jam, ratarata-rat rata a 2 ± 4 jam jam
Beta Streptococcus hemoliticus hemoliticus
1 ± 3 har harii
Vibrio cholera
1 ± 3 har harii
Escheria coli patogen
8 ± 48 jam jam,, rata-ra rata-rata ta 10 ± 24 jam jam
Salmonella
8 ± 72 jam jam,, rata-ra rata-rata ta 18 ± 36 jam jam
Shigellosis
24 ± 72 har harii
Viral gastro enteritis
3 ± 5 har harii
Dycentri Amoeba
5 hari hari ± beber beberapa apa bulan bulan Rata-rata Rata-rata 2 ± 4 minggu minggu
Botulisme
2 jam jam ± 8 hari, hari, rata-r rata-rata ata 18 ± 36 jam jam
Brucellosis
7 ± 21 jam jam
Typhoid fever
7 ± 28 jam, jam, rata-rata rata-rata 14 hari
Hepatitis A
Rata-rata 25 hari
MASA TUNAS BEBERAPA ZAT KIMIA
JENIS ZAT KIMIA
MASA TUNAS
Antimon
Beberapa Beber apa menit menit ± 1 jam
Cadmium
15 ± 30 meni menitt
Copper
Beberapa Beber apa menit menit ± beber beberapa apa jam
Plumbum
30 menit atau lebih
Zinc
Beberapa Beber apa menit menit ± beber beberapa apa jam
Phosphor organik ( pestisida)
Beberapa Beber apa menit menit ± beber beberapa apa jam
Chlorinated hydrocarbon ( DDT, Endrin )
½ - 8 jam jam
Mercuri
1 minggu atau lebih
Monosodium Glutamate Glutamate
Bebera Beb erapa pa menit menit ± 1 jam jam
Nicotinic acid
Beberapa Beber apa menit menit ± 1 jam
Hypervitaminosis
1 ± 6 jam jam
RESERVOIR
Pengertian : Reservoir adalah tempat hidup dan berkembang biaknya suatu agen ag en penyebab penyakit. Yang dapat menjadi reservoir adalah : ±
Manusia
±
Hewan
±
Artropoda dll
Cara terjadinya siklus penularan penyakit dengan manusia sebagai reservoir : ±
Siklus penularan langsung : dari orang ke orang lain. Misalnya Difteri, Parotitis, Demam tifoid, amoebiasis dll
±
Siklus penularan tidak langsung : dari orang ke orang lain melalui vector. Misalnya : Malaria dan Demam berdarah.
KARIER
PENGERTIAN : Karier adalah orang atau hewan yang pernah terinfeksi suatu penyakit, dengan atau tanpa gejala klinis tetapi merupakan sumber penularan yang potensial. MACAM-MACAM KARIER : 1.
2.
3.
4.
Karie Karierr mas masa a tuna tunass : Oran Orang g yang yang teri terinf nfek eksi, si, belu belum m ada ada gejal gejala a tapi tapi ber berpo pote tens nsii menularkan penyakit. Misalnya : Hepatitis, Morbili, Varicella Karier Karier penyak penyakit it tanp tanpa a gejal gejala a : Orang Orang yang yang ter terinf infek eksi si tidak tidak pern pernah ah ada ada gejala gejala sakit sakit tapi berpotensi menularkan penyakit. Misalnya : Infeksi meningococcus, Poliomyelitis, hepatitis Karie Karierr mas masa a pemu pemuli liha han n :Pend :Pender erit ita a dala dalam m masa masa pen penye yemb mbuh uhan an tapi tapi ber ber pot poten ensi si menularkan penyakit. Misalnya: Difteri, Variola, Hepatitis B, Morbili, Salmonelosis. Karier Karier penyak penyakit it kron kronis: is: Pende Penderit rita a peny penyak akit it kron kronis is yang yang berfu berfungs ngsii seba sebagai gai reserv reservoir oir.. Misalnya: Demam tifoid, Hepatitis
PERJALANAN PENYAKIT ALAMIAH
PENGERTIAN : Perjalanan penyakit alamiah adalah proses perkembangan suatu penyakit yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi manusia baik bai k dengan sengaja atau tidak sengaja. Perjalanan penyakit alamiah seolah-olah adalah suatu , eksperimen , yang dilakukan oleh alam. JENIS EKSPERIMEN ALAMIAH ±
PATOGENIK : istilah yang menerangkan kondisi k ondisi seseorang yang mulanya sehat kemudian menjadi sakit karena pengaruh alam atau oleh orang yang bersangkutan secara sengaja atau tidak sengaja. Intervensi alam : bencana alam, banjir, gempa, letusan gunung dll Intervensi oleh yang bersangkutan : dengan sengaja : merokok, minum alkohol tanpa sengaja: misalnya termakan termakan atau terminum makanan atau minuman minuman yang tercemar racun atau bibit penyakit.
±
PATOGRESIF : adalah perjalanan klinis dari suatu penyakit yang terdiri dari fase prepatogenesis dan fase patogenesis
TAHAPAN PERJALANAN PENYAKIT ALAMIAH
1.
TAHAP PEKA Yaitu orang sehat tetapi mempunyai faktor resiko atau faktor predisposisi untuk terkena penyakit Faktor yang tak terhindarkan : Genetik atau etnik, umur dan gender Faktor yang dapat dihindari
2.
: Kondisi fisik, kebiasaan hidup, sosial ekonomi. ekonomi.
TAHAP PRA-GEJALA ATAU SU SUB-KLINIS Yaitu orang yang telah terinfeksi tapi belum menunjukkan gejala atau belum terjadi gangguan fungsi organ sehingga sulit dideteksi secara klinis dengan ciri-ciri ciri-ciri : Perubahan akibat infeksi atau pemaparan oleh agen belum nampak Pada penyakt infeksi terjadi perkembangbiakan mikro organisme patogen Pada penyakit non infeksi merupakan periode terjadinya perubahan anatomi dan histologi tanpa perubahan fisiologi
TAHAPAN PERJALANAN PENYAKIT ALAMIAH
3.
TAHAP KLINIS Yaitu ketika telah terjadi perubahan fungsi organ sehingga menimbulkan gejala penyakit. Manifestasi klinis pada tahap ini sangat sang at bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai yang sangat berat atau kematian. Variasi ini disebut sebagai SPEKTRUM PENYAKIT
4.
TAHAP KETIDAKMAMPUAN Yaitu tahap dimana terjadi pembatasan dalam melakukan kegiatan sehari-hari meliputi gangguan fisik atau mental, sementara atau menetap, terjadi dalam waktu lama atau singkat Tampak sehat
Sakit ringan
Sakit sedang
Sakit berat
Sakit berat sekali
mati
PENCEGAHAN PENYAKIT 1.
PENCEGAHAN PRIMER : Pencegahan primer primer adalah upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit a. Pencegahan umum : yaitu pencegahan yang dilakukan secara umum misalnya pendidikan kesehatan dan upaya kebersihan lingkungan. b. Pencegahan khusus : yaitu pencegahan yang ditujukan kepada orang yang mempunyai resiko dengan cara immunisasi.
2.
PENCEGAHAN SEKUNDER : Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang ditujukan kepada orang yang telah sakit agar tetap sembuh, menghambat progresifitas, menghindarkan timbulnya komplikasi dan mengurangi ketidakmampuan. k etidakmampuan. Pencegahan sekunder ini dapat dilakukan dengan deteksi dini dan pengobatan secara cepat dan tepat. Deteksi dini dapat dilakukan dengan cara : penyaringan / screening, pengamatan atau survei epidemiologis epidemiologis dan pelayanan kesehatan yang baik pada sarana pelayanan kesehatan.
PENCEGAHAN PENYAKIT
3.
PENCEGAHAN TERSIER Pencegahan tersier adalah pencegahan yang dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan rehabilitasi. rehabilitasi. Upaya ini dapat dilakukan dengan : a. Mema Memaksim ksimal alkan kan fungsi fungsi orga organ n yang yang cacad cacad b. Membuat protesa protesa ( organ palsu ) misalnya misalnya kaki palsu, gigi palsu dll. c. Mendirikan pusat rehabilitasi medik
KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI PENYAKIT HOST
AGENT
ENVIRONMENT
1. SEGITIGA FAKTOR EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
2. FAKTOR EPIDEMIOLOGI EP IDEMIOLOGI PENYAKIT
A.
HOST 1. 2. 3. 4. 5.
Genetik : keturunan Umur : Usia Gend Ge nder er : Jeni Jeniss ke kela lami min n Suku, Ras, Warna kulit Keadaan fisiologis tubuh misalnya misalnya kelelahan, kelelahan, kehami kehamilan, lan, pubertas pubertas dan stress. 6. Keadaan Keadaan immunol immunologis ogis : kekebal kekebalan an tubuh tubuh 7. Tingkah Tingkah laku laku ( Behaviour Behaviour ) misalnya misalnya gaya hidup, hidup, Hygiene, Hygiene, rekr rekreasi, easi, olah raga, Hobby, Kebiasaan dll
2. FAKTOR EPIDEMIOLOGI EP IDEMIOLOGI PENYAKIT
B.
AGENT 1. Nutrisi / Gizi
: kelebihan atau kekurangan gizi
2. Se Seba bab b kimia imiawi wi
: Zat Zat ber berac acun un,, CO, CO, Asbe Asbes, s, Alle Allerg rgen en,, Pb, Pb,Hg Hg dll dll
3. Penyebab fi fisik
: Ra Radiasi, Tr Trauma fi fisik
4. Pen enye yeba bab b biol biolog ogis is : a. Me Metazoa
: ca cacing ta tambang, sc schistosomiasis
b. Protoxoa
: Amoeba, Plasmodium
c. Bakteri
: GO, Typhoid, Pneumonia, Tb
d. Fung Fungi/ i/Ja Jamu murr
: Tine Tinea a ped pedis is,, Tin Tinea ea ver versi sico colo lorr
e. Ricketsia
: Rocky Mountain Spotted Fever
f. Virus
: Campak, cacar, Polio, Rabies dll
2. FAKTOR EPIDEMIOLOGI EP IDEMIOLOGI PENYAKIT
C.
ENVIRONMENT ATAU LI LINGKUNGAN 1. Ling Lingku kung ngan an fisi fisik k : Geog Geogra rafi fis, s, Ikli Iklim, m, Mus Musim im 2. Lingk Lingkun ungan gan biolog biologis is : - Kepadatan Kepadatan pendud penduduk, uk, - Flora ora
: se sebagai agai sum sumber mak maka anan nan
- Faun Fauna a : seb sebag agai ai sumb sumber er pr prot otei ein n 3. Ling Lingku kung ngan an sosi sosial al - Migrasi, Migrasi, Urbanis Urbanisasi asi - Lingku Lingkungan ngan kerja kerja - Perumahan, Perumahan, Pemukiman Pemukiman - Kekacauan, Kekacauan, bencana bencana alam, perang dll
SIFAT-SIFAT HOST
1.
RESI RESIST STEN ENSI SI
: Ke Kema mamp mpua uan n un untu tuk k be bert rtah ahan an terh terhad adap ap infe infeks ksii
2.
IMMUNITAS
: Kemampuan untuk mengembangkan respos immunologis baik secara alamiah atau didapat.
3.
INFE INFEC CTIOU TIOUSN SNES ESS S : Pote Potens nsii atau atau kemam emampu puan an oran orang g sak sakit un unttuk menularkan kepada orang lain
SIFAT-SIFAT AGENT
1.
2.
3.
4. 5.
6.
INFEKTIVITAS Kemampuan Kemampuan agent untuk u ntuk beradaptasi dalam tubuh host sehingga mampu berkembang biak. PATOGENISITAS Kesangguban organisme menimbulkan menimbulkan reaksi klinis khusus yang patologis setelah infeksi pada host yang diserang. VIRULENSI Kesangguban organisme menghasilkan menghasilkan reaksi patologis yang berat yang mungkin dapat menimbulkan bahaya bahay a kematian. TOKSISITAS Kesangguban organisme untuk menghasilkan racun atau toxin INVASIVITAS Kemampuan Kemampuan organisme melakukan penetrasi dan menyebar setelah masuk ke jaringan tubuh. ANTIGENISITAS Kesangguban organisme untuk merangsang reaksi immunologis dalam tubuh host
SIFAT-SIFAT LINGKUNGAN
1.
TOPOGRAFIS Situasi lokasi tertentu baik yang alamiah atau ata u buatan manusia yang mungkin mempengaruhi terjadinya penyebaran penyakit
2.
GEOGRAFIS Keadaan yang berhubungan dengan struktur geologi bumi yang berkaitan dengan kejadian penyakit.
3.
DEMOGRAFIS Keadaan susunan penduduk atau kepadatan penduduk yang berakibat berkembangnya suatu penyakit
4.
EKOLOGIS Ketidakseimbangan ekologis fauna atau flora yang menyebabkan berkembangnya suatu penyakit
UKURAN MORBIDITAS DAN MORTALITAS
RATIO, PROPORSI DAN ANGKA Data yang terkumpul biasanya masih merupakan data kasar yang ya ng perlu diolah untuk dianalisa dan ditarik kesimpulan. Hasil pengolahan masih berupa nilai absolut dengan ciri-ciri : 1. Berupa jumlah 2. Diperoleh dengan cepat 3. Tidak dapat digunakan untuk membandingkan Oleh karena itu, untuk dapat digunakan diguna kan untuk membandingkan, maka data morbiditas ( kesakitan ) dan da n data mortalitas ( kematian ) harus berupa data relatif. Dalam epidemiologi, ukuran yang banyak digunakan dalam menentukan morbiditas dan mortalitas adalah RATIO, PROPORSI DAN ANGKA.
UKURAN MORBIDITAS DAN MORTALITAS RASIO Rasio merupakan nilai atau data relatif yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai yang pembilangnya TIDAK merupakan bagian dari penyebut. Misalnya ada nilai kuantitatif A dan nilai kuantitatif B, maka rasio k edua nilai tersebut adalah A/B. Contoh : Pada suatu kejadian luar biasa keracunan makanan, terdapat 32 orang penderita yang 12 diantaranya adalah anak-anak, maka rasio anak-anak terhadap dewasa adalah : 12/(32-12) = 12/20 = 0.6.
PROPORSI Proporsi adalah perbandingan dua nilai kuantitatif k uantitatif yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut. Pada contoh tsb diatas maka proporsi adalah = 12/(12+20) = 0,375 atau 37,5 %
ANGKA Angka merupakan proporsi dalam bentuk khusus yaitu perbandingan antara pembilang dan penyebut yang dinyatakan dalam batas waktu wa ktu tertentu. Insidensi merupakan kasus baru suatu penyakit yg terjadi dlm kurun waktu tertentu, ini adalah cara terbaik untuk u ntuk menentukan resiko timbulnya penyakit.
ANGKA INSIDENSI / INCIDENCE RATE DEFINISI Angka insidensi atau incidence rate adalah proporsi kelompok individu yang terdapat pada penduduk suatu wilayah tertentu atau negara yang semula tidak sakit dan menjadi sakit dalam kurun waktu wak tu terte tertentu ntu dimana pembilang pada proporsi tersebut adalah kasus baru. Incidence rate disebut juga Cumulative Incidence atau Attack rate Rumusnya dinyatakan sbb: p = d / n X k p = Estimasi angka insidensi d = Jumlah kasus baru n = Jumlah individu yang awalnya tidak sakit k = Konstanta ( persen, permil atau per 10.000 ) Dengan kata lain Angka Insidensi atau Incidence Rate adalah jumlah kejadian dalam kurun waktu tertentu dibagi dengan penduduk yang mempunyai resiko ( population at risk ) terhadap kejadian tersebut dalam kurun k urun waktu tertentu dikalikan dengan konstanta Jumlah kejadian dalam waktu wak tu tertentu Angk Angka a ins insid iden ensi si = ---------------------------------------------------------------------------- x k Jumlah population at risk waktu tertentu
ANGKA INSIDENSI / INCIDENCE RATE (1) BEBERAPA PERTIMBANGAN Untuk memperoleh memperoleh insidensi harus dilakukan dengan pengamatan pada kelompok penduduk yang mempunyai resiko terkena penyakit yang ingin dicari dengan cara mengikuti secara prospektif untuk menentukan insidensi kasus baru. Untuk menghitung angka insidensi hendaknya mempertimbangkan mempertimbangkan beberapa hal sbb : 1.
Pengetahuan tentang status kesehatan populasi studi Kelompok individu dalam populasi harus ditentukan status kesehatannya k esehatannya dan diklasifikasikan menjadi menjadi ,, Sakit ,, atau ,, Tidak sakit ,, . Penentuan ini ini dapat dilakukan melalui melalui catatan yang ada atau melalui melalui penyaringan atau pemeriksaan. Hal ini penting untuk menentukan keadaan awal bahwa penyakit yang akan diteliti pada kelompok individu belum terjadi terutama terutama bila hendak dibandingkan dengan kelompok lain dimana variabel yang penting harus sama kondisinya.
ANGKA INSIDENSI / INCIDENCE RATE (2) 2.
Menentukan waktu awal penyakit Hal yang sangat penting ditemukan ditemukan adalah menentukan menentukan saat mulai timbulnya penyakit dengan kriteria diagnostik diagnostik yang jelas dan objektif bukan berdasarkan keluhan penderita atau kecurigaan dokter yang memeriksanya. Hal ini disebabkan karena kadang2 sangat sulit menentukan awal aw al dari suatu penyakit terutama penyakit kronis karena tidak menunjukkan gejala yang khas.
3.
Spesifikasi penyebut Bila penelitian penelitian epidemiologis untuk mencari insidensi penyakit dilakukan dalam waktu lama, tidak semua subjek penelitian dapat mengikuti sepenuhnya sampai penelitian selesai karena k arena mungkin ada yang meninggal karena penyakit lain, pindah atau mengundurkan diri maka rumus yang dipakai harus diperbaiki menjadi : p = d / (n-1/2 w) p = Estimasi cumulative incidence rate d = Jumlah kasus baru n = Jumlah person at risk w = Jumlah Jumlah yang mengundurkan diri ( ½ berarti pertengahan tahun )
ANGKA INSIDENSI / INCIDENCE RATE (3) 4.
Spesifikasi pembilang yaitu jumlah orang atau jumlah kejadian Dalam hal tertentu seseorang dapat mengalami sakit yang sama beberapa kali dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian ada dua angka insidensi dari data yang sama yaitu angka insidensi berdasarka orang yang menderita dan angka insidensi berdasarkan kejadian penyakitnya. Angka insidensi berdasarkan orang yang menderita ditulis dengan rumus : Jumlah penderita IR =
-----------------------
periode 1 tahun
Population at risk Angka insidensi berdasarkan kejadian penyakit dinyatakan dalam rumus : Jumlah kejadian penyakit IR =
------------------------------------------------ periode 1 tah tahun Population at risk
Angka insidensi berdasarkan penyakit dapat lebih besar daripada angka insidensi berdasarkan penderita karena seseorang dapat menderita sakit yang sama lebih dari satu kali dalam suatu periode.
ANGKA INSIDENSI / INCIDENCE RATE (4) 5.
Periode pengamatan
Angka insidensi harus dinyatakan dalam kurun waktu w aktu tertentu, biasanya 1 tahun tetapi dapat juga dalam periode waktu wak tu lain asalkan cukup panjang misalnya misalnya pada penyakit dengan frekuensi yang sangat sedikit membutuhkan waktu bertahun-tahun. Pada populasi populasi yang besar, penyebut hendaknya menggunakan penduduk hasil sensus. Pada populasi kecil atau terbatas seperti sekolah atau industri, untuk penyebut digunakan individu yang benar-benar tidak menderita sakit pada saat dilakukan pengamatan. Untuk penyakit dengan insidensi yang terjadi dalam waktu wak tu yang pendek misalnya pada KLB digunakan istilah Attack Rate MANFAAT INCIDENCE RATE 1. Mengukur Mengukur angka angka kejadian kejadian penyakit penyakit baik karena karena pengaruh pengaruh alam atau atau karena suatu program 2. Peneliti Penelitian an epidemio epidemiologi logi untuk mencar mencarii adanya asosiasi asosiasi sebab sebab akibat. akibat. 3. Perbandin Perbandingan gan antar antar berbaga berbagaii populasi populasi dengan dengan pemapa pemaparan ran yang berbe berbeda. da. 4. Mengukur Mengukur besar besarnya nya resiko resiko yang ditimbul ditimbulkan kan oleh determ determinan inan tertent tertentu u
ANGKA PREVALENSI / PREVALENCE RATE DEFINISI Angka prevalensi atau prevalence rate adalah proporsi antara jumlah semua kasus yang tercatat dengan jumlah penduduk pada suatu waktu wak tu atau periode periode tertentu. UKURAN PREVALENCE RATE 1.
Point prevalence rate yaitu jumlah semua kasus yang y ang dicatat dibagi dengan jumlah penduduk pada saat tertentu.
2.
Period prevalence rate yaitu jumlah jumlah semua kasus yang dicatat dibagi dengan jumlah penduduk selama periode p eriode waktu tertentu.
MANFAAT PREVALENCE RATE 1.
Meng Mengga gamb mbar arkan kan ting tingkat kat keb keber erha hasi sila lan n prog progra ram m pem pembe bera rant ntas asan an pen penyak yakit it..
2.
Menyu Menyusu sun n ren renca cana na pel pelaya ayana nan n ke kese seha hata tan, n, mis misal alnya nya pen penye yedi diaa aan n sara sarana na obat obat-obatan, tenaga dan ruangan.
3.
Meny Menyat atak akan an bany banyak akny nya a kasu kasuss yang yang dapa dapatt didi didiag agno nosa sa..
GAMBAR SKEMATIS INSIDENSI, POINT PREVALENCE DAN PERIOD PREVALENCE 1
2
3
4 5 6 7 8 9
1 januari 1980
31 desember 1980
Insidensi : kasus 2,3,4 8,9 Point prevalence prevalence 1 januari : kasus 1,5,7 ; 31 des 1980 : kasus 2,5 Period prevalence : kasus 1,2,3,4,5,7,8,9
HUBUNGAN ANTARA INSIDENSI DAN PREVALENSI Angka prevalensi dipengaruhi oleh tingginya insidensi dan lamanya sakit yaitu periode mulainya mulainya didiagnosanya penyakit sampai berakhirnya penyakit peny akit tersebut karena sembuh, mati atau kronis atau cacad. Hubungan tersebut digambarkan dengan rumus : P=IXD P = Prevalensi I = Insidensi D= Lamanya sakit Penurunan prevalensi dapat dipengaruhi oleh : 1. Menurunnya insidensi dan 2. Masa atau waktu sakit memendek memendek karena 3. Perbaikan kan pelayanan ke kessehatan Oleh karena itu prevalensi tak bisa dibandingkan antar wilayah yang tingkat pelayanan kesehatannya tidak sama Jika tehnologi kedokteran hanya dapat menurunkan angka kematian tetapi tidak menyembuhkan penyakit, maka prevalensi akan ak an meningkat. Jika dengan tehnologi kedokteran, suatu penyakit dapat dengan cepat disembuhka atau penyakit sangat cepat menimbulkan kematian, maka prevalensi akan menetap atau mungkin menurun walaupun ada kenaikan insidensi.
LATIHAN 1 Setiap anak panah menunjukkan kejadian suatu penyakit yang terjadi pada populasi 20 orang a.. Hitunglah insidensi dan prevalensi tahun 1971 b. Bila survei dilakukan pada bulan juli 1971, prevalensi apa yang dihasilkan dihasilkan
20-
15-
10-
5-
Nop 70
Jan 71
Jul 71
Des 71
LATIHAN 2 Hitunglah jangka waktu rata-rata dalam tahun dari kondisi penyakit penyak it syaraf menahun menahun sebagaimana terdapat dalam tabel dibawah ini
Tabel 8. Prevalensi Prevalensi dan insidens dari penyakit syaraf di Rochester Rochester,, Minnesota
NAMA PENYAKIT
PREVALENSI
INSIDENSI
Per 100.000 Pdd
Per 100.000 Pdd
Epilepsi
376
30.8
Sclerosis berganda
55
5.0
Penyakit Parkinson
157
20.0
Penyakit Motor Neuron
7
1.7
Neoplasma jaringan syaraf
69
17.3
PENGUKURAN RESIKO
PENGERTIAN Kita ketahui bahwa setiap orang akan dihadapkan dihad apkan dengan berbagai resiko sejak lahir. Misalnya resiko untuk terkena suatu sua tu penyakit atau kematian. Oleh karena itu, resiko dapat diartikan sebagai sebaga i suatu derajat ketidak pastian yang biasanya terletak antara 0 dan 1. Ketidakpastian disini maksudnya adalah orang yang mempunyai resiko belum tentu akan terkena penyakit, tapi sebaliknya seba liknya orang yang tidak mempunyai resiko pun dapat terkena penyakit. Resiko dikatakan nol apabila terdapat kepastian bahwa suatu peristiwa tidak akan terjadi, dikatakan resiko sama dengan 1 apabila suatu peristiwa pasti terjadi. Kejadian ekstrim ini dalam da lam praktek hampir tak pernah terjadi sehingga besarnya resiko terletak antara 0 dan 1 Ukuran besarnya resiko dalam epidemiologi mempunyai arti penting karena merupakan indeks dalam analisis data epidemiologis.
KONSEP DASAR RESIKO Besarnya resiko untuk terkena suatu penyakit dapat dihitung dan dibandingkan dengan cara menghitung besarnya insidensi suatu penyakit antara orang yang terpapar dengan penyebab penyait tersebut dengan orang yang tidak terpapar.. Perhitungan ini dapat diperoleh pada penelitian prospektif terpapar prospektif baik baik karena intervensi alam atau oleh peneliti. Disamping itu, perhitungan dan perbandingan besarnya resiko dapat pula diperkirakan dari besarnya pemaparan terhadap faktor penyebab penyakit yang diterima diterima oleh sekelompok penderita dan bukan buk an penderita. Hal ini dapat diperoleh dari suatu penelitian retrospektif retrospektif atau atau case control study. study. Bila sekelompok individu terpajan oleh faktor penyebab penyakit maka ada sebagian individu akan menderita sakit sehingga besarnya resiko atau probabilitas terkena penyakit adalah banyaknya individu yang menderita dibagi dengan banyaknya individu dalam kelompok. Hal ini juga terjadi pada kelompok individu yang tidak terpajan oleh faktor penyakit, tetap akan ada individu yang sakit sak it sehingga probabilitas probabilitas atau resiko tanpa pemaparan adalah jumlah individu yang menderita sakit dibagi dengan jumlah individu dalam kelompok itu. Untuk memgetahui memgetahui besarnya pengaruh pemaparan terhadap timbulnya penyakit dapat dilakukan dengan membandingkan membandingkan besarnya resiko antara antara kelompok terpajan dengan kelompok tidak terpajan.
KONSEP DASAR RESIKO (2) Sekelompok individu (A) Terpajan oleh faktor Penyebab penyakit
Besarnya resiko Akibat pemaparan = a/A
Sekelompok individu (B) Tidak terpajan oleh faktor Penyebab penyakit
Besarnya resiko Tanpa pemaparan = b/B RESIKO ATRIBUT = a/A ± b/B
Sebagian individu Menderita sakit (a)
Sebagian individu Tidak sakit (a¶)
Sebagian individu Menderita sakit (b)
Sebagian individu Tidak sakit (b¶)
RESIKO RELATIF = a/A : b/B
RESIKO ATRIBUT = ATTRIBUTABLE RISK PENGERTIAN Resiko atribut adalah selisih antara angka insiden kelompok terpajan dengan angka insiden kelompok tidak terpajan dan hasilnya dianggab sebagai akibat pemaparan oleh penyebab penyakit ( atribut). a tribut). KEGUNAAN 1. Memberi penerangan kepada masyarakat tentang manfaat yang diperoleh bila faktor penyebab penyakit dapat dihindarkan. 2. Menyusu Menyusun n rencana rencana pence pencegaha gahan n penyaki penyakitt dengan cara cara menghilangkan atau mengurangi µatribut¶ atau faktor yang dianggab sebagai penyebab timbulnya penyakit. CONTOH Hubungan antara rokok dengan karsinoma paru. 1. Dari 100 orang orang perokok perokok ditemukan ditemukan 5 orang orang yang menderi menderita ta Ca paru, sehingga besarnya resiko = 0.05. 2. Dari 100 orang bukan perokok perokok ditemukan ditemukan 2 orang yang menderita menderita Ca paru sehingga besarnya resiko = 0.02 Dengan demik demikian ian resiko atribut atribut adalah 0.05 ± 0.02 = 0.03 yang artinya ada 3 % kejadian Ca paru dikarenakan faktor rokok. Jadi sebenarnya ada 3 % orang lagi lag i yang tak sakit andainya andai nya dia tidak merokok.
RESIKO RELATIF = RELATIVE RISK PENGERTIAN Resiko relatif atau Relative risk adalah ratio atau perbandingan antara angka insiden kelompok yang terpajan dengan angka insiden kelompok tidak terpajan. Resiko relatif disebut juga sebagai Risk Ratio. CIRI-CIRI RESIKO RELATIF 1. Resi Resiko ko rela relati tiff tid tidak ak men enya yata taka kan nb bes esar arny nya a insi inside dens nsii 2. Resi Resiko ko rel relat atif if dipe dipero role leh h dari dari hasi hasill pene peneli liti tian an pros prospe pekti ktiff sedan sedangka gkan n res resiko iko relatif yang diperoleh dari data retrospektif disebut Odd Ratio yang hanya merupakan perkiraan saja. 3. Resi Resiko ko rela relati tiff men menyat yataka akan n bes besar arnya nya resko resko yang yang harus harus dita ditang nggu gung ng oleh oleh kelompok terpajan dibandingkan dengan kelompok k elompok tidak terpajan. 4. Resi Resiko ko rela relati tiff tida tidak k men mengu gukur kur be besa sarn rnya ya pr prob obab abil ilit itas as ses seseo eora rang ng akan akan terkena penyakit sebagai akibat pemaparan oleh faktor penyebab penyakit. 5. Ting Tinggi ginya nya resi resiko ko rela relati tiff dapa dapatt dig diguna unakan kan unt untuk uk memp memper erkua kuatt duga dugaan an adanya hubungan sebab akibat, makin tinggi nilai RR kemungkinan adanya hubungan sebab akibat menjadi semakin besar. 6. Resi Resiko ko rela relati tiff meru merupa pakan kan suat suatu u Rati Ratio. o. Deng Dengan an de demi mikia kian, n, mas masin ing-m g-masi asing ng resiko akan hilang, sehingga bila ditemukan RR tinggi kita tidak tahu apakah karena resiko terpajan yang tinggi atau karena resiko tidak terpajan yang rendah. Untuk menghindari mis interpretasi ini, hendaknya pada RR disertakan pula besarnya resiko masing2 kelompok.
CONTOH RESIKO RELATIF (1) 1.
DARI PENELITIAN PROSPEKTIF Dari 1000 orang perokok, terdapat 90 orang ora ng menderita Ca kandung kemih dan dari 1000 orang bukan perokok terdapat sebanyak 30 orang penderita Ca kandung kemih. Besarnya resiko yang harus ditanggung oleh perokok yang terkena Ca kandung kemih dibanding dengan bukan perokok dapat dapa t dijelaskan dalam tabel kontingensi dibawah ini. Ca positif
Ca negatif
Jumlah
Resiko
Perokok
90
910
1000
0.09
Bukan perokok
30
970
1000
0.03
Jumlah
120
1880
2000
RR=3.0
Kesi Ke sim mpu pula lan n:
Resi Resik ko pe perokok okok un untu tuk k ter terk ken ena a Ca Ca kan kandu dung ng kemih emih 3 kali lebih besar dibandingkan dengan bukan perokok.
CONTOH RESIKO RELATIF (2) 2.
DARI PE PENELITIAN RE RETROSPEKTIF Misalkan pada 100 orang penderita Ca paru terdapat 5 orang perokok, sedangkan pada 100 orang bukan penderita Ca paru terdapat 2 orang perokok, maka besarnya Odd ratio dapat dijelaskan dalam da lam tabel kontingensi dibawah ini :
Ca Paru
Perokok Pos
Perokok Neg
Jumlah
Resiko
Positif
5
95
100
0.0526
Negatif
2
98
100
0.0204
Jumlah
7
193
200
OR=2.6
Odd ratio = 5 X 98 / 2 X 95 = 490/190 490 /190 = 2.6 Kesim esimpu pula lan n:
Besarn Besa rnya ya resik esiko o pend pendeerita rita Ca par paru u yan yang g me mempu puny nyai ai pengalaman terpajan oleh rokok 2.6 kali lebih besar dengan tidak terpajan oleh rokok.
INTERAKSI
PENGERTIAN Resiko timbulnya suatu penyakit tidak hanya disebabkan adanya satu faktor saja, tetapi dapat terdiri dari dua atau lebih faktor fak tor yang secara bersamabersamasama mempengaruhi mempengaruhi timbulnya penyakit. Proses interaksi terjadi bila dua atau lebih faktor resiko secara bersama mempengaruhi mempengaruhi timbulnya penyakit penyak it atau bila insidensi suatu penyakit ditimbulkan oleh dua faktor atau lebih yang besar resikonya berbeda dengan resiko gabungan masing-masing masing-masing faktor f aktor ( Mc Mahon ). Ini berarti bahwa suatu penyakit yang ditimbulkan oleh dua faktor fak tor secara bersamaan pada seseorang maka orang yang terpajan oleh dua faktor f aktor tsb, mempu nyai resiko yang berbeda dengan besarnya resiko gabungan faktor tsb. Untuk menghitung besarnya interaksi, telah dikembangkan 2 model yaitu : 1.
Model penjumlahan
2.
Model perkalian
INTERAKSI , MODEL PENJUMLAHAN PENJ UMLAHAN (1)
PENGERTIAN Model penjumlahan ialah menghitung perbedaan antara resiko yang diakibatkan oleh gabungan dua faktor atau lebih dengan jumlah dari resiko masing-masing faktor. Karena perbedaan antara resiko dua faktor atau lebih secara bersama dapat menghasilkan nilai yang ya ng lebih kecil atau lebih besar atau sama dengan deng an jumlah resiko yang diakibatkan oleh masing-masing faktor maka dalam model ini dikenal : 1. Interaksi positif ( si sinergis ) 2. Interaksi negatif ( antagonis ) 3. Tidak ada interaksi Suatu interaksi dikatakan positif apabila resiko yang ditimbulkan oleh beberapa faktor tsb lebih besar dari pada jumlah resiko masing-masing faktor, sedangkan apabila lebih kecil disebut interaksi negatif dan bila tak terdapat perbedaan dikatakan tidak terjadi interaksi.
INTERAKSI , MODEL PENJUMLAHAN PENJ UMLAHAN (2)
Misalnya ada dua faktor x dan y yang dapat berpengaruh terhadap timbulnya suatu penyakit. Angka insidensi yang disebabkan oleh faktor x dan y diberi tanda 1, sedangkan angka insidensi yang tidak disebabkan oleh x dan y diberi tanda 0, maka kombinasinya adalah sbb :
P00 : P10 P10 : P01 P01 : P11 :
Tak ada fa fakto ktor y (0 (0)
Ada fakto ktor y (1 (1))
Tak ada faktor x (0)
P00
P01
Ada faktor x (1)
P10
P11
Angka Angka gka Angka gka Angka
in insidensi tanpa faktor x dan y insidensifakt aktor x tanp anpa fakt aktor y in insidensi faktor y tanpa fakt aktor x in insidensi de dengan faktor x dan y
Bila P00 dipakai sebagai referensi maka : P10±P00= P10±P00= Efek dari dari faktor x tanpa faktor y P01-P00= P01-P00= Efek d dari ari faktor y tanpa faktor faktor x P11-P0 P11-P00= 0= Efek dari faktor faktor x dan y
Maka dikatakan Sinergis : P11-P00 P11-P00 > (P10-P00)+(P01-P00) Antagonis: P11-P00 < (P10-P00)+(P01-P00) Tak ada interaksi bila : P11-P00 = (P10-P00)+(P01-P00) atau P11/P00-1=(P10/P00-1)+P01/P00-1) P11/P00-1=(P10/P00-1 )+P01/P00-1) atau a tau Rxy Rxy ± 1 = ( Rx ± 1 ) + ( Ry - 1 )
INTERAKSI : MODEL PERKALIAN PENGERTIAN Model ini menyatakan jumlah pertambahan resiko awal yang disebabkan diseba bkan adanya satu atau beberapa faktor penyebab timbulnya penyakit. Misalnya resiko timbulnya suatu penyakit tanpa adanya faktor x dan y adalah 3 permil, dengan adanya faktor x resiko tersebut meningkat 3 kali yang berarti menjadi 9 permil. Contoh : Fy tidak
Fy Ya
RR tidak
RR ya
Fx Tidak
2.0
12.0
1.0
6.0
Fx Ya
8.0
48.0
4.0
24.0
Efek X = Rx = 8.0/2.0 = 4.0 Efek Y = Ry Ry = 12.0/2.0 = 6.0 Efek X dan Y = Rxy = 48.0/2.0 = 24.0 atau Rxy = Rx kali Ry
INDEKS KESEHATAN
PENGERTIAN Untuk menilai kondisi kesehatan masyarakat, dibutuhkan suatu ukuran yang dapat digunakan sebagai indikator penilaian kondisi kesehatan masyarakat. Indeks kesehatan yang dapat digunakan ada banyak sekali, tetapi yang akan dibahas disini hanya hany a indeks kesehatan yang banyak digunakan untuk keperluan epidemiologis yaitu : 1. Indeks fertilitas 2. Indeks morbiditas dan 3. Indeks mortalitas Ketiga indeks kesehatan ini berhubungan dengan atau bersangkutan dengan peristiwa penting dalam kehidupan manusia, oleh karena itu sering disebut juga sebagai sebaga i Vital statistic terutama yang berhubunan dengan kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan penyakit (morbiditas).
1. INDEKS FERTILITAS (1)
1.
ANG ANGKA KE KELAHI AHIRAN RAN KAS KASAR AR = CRU CRUDE DE BIR BIRTH RAT RATE E = CBR Angka kelahiran kasar adalah semua kelahiran hidup yang dicatat dalam satu tahun dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang y ang sama dikalikan dengan 1000 permil. Jumlah kelahiran hidup yang dicatat CBR = ---------------------------------------------------X 1000 Jlh pdd pd pertengahan tahun yg sama Angka kelahiran ini disebut kasar karena sebagai penyebut digunakan jumlah penduduk yang berarti termasuk penduduk yang tidak punya puny a peluang untuk melahirkan melahirkan diikut sertakan seperti anak2, laki2 dan wanita usia lanjut. Angka ini dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat fertilitas secara umum dalam waktu singkat tapi kurang sensitif misalnya: a. Membandingkan tingkat fertilitas 2 wilayah b Mengukur Mengukur perub perubahan ahan fertilit fertilitas as karena perubahan perubahan pada tingkat tingkat kelahir kelahiran an akan menimbulkan menimbulkan perubahan pada jumlah penduduk
1. INDEKS FERTILITAS (2)
2.
ANG ANGKA FERTI ERTILI LITA TAS S UMUM UMUM = GEN GENER ERAL AL FERTI ERTILI LITY TY RATE RATE = GFR Angka fertilitas umum adalah jumlah kelahiran hidup dalam waktu w aktu 1 tahun dibagi dengan jumlah penduduk wanita usia subur ( 15-49 ) tahun dikalikan suatu konstanta misalnya 1000 permil. Jlh kelahiran hidup dalam 1 tahun GFR GFR =
--------------------------------------------------------------------------X -X 1000 1000 Jlh wanita usia subur pd suatu daerah
Angka ini digunakan untuk mengetahui secara umum tingkat kesuburan rata-rata wanita usia subur di suatu sua tu daerah tanpa dapat diketahui siapa atau pada golongan golonga n usia berapa yang paling subur.
1. INDEKS FERTILITAS (3) 2.
ANG ANGKA FERTI RTILITA LITAS S MENUR ENURU UT GOLO LONG NGAN AN USIA SIA ( AGE SPESIFIC FERTILITY RATE ) = ASFR Angka fertilitas fertilitas menurut golonngan umur adalah jumlah kelahiran hidup oleh ibu pada golongan umur tertentu yang dicatat selama satu tahun perseribu penduduk wanita pada golongan umur tertentu pada tahun yang sama. Jlh kelahiran hidup oleh ibu pd gol. umur tertentu ASFR ASFR = ---------------------------------------------------------------------------------------------------------X -X 1000 1000 Jlh pdd wanita pd gol umur tertentu tahun yg y g sama Angka fertilitas fertilitas menurut golongan umur dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan angka kelahiran kasar atau angka fertilitas umum karena tingkat kesuburan pada tiap umur tertentu tidak sama, sehingga gambaran kelahiran k elahiran menjadi lebih teliti. Jika masa subur wanita antara 15 ± 49 tahun, dengan interval interval 5 tahun akan dapat diperoleh 7 golongan umur yang disusun menjadi suatu frekuensi frek uensi distri busi. Dengan demikian dapatlah diketahui pada golongan umur berapa tingkat fertilitas atau kesuburannya paling tinggi.
1. INDEKS FERTILITAS (4) 3.
ANG ANGKA FERTI ERTILI LITA TAS S TO TOTA TAL L = TO TOTAL TAL FER FERTI TILI LITY TY RATE RATE = TFR TFR Angka fertilitas fertilitas total adalah ad alah jumlah angka fertilitas menurut golongan umur selama satu tahun selama masa usia subur sub ur wanita. Dengan demikian apabila interval usia yang digunakan adalah 5 maka TFR adalah Jumlah ASFR dikalikan dengan 5.
Contoh : UMUR
JLH WANITA
JLH KELAHIRAN
ASBR (permil)
15 ± 20
28.000
1.067
38.1
20 ± 25
30.000
3.501
116.7
25 ± 30
25.000
2.513
100.5
30 ± 35
28.000
1.506
53.8
35 ± 40
24.000
588
24.5
40 ± 45
20.000
110
5.5
45 - 50
5.000
0
0
JUMLAH
160.000
9.285
339.1
Karena interval interval = 5 maka TFR = 5 x 339.1 = 1.695,5 permil permil artinya Ada 1695,5 bayi dilahirkan hidup dari tiap 1000 wanita w anita usia subur.
2. ANGKA KEMATIAN (1) 1.
ANG ANGKA KE KEMATI ATIAN KASAR SAR = CRUD CRUDE E DEAT DEATH H RATE ATE = CD CDR Angka kematian kasar adalah jumlah kematian oleh semua sebab yang dicatat selama satu tahun perseribu penduduk pada pertengahan tahun yang y ang sama. Angka ini disebut kasar karena tanpa memperhatikan kelompok umur atau sebab tertentu yang mempunyai tingkat kematian yang berbeda. Jlh kematian yg dicatat selama satu tahun AKK AKK =
------------------------------------------------------------------------------------- X 10 1000 Jlh pdd pada pertengahan tahun yg sama
Angka kematian kasar ini hanya memberikan memberikan gambaran umum tentang keadaan kematian di suatu daerah. Angka ini sangat tergantung dengan komposisi umur dan jenis kelamin penduduk setempat. Oleh karena itu AKK tidaklah tepat digunakan untuk membandingkan perbedaan derajat kesehatan dari dua tempat yang berbeda. Agar dapat dipakai untuk perbandingan, maka AKK harus dilakukan koreksi sehingga didapatkan suatu angka kematian yang sudah dikoreksi dik oreksi atau distandardisasi yaitu Standardized Death Rate atau SDR.
2. ANGKA KEMATIAN (2) 2.
ANG ANGKA KEMAT EMATIA IAN N UMUR UMUR SPES SPESIF IFIK IK = AG AGE SPE SPESI SIF FIC DEAT DEATH H RATE = ASDR Spesifikasi angka kematian dapat dilakukan atas dasar umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, sebab tertentu dll. ASDR adalah angka kematian yang terjadi dikalangan penduduk usia tertentu. Jlh kematian pd gol usia tertentu selama 1 tahun ASDR ASDR = ------------------------------------------------------------------------------------------------X --X 1000 1000 Jlh pdd golongan golonga n usia tertentu pd tengah tahun MANFAAT ASDR : a. Mengetahui Mengetahui dan menggambar menggambarkan kan derajat derajat kesehatan kesehatan masyarakat masyarakat pd golongan umur tertentu. b. Membandingka Membandingkan n taraf taraf kesehata kesehatan n masyarakat masyarakat di di berbagai berbagai wilayah. wilayah. c. Menghit Menghitung ung rata-ra rata-rata ta harap harapan an hidup. hidup.
2. ANGKA KEMATIAN (3) 3.
STANDARDIZED DEATH RATE = SD SDR SDR adalah angka kematian kasar yang sudah distandardisasi agar dapat dipakai sebagai perbandingan antara berbagai tempat yang berbeda. CARA STANDARISASI ANGKA KEMATIAN KASAR. a. Susunlah penduduk yang ada menurut golongan umur tertentu b. Susunlah kematian yang ada menurut golongan umur yang sesuai dengan golongan umur penduduk c. Hitun Hitungl glah ah Age Spe Spesi sific fic Death Death Rate Rate unt untuk uk tiap tiap golo golonga ngan n umur. umur. d. Buatla Buatlah h Standar Standard d Popula Populatio tion n atau penduduk penduduk stan standar dar denga dengan n cara menj menjum um lahkan masing2 penduduk di daerah yang akan dibanding kan angka kematiannya. e. Hitun Hitungl glah ah jumlah jumlah kema kemati tian an yang terj terjadi adi pada pada tiap tiap golon golongan gan umur umur pada pada satndard population, menurut ASDR dari daerah2 tsb. f. Jumlah Jumlahkan kan kema kemati tian an pada pada pendud penduduk uk stand standar ar tsb tsb apabi apabila la hanya hanya digunaka digunakan n ASDR dari satu daerah saja. g. Hitun Hitungl glah ah SDR untu untuk k masi masing2 ng2 daerah daerah deng dengan an cara cara mem membag bagii jumlah jumlah kematian pada point f. ,dengan jumlah penduduk dari standard population.
CONTOH PERHITUNGAN STANDARDIZED DEATH RATE (1) Disuatu wilayah terdapat dua daerah yang berbeda, Daerah A adalah daerah yang tergolong kurang maju dibandingkan dengan daerah B. Namun pada suatu survei didapatkan CDR daerah A = 7 permil sedangkan CDR daerah B = 10 permil. Hal ini sepintas menunjukkan kematian lebih banyak pada B sehingga seolah-olah derajat kesehatan B lebih buruk pada A yang kurang maju. Komposisi penduduk masing2 adalah sbb :
UMUR
Pdd Daerah A
Pdd Daerah B
0 - 10
500.000
50.000
11 ± 20
200.000
150.000
21 ± 30
200.000
250.000
31 ± 40
100.000
200.000
41 ± 70
90.000
200.000
71 - 90
10.000
200.000
JUMLAH
1.100.000
1.050.000
JLH KEMATIAN
7.700
10.500
CDR
7 Permil
10 Permil
CONTOH PERHITUNGAN STANDARDIZED DEATH RATE (2) Komposisi ASDR daerah A dan B diperinci sbb : UMUR
PENDUDUK A
KEMATIAN
ASDR
0 ± 10
500.000
2.500
5
11 ± 20
200.000
1.000
5
21 ± 30
200.000
900
4,5
31 ± 40
100.000
800
8
41 ± 70
90.000
1.800
20
71 ± 90
10.000
700
70
JUMLAH
1.100.000
7.700
UMUR
PENDUDUK B
KEMATIAN
ASDR
0 ± 10
50.000
500
10
11 ± 20
150.000
1.200
8
21 ± 30
250.000
1.250
5
31 ± 40
200.000
1.800
9
41 ± 70
200.000
2.000
10
71 ± 90
200.000
3.750
18,75
JUMLAH
1.050.000
10.500
CONTOH PERHITUNGAN STANDARDIZED DEATH RATE (3) Komposisi setelah standardisasi ( penduduk A dan B dijumlahkan ) UMUR
Pdd Std
ASDR A
ASDR B
0 ± 10
550.000
5/1000X 550.000= 2.750
10/1000X550.000= 5.500
11 ± 2 0
350.000
5/1000X/350.000= 1.750
8/1000X350.000= 2.800
21 ± 30
450.000
4,5/1000X450.000= 2.025
5/1000X450.000= 2.250
31 ± 40
300.000
8/1000X300.000= 2.400
9/1000X300.000= 2.700
41 ± 70
290.000
20/1000X290.000= 5. 5.800
10/1000X290.000= 2.900
71 ± 90
210.000
70/1000X210.000= 14 14.700
18,75/1000X210.000=3.938
J LH
2.150.000
29.475
20.088
KESIMPULAN: SDR A = 29.425/2.150.000 x 1000 = 13.7 Permil Permil SDR B = 20.088/2.150.000x 1000 = 9.3 Permil Permil JADI SDR A > SDR B , SEHINGGA KONDISI B LEBIH BAIK
2. ANGKA KEMATIAN (4)
4.
ANG ANGKA KEMAT EMATIA IAN N BAYI BAYI = INF INFAN ANT T MOR MORTA TALI LITY TY RATE RATE = IMR IMR IMR adalah jumlah kematian bayi berumur kurang dari satu tahun yang dicatat selama satu tahun perseribu kelahiran hidup pada pa da tahun yang sama. Jlh kematian kematian umur umur 0 ± 1 thn tercatat tercatat selama 1 thn IMR IMR =
-------------------------------------------------------------------------------------------------X X 1000 1000 Jumlah kelahiran hidup pd tahun yg sama s ama
Keuntungan IMR adalah apabila keadaan penduduk di tempat tersebut cukup stabil, maka IMR dapat dapa t dipakai sebagai indikator yang cukup baik terutama untuk memberi gambaran keadaan kebersihan lingkungannya. Namun apabila keadaan penduduknya tidak stabil atau cepat berubah maka angka ini sukar dipakai sebagai pegangan
2. ANGKA KEMATIAN (5)
5.
ANG ANGKA KEMAT EMATIA IAN N NEO NEONATA NATAL L = NEO NEONA NATA TAL L MORT MORTAL ALIT ITY Y RATE = NMR. NMR adalah jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari da ri 28 hari yang tercatat dalam satu tahun perseribu kelahiran hidup selama tahun yang sama. Jlh kematian bayi umur < 28 hari NMR NMR = ----------------------------------------------------------------------X X 100 1000 0 Jlh kelahiran hidup pd thn yg sama Tinggi rendahnya NMR digunakan untuk mengetahui : a. Tinggi Tinggi rend rendahny ahnya a usaha usaha perawata perawatan n post post natal. natal. b. Program immunisasi c. Pert Pertol olong ongan an pe persa rsali linan nan d. Penyak Penyakit it infek infeksi si terut terutama ama ISPA ISPA
2. ANGKA KEMATIAN (6)
6.
ANG ANGKA KEM KEMAT ATIA IAN N PER PERIN INAT ATAL AL = PER PERIN INAT ATAL AL MORTAL RTALIT ITY Y RAT RATE E= PMR Angka kematian perinatal menurut WHO adalah jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan 28 minggu atau lebih ditambah dengan jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 7 hari yang dicatat selama satu tahun per seribu kelahiran hidup pada tahun yang y ang sama. Ada sebagian ahli mengatakan bahwa angka kematian perinatal adalah jumlah kematian janin yang beusia 20 minggu keatas sampai 28 hari setelah dilahirkan. Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya AKP adalah : 1. Banyaknya bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR) 2. Status gizi ibu dan bayi 3. Keadaan sosial ekonomi 4. Penyakit infeksi terutama ISPA 5. Pertolongan persalinan
2. ANGKA KEMATIAN(7)
7.
ANG ANGKA KEMAT EMATIA IAN N BAL BALIT ITA A = UNDE UNDERF RFIV IVE E MO MORTAL RTALIT ITY Y RAT RATE E Angka kematian balita adalah gabungan antara angka kematian bayi dengan kematian anak usia 1 sampai 4 tahun. Jadi, angka kematian balita adalah jumlah kematian balita yang ya ng dicatat selama satu tahun per seribu jumlah penduduk balita (termasuk bayi )pada tahun yang sama. Angka kematian balita sangat penting untuk mengukur taraf kesehatan masyarakat karena angka ini merupakan indikator yang sensitif untuk mengukur status kesehatan bayi dan anak. Tinggi rendahnya angka ini dipengaruhi oleh program pelayanan pelayana n kesehatan, program immunisasi , perbaikan gizi, sosial ekonomi dan taraf pendidikan formal masyarakat dan penyakit infeksi.
2. ANGKA KEMATIAN(8)
8.
ANG ANGKA KEMAT EMATIA IAN N KAREN ARENA A SEB SEBAB AB TE TERT RTEN ENTU TU = CAUS CAUSE E SPESIFIC DEATH RATE = CPDR. Angka kematian karena sebab tertentu adalah jumlah kematian karena sebab penyakit tertentu yang dicatat selama satu sa tu tahun per 100.000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Angka ini sering digunakan dalam epidemiologi untuk mengetahui frekuensi kematian yang disebabkan karena penyakit tertentu. Angka ini dapat lebih dirinci menurut golongan go longan umur, jenis kelamin dan lain-lain sesuai kebutuhan. Angka ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun rencana pencegahan dan pemberantasan penyakt tertentu selain untuk mengetahui tingginya resiko kematian akibat terpajan oleh faktor penyebab tertentu.
2. ANGKA KEMATIAN(9)
9.
CASE FATALITY RATIO = CFR Case fatality ratio adalah perbandingan antara jumlah kematian karena penyakit tertentu yang terjadi selama satu tahun dengan jumlah penderita penyakit tertentu pada tahun yang sama. CFR digunakan untuk mengetahui penyakit2 dengan tingkat kematian yang tinggi di rumah sakit dan dapat dirinci berdasarkan golongan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dll sesuai kebutuhan.
10.
PROPORSI KE KEMATIAN BALITA Proporsi kematian balita adalah perbandingan antara jumlah kematian balita yang dicatat selama satu tahun dengan jumlah seluruh k ematian pada tahun yang sama. Manfaat proporsi ini sama dengan angka kematian balita tetapi tidak bisa digunakan untuk membandingkan dengan daerah lain
2. ANGKA KEMATIAN(10)
11. 11.
ANGK ANGKA A KEM KEMAT ATIA IAN N IBU IBU = MAT MATER ERNA NAL L MOR MORTA TALI LITY TY RATE RATE = MMR Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu sebagai seba gai akibat atau komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas yang dicatat dica tat selama satu tahun per seribu kelahiran hidup pada tahun tah un yang sama. Sebagai pembilang tidak tergantung dari lamanya kehamilan tetapi tidak termasuk ibu yang meninggal karena sebab lain yang tak berhubungan dengan proses reproduksi. Tinggi atau rendahnya MMR menunjukkan : 1. Ke Keada adaan an sosial sosial ek ekon onom omii 2. Kesehat Kesehatan an ibu sebel sebelum um hamil, hamil, persali persalinan nan dan dan nifas 3. Pelayan Pelayanan an kese kesehat hatan an terhad terhadap ap ibu ibu hamil hamil 4. Pertol Pertolonga ongan n persali persalinan nan dan perawaya perawayan n bumil bumil masa nifas nifas
3. ANGKA KESAKITAN
ANGKA KESAKITAN = ANGKA MORBIDITAS Angka morbiditas atau angka kesakitan adalah jumlah penderita yang dicatat selama satu tahun per seribu penduduk pendu duk pada pertengahan tahun yang sama. Angka ini dapat digunakan untuk : 1.
Meng Mengga gam mbark barkan an keada eadaan an kes keseehata hatan n sec secar ara a um umum
2.
Meng Menget etah ahui ui ke kebe berh rhas asil ilan an pro progr gram am pem pembe bera rant ntas asan an pen penya yaki kitt
3.
Mengetahui keadaan sanitasi lingkungan
4.
Memp Memper erol oleh eh gamb gambar aran an pe peng nget etah ahua uan n pe pend ndud uduk uk terh terhad adap ap pelayanan kesehatan.
BEBERAPA DEFINISI ISTILAH PENTING DALAM EPIDEMIOLOGI (1) (1) 1.
CARRIER Manusia atau hewan tempat tinggal suatu agent menular spesifik dengan adanya penyakit yang secara klinis tidak nyata tapi dapat bertindak sebagai sumber sumber infeksi yang cuku penting. penting. a. Incubatory carrier Carrier pada masa tunas atau masa inkubasi b. b. Convalescent Carrier Carrier sesudah masa penyembuhan c. Temporary carrier / Transient carrier Carrier sementara atau dalam waktu singkat d. Chronic Carrier Carrier dalam waktu lama
BEBERAPA DEFINISI ISTILAH PENTING DALAM EPIDEMIOLOGI (2) (2) 2.
CASE FATALITY RATE Persentasi penderita yang meninggal karena suatu penyakit terhadap seluruh penderita. penderita.
3.
CHEMOPROPHILAXIS Pemberian bahan kimia termasuk antibiotika pada manusia atau binatang untuk mencegah pertumbuhan atau perkembangan infeksi menjadi penyakit yang nyata. nyata.
4.
CLEANING Pemberian dengan cara menggosok dan mencuci dengan air panas, sabun atau deterjen atau dengan menghisap debu atau agent menular/zat menular/zat organik dari permukaan badan hospes. hospes.
BEBERAPA DEFINISI ISTILAH PENTING DALAM EPIDEMIOLOGI (3) (3) 5.
COMMUNIC OMMUNICABLE DISEASE Penyakit yang disebabkan oleh unsur / agent penyebab p enyebab menular tertentu atau hasil racunnya yang terjadi karena perpindahan / penularan agent atau hasilnya, dari orang sakit, hewan atau reservoir lainnya kepada pejamu yang rentan ( potensial host) host), baik secara langsung atau tak langsung melalui melalui hewan perantara ( vektor ) vektor ) atau lingkungan yang tidak hidup. hidup.
6.
COMMUNIC OMMUNICABLE PERIODE Waktu tertentu dimana agent menular dapat dipindahkan baik secara langsung maupun maupun tak langsung dari orang sakit ke orang lain , dari hewan sakit ke manusia atau dari orang sakit ke hewan. hewan.
BEBERAPA DEFINISI ISTILAH PENTING DALAM EPIDEMIOLOGI (4) (4) 7.
INC INCUBATION PERIOD Waktu antara terjadinya permulaan kontak dengan agent penyebab sampai timbulnya gejala yang pertama kali. kali .
8.
CONTAC ONTACT Orang atau hewan yang telah berhubungan / mengalami mengalami hubungan dengan orang atau hewan sakit atau lingkungan yang terkontaminasi terkontaminasi sehingga dapat memberi peluang menjadi sakit
9.
CONTAMINATION Adanya agent menular pada permukaan tubuh, pakaian, tempat tidur, mainan, alat bedah maupun benda / zat mati termasuk air dan makanan. makanan.
BEBERAPA DEFINISI ISTILAH PENTING DALAM EPIDEMIOLOGI (5) (5) 10.
POLUTION Keadaan yang secara langsung memperlihatkan perusakan lingkungan tetapi tak harus menular .
11.
DESINFEC DESINFECTION Peristiwa mematikan agent penyakit menular dengan bahan kimia, alat atau cara fisik yang mengenai langsung agent penyakit tersebut diluar tubuh. tubuh. a. Concurent desinfection desinfection Usaha desinfeksi secepatnya setelah pengeluaran bahan yang menular dari tubuh orang sakit atau setelah terjadi pengotoran oleh kotoran menular atau benda yang sebelumnya dianggabtak perlu didesinfeksi
BEBERAPA DEFINISI ISTILAH PENTING DALAM EPIDEMIOLOGI (6) (6) 11. 11.
12.
13.
b. Te Terrminal desin sinfec fection Usaha desinfeksi setelah penderita dipindahkan, meninggal, setelah tak lagi menjadi sumber infeksi, setelah isolasi is olasi atau tindakan lain yang sudah tidak dilakukan lagi. DESINFESTATION Semua proses fisik atau kimia untuk merusak / menghancurkan atau memusnahkan hewan-hewan kecil yang tak dikehendaki khususnya artropoda atau rodent yang berada pada orang, ora ng, pakaian atau lingkungan seseorang atau hewan peliharaan. ENDEMIC Adanya agent atau penyakit menular yang tetap dalam da lam suatu area geografis tertentu. Secara statistik dinyatakan endemi apabila angka kejadian suatu penyakit berada dalam rentang 2 kali Standar deviasi dibawah dan diatas rata-rata.
BEBERAPA DEFINISI ISTILAH PENTING DALAM EPIDEMIOLOGI (7) a. Hyper endemic Penularan hebat yang menetap b. Holo endemic Tingkat infeksi yang cukup tinggi sejak awal aw al kehidupan dan dapat mempengaruhi hampir seluruh populasi. 14.
EPIDEMIC Kejadian atau peristiwa dalam suatu masyarakat atau wilayah wila yah dari suatu penyakit tertentu yang secara nyata melebihi dari jumlah yang diperkirakan. a. Belum pernah ada/ telah telah hilang hilang menjadi menjadi ada walaupun hanya 1 b. Semula Semula ada dalam dalam jumlah jumlah terten tertentu tu menjadi menjadi berlipat berlipat ganda ganda (menurut deret ukur) dalam waktu tertentu. c. Secara statistik statistik dinyatakan dinyatakan epidemi epidemi apabila jumlah jumlah kejadian kejadian melebihi rata2 ditambah 2 kali standar deviasi.
BEBERAPA DEFINISI ISTILAH PENTING DALAM EPIDEMIOLOGI (8) (8) 15.
16.
17.
FUMIGATION Semua proses untuk mematikan hewan khususnya artropoda, rodent dan binatang kecil lainnya dengan menggunakan gas. IMMUN INDIVIDUAL Manusia atau hewan yang mempunyai antibodi khusus atau kekebalan seluler sebagai hasil infeksi yang terjadi sebelumnya, sebelumnya , immunisasi atau keadaan yang disebabkan kejadian khusus sebelumnya dan memberikan reaksi mencegah timbulnya penyakit. IMMUNITY Kekebalan yang dihubungkan dengan adanya antibodi khusus atau kekebalan seluler yang spesifik terhadap mikro organisme penyebab atau racunnya untuk menimbulkan penyakit. a. Active Active Humo Humoral ral Immun Immunity ity : keke kekebala balan n aktif aktif Kekebalan tubuh karena adanya antibodi yang dihasilkan oleh tubuh sendiri.
BEBERAPA DEFINISI ISTILAH PENTING DALAM EPIDEMIOLOGI (9) (9) 17. 17.
18.
19.
b. Pass Passiv ivee H Hum umor oral al Imm Immun unit ity y : kek kekeb ebal alan an pas pasif if Kekebalan yang didapat dengan pemindahan antibodi pelindung buatan dari serum hewan yang dikebalkan terhadap penyakit menular tertentu. ISOLATION Upaya pemisahan orang atau hewan yang sakit selama s elama masa penularan pada tempat / kondisi tertentu sebagai sebaga i usaha mencegah / membatasi kemungkinan penularan baik langsung atau tidak langsung kepada orang / hewan yang rentan QUARANTINE : KA KARANTINA Larangan atau pembatasan kegiatan orang atau hewan sehat yang y ang telah kontak / terpapar dengan kasus penyakit penya kit menular selama periode penularan untuk mencegah penularan selama masa inkubasi andaikata infeksi sudah terjadi
BEBERAPA DEFINISI ISTILAH PENTING DALAM EPIDEMIOLOGI (10) (10) 19.
a. Absolute / Complete Quarantine Pembatasan kebebasan gerak mereka yang terpapar penyakit tertentu untuk periode waktu tidak lebih dari waktu inkubasi terpanjang penyakit tersebut. tersebut. b. b. Modified Quarantine Pembatasan Pembatasan sebagian dari kebebasan bergerak terhadap mereka yang mengalami kontak, atas dasar dugaan / dicurigai memiliki kerentanan yang yang berbeda yang dihubungkan dengan bahaya terjadinya penularan penyakit. penyakit. 20. REPELLENT Bahan kimia yang diaplikasikan pada kulit atau pakaian atau tempat lain untuk mengurangi penyerangan oleh artropoda atau penusukan / masuknya agent lain kedalam kulit misalnya larva cacing .
BEBERAPA DEFINISI ISTILAH PENTING DALAM EPIDEMIOLOGI (11) (11) 21.
RESERVOIR Hewan, arthropoda, tanaman, tanah atau zat atau kombinasinya dimana agent yang menular dapat hidup dan berkembang secara normal. normal.
22.
VIRULENC VIRULENCE Tingkat patogenitas suatu agent menular yang dinyatakan oleh angka kefatalan kasus atau kemampuannya menyerang dan merusak pada pejamu. pejamu.
23.
ZOONOSIS Suatu infeksi atau penyakit menular yang secara alamiah dapat ditularkan dari hewan vertebrata ke pejamu manusia
BEBERAPA DEFINISI ISTILAH PENTING DALAM EPIDEMIOLOGI (12) (12) 24.
RESISTENC RESISTENCE Mekanisme tubuh yang secara keseluruhan membuat rintangan untuk berkembangnya penyerangan atau pembiakan agent menular atau kerusakan oleh racun yang dihasilkannya. dihasilkannya.
25.
SUSC SUSCEPTIBLE Orang atau hewan yang yang dianggab tidak mempunyai kekebalan atau daya tahan yang cukup untuk melawan agen patogen khusus untuk mencegah terjadinya infeksi atau penyakit jika mengalami keterpaparan pada agent
BEBERAPA DEFINISI ISTILAH PENTING DALAM EPIDEMIOLOGI (13) (13) 26.
TRANSMISSION OF INFECTIOUS AGENT Segala cara atau mekanisme dimana agent menular menyebar dari sumber atau reservoir ke manusia. a. Direct Transmission Penularan langsung atau pemindahan yang cepat agent menular ke pintu masuk yang sesuai sehingga timbul infeksi. b. Indi Indire rect ct Transm Transmiss ission ion.. 1. Vehicle Borne Bahan atau benda mati yang terkontaminasi yang menjadi media antara dimana agent menular terangkut dan masuk ke pejamu yang rentan melalui pintu masuk yang sesuai. sesua i. 2. Vector Borne Agent penyakit dibawa diluar tubuh ( mecanic Vector Borne ) atau masuk dalam tubuh / masuk ciclus hidup vector ( Biologic Vector Borne ). 3. Air Borne : Penyebaran melalui udara / aerosol berupa droplet atau dust ( debu )
BEBERAPA DEFINISI ISTILAH PENTING DALAM EPIDEMIOLOGI (14) (14) 27.
SURVEILANCE OF DI DISEASE. Pengawasan penyakit yang merupakan kelanjutan penelitian yang cermat dari segala aspek terjadinya dan penyebaran penyebara n penyakit yang berhubungan dengan penanggulangan yang berlaku, termasuk pengumpulan dan penilaian yang sistimatik terhadap : a. Laporan morbiditas dan mortalitas mortalitas b. Laporan khusus investigasi lapangan dari wabah dan kasus perorangan c. Isolasi dan identifikasi faktor penyebab penyakit menular melalui pemeriksaan laboratorium. d. Data tentang adanya, guna dan efek yang tidak menguntungkan menguntungkan dari vaccin dan toxoid, immun globulin, insectisida dan zat za t lain yang digunakan dalam kontrol. d. Informasi mengenai mengenai tingkat kekebalan kekebalan dalam kelompok atau golongan suatu populasi tertentu. e. Data epidemiologi lainnya yang berhubungan.
BEBERAPA DEFINISI ISTILAH PENTING DALAM EPIDEMIOLOGI (15) (15) 28.
29.
30.
31.
AGENT : Suatu kesatuan biologis, fisik dan kemih/excretant yang mempunyai kemampuan untuk menyebabkan penyakit. ANTIBODY Suatu protein / globulin yang terdapat dalam dala m cairan darah dan jaringan yang diproduksi sebagai reaksi atas rangsangan rangsa ngan suatu antigen spesifik dan mempunyai kemampuan untuk bergabung dengan antigen tersebut untuk menetralkan atau memusnahkannya. ANTIGEN Bagian atau produk dari suatu agent ag ent biologis yang mampu merangsang pembentukan antibody spesifik. ANTITOXIN Antibodi terhadap toxin (biasanya exotoxin) dari suatu mikroorganisme
BEBERAPA DEFINISI ISTILAH PENTING DALAM EPIDEMIOLOGI (16) 32.
33.
34.
35.
36.
ETIOLOGI Ilmu atau teori tentang penyebab penyakit; kumpulan pengetahuan tentang penyebab2 penyakit. EXPOSURE Kesempatan dari suatu host yang rentan untuk mendapatkan infeksi baik b aik dengan cara penularan langsung maupun tidak langsung. Suatu exposure atau pemaparan yang efektif akan berakhir dengan infeksi. IMUN SERUM GLOBLIN Larutan steril dari globulin yang y ang mengandung antibodi yang secara normal terdapat pada darah orang dewasa. KASUS Seorang yang sakit atau telah kena infeksi yang mempunyai gejala spesifik secara klinis, laboratoris dan epidemiologis. epidemiologis. KOHORT Suatu kelompok kelompok tertentu dari orang yang dipilih khusus untuk suatu penelitian.
BEBERAPA DEFINISI ISTILAH PENTING DALAM EPIDEMIOLOGI (17) 37. 37.
KEK EKEB EBAL ALAN AN KEL ELO OMPOK / HERD ERD IMM IMMUN UNIT ITY Y Daya tahan suatu kelompok masyarakat terhadap masuk dan menyebarnya suatu penyebab penyakit. Hal ini disebabkan karena adanya sebagian besar anggota kelompok yang kebal terhadap penyakit tersebut yang tersebar rata dalam kelompok masyarakat tersebut.
38.
PENCEMARAN /K /KONTAMINASI Adanya agent penyebab penyakit pada permukaan tubuh, pakaian, tempat tidur, mainan, mainan, pembalut atau alat bedah atau substansi atau benda mati mati lainnya termasuk air, susu dan makanan dll.
39.
RENTAN Seseorang atau hewan yang tidak punya daya tahan yang cukup cuku p untuk mencegah timbulnya timbulnya penyakit apabila mendapat infeksi bibit penyakit tertentu.
40.
SINDROM Kumpulan tanda dan gejala yang khas untuk penyakit peny akit tertentu.
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR ( PTM )
PENGERTIAN PTM
1.
PENY PENYAK AKIT IT KRON KRONIK IK : pen penya yak kit yang yang be berl rlan angs gsun ung g lam lama walaupun ada juga ptm yang akut misalnya keracunan.
2.
PENY PENYAK AKIT IT NON NON INF INFEK EKSI SI : peny penyak akit it yang yang bu buk kan dis diseb ebab abk kan karena infeksi tetapi bukan berarti tidak ada samasekali peranan mikroorganisme.
3.
New New com comm mun unic icab able le dise diseas asee : kar karen ena a peny penyak akiit ini ini dian diangg ggab ab berpotensi menular misalnya melalui gaya hidup/ life style, misalnya pola makan, sex bebas, penyalahgunaan narkoba dll.
4.
Penya Penyak kit de dege gene nera rati tiff : kar karen ena a ada adany nya a pro prose sess pe peru ruba baha han n fisi fisik k dan mental akibat degenerasi yang disebabkan karena usia tua.
KARAKTERISTIK PTM
1.
Penul Penular aran an tida tidak k melal elalui ui suat suatu u rant rantai ai pe penu nula lara ran n tert terten entu tu,,
2.
Masa inkubasi ya yang pa panjang.
3.
Berrlangsung lama Be ama / be berlaru arut-larut.
4.
Ban Banyak menyulitkan di diagnosa.
5.
Mempunyai varian ya yang lu luas.
6.
Memerlukan biaya tinggi.
7.
Fak Faktor tor pe peny nyeb ebab abny nya a multi ultik kausa ausall bahk bahkan an tid tidak ak jela jelass
PERBEDAAN PENYAKIT MENULAR DENGAN PTM
PM Banyak terjadi di negara berkembang Rantai penularan jelas. Berlangsung akut Penyebab mikroorganisme. Bersifat uni-kausa Diagnosis mudah Penyebab mudah diketahui Biaya relatif murah Jelas muncul kepermukaan Morbiditas dan mortalitas cenderung menurun
PTM 1. Banyak terjadi di di ne negara ma maju 2. Tidak ada rantai penularan 3. Berlangsung lama / kronis 4. Penyebab tidak jelas 5. Biasanya mu multi-kausa 6. Diagnosis su sulit 7. Sulit menemukan penyebab 8. Biaya mahal 9. Iceberg phenomenon lebih besar 10. 10. Morb Morbid idit itan an dan dan mor morta tali lita tass cenderung meningkat
PENGAMATAN PTM SECARA PERORANGAN KURANG BERMAKNA UNTUK MENETAPKAN HUBUNGAN NYA DENGAN PAPARAN/EXPOSURE KARENA : 1.
Masa Masa laten aten anta antarra exp expos osur uree de dengan ngan PTM PTM pan panjjang. ang.
2.
Frek Frekue uens nsii papa papara ran n fak fakto torr res resiiko yang yang tida tidak k ter terat atur ur
3.
Insiden PTM rendah
4.
Resiko paparan kecil
5.
Penyebab ya yang mu multi-kompleks
PENDEKATAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR(1) PENELITIAN EPIDEMIOLOGI UNTUK PTM Sebagaimana umumnya jenis penelitian epidemiologi, penelitian epid. Untuk PTM dapat dilakukan penelitian observational dan experimental atau intervensi. Tapi karena pelaksanaannya pelaksanaan nya memakan memakan waktu lama maka penelitian epidemiologi utk PTM kebanyakan dilakukan secara observational, antara lain : ±
Penelitian cross sectional
±
Case control study
±
Cohort study
PENDEKATAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR(2) Perhitungan frekuensi frekuensi PTM PT M Secara umum dikenal 3 macam perhitungan frekuensi PT yaitu: ±
±
±
Ratio : pembilang bukan bagian penyebut, biasanya tidak ada satuannya Proporsi : pembilang adalah bagian dari penyebut, biasanya satuannya digunakan persen atau permil Rate atau Angka : sejumlah orang sakit / population at risk pada suatu waktu tertentu. Biasa dalam persen. Note : perbandingan perbanding an rate antara kelompok terpapar dengan tidak terpapar disebut resiko relatif sedangkan selisih rate antara kedua kelompok itu disebut atributable risk.
FAKTOR RESIKO PTM (1)
PENGERTIAN Faktor resiko resiko adalah : ,, Characteristics, Characteristics, signs and symptoms in disease-free individual individual which are statistically statistically associated with w ith the incidence of susequent disease,, disease,, ( Simborg, DW ) Konsep Faktor resiko perlu dikembangkan dalam epidemiologi PTM karena : 1.
Tidak Tidak jelas jelasnya nya kaus kausa a PTM PTM dan ke keti tidak dakje jelas lasann annya ya dalam dalam hal nonnonmikroorganisme
2.
Meno Menonj njol olny nya a pe pene nera rapa pan n kon konse sep p mul multi tika kaus usal al pad pada a PTM PTM
3.
Kemu Ke mungk ngkin inan an adany adanya a pe pena namb mbaha ahan n atau atau inte interak raksi si antar antar re resi siko ko..
4.
Perk Perkem emban bangan gan meto metodol dologi ogik k telah telah memb member erii kem kemam ampua puan nu unt ntuk uk mengukur besarnya faktor resiko.
FAKTOR RESIKO PTM (2)
JENIS Menurut dapat tidaknya resiko resiko diubah : 1. Unch Unchan ange gebl blee risk risk fact factor or misaln salnya ya usi usia, gene geneti tik k. 2. Chang Changeb eble le risk risk facto factors rs misal isalnya nya ke kebi bias asaa aan n mer merok okok ok,, olah olahra raga ga.. Menurut kestabilan kestabilan peran faktor : 1. Susp Su spec ecte ted d risk risk fact factor orss : fak faktor tor yan yang g dicu dicuri riga gaii 2. Esta Establ blis ish h ris risk k fact factor orss : fak fakto torr yan yang g tel telah ah didu diduk kun ung g oleh oleh penelitian. Menurut dokumentasinya dokumentasinya 1. Well ducumented , 2. Le Lesss documented Menurut kek kekuatannya uatannya 1. Strong , 2. Weak
FAKTOR RESIKO PTM (3)
KEGUNAAN 1.
Predi Predik ksi : Mer Meram amal alka kan nk kej ejad adia ian n pen penya yaki kit, t, misa misalm lmya ya per perok okok ok berat mempunyai kemungkinan 10 kali lebih besar untuk ca paru drpd bukan perokok.
2.
Peny Penyeb ebab ab:: kej kejel elas asan an/b /ber erat atny nya a seba sebaga gaii peny penyeb ebab ab set setel elah ah menghilangkan menghilangkan faktor f aktor pengganggu( confounding factor ).
3.
Diag Diagno nossis : membant bantu u pr prose oses diag diagno nosi siss.
4.
Prev Preven ensi si : Jik Jika satu satu ffak akto torr pe peny nyeb ebab ab,, pen pengu gullanga angan n dap dapat at digunakan untuk pencegahan penyakit meskipun mekanisme penyakit sudah diketahui atau tidak.
FAKTOR RESIKO PTM (4) KRITERIA FAKTOR RESIKO. 1.
Kek Ke kuata uatan n hub hubun unga gan n : ada adany nya a res resik iko o yan yang g rel relat atiif tin tingg ggii
2.
Tem Te mporal : Ka Kausa mendahului akibat
3.
Resp Respon on terh terhad adap ap dosi dosis: s: makin akin bes besar ar pap papar aran an makin akin tin tingg ggii kejadian penyakit
4.
Reve Revers rsib ibil ilit itas as:: pe penu nuru runa nan n papa papara ran n akan akan diik diikut utii pen penur urun unan an kejadian penyakit
5.
Kons Konsis iste tens nsii : kej kejad adia ian n yang yang sam sama a akan akan ber berul ulan ang g pad pada a wak waktu tu,, tempat dan penelitian lain
6.
Kela Ke laya yak kan biol biolog ogis is:: ses sesua uaii den denga gan n kon konse sep p bio biolo logi giss
7.
Spes Sp esif ifis isit itas as:: sat satu u pen penye yeba bab b men menye yeba babk bkan an sat satu u akib akibat at
8.
Anal Analog ogii : ada ada kesam esamaa aan n untu untuk k pen penye yeba bab b dan dan ak akibat ibat yan yang g serupa
CONTOH FAKTOR RESIKO PTM
1.
Rokok
2.
Alkohol
3.
Dieet/makanan
4.
Gaya hidup
5.
Obesitas
6.
Asbes
7.
Radiasi
8.
Sexual behaviour
9.
Obat2an
RISK FACTOR AND MAJOR DISORDER (1)
RISK FACTORS 1. Depression 2. Family history 3. High annual milleage 4. Seat belt no non-usage 5. Increased al alcohol ha habits 6. Drugs and medication 7. Increased al alcohol ha habits 8. History of bacterial pnumonia 9. Presence of bronchitis 10. 10. Incr Increa ease sed d sm smokin oking g habit habitss
MAJOR DISORDER Suicide 1,2 Motor vehicle accidents 3,4,5,6
Pneumonia 7,8,9,10
RISK FACTOR AND MAJOR DISORDER (2)
RISK FACTOR
MAJOR DISORDER
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Homicide 1,2
Presence of cr crime re record Weapon carried Increased al alcohol ha habits Increased smoking habits Blo Blood ch cholesterol ra raised Blo Blood pressure elevated Presence of diabetes Fam Family history ory of diabetes
Cirrhosis of liver 3 Cancer of lung 4 Cerebrovascular and peripheral arterial disease. 4,5,6,7,8
RISK FACTOR AND MAJOR DISORDER (3) RISK FACTORS 1.
Increased smoking habits
2.
Blood ch cholesterol ra raised
3.
Blood pressure el elevated
4.
Diabetes
5.
Famity history of diabetes
6.
Weigh
7.
Lack of exercise
8.
Family history of ischaemic heart disease
9.
Rectal polyp
10.
Rectal bleeding
11. 11.
Ulcerativ ativee coli olitis
12. 12.
Proc Procto tosi sigm gmoi oido dosc scop opy y not not done done
MAJOR DISORDER Arterioslerotic Arterioslerotic heart disease 1,2,3,4,5,6,7,8.
Cancer of intestine and rectum 9,10,11,12.
TINGKATAN UPAYA PENCEGAHAN PTM (1)
1.
PRIMORDIAL UPAYA INI DIMAKSUDKAN DENGAN MEMBERIKAN KONDISI PADA MASYARAKAT YANG MEMUNGKINKAN PENYAKIT TIDAK MENDAPAT DUKUNGAN DASAR DARI KEBIASAAN, GAYA HIDUP DAN FAKTOR RESIKO LAINNYA YANG MEMERLUKAN DUKUNGAN LINTAS SEKTORAL DAN MASYARAKAT PADA UMUMNYA..
2.
TINGKAT PERTAMA a. promosi kesehatan misalnya kampanye kesadaran masyarakat, promosi kesehatan dan diklat kesehatan b. pencegahan khusus misalnya pencegahan keterpaparan, pemberian chemopreventif seperti immunisasi.
TINGKATAN UPAYA PENCEGAHAN PTM (2)
3.
TINGKAT DUA a. DIAGNOSIS DINI MISALNYA DENGAN SREENING b. PENGOBATAN MISALNYA BEDAH ATAU KEMOTERAPI.
4.
TINGKAT TIGA MELIPUTI REHABILITAI MISALNYA PERAWATAN JOMPO, PERAWATAN DIRUMAH
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT JANTUNG (1)
LATAR BELAKANG. Dinegara maju penyakit jantung cenderung lebih tinggi dan menjadi masalah masalah kesehatan yang utama karena keadaan dan prilaku prilaku masyarakat yang modern misalnya tingginya stress, gaya hidup mewah, merokok, minum alkohol dan pola makan yang salah (berlebihan). Di negara yang baru berkembang, berkembang, penyakit jantung juga cenderung meningkat sebagai akibat modernisasi dan meniru gaya hidup masyarakat negara maju disamping masih tingginya penyakit infeksi karena prilaku sehat dan lingkungan yang kurang baik. ( double burden ). Penyakit jantung dan pembuluh darah bukanlah suatu penyakit yang menular tapi penyebabnya lebih karena penularan gaya hidup sebagai faktor resiko sehingga PJPD seringdikategorikan seringdikategorikan sebagai new communicable communicable disease.
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT JANTUNG (2)
LATAR BELAKANG. Menurut WHO 1990, kematian karena PJPD di dunia mencapai 12 juta orang yang merupakan pembunuh nomor satu manusia, bandingkan ba ndingkan dengan diare 5 juta, kanker 4,8 juta dan TBC 3 juta. Padahal PJPD adalah preventable disease yang dapat dikurangi sampai 50 % hanya dengan perbaikan gaya hidup. Di Indonesia dari SKRT 1986 dilaporkan bahwa mortalitas mortalitas nya 9,7 % yaitu peringkat ketiga tetapi dengan kecenderungan yang makin meningkat terutama di wilayah urban (perkotaan). Banyak study terhadap PJPD telah dilakukan untuk mengidentifikasi faktor resiko dan obat2an jantung, misalnya Framingham study, Multiple risk faktor intervention trial, survival and ventricular enlargement, study of myocardial infarction late evaluation dan survey monica jakarta
UPAYA PENCEGAHAN PJPD
Upaya pencegahan PJPD terutama ditjukan pepada faktor resikonya misalnya gizi, rokok, stress, uncontroled hypertension, dan olahraga. Yayasan jantung Indonesia telah memperkenalkan memperkenalkan panca usaha kesehatan jantung yang menganjurkan menganjurkan pola hidup sehat : ±
S eimbangkan gizi
±
E nyahkan rokok
±
H indari stress
±
A wasi tekanan darah secara teratur
±
T eratur olahraga
KLASIFIKASI PJPD MENURUT ICD IX TAHUN 1993 ( international classification of diseases ix 1993 ) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
100-102 : Acute rheumatic fever 105 105-109 : Ch Chroni onic rh rheumati atic he heart d diisease ase 110-115 : Hypertensive disease 120-125 : Is Ischaemic he heart di disease. 126 126-128 : Di Disease ase of of p pu ulmonar onary y ci circulat lation 130-152 : Ot Other fo form of he heart di disease 160-169 : Ce Cerebro va vascular di disease 170170-17 179 9 : Dis Disea ease se of arte artery ry,, art arter erio iole le and and cap capil ilai airr 180180-18 189 9 : Dis Disea ease se of vein ein and and lym lymph phat atic ic syst system em 190-199 : Ot Others Dari sekian banyak diagnosa tersebut, perhatian akan lebih banyak ditujukan terhadap penyakit jantung utama yaitu ya itu aterosklerosis, hypertensi, pjk dan cerebrovascular disease.