PELESTARIAN BANGUNAN STASIUN KERETA API KOTA PROBOLINGGO Elwinda Azmi F.F, Antariksa, Noviani Suryasari Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167, Malang 65145 Telp. (0341) 567486 E-mail:
[email protected] ABSTRAK Studi ini bertujuan untuk menganalisis dan menentukan karakter bangunan stasiun kereta api Probolinggo dan kemudian menentukan strategi pelestarian yang dapat dilakukan terhadap bangunan stasiun kereta api Probolinggo. Metode analisis data yang digunakan pada studi ini, yaitu metode deskripsi analisis, metode evaluatif dan metode development. Ketiga metode tersebut digunakan untuk membahas rumusan masalah yang telah ditentukan. Dalam studi ini ditemukan bahwa karakter bangunan stasiun kereta api Kota Probolinggo ditentukan oleh beberapa elemen, yaitu elemen fasade (atap, dinding eksterior, pintu, jendela, dan kolom), dan elemen ruang dalam (dinding interior, pintu, jendela, lantai, langit-langit, dan kolom). Setelah karakter bangunan ditemukan selanjutnya digunakan metode evaluatif untuk menetapkan beberapa elemen bangunan yang mempunyai nilai potensial tinggi, sedang dan rendah. Berdasarkan hasil tersebut ditentukan strategi pelestarian yang sesuai dengan kondisi masing-masing elemen bangunan. Kata kunci: strategi, pelestarian, stasiun Kota Probolinggo
ABSTRACT This study aims to analyze and determine the character the building of Probolinggo railway station and then determine which preservation strategies can be made to the building of Probolinggo railway station. The methods of data analysis which used in this study are included of analysis description method, evaluative method and development method. These methods used to overcome the problem that had been predetermined. In this study it is found that the character of the building Probolinggo City railway station determined by several elements, namely the facade elements (roof, exterior walls, doors, windows, and columns), and the elements in space (interior walls, doors, windows, floors, ceilings, and columns). After finding the character of buildings, evaluative method used to find and determine some elements of the building which had a high, medium, and low potential value. Based on this determination, the preservation strategy would be determined which is suitable with the conditions of each building element. Keywords: strategy, preservation, Probolinggo station
arsitektur e-Journal, Volume 6 Nomor 2, November 2013
97
Pendahuluan 1. Latar belakang Kedatangan pemerintah Kolonial Belanda, membuat Kota Probolinggo memiliki banyak bangunan bersejarah. Sepanjang Jl. Dr Moch. Saleh dan Jl. Suroyo, juga sejumlah sudut Kota Probolinggo memang kaya dengan bangunan dan benda cagar budaya, termasuk Stasiun kereta api Probolinggo. Bangunan-bangunan bernilai sejarah itu, harus dijaga kelestariannya. Peletakan stasiun di kota Probolinggo, adalah salah satu contoh terintegrasinya perletakan stasiun dengan tata ruang kotanya secara keseluruhan. Sumbu utama kota adalah Jl. Suroyo (Heerenstraat- dahulu jalan arteri utama kota Probolinggo), yang membentang dari Utara ke Selatan. Bangunan stasiun terletak di akhir jalan sebelah Utara dari sumbu kota tersebut. Kesan monumental bangunan stasiun sebagai “focal point” dari daerah tersebut sangat kuat sekali. Seperti halnya dengan semua kota pelabuhan Stasiun Probolinggo juga berhubungan langsung dengan pelabuhan. Letak pelabuhan yang ada di belakang stasiun justru tidak menggangu kehadiran bangunannya yang menghadap ke arah kota. Stasiun kota di Probolinggo benar-benar terlihat sebagai bangunan yang seolah-olah memancarkan pesannya keseluruh penjuru kota. Dari segi arsitektur kota, perletakan stasiun Probolinggo ini benar-benar memenuhi persyaratan. Kesan monumental bangunan stasiun ini di perkuat dengan adanya alun-alun kota yang letaknya tepat didepan stasiun tersebut. 2. Pelestarian stasiun kereta api Kota Probolinggo Secara garis besar terdapat beberapa alasan perlunya dilakukan tindakan pelestarian pada stasiun kereta api di Kota Probolinggo, sebagai berikut: - Mengingat bangunan tersebut merupakan salah satu bangunan bersejarah peninggalan pemerintahan Kolonial Belanda, maka perlu adanya upaya pelestarian untuk tetap menjaga kelestarian dan keaslian bangunan tersebut; - Fungsi bangunan yang masih tetap sejak pertama kali dibangun hingga sekarang sebagai stasiun kereta api; - Sebagai bukti sejarah Kota Probolinggo, karena dengan adanya bangunan kolonial ataupun bangunan bersejarah lainnya akan dapat menciptakan ciri tersendiri bagi suatu kawasan. Bangunan bersejarah dan bangunan kolonial dapat menjadi salah satu landmark bagi Kota Probolinggo. Kegiatan pelestarian itu sendiri telah dicantumkan pada Undang-Undang Benda Cagar Budaya No. 11 Tahun 2010 yang berisi “yang termasuk dalam kategori benda cagar budaya adalah benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan”. Melalui latar belakang dan pengalaman sejarah, dan pemahaman mengenai pola tata ruang bangunan kolonial, diharapkan dapat memelihara keberadaan bangunan peninggalan masa kolonial ini, sekaligus sebagai wujud pelestarian tata ruang kolonial sebagai bukti sejarah bangsa. Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan studi ini dapat dirumuskan, yaitu bagaimana karakter visual, spasial, dan struktural bangunan stasiun kereta api di Kota Probolinggo serta bagaimana strategi dan arahan pelestarian bangunan stasiun kereta api di Kota Probolinggo? Kemudian tujuan dari studi ini adalah untuk menganalisis karakter visual, spasial, dan struktural bangunan stasiun kereta api di Kota Probolinggo serta menganalisis dan menentukan strategi arahan pelestarian bangunan stasiun kereta api di Kota Probolinggo.
98
arsitektur e-Journal, Volume 6 Nomor 2, November 2013
Metode Penelitian Studi ini dilakukan dengang menggunakan metode analisis kualitatif. Metode pendekatan menggunakan deskriptif analisis, metode evaluatif dan metode developmen. Objek studi adalah bangunan stasiun kereta api Kota Probolinggo yang berada di kawasan alun-alun Kota Probolinggo. Objek studi merupakan salah satu bangunan peninggalan pemerintah Kolonial Belanda. 1. Metode deskriptif analisis Dilakukan dengan cara menentukan variabel penelitian (Tabel 1): Tabel 1. Kriteria Pengamatan, Variabel, Indikator Kriteria pengamatan Karakter spasial
Karakter visual
Karakter Struktural
Variabel Organisasi ruang Orientasi bangunan Komposisi karakter spasial
Elemen fasade bangunan - Atap - Dinding Eksterior - Pintu - Jendela - Kolom Elemen ruang dalam bangunan - Dinding Interior - Pintu - Jendela - Lantai - Langit-langit Massa bangunan Komposisi karakter visual Konstruksi Atap Konstruksi dinding penompang
Indikator Pola ruang, alur sirkulasi,orientasi ruang perubahan Arah orientasi , perubahan Dominasi, perulangan, Keseimbangan, dan sumbu
Bentuk, material, warna, ornamen, perubahan Bentuk, material, warna, ornamen, perubahan Bentuk, material, warna, ornamen, perubahan Bentuk, material, warna, ornamen, perubahan Bentuk, material, warna, ornamen, perubahan Bentuk, material, warna, ornamen, perubahan Bentuk, material, warna, ornamen, perubahan Bentuk, material, warna, ornamen, perubahan Bentuk, material, warna, ornamen, perubahan Bentuk, material, warna, ornamen, perubahan Bentuk bangunan, perubahan Dominasi, perulangan, dan simetris Material bahan, jenis konstruksi, perubahan Material bahan, jenis konstruksi, perubahan
2. Metode evaluatif Metode evaluatif meruapkan metode yang digunakan dalam menentukan penilaian atau pembobotan yang hasilnya berupa kesimpulan arah serta strategi pelestarian yang sesuai. Dalam menentukan nilai makna kultural bangunan didasarkan pada teori kriteri penilaian menurut beberapa pendapat yang telah dijelaskan dalam tinjauan pustaka mengenai kriteria penilaian makna kutural. Dari beberapa kriteria tersebut dipilih kriteria dan aspek penilaian yang sesuai dengan kondisi bangunan (Tabel 2). Tabel 2 Kriteria Penilaian Bangunan Stasiun Kereta Api Probolinggo No Kriteria 1 Estetika
Definisi Terkait dengan perubahan estetis dan arsitektonis bangunan (bentuk bangunan, ornamen/elemen, dan struktur bangunan)
Tolak ukur Kesesuaian bentuk bangunan dengan fungsi, penonjolan struktur sebagai nilai estetis, serta kesesuaian ornamen dengan gaya bangunan.
2
Kejamakan
Terkait dengan perwakilan ragam yang Ditekankan pada seberapa jauh arsitektonis ada pada bangunan tersebut. tersebut mewakili suatu ragam yang spesifik.
3
Kelangkaan
Bentuk, gaya serta elemen-elemen Merupakan bangunan yang langka dan tidak bangunan dan penggunaan ornamen terdapat di daerah lain. yang berbeda dan tidak terdapat pada bangunan lain.
arsitektur e-Journal, Volume 6 Nomor 2, November 2013
99
No Kriteria 4 Peranan sejarah
Definisi Tolak ukur Berkaitan dengan nilai sejarah yang Kaitan antara bangunan dengan sejarah dimiliki, peristiwa penting yang mencatat perkembangan arsitektur, dan kota ikatan simbolis masa lalu dengan masa kini
5
Keluarbiasaan
Berkaitan dengan nilai keistimewaan, Memiliki ciri khas seperti usia bangunan, keunikan dan bangunan kelangkaan gaya bangunan, perletakan bangunan, dan potensi bangunan sebagai landmark.
6
Memperkuat karakter bangunan
Memiliki peran yang penting dalam Memiliki ciri khas seperti usia bangunan, pembentukan karakter bangunan ukuran/luas bangunan, bentuk bangunan, dan sebagainya.
Sumber: Catanese (1989), Budiharjo (1985), Nurmala (2003), Hastijanti (2008)
Langkah-langkah dalam penilaian makna kultural bangunan sebagai berikut: - Menjumlahkan hasil dari masing-masing kriteria - Menentukan total nilai tertinggi dan terendah. - Mengelompokkan elemen bangunan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu elemen potensial tinggi, sedang dan rendah dengan menggunakan rumus (3-1): Keterangan : i : interval kelas jarak : selisih nilai tertinggi dan terendah k : 1 + 3,322 log n
i = jarak k
Nilai rata-rata tersebut akan dibagi dalam tiga interval untuk kemudian digolongkan dalam kelompok potensi bangunan dilestarikan. Pengelompokkan tersebut terbagi atas nilai potensial rendah, sedang dan tinggi (Tabel 3). Tabel 3 Kelompok Penilaian Penilaian Nilai < 10 Nilai 11 – 15 Nilai > 16
Keterangan Potensial rendah Potensial sedang Potensial tinggi
3. Metode development Metode developmen dilakukan untuk menentukan arahan dalam upaya konservasi bangunan stasiun kereta api di Kota Probolinggo yang terdiri dari arahan fisik dan nonfisik. - Arahan tindakan fisik Bentuk arahan dengan bentuk teknis kegiatan yang disesuaikan dengan kondisi bangunan dan tingkat perubahannya. Arahan tersebut berfungsi untuk menentukan batas perubahan fisik yang diperbolehkan bagi tiap-tiap elemen bangunan (Tabel 4). Tabel 4 Teknik Pelestarian Fisik No
100
Potensi Bangunan
1.
Potensi tinggi
2. 3.
Potensi sedang Potensi rendah
Tingkat Perubahan Fisik yang Diperbolehkan Sangat kecil Kecil Sedang-Besar
Arahan Pelestarian Fisik Preservasi, konservasi, restorasi, rehabilitasi, rekonstruksi Konservasi, restorasi, rehabilitasi Rehabilitasi, rekonstruksi
arsitektur e-Journal, Volume 6 Nomor 2, November 2013
Arahan tindakan pelestarian fisik tersebut berfungsi untuk menentukan strategi pelestarian yang tepat bagi elemen bangunan dan juga memberikan batasan untuk tingkat perubahan pada elemen bangunan dan bangunan. - Arahan tindakan non-fisisk Arahan ditetapkan berdasarkan bentuk-bentuk arahan non-fisik berdasarkan arahan yang pernah diterapkan pada bangunan yang memiliki kesamaan permasalahan yang ditemukan. Arahan non-fisik dalam kriteria pelestarian, yaitu kesadaran dan inisiatif masyarakat, pengelola bangunan dan pemerintah, dasar hukum, dan perencanaan.
Hasil dan Pembahasan 1. Sejarah stasiun kereta api Kota Probolinggo Stasiun Probolinggo (kode: PB, +4m dpl) merupakan stasiun kereta api yang berada di Jl KH. Mas Mansyur No. 26 Mayangan, Probolinggo, Jawa Timur yang menghubungkan antara Stasiun Banyuwangi dan Stasiun Surabaya Gubeng. Jalur ini dibuka pada tanggal 16 Mei-April 1878, oleh perusahaan Staats Spoorwegen. Stasiun kereta api Probolinggo melayani baik kereta api kelas ekonomi maupun kelas bisnis. Stasiun ini adalah milik PT. Kereta Api (Persero) DAOP IX Jember. Stasiun Probolinggo dibangun pada akhir abad ke-19 kurang lebih pada tahun 1920-1930. Hingga saat ini, bangunan telah menginjak usia kurang lebih 182 tahun dengan kondisi fisik bangunan yang masih terjaga dengan baik. Pada pembangunannya, peletakan stasiun ini sesuai dengan tata ruang kotanya (Gambar 1). Stasiun ini terletak di ujung utara Jl. Suroyo, yang dahulu merupakan jalan utama kota. Stasiun kereta api Probolinggo termasuk dalam stasiun besar karena dekat stasiun ini terdapat pelabuhan dan alun-alun. Pada ruang dalam bangunan stasiun kereta api Probolinggo, juga
memiliki macam-macam ruang yang merupakan ciri pada ruang stasiun besar. Stasiun Kereta Api Probolinggo
Masjid agung Alun-alun
Jl. Suroyo
Lembaga permasyrakatan
Pendopo Kabupaten Probolinggo
Gambar 1. Peletakkan bangunan stasiun kereta api Kota Probolinggo.
2. Analisis bangunan stasiun kereta api Kota Probolinggo a. Karakter spasial bangunan - Pola ruang Pola ruang di dalam bangunan dipengaruhi oleh adanya elemen pembatas ruang, adanya bukaan maupun penutup pada bidang dinding. Pola ruang pada
arsitektur e-Journal, Volume 6 Nomor 2, November 2013
101
bangunan stasiun kereta api Probolinggo merupakan ruang-ruang berbentuk persegi panjang yang memiliki ukuran berbeda-beda dengan batasan keempat sisi dindingnya saling menyatu. Pola persegi tersebut terdapat pada seluruh ruang dalam bangunan stasiun yang tertata secara linier sehingga, bentuk denah bangunan nampak horizontal. - Alur sirkulasi Bentuk denah ruang yang memanjang, Alur sirkulasi yang terbentuk merupakan sirkulasi satu arah yang hanya dapat dicapai melalui pintu yang terdapat pada dinding luar (Gambar 2).
Bangunan stasiun kereta api Probolinggo merupakan bangunan publik yang memiliki dua pelaku di dalamnya, yaitu pengelola dan pengunjung. Ruang yang digunakan dan aktifitas kedua pelaku tersebut berbeda sehingga memiliki sirkulasi yang berbeda. - Orientasi ruang Ruang-ruang dalam bangunan stasiun ini dihubungkan oleh ruang tunggu penumpang. Secara keseluruhan orientasi ruang dalam banguan ini mengarah ke arah ruang tunggu (Gambar 3).
Orientasi ruang dalam mengarah pada ruang tunggu ditegaskan dengan adanya bukaan pintu yang menghubungkan tiap ruang dalam.
102
arsitektur e-Journal, Volume 6 Nomor 2, November 2013
- Orientasi bangunan Bangunan stasiun kereta api Probolinggo terletak di akhir jalan sebelah utara dari sumbu kota Probolinggo, yaitu jalan Suroyo (dulu merupakan jalan arteri utama kota Probolinggo) yang membentang dari arah utara ke selatan. Kesan monumental bangunan stasiun kereta api Probolinggo sebagai “focal point” dari daerah tersebut sangat kuat sekali (Gambar 4).
Gambar 4. Orientasi bangunan stasiun kereta api Probolinggo.
b. Karakter visual bangunan - Atap Atap pada bangunan stasiun kereta api Probolinggo berbentuk pelana dengan bentang dan orientasinya yang berbeda, namun dominan berorientasi kearah utara menuju selatan. Atap bangunannya dibagi menjadi atap bangunan induk, atap ruang tunggu, dan atap entrance (Gambar 5). Atap ruang tunggu
Atap bangunan induk
Atap entrance
Gambar 5. Atap bangunan stasiun.
- Dinding Bangunan stasiun kereta api Probolinggo memiliki dinding batu bata. Sebagai perekatnya menggunakan kapur dan serpihan bata merah pengganti semen. Dinding eksterior bagian depan bangunan stasiun kereta api Pobolinggo di finishing dengan cat berwarna merah muda dan beberapa ornamen. Ornamen pada dinding bangunan berupa garis horizontal yang menonjol, garis lengkung pada bagian atas jendela dan pintu, dan ornamen batuan yang menonjol pada bagian bawah dinding eksterior. (Gambar 6)
arsitektur e-Journal, Volume 6 Nomor 2, November 2013
103
Gambar 6. Dinding bangunan stasiun.
Pada dinding eksterior bagian belakang di finishing dengan cat berwarna abuabu dengan penambahan material keramik. Dinding interior bangunan di dominasi dengan warna putih. Material keramik pada bagian bawah dinding merupakan material baru yang terdapat pada dinding fasade bagian belakang dan dinding interior bangunan. - Pintu Peranan pintu sebagai penghubung antar ruang juga mempengaruhi visual seseorang. Rancangan desain pintu harus disesuaikan dengan fungsinya dan peletakkannya. Rancangan pintu bangunan stasiun kereta api ini merupakan pintu kolonial yang memiliki ciri khas, yaitu adaptif dengan iklim setempat (Tabel 5). Tabel 5. Pintu Bangunan Stasiun Kereta Api Probolinggo
104
Jenis Pintu 1a
Bentuk Persegi panjang dengan dua daun pintu dan lengkungan di bagian atas
Material Kayu dan kaca
Warna Abu-abu
Ornamen Kaca polos, motif banyak garis pada lengkungan, motif persegi
Perletakkan Fasade Bangunan
Pintu 1b
Persegi panjang dengan dua daun pintu dan lengkungan di bagian atas
Kayu dan kaca
Abu-abu
Kaca polos, motif banyak garis pada lengkungan, motif persegi, ornamen pada tralis
Fasade belakang bangunan
Pintu 1c
Persegi panjang dengan dua daun jendela dan lengkungan di bagian atas
Kayu dan kaca
Kaca polos dengan motif persegi
Ruang dalam
Pintu 2
Persegi panjang dengan dua daun pintu dan lengkungan di bagian atas
Kayu dan kaca
Abu-abu
Kaca polos, motif satu garis pada lengkungan, motif persegi
Fasade bangunan
Pintu 3a
Persegi panjang dengan dua daun pintu
Kayu dan kaca
Abu-abu
Kaca polos, motif persegi
Pintu utama ruang pengobatan
Pintu 3b
Persegi panjang dengan dua daun pintu
Kayu dan kaca
Abu-abu
Kaca polos, motif persegi, Memiliki banyak ornamen vertikal pada bagian atas
Fasade bangunan
Abu-abu
arsitektur e-Journal, Volume 6 Nomor 2, November 2013
Pintu 3c
Persegi panjang dengan empat daun pintu
Kayu dan kaca
Abu-abu
Kaca polos, motif persegi, Memiliki banyak ornamen vertikal pada bagian atas
Fasade bangunan
Pintu 4
Persegi panjang dengan satu daun pintu
kayu
Abu-abu
-
Pintu 5a
Persegi panjang dengan satu daun pintu
Kayu dan kaca
Abu-abu
Kaca polos dengan motif persegi
Ruang dalam
Pintu 5b
Persegi panjang dengan satu daun pintu
Kayu
Abu-abu
Motif persegi
Ruang dalam
Pintu 6
Persegi panjang dengan satu daun pintu
Kayu
Abu-abu
Motif persegi
Ruang dalam
Pintu masuk menuju ruang KDT
- Jendela Perletakkan jendela pada fasade bangunan stasiun kereta api Probolinggo tersusun sejajar pada sisi kanan dan kiri. Komposisi jendela memperlihatkan adanya suatu pola atau susunan perulangan bukaan pada fasade bangunan (Tabel 6). Tabel 6. Jendela Bangunan Stasiun Kereta Api Probolinggo Jenis Jendela 1a
Bentuk Persegi panjang dengan satu daun jendela dan lengkungan di bagian atas
Material Kayu, kaca
Warna Abu-abu
Ornamen Kaca polos motif persegi, motif lengkung dengan garis vertikal di bagian tengahnya
Perletakkan Fasade bagunan
Jendela 1b
Persegi panjang dengan satu daun jendela dan lengkungan di bagian atas
Kayu, kaca
Abu-abu
Kaca polos motif persegi, motif lengkung
Fasade bagunan
Jendela 2
Persegi panjang dengan dua daun jendela dan lengkungan di bagian atas
Kayu, kaca
Abu-abu
Kaca polos dengan motif persegi, motif lengkung
Fasade bagunan
arsitektur e-Journal, Volume 6 Nomor 2, November 2013
105
Jendela 3a
Jendela 3b
Jendela 3c
Persegi dengan jendela
panjang daun
Kayu, kaca
Abu-abu
dua
Kaca polos dengan motif persegi
Fasade bangunan
Persegi dengan jendela
panjang daun
Kayu, kaca
Abu-abu
dua
Kaca polos dengan motif persegi, pada bagian atas jendela berbentuk persegi panjang yang memiliki satu garis vertikal
Fasade bangunan
Persegi dengan jendela
panjang daun
Kayu, kaca
Abu-abu
dua
Kaca polos dengan motif persegi, pada bagian atas jendela berbentuk persegi panjang yang memiliki banyak garis vertikal
Fasade bangunan
- Kolom Bangunan Stasiun kereta api Probolinggo memiliki kolom pada ruang tunggu yang menyangga atap ruang tunggu. Kolom tersebut terbuat dari baja dengan finishing cat, pada bagian bawah berwarna abu-abu tua dan bagian atas berwarna abu-abu muda. Pemberian warna abu-abu tua pada bagian bawah dimaksudkan agar kolom tidak cepat kotor. Penerapan kolom berukuran kecil dengan ornamen seperti masa Empire Style, namun karena penerapan kolom yang ukuran kecil membuat kolom cenderung tidak menonjol (Gambar 7).
Gambar 7. Penerapan Kolom pada bangunan stasiun.
- Lantai Perubahan bahan penutup lantai dengan bahan keramik ini terdapat pada seluruh ruang dalam bangunan. Motif lantai yang di gunakan berbeda pada beberapa ruang tertentu, terdapat pula ruang yang tidak memiliki motif lantai. Secara keseluruhan keramik yang di gunakan berwarna putih dengan tambahan keramik yang berwarna merah hati. Hal ini sangat berbeda dengan kondisi awal bangunan dengan ruang yang memiliki lantai yang sama, yaitu menggunakan lantai tegel (Gambar 8).
106
arsitektur e-Journal, Volume 6 Nomor 2, November 2013
- Langit-langit Secara keseluruhan langit-langit pada ruang dalam stasiun menggunakan jenis plafond yang berbahan gypsum polos dengan finishing cat warna putih yang di tambah dengan lis gypsum yang mengelilingi ruang. Memiliki ketinggian yang kebanyakan sama di setiap ruangnya (Gambar 9).
c. Karakter struktural bangunan - Konstruksi atap Konstruksi atap bangunan utama stasiun kereta api Probolinggo merupakan konstruksi atap pelana dengan rangka kayu sebagai kuda-kuda. Rangka tersebut memiliki bentang 7,7 m dengan ketinggian 5,3 m dan kemiringan 30°. Pada area teras merupakan konstruksi atap miring dengan rangka kayu. Pada bagian ruang tunggu menggunakan konstruksi atap plana, perbedaan konstruksi atap terletak pada penggunaan material dengan rangka baja sebagai kuda-kuda (Gambar 10).
arsitektur e-Journal, Volume 6 Nomor 2, November 2013
107
- Konstruksi dinding penopang Struktur dinding penopang pada gedung stasiun kereta api Probolinggo menggunakan sistem konstruksi rangka dengan kolom sebagai penahan bangunan. Sitem rangka sebagai konstruksi membuat adanya dinding pada bangunan yang berfungsi sebagai penutup bangunan. Kolom utama pada bangunan menggunakan pola grid sebagai pola penataan kolom yang berbentuk persegi dengan jarak yang berbeda, yaitu berjarak 4 meter dan 6 meter, sedangkan kolom baja yang terdapat di ruang tunggu berjarak 6 meter. 3. Tinjauan pelestarian bangunan stasiun kereta api Kota Probolinggo - Kinerja pelestarian fisik Perubahan aktif terlihat pada bagian penutup lantai bangunan yaitu, penggantian material penutup lantai dengan keramik. Sebagian besar penutup lantai pada bangunan stasiun kereta api Probolinggo di gantikan dengan matetial keramik (Gambar 11).
Gambar 11. Pergantian penutup lantai pada bangunan stasiun.
Perubahan pasif akibat kondisi iklim dan usia elemen bangunan sering sekali terjadi pada bagian dinding dan langit-langit bangunan stasiun. Pada langit-langit ruang rapat terjadi pengelupasan akibat kondisi usia material. Penggunaan material seng pada penutup atap bangunan, membuat atap bangunan mudah berkarat akibat kondisi iklim. Hingga saat ini semakin banyak penutup atap yang mengalami karatan (Gambar 12).
Gambar 12. Perubahan pasif pada langit-langit dan penutup atap bangunan.
Pada sebagian ruang stasiun kereta api Probolinggo terdapat bercak-bercak pada dinding akibat pengaruh dinding yang berjamur karena kelembapan yang tinggi. Hal ini terlihat pada dinding ruang dalam dan ruang luar bangunan. Pada ruang dalam terdapat pada ruang kantin, ruang tunggu, dan toilet (Gambar 13).
108
arsitektur e-Journal, Volume 6 Nomor 2, November 2013
Gambar 13. Perubahan pasif pada ruang dalam bangunan.
Dinding ruang luar yang mengalami bercak-bercak terdapat pada dinding bagian depan dan dinding bagian belakang bangunan lebih tepatnya pada ruang tunggu (Gambar 14).
Gambar 14. Perubahan pasif pada ruang luar bangunan.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada bangunan stasiun kereta api Probolinggo, telah terjadi penurunan nilai arsitektural pada bangunan. Penurunan nilai arsitektural yang terjadi ialah penurunan nilai arsitektural yang berdampak kecil (tidak mengubah karakter bangunan asli) hingga penurunan nilai arsitektural yang berdampak cukup besar (mengubah karakter bangunan asli). Penurunan nilai arsitektural ini nantinya akan dianalisis dengan kriteria yang dijadikan landasan dalam penilaian seperti yang dijelaskan dalam metode penelitian. - Elemen bangunan potensial Setelah dilakukan penilaian makna kultural pada kedua massa bangunan, langkah selanjutnya menentukan batas rata-rata dalam menentukan nilai potensial bangunan. Dalam memudahkan penghitungan tersebut dilakukan rekapitulasi terhadap penilaian makna kultural dari bangunan stasiun kereta api Probolinggo (Tabel 7). Tabel 7. Rekapitulasi Nilai Makna Kultural Bangunan Stasiun Kereta Api Probolinggo. No
Variabel
Karakter Visual Bangunan 1. Atap 2. Dinding a. Dinding eksterior b. Dinding interior 3. Pintu a. Pintu jenis 1a b. Pintu jenis 1b c. Pintu jenis 1c d. Pintu jenis 2 e. Pintu jenis 3a f. Pintu jenis 3b g. Pintu jenis 3c h. Pintu jenis 4 i. Pintu jenis 5a j. Pintu jenis 5b k. Pintu jenis 6 4. Jendela a. Jendela jenis 1a b. Jendela jenis 1b c. Jendela jenis 2 d. Jendela jenis 3a
Nilai Makna Kultural K S L
C
Total Nilai
3
3
16
3 3
2 3
3 3
15 15
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2
18 18 18 18 16 16 16 16 16 16 16
3 3 3 3
3 3 3 3
3 3 3 2
3 3 3 2
18 18 18 16
E
J
2
3
2
3
2 2
2 2
3 2
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3
3 3 3 3
arsitektur e-Journal, Volume 6 Nomor 2, November 2013
109
e. Jendela jenis 3b f. Jendela jenis 3c 5. Lantai a. Jenis lantai keramik b. Jenis lantai tagel 6. Langit-langit 7. Kolom 8. Massa bangunan Karakter Spasial Bangunan 1. Organisasi ruang a. Pola ruang b. Orientasi ruang 2. Orientasi bangunan Karakter Struktural Bangunan 1. Konstruksi atap 2. Konstruksi dinding penopang
3 3
3 3
3 3
3 3
2 2
2 2
16 16
1 2 2 3 2
1 3 3 3 3
1 3 1 3 3
1 3 3 3 3
1 3 2 3 2
1 3 3 3 3
6 17 14 18 16
3 3 3
3 3 3
3 3 3
3 3 3
1 3 3
3 3 3
15 18 18
3 3
3 1
3 3
3 3
3 1
3 3
18 14
Setelah dilakukan penilaian terhadap makna kultural pada tiap elemen bangunan, maka selanjutnya dilakukan penggolongan kelas untuk menentukan tingkat potensial elemen tersebut. Langkah ini dilakukan dengan Rumus Strurgress yang dipergunakan untuk menggolongkan data yang telah terkumpul. k = 1 + 3,322 log n = 1 + 3,322 log 6 =3
Keterangan: k : Σ kelas n : Σ angka yang terdapat dalam data
Dari perhitungan di atas, didapatkan hasil berupa jumlah kelas yang akan dipakai, yaitu 3 kelas yang selanjutnya digolongkan atas kelas potensial rendah, potensial sedang, dan potensial tinggi. Penentuan jarak interval dilakukan dengan cara mencari selisih antara total nilai tertinggi dan total nilai terendah untuk kemudian dibagi dengan jumlah kelas. i = jarak k = 12 3 = 4
Keterangan: i : interval kelas jarak : rentang nilai tertinggi dan terendah k : 1= 3,322 log n
Dari hasil perhitungan tersebut, didapatkan hasil berupa jarak interval untuk masing-masing kelas, yakni 1. Potensial rendah : 6 – 10 2. Potensial sedang : 11 – 15 3. Potensial tinggi : 16 – 18 - Arahan pelestarian Fisik Berdasarkanan hasil analisis bangunan stasiun kereta api Kota Probolinggo berupa klasifikasi elemen-elemen bangunan potensial dari nilai makna kultural yang terdapat pada masing-masing kelas yang menunjukkan tingkat prioritas dan bentuk penanganan fisik yang akan dilakukan. Arahan kebijakan berupa preservasi, konservasi dan restorasi, atau rehabilitasi yang akan diikuti dengan arahan teknis penanganan bangunan berupa preservasi, konservasi, restorasi, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Ruang tunggu
Bangunan utama Konstruksi atap menggunakan atap pelana dengan konstruksi atap baja Arahan pelestarian: Preservasi material kayu Kelas: Potensial Tinggi Tindakan fisik (Gambar 15): - Struktur atap plana pada bangunan tetap Gambar 15. Konstruksi atap stasiun dipertahankan tanpa melakukan perubahan kereta api Kota Probolinggo. yang dapat mengganti jenis struktur atap
110
arsitektur e-Journal, Volume 6 Nomor 2, November 2013
arsitektur e-Journal, Volume 6 Nomor 2, November 2013
111
Lantai tegel Arahan pelestarian: Preservasi Kelas:Potensial Tinggi Tindakan fisik : Merupakan material penutup lantai pertama yang digunakan pada bangunan sebelum diganti dengan menggunakan lantai keramik. Tindakan fisik yang dilakukan :
Sebelum menggunakan lantai keramik, lantai bangunan stasiun menggunakan lantai tegel berbentuk persegi dengan warna coklat
Lantai diganti menggunkan material keramik berwarna putih dan merah hati yang disusun membentuk sebuah pola geometri
Gambar 18. Lantai tegel stasiun kereta apai
- Merupakan material penutup lantai Kota lamaProbolinggo. yang masih tersisa dan perlu dipertahankan. - Diperlukan perawatan berkala untuk mencegah terjadinya kerusakan dengan cara dibersihkan (menyapu dan mengepel) setiap harinya agar tidak nampak buram. Dinding eksterior Arahan pelestarian: Rehabilitasi Kelas: Potensial Sedang Tindakan fisik: - Mempertahankan material dinding pada eksisiting yang masih dalam kondisi yang baik - Mengganti material yang rusak dengan material yang memberikan tekstur yang sama dengan eksisting - Mempertahankan warna dinding bangunan yang sesuai dengan eksisting, tidak diperbolehkan mengganti warna dinding dengan warna yang tidak sesuai dengan warna bangunan monumental. Dinding interior Arahan pelestarian: Rehabilitasi Kelas: Potensial Sedang Tindakan fisik: - Mempertahankan material dinding bangunan yang masih dalam kondisi baik. - Tidak diperbolehkan mengganti atau menambah ornamen yang tidak sesuai dengan karakter bangunan. - Material baru (keramik) pada dinding diharapkan dapat dipertahankan, karena masa mendatang juga dilestarikan keberadaannya. Lantai keramik Arahan pelestarian: Rehabilitasi Kelas: Potensial Rendah Tindakan fisik: - Penutup lantai keramik merupakan elemen baru dalam bangunan pengganti penutup lantai tegel. - Diharapkan tetap dipertahankan dan mendapatkan perawatan berkala seperti dibersihkan (menyapu dan mengepel), disarankan tidak menggunakan cairan pemutih atau pembersih kasar yang lainya karena dapat merusak pelindung lantai yang membuat lantai kusam dan rentan terhadap noda. Perawatan tersebut untuk mencegah dari kerusakan dan di masa mendatang juga dilestarikan keberadaannya.
112
arsitektur e-Journal, Volume 6 Nomor 2, November 2013
Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Karakter bangunan stasiun kereta api Probolinggo - Karakter spasial meliputi: organisasi ruang dan orientasi bangunan. Peletakkan massa bangunan diakhir sebelah utara dari sumbu Kota Probolinggo, yaitu jalan Suroyo yang membentang dari arah utara ke selatan. Kesan monumental bangunan stasiun sebagai “focal point” dari kawasan tersebut sangat kuat sekali. Bentuk persegi merupakan pola pada seluruh ruang dalam. Denah bangunan stasiun nampak seimbang, karena bentuknya yang horizontal dengan penarikan sumbu pada bagian tengah denah. - Karakter visual bangunan meliputi: atap yang digunakan merupakan jenis atap pelana, penutup dinding asli bangunan merupakan dinding dengan ketebalan satu bata. Pintu dan jendela yang memiliki ukuran yang cukup besar dengan beberapa ornament. Penutup lantai tegel sebagai material lantai lama bangunan yang sebagian besar digantikan dengan material keramik. Penggunaan kolom baja pada ruang tunggu, dan langit-langit menggunakan material kayu yang berwarna putih. - Karakter struktural bangunan meliputi struktur atap menggunakan atap pelana dengan konstruksi kayu. Pada bagian ruang tunggu menggunakan atap pelana dengan konstruksi rangka baja, dan dinding penopang bangunan menggunakan sistem konstruksi rangka dengan kolom sebagai penahan bangunan. Penataan kolom berbentuk persegi dengan jarak yang berbeda, yaitu 4 meter dan 6 meter. 2. Arahan pelestarian fisik bangunan - Arahan pelestarian preservasi dilakukan dengan melakukan sedikit perubahan hingga tidak melakukan perubahan sama sekali dan tetap mempertimbangkan hubungan antara kegiatan preservasi dengan perkembangan bangunan di masa mendatang. Diarahkan pada 22 elemen pada bangunan terdapat pada elemen pintu P1a, P1b, P1c, P2, P3a, P3b, P3c, P4, P5a, P5b, P6, jendela J1a, J1b, J2, J3a, J3b, lantai tegel, kolom, massa bangunan, orientasi ruang, orientasi bangunan, konstruksi atap. - Arahan pelestarian konservasi dilakukan dengan mempertahankan elemn-elemen bangunan yang masih ada dengan kondisi bagus dan terawat. Dapat dipertahankan fungsi dan penggunaannya, sehingga dapat bermanfaat untuk perkembangan bangunan di masa mendatang. Diarahkan pada 4 elemen terdapat pada elemen atap, langit-langit, pola ruang, konstruksi dinding penompang. - Arahan pelestraian rehabilitasi dilakukan dengan cara mengembalikan atau memperbaiki kondisi bangunan. Elemen-elemen bangunan yang telah mengalami kerusakan ataupun penurunan kondisi fisik untuk dapat kembali seperti keadaan semula, sehingga dapat berfungsi kembali sebagaimana mestinya. Diarahkan pada 3 elemen terdapat pada elemen dinding eksterior, dinding interior, dan lantai keramik Saran 1. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, studi bangunan stasiun kereta api kota Probolinggo pada studi selanjutnya disarankan menggambil objek studi yang berada dalam satu komplek dengan bangunan stasiun dan nantinya dapat mendukung adanya pelestarian kawasan tersebut. 2. Untuk studi selanjutnya sebaiknya selain membahas tentang makna kultural, juga diberikan penjelasan tentang aspek non fisik yang mempengaruhi fungsi bangunan dengan mempertimbangkan pengembangan bangunan. 3. Hasil studi ini perlu ditindaklanjuti oleh pemerintah dengan kegiatan perencanaan dan pelaksanaanya berupa peraturan daerah (Perda) untuk melindungi bangunan bersejarah di Kota Probolinggo karena belum ada peraturan daerah untuk perlindungan bangunan bersejarah.
arsitektur e-Journal, Volume 6 Nomor 2, November 2013
113
Daftar Pustaka Budiharjo, E. 1985. Arsitektur dan Pembangunan Kota di Indonesia. Bandung: Alumni Catanes, A.J dan Snyder, J.C.1989. Perencanaan Kota. Erlangga: Jakarta Hastijanti, R. 2008. Analisis Penilaian Bangunan Cagar Budaya. http://saujana17.wordpress.com/2008/analisis-penilaian-bangunan-cagar-budaya. Nurmala. 2003. Panduan Pelestarian Bangunan Bersejarah di Kawasan Pecinan-Pasar Baru Bandung. Bandung: ITB Singarimbun, M. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: PT. Pustaka LP3 ES Indonesia.
© Antariksa 2013
114
arsitektur e-Journal, Volume 6 Nomor 2, November 2013