KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang maha esa, atas berkat rahmat serta hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaian tugas laporan dengan judul“Asuhan judul“Asuhan Kebidanan pada Ny Q GIIIP20002 UK 35-36 35-36 minggu dengan HIV Stadium II”. Penulis juga menyadari bahwa laporan ini dapat terselesaikan atas bantuan beberapa pihak. Dikesempatan inipenulis mengucapkan terima kasih kepada yang telah membantu terselesaikannya laporan ini, 1
dr. Dodo Anando, M.Ph selaku direktur RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang telah memberi ijin kepada mahasiswa prodi kebidanan Soetomo Surabaya untuk melaksanakan praktek di URJ poli Hmil 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya
2
Susilorini,Spd, M.pd selaku ka prodi Kebidanan Sutomo Surabaya yang telah mengijinkan penulis untuk melaksanakan praktek di URJ poli Hmil 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya
3 Netti Herlina, S.Pd,. M.Kes. Selaku dosen pembimbing praktik program studi kebidanan Soetomo Surabaya 4
Sherly Jeniawati, SST. Selaku dosen pembimbing praktik program studi kebidanan Soetomo Surabaya
5
Tutik Indarti Amd,Keb selaku kepala dan pembimbing klinik di URJ poli hamil 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya
6
Pada Ny “Q “Q ” yang telah bersedia menjadi responden dalam penyusunan laporan ini
Dalam pembuatan laporan ini penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membantu membangun. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Apabila ada kesalahan kata, penulis minta maaf sebesar-besarnya. Penulis mengucapkan banyak terima kasih. Surabaya, Oktober 2011
Penulis.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kasus Saat ini, mendengar kata HIV/AIDS seperti momok yang mengerikan. AIDS adalah singkatan dari Acquired dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembangbiakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat be rbahaya. Pada tahun 2007 terdapat 24 ibu hamil yang dinyatakan positif mengidap virus HIV/AIDS. Bila jumlah ibu hamil yang positif HIV bertambah, ada kemungkinan peningkatan balita yang terinfeksi penyakit yang sama. Sebagian besar data dan fakta lapangan bahwa kota Surabaya menduduki peringkat 1 dalam kasus HIV/AIDS di Jawa Timur, terdapat 449 (75,59%) kasus berada di Surabaya dari jumlah total 594 kasus HIV/AIDS di Jawa Timur. Angka kematian akibat HIV/AIDS masih tinggi, 80 persen sudah mengidap AIDS. Di Jatim jumlah akumulasi penderita HIV/AIDS yang meninggal sejak tahun 1989 sampai Agustus 2007 mencapai 339 orang dari 1.445 penderita AIDS. Penyakit AIDS disebabkan karena melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh virus HIV. HIV dapat menular dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayinya. Tanpa upaya pencegahan, kurang-lebih 30 persen bayi dari ibu yang terinfeksi HIV menjadi tertular juga. Ibu dengan viral load tinggi lebih mungkin menularkan HIV kepada bayinya. Namun tidak ada jumlah viral load yang cukup rendah untuk dianggap "aman". Infeksi dapat terjadi kapan saja selama kehamilan, namun biasanya terjadi beberapa saat sebelum atau selama persalinan. Bayi lebih mungkin terinfeksi bila proses persalinan berlangsung lama. Selama persalinan, bayi yang baru lahir terpajan darahibunya. Meminum air susu dari ibu yang terinfeksi dapat juga mengakibatkan infeksi pada si bayi. (Sarwono: 2008) Maka diperlukan asuhan kebidanan yang komprehensif pada Ibu hamil dengan HIV.
1.2.Tujuan Umum Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan HIV dengan menerapkan pola pikir melalui pendekatan manejemen kebidanan varney. 1.3.Tujuan Khusus 1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif dan data objektif pada ibu hamil dengan HIV
2. Mahasiswa mampu merumuskan diagnose dan masalah pada ibu hamil dengan HIV 3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi adanya adanya diagnose potensial pada ibu hamil dengan HIV 4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi adanya kebutuhan tindakan segera pada ibu hamil dengan HIV 5. Mahasiswa mampu menyusun intervensi dan rasional pada ibu hamil dengan HIV 6. Mahasiswa mampu melakukan implementasi sesuai intervensi yang dibuat pada ibu hamil dengan HIV 7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu hamil dengan HIV. 8. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan dengan menggunakan SOAP.
1.4.Pelaksanaan Pengakajian kasus dilakukan saat pasien Ny “Q” datang berkunjung di URJ Poli Hamil RSUD Dr. Soetomo saat praktik klinik berlangsung yaitu pada tanggal 19 Oktober 2011.
1.5.Sistematika Penulisan Halaman Judul Lembar Pengehesahan Kata Pengantar BAB I. Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Kasus 1.2.Tujuan Umum 1.3.Tujuan Khusus 1.4.Pelaksanaan 1.5.Sistematika Penulisan BAB II. Landasan Teori 2.1. Konsep Dasar Kehamilan 2.2. Konsep Dasar Kasus
2.3. Konsep Dasar Pengkajian BAB III. Tinjauan Kasus 3.1. Subjektif 3.2. Objektif 3.3. Assesment 3.4. Planning BAB IV. Penutup 4.1 Kesimpulan 4.2 Pesan Daftar Pustaka
BAB II Landasan Teori 2.1. Konsep Dasar Kehamilan dengan HIV 2.1.1. Pengertian Kehamilan Penghamilan terjadi kalau ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa). (Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bnadung ; 1983 : 100) Kehamilan adalah adanya spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi) dan nidasi hasil konsepsi (Hanifa Wikajosastro, 2002 : 55) Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari ( 40 minggu/9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. (Prawiroharjo S, 2002: 80). 2.1.2. Etiologi Waktu ovulasi sel telur masih diliputi oleh corona radialis tapi rupa-rupanya spermatozoa mempunyai enzim hialuronidase yang dapat mencairkan corona radiate tersebut hingga salah satu spermatozoa dapat menembus dinding sel telur. Setelah persenyawaan antara sel telur dan sel mani, yang biasanya terjadi dalam ampulla tubae maka sel telur disebut zygote. Jadi zygote adalah ovum yang telah dibuahi oleh spermatozoa. Sebelum terjadinya fertilisasi sel telur maupun sel mani telah mengalami proses pematangan yang tidak hanya terwujud dalam perubahan bentuk tapi juga perubahan dari jumlah kromosom. Jadi dapat dikatakan bahwa untuk setiap kehamilan harus ada ovum (sel telur), spermatozoa (sel mani), pembuahan (konsepsi=fertilisasi), nidasi dan plasentasi. (Obstetri Fisiologi: 1983) 2.1.3. Tanda dan Gejala Kehamilan .2.1.3.1. Tanda kehamilan yang tidak pasti. (Obstetri Fisiologi: 1983)
a. pembesaran, perubahan bentuk dan konsistensi rahim. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan makin lama makin bundar bentuknya. Kadang – kadang pembesaran tidak rata tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Konsistensi rahim dalam kehamilan juga berubah menjadi lebih lunak. b. perubahan pada serviks Di luar kehamilan, konsistensi serviks keras, kerasnya seperti kita meraba ujung hidung. Dalam kehamilan seviks menjadi lebih lunak pada perabaan selunak bibir atau ujung bawah daun telinga. c. kontraksi Braxton hicks Waktu palpasi atau toucher rahim yang lunak sekonyong-konyong menjadi keras karna berkonstraksi. d. ballottement Dapat ditentukan dengan pemeriksaan luar maupun dengan jari yang melakukan pemeriksaan dalam. e. meraba bagian anak f. pemeriksaan biologis Tidak dimasukkan tanda pasti karena keadaan lain dapat menimbulkan reaksi yang positif. g. pembesaran perut h. keluarnya kolostrum i. hiperpigmentasi kulit seperti pada muka yang disebut cloasma gravidarum. j. tanda Chadwick (warna selaput lender vulva dan vagina menjadi ungu) k. adanya amenore l. mual dan muntah
m. ibu merasa pergerakan anak n. sering kencing karena rahim yang membesar menekan pada kandung kencing o. perasaan dada berisi dan agak nyeri. 2.1.3.2. Tanda kehamilan yang pasti. (Obstetri Fisi ologi: 1983) a. mendengar DJJ janin b. melihat, meraba, atau mendengar pergerakan anak oleh pemeriksa c. melihat rangka janin dengan sinar rontgen atau dengan ultrasound d. pada palpasi dirasakan bagian janin. 2.1.3.3. Gejala-gejala pada kehamilan. (Obstetri Fisiologi: 1983) a. amenore (tidak dapat haid). Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi. Penting diketahui tanggal hari pertama haid terakhir. b. nausea dan emesis. Sering terjadi pada pagi hari. c. mengidam d. pingsan. Hilang sesudah kehamilan 16 minggu. e. mammae tegang dan membesar. Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesterone yang merangsang duktuli dan alveoli di mamma. Glandula Montgomery tampak lebih jelas. f. anoreksia g. sering kencing h. obstipasi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh pengaruh hormone steroid. i. pigmentasi kulit terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas.
j. epulis adalah suatu hipertrofi papilla ginggivae, sering terjadi pada triwulan pertama. k. varises, sering terjadi pada triwulan terakhir. 2.1.3.4. Perubahan fisiologis kehamilan. (Obstetri Fisi ologi: 1983) a. uterus uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh estrogen dan progesterone yang kadarnya meningkat, pada bulan-bulan pertama kehamilan bentuk uterus seperti buah alpukat, agak gepeng, pada kehamilan 4 bulan. Uterus berbentuk bulat. Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengadakan hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama membuat ismus menjadi panjang dan lebih lunak. b. serviks uteri serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormone estrogen. Jika korpus uteri mengandung lebih banyak jaringan otot, maka serviks lebih banyak mengandung jaringa ikat, hanya 10 % jaringan otot. Jaringan ikat pada serviks ini banyak mengandung kolagen. Akibat kadar estrogen meningkat, dan dengan adanya hipervaskularisasi maka konsistensinya menjadi lunak. c. vagina dan vulva Pembuluh darah dinding vagina bertambah hingga warna selaput lendirnya membiru (tanda chadwick). Kekenyalan vagina bertambah, artinya daya regangnya bertambah, sebagai persiapan persalianan. Getah dalam vagina biasanya bertambah dalam kehamilan, reaksinya asam PH 3,5-6,0. Reaksi asam ini disebabkan terbentuknya aridum lactikum sebagai hasil penghancuran dycogen yang berada dalam sel-sel epitel vagina oleh basil-basil dodelen. Reaksi asam ini mempunyai sifat bakterisida. d. ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu. Kemudian ia mengecil setelah plasenta terbentuk. e. dinding perut pada kehamilan lanjut pada primigravida sering timbul garis-garis memanjang atau serong pada perut, garis – garis itu terdapat juga pada buah dada dan paha. Pada seorang primigravida warnanya membiru dan disebut striae lividae. Pada seorang multigravida di samping striae yang biru terdapat juga garis-garis putih agak mengkilat ialah parut (cicatrix) dan striae gravidarum pada kehamilan yang lalu. Striae yang putih ini disebut striae albicans. Dahulu diduga bahwa striae ini disebabkan karena kulit perut diregang tapi sekarang orang berpendapat bahwa striae ini timbul sebagai akibat dari hiperfungsi gelombang suprarenalis. f. mammae mammae
akan
membesar
dan
tegang
akibat
hormone
somatommatroph, estrogen, progesterone, akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Estrogen menimbulkan hipertropi system saluran, sedangkan progesterone menambah sel-sel asinus pada mammae. Somatomamotropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus pula dan menimbulkan perubahan dalam sel-sel, sehingga terjadi pembuatan kasein, laktabumin, laktoglobin. Dengan demikian mammae dipersiapkan untuk laktasi. g. sirkulasi darah sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang membesar pula, mamma dan alat-alat lain yang memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologik dengan adanya pencairan darah yang disebut hidrmia. f. system respirasi
seorang wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya, tidak jarang mengelung rasa sesak dan pendek nafas. Hal ini disebabkan karena usus tertekan oleh uterus yang membesar ke arah diafra gma. i. traktus digestivus pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nausea). Mungkin ini akibat kadar hormone estrogen yang meningkat. Tonus otototot digestivus menurun, sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang. j. traktus urinarius pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh uterus yang mulai membesar, sehingga timbul sering kencing. Keadaan ini hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala mulai turun ke bawah pintu atas panggul, keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing mulai tertekan lagi. k. kulit selain striae gravidarum pada kulit terdapat pula hiperpigmentasi antara lain pada daerah areola mammae, papilla mammae, dan linea alba. Linea alba yang tampak hitam disebut linea nigra. Hiperpigmentasi kadang-kadang terdapat pula pada muka disebut cloasma gravidarum. Pada umumnya, setelah partus selesai gejala hiperpigmentasi menghitung dengan hipertrofi dan hiperfungsi dari cotex gelombang suprarenalis atau dari hipertrofi. (Prof. Sulaiman Sastrawinata, 1989:146). l. metabolisme pada wanita hamil BMR meninggi, system endokrin juga meninggi, dan tampak lebih jelas kelenjar gondoknya. BMR meningkat hingga 1520 % yang umumnya ditemukan pada triwulan terakhir. Dalam keadaan biasa wanit hamil cukup hemat dalam pemakaian tenaganya. Kenaikan berat badan dalam kehamilan disebabkan oleh:
1. Hasil konsepsi : fetus, placenta, dan liquor amni 2. Dari ibu sendiri : uterus dan mammae yang membesar, volume darah yang meningkat, lemak dan protein lebih banyak dan akhirnya adanya retensi air. 2.1.3.5. Kebutuhan Kehamilan (Obstetri Fisiologi: 1983) 2.1.3.5.1. Nutrisi Peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori/hari, mengkonsumsi yang mengandung protein, zat besi, minum cukup cairan (menu seimbang). Hal ini penting dalam pengawasan ibu hamil. Kekurangan atau kelebihan nutrisi dapat menyebabkan kelainan yang tidak diinginkan. (Prof. Dr. Abdul Saifudin, SPOG MPH, 2002 N-3, Hanifa Winkjosastro, 2005 :161). 2.1.3.5.2. Kebersihan badan Kebersihan badan mengurangkan kemungkinan infeksi, karena badan yang kotor banyak mengandung kuman-kuman. Pemeliharaan buah dada juga penting ; putting susu harus dibersihkan kalau terbasahi oleh kolostrum. Kalau dibiarkan dapat terjadi eczema pada puting susu dan sekitarnya. Piting susu yang masuk diusahakan supaya keluar dengan pemijatan keluar setiap kai mandi. Perawatan gigi perlu dalam kehamilan karena hanya gigi yang baik menjamin pencernaan yang sempurna. Wanita yang hamil jangan melakukan irigasi vagina kecuali dengan nasihat dokter karena irigasi vagina dapat menimbulkan emboli udara. 2.1.3.5.3. Pakaian Pakaian yang baik untuk wanita hamil ialah pakaian yang enak dipakai tidak boleh menekan badan. Pakaian yang menekan menyebabkan bendungan vena dan mempercepat timbulnya varises. Karena wanita hamil lebih sukar mempertahankan keseimbangan badannya, maka dianjurkan pemakaian sepatu
dengan
hak
yang
rendah,
lagipula
hak
tinggi
dapat
menimbulkan nyeri pinggang. 2.1.3.5.4. Buang air besar Pada wanita hamil mungkin terjadi obstipasi karena:
Kurang gerak badan
Peristaltic usus kurang karena pengaruh hormone
Tekanan pada rectum oleh kepala. Usaha untuk melancarkan buang air besar adalah
minum banyak, gerak badan yang cukup, makanan yang banyak mengandung serat seperti sayur dan buah-buahan. 2.1.3.5.5. Imunisasi Untuk melindungi janin yang akan dilahirkan terhadap tetanus neonatorum dewasa ini dianjurkan untuk diberikan toxoid tetanus pada ibu hamil. 2.1.3.6. Keluhan – keluhan dan cara penanganannya (Obstetri Fisiologi: 1983) 2.1.3.6.1. Mual dan muntah Biasanya muncul pada bulan ke II dan hilang sesudah bulan ke III lewat, terutama timbul pada pagi hari ialah waktu perut kosong. Pengobatannya adalah makan dahulu sedikit misalnya biscuit dan the sebelum bangun dari tempat tidur, makan dalam porsi kecil tapi sering (misal 5x sehari) dapat juga diberikan vit.B complex, vit C dan sedative. 2.1.3.6.2. Sakit pinggang Sebagian besar disebabkan karena perubahan sikap badan pada kehamilan yang lanjut, karena titik berat badan pindah ke depan disebabkan perut yang membesar. Ini diimbangi dengan lordose yang berlebih dan sikap ini dapat menimbulkan spasmus dari otot-otot pinggang. Nyeri seperti ini dapat diringankan dengan analgetika. Sebagian disebabkan karena melonggarnya sendi-sendi panggul seperti sympisis dan articulation sacroiliaka atas
pengaruh hormone-hormon kehamilan. Dengan istirahat atau pemakaian korset maka keluhan dapat berkurang. 2.1.3.6.3. Varises Timbulnya varises dipengaruhi oleh factor keturunan, berdiri lama dan usia, ditambah factor hormonal (progesteron) dan
bendungan
dalam
panggul.
Waktu
istirahat,
kaki
hendaknya ditinggikan. Ada juga baiknya mempergunakan kaos kaki panjang dan elastic. 2.1.3.6.4. Haemoroid (bawasir) Bawasir adalah pelebaran vena-vena di anus, dapat bertambah besar dalam kehamilan karena ada bendungan darah di dalam rongga panggul. Defekasi yang teratur penting buat mengurangi bendungan dalam panggul. Kalau perlu diberi suppositoria haemorrhoidales. 2.1.3.6.5. Sakit kepala Biasanya
timbul
pada
hamil
muda
dan
sukar
menentukan sebabnya. Pada pertengahan kehamilan hilang atau berkurang dengan sendirinya. Sakit kepala pada TM III dapat merupakan gejala pre-eklamsia yang berat. 2.1.3.6.6. Oedema Paling sering timbul pada kaki dan tungkai bawah. Baiknya kaki ditinggikan saat tidur. 2.1.3.6.7. Sesak nafas Disebabkan karena rahim yang membesar, mendesak diafragma ke atas. Kalau tidur dengan bantal yang tinggi, sesak kurang. 2.1.3.6.8. Fluor albus Pada umumnya cairan di vagina bertambah dalam kehamilan tanpa sebab-sebab yang patologis dan sering tidak menimbulkan keluhan. Terapi ditujukan kepada penyebab. 2.1.3.7. Tanda bahaya pada kehamilan (Arif Mansjoer:2001:262 ) 2.1.3.7.1. Perdarahan pervaginam Kehamilan
<
20
molahidatidosa dan aborsi.
minggu
:
kehamilan
ektopik,
Kehamilan > 20 minggu : solusio plasenta, plasenta previa. 2.1.3.7.2. Oedema pada muka dan jari Jika muncul pada muka dan lengan (PE) cara meringankan :
Hindari posisi berbaring
Hindari posisi yang tegak dalam waktu lama
Masa istirahat dengan posisi terlentang sampai kaki kiri dengan kaki diangkat
Jika perlu sering malatih kaki untuk ditekuk ketika duduk/istirahat.
2.1.3.7.3. Nyeri perut Pada abortus tuba nyeri mula-mula pada satu sisi, menjalar ke tempat lain, bila darah sampai ke diafragma bisa menyebabkan nyeri bahu yang mengakibatkan terjadinya kehamilan ektopik. (Arif Mansjoer: 2001: 267) 2.1.3.7.4. Muntah-muntah yang hebat Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat. Mual dan muntah terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi, hiponatremia,
hipokalemia,
penurunan
klorida
urine,
selanjutnya terjadi hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah ke jaringan dan menyebabkan timbulnya zat toksik. 2.1.3.7.5. Ketuban pecah dini Pecahnya
selaput
ketuban
sebelum
tanda-tanda
persalinan. Factor predisposisi KPD adalah infeksi genetalia, serviks inkompeten, gemeli, hidarmnion, kehamilan pretem, disproporsi sefalopelvik.
2.2. Konsep Dasar HIV Dalam Kehamilan 2.2.1. Pengertian HIV merupakan salah satu retrovirus yang mempunayi enzim reverse transcriptase, dengan kemampuan untuk mengubah RNA virus menjadi untai ganda DNA virus. (Manuaba, dkk, 2007: 658) HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. (Depkes, 1997) Sindrom imunodefiensi yang didapat (AIDS) adalah suatu penyakit infeksi yang disebakan oleh retrovirus yang dikenal dengan nama human T-cell lymphotropic virus (HIV) . (Rayburn, William, Christopher Carey, 2001:107) Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah sindroma dengan gejala penyakit infeksi oportunistik atau kanker tertentu akibat menurunnya system kekebalan
tubuh
oleh
infeksi
human
immunodeficiency
virus
(HIV).
(Prawirohardjo, Sarwono, 2008:932)
2.2.2. Etiologi Seperti definisi di atas, diketahui bahwa AIDS terjadi oleh infeksi HIV. HIV adalah suatu retrovirus RNA. Seperti halnya semua retrovirus, HIV mengandung transcriptase terbalik pada intinya. HIV mempunyai protein permukaan khusus gp120 dan gp41 dan protein inti p18 dan p24. HIV mneginfeksi sel dengan membuat kontak pertama dengan protein gp120. HIV dengan perantara enzim dapat melekat pada limfosit T yang dikeluarkan oleh timus, dalam hal ini CD4, dengan perantara enzim reverse transcriptase. Setelah masuk maka enzim integrase akan bekerja dengan mempergunakan mekanisme metabolism sel sendiri, untuk menggandakan DNA serta memecah virus sehingga sel tersebut akan rusak. HIV baru yang telah mampu menggandakan diri secara intraseluler, kini akan menyebar dan mencari mangsa CD4 yang baru, menggunakan mekanisme yang sama.
2.2.3. Masa Inkubasi Masa inkubasi infeksi HIV berlangsung 1-3 minggu tergantung dari kemampuan daya tahan tubuh dengan gejala klinik: 1.
Gejala Mayor
2.
Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan
Diare kronis lebih dari 1 bulan berulang maupun terus menerus
Penurunan berat badan lebih dari 10 % dalam 3 bulan.
Gejala Minor
Batuk kronis selama lebih dari 1 bulan
Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan oleh jamur candida albican
Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh
Munculnya herpes zoster berulang
Bercak-bercak, gatal diseluruh tubuh.
Setelah masa infeksi berakhir akan diikuti oleh keadaan yang disebut set point yang berarti terjadi keseimbangan antara kemampuan untuk bertahan dari tubuh dan terjadinya pemecahan – replikasi virus seimbang, sehingga tidak menimbulkan gejala klinik. Masa set point dapat berlangsung 5-10 tahun tergantung dari tubuh membentuk dan mempertahankan jumlah CD4. Gambaran darah dengan infeksi HIV virus adalah:
Terjadi penurunan CD4
B limposit tidak sanggup membentuk antibody, untuk melawan HIV.
2.2.4. Diagnosis Dasar Diagnosis Infeksi Virus HIV
Diagnose pada saat infeksi pertama, mungkin sulit ditegakkan, karena gejalanya ringan mirip dengan infeksi influenza biasa. Setelah 44-45 hari terinfeksi barulah akan dapat dilakukan pemeriksaan antibody dengan mempergunakan pemeriksaan : enzim immunoassay (EIA). Pemeriksaan ini mempunyai sensitivitas 97 % sedangkan spesivitasnya mendekati 99,4 %. Pemeriksaan lainnya adalah:
Tes langsung terhadap virus HIV, pada infeksi primer.
Kultur virus HIV untuk/dengan menetapakan terdapatnya p24 antigen.
Polymerase chain reaction (PCR) untuk menetapkan HIV.1 – proviral DNA. Dalam permulaan infeksi akan dijumpai :
Lemah dan cepat lelah
Riwayat TBC sebelumnya
Terjadi infeksi berulang pada: a. Infeksi paru-pneumonia b. Kandidiasis vagina c. Terjadi infeksi PID berulang
Terjadi diare berulang tanpa sebab yang jelas. Setelah melewati masa set point dan menuju AIDS barulah pemeriksaan fisik akan dijumpai berbagai bentuk manifestasi immunosupresi tubuh, dan mulai muncul infeksi sekunder.
Suara paru yang abnormal - menunjukkan mulai terjadi infeksi sekunder pneumonia.
Pembesaran kelenjar di seluruh tubuh, sebagai tempat berkembang biaknya virus HIV – tempat sekitar 95 % cd4 tersimpan.
Pada mulut terjadi infeksi sekunder sehingga dijumpai sariawan. Dengan demikian maka derajat infeksi HIV dapat ditetapkan, untuk dapat
memberikan pengobatan adekuat. Perkembangan lebih lanjut akan terjadi infeksi sekunder dan keganasan oleh Karena daya tahan tubuh sudah tidak mampu mengatasi infeksi HIV. Secara laboratorium, acquired immunodefisiensi syndrome (AIDS) semakin cepat tejadi jika CD4 kurang dari 200 sel/UI. Infeksi sekunder yang terjadi adalah
Pneumocystis carinii
Toksoplasmosis
Mycobacterium avium complex
Streptokokus/stafilokokus
Keganasan yang sering menyertai AIDS : a.
Karsinoma
b.
Sarcoma
c.
Menurunnya reaksi terhadap toksin karena gangguan fungsi liver
d.
Menurunnya pengeluaran interkulin 2, dengan akibat menghambat kemampuan CD4 untuk bereaksi terhadap HIV
e.
Akibat CD4 menjadi tempat replikasi HIV, maka umurnya makin pendek
f.
Diketahui bahwa CD4 hanya 2-4 % beredar dalam sirkulasi, sebagian besar dalam kelenjar limfa diseluruh tubuh.
Diagnosis Laboratorium
Serologi adalah metode yang paling lazim untuk diagnosis. Metode serologi tak langsung yang mendeteksi antibody HIV antara lain adalah uji asai imunosorben yang dihubungkan – enzim (ELISA = Enzym Linked Immunosorben Assay). Sensitivitas ELISA sebesar 93 sampai 99 %, dan spesifitasnya 99 %. Meskipun jarang, hasil-hasil positif palsu dapat terjadi dan uji penegasan selalu diperlukan. Uji “western blot” yang mengenali adanya inti HIV dan antigen yang terselubung, adalah 99 persen sensitive dan 99,8 persen spesifik. Serologi tak langsung dengan teknik ELISA penangkapan juga dapat mengenali antigen HIV. Virus juga dapat dikenali dengan biakan jaringan langsung. Individu dinyatakan HIV positif kalau salah satu dari unsure berikut terjadi : (1) ELISA reaktif dua kali, dan ini dipastikan dengan “Western blot” positif atau IFA positif; (2) terdapat uji antigen HIV positif; (3) diperoleh biakan HIV positif, yang dipastikan dengan pengenalan transcriptase terbalik dan suatu uji antigen HIV khusus.
2.2.5. Jalan Penularan Penyakit Kontaminasi cairan yang mengandung virus khususnya melalui hubungan seksual merupakan cara transmisi yang paling utama di eluruh dunia. Berkaitan dengan hubungan seksual maka homoseksual menempati urutan pertama, karena HIV berkonsentrasi paling tinggi di sekitar mukosa anus. Selanjutnya hubungan seksual multipartner menempati urutan yang kedua. Cara lainnya yang perlu diketahui adalah kontaminasi HIV melalui : 1. Penggunaan jarum suntik bersama-sama pada pemakai obat narkotik 2. Infeksi dari laki-laki kepada wanita sekitar dua kali lebih besar dari sebaliknya 3. Perlu diperhatikan bahwa konsentrasi virus – viremia paling tinggi pada infeksi pertama atau pada saat penyakit pada stadium lanjut. Akibatnya semua cairan tubuhnya akan mengandung virus yang selalu dapat menimbulkan kontaminasi kepada orang lain. 4. Transmisi dari ibu menuju janinnya dapat dijabarkan dalam 3 kemungkinan : a. Intrauteri :
mulai minggu ke 8-14 jika samapai aterm, maka infeksi sekitar akhir kehamilannya. Infeksi sekitar 20-40 %.
Infeksi pada gemelli, anak pertama akan menderita sekitar 3 kali lebih tinggi dari anak kedua.
b. Intra partum : cara transmisi seperti orang dewasa, sekitar 40-80 % c. Post partum : melalui pemberian ASI, sekitar 14 %. Dapat dikemukakan bahwa perilaku yang meningkatkan resiko terkontaminasi infeksi HIV antara lain: 1) Perilaku seksual dengan resiko tinggi a. Homoseksual melalui anal, tanpa kondom b. Multipartner vagina tanpa kondom c. Hubungan seksual transvaginal tanpa kondom, sekalipun menggunakan spermiside d. Hubungan seksual multipartner. 2) Pada para pemakaian jarum suntik multipartner/tidak steril 3) Perilaku seksual yang abnormal a. Oral seks antar lelaki b. Oral seks antar wanita 4) Memakai obat atau kebiasaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh a. Peminum alcohol b. Pemakai obat narkotik 5) Berhubungan seksual pada wanita atau laki-laki dalam fase s et point. 2.2.6. Penatalaksanaan Obstetris Focus utama penanganan ditujukan pada deteksi infeksi dini dan pencegahan penularan lebih jauh. Dasar evaluasi dari pasien hamil yang positif HIV harus mencakup riwayat yang rinci mengenai factor resiko penularan dan riwayat medis yang cermat, teramasuk pertanyaan mengenai perubahan berat badan, nyeri kepala, diare, mual, muntah, anoreksia, demam, keringat malam, batuk, napas pendek, dan sakit tenggorok. Pasien harus juga ditanya mengenai pajanan terhadap tuberculosis, varisella, atau herpes simplex, kontak dengan kucing, dan perjalanan yang baru saja dilakukan, karena semua factor ini dapat memaparkan
pasien yang fungsi imunnya terganggu pada infeksi oportunistik. Pada pemeriksaan fisik, perhatian khusus harus diberikan pada rongga mulut (sariawan, leukoplakia), fundus mata (retinitis CMS), paru-paru, kelenjar getah bening, hati, limpa, vagiana (candida), dan daerah perirektal (herpes). Selain itu, pemeriksaan neurologi lengkap sangat diperlukan. Uji laboratorium awal harus mencakup hitung darah lengkap (CBC) bersama hitung jenis leukosit, hitung trombosit, uji fungsi hati, hitung sel T4, rasio T4/T8, PPD, serologi sifilis, dan titer serum untuk antigen permukaan hepatitis B, toksoplasmosis, rubella, dan CMV. Hitung sel T4 harus diulangi tiap trimester. Biakan servikal harus diperoleh untuk klamidia, ragi dan gonorea. Kunjungan prenatal tidak perlu lebih sering kecuali kalau secara khusus diindikasikan. Pengujian pengawasan janin hanya boleh digunakan untuk indikasi obstetric. Profilaksis terhadap PCP dengan bacterium dindikasikan pada kehamilan kalau hitung T4 turun di bawah 200/µl. Profilaksis untuk mengurangi transmisi vertical dari ibu kepada janinnya dapat digunakan. Data menunjukkan bahwa penurunan transmisi vertical dapat berkurang sekitar 70 %. Obat-obat yang diperlukan Antiviral
Dosis
Zidovudine
Zidovudine
Cara Pemberian
100 mg/5 kali
200 mg/3 kali
2
mg/kg,
Sejak
hamil
14-34
minggu sampai lahir diikuti
1mg/kg
Intra partum
4 hari sebelum SC dilakukan
Zidovudine
2 minggu/kg/4 kali
Neonatus
sampai
umur 6 minggu
Berdasarkan teori transmisi intrapartum, perlu dilaksanakan tatacara dalam memberikan pertolongan persalianan antara lain: 1) Menerapkan prosedur PI 2) Pemasangan elektroda pada kulit kepala janin harus dihindari sehingga mengurangi infeksi intrapartum kepada bayinya 3) Hindari pemecahan ketuban sehingga dapat mengurangi kontaminasi langsung antara jalan lahir dengan bagian terendah bayi
4) Persalinan sebaiknya dipercepat, sehingga mengurangi waktu terlalu lama berhubungan/kontak langsung antara bagian terendah dan jalan lahir. Untuk dapat meningkatkan pengertian penderita tentang berbagai aspek infeksi HIV yang berlanjut menjadi AIDS, maka diperlukan konseling untuk meningkatkan pengertian mengenai kedudukannya di tengah masyarakat, khususnya bahwa semua cairan tubuhnya bersifat infeksius karena “viremianya”. Diharapkan bahwa dengan pengertian itu, maka mereka akan dapat menerima perlakuan masyarakat terhadap dirinya sendiri. 2.2.7. Sikap Nakes Terhadap Resiko Penularan HIV Konsep dasarnya adalah sebanyak mungkin mengurangi kontaminasi terhadap infeksi HIV dari ibu hamil dengan seropositif. Langkah-langkah yang paling utama adalah: 1)
Hindari sebanyak mungkin luka akibat tusukan jarum suntik, karena perlukaan kecil itu yang paling banyak menimbulkan masalah infeksi HIV pada petugas (0,35-0,40 %).
2) Pergunakan alat-alat proteksi diri: a. Baju khusus sampai ke kaki b. Penutup kepala khusus c. Penutup mulut dan penutup mata dengan lubang untuk kacamata yang sudah dibuat khusus d. Hindari sebanyak mungkin terkontaminasi/kontak dengan cairan, darah dan lainnya dari ibu hamil dengan seropositif HIV e. Tutupi perlukaan terbuka pada kulit, sehingga tidak dapat menyebabkan infeksi nosokomial f. Gunakan penghisap medis mekanis/elektris, untuk membersihkan lendir mulut, lubang hidung dan tenggorokan bayi g. Pastikan bahwa: - Bahan bekasnya terisolasi - Mendapat pengawasan khusus - Sterilisasi dengan pasti h. Jika telah terjadi kontaminasi dengan ibu hamil seropositif maka perlu mendapat
obat
antivirus
diantaranya
ZDV
kemungkinan infeksi berlanjut skitar 79-80 %).
(dapat
menurunkan
Kini dianjurkan untuk mempergunakan 3 macam obat sebagai profilaksis yaitu: 1. ZDV 2. Lamivudin 3. Indinavir
2.3
Konsep Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan HIV 2.3.1. Data Subyektif
Tanggal pengkajian
(tanggal, bulan, tahun dilakukan pengkajian)
Pukul
(pukul berapa pengkajian dilakukan)
Oleh
(nama orang yang melakukan pengkajian)
1) Identitas a)
Nama istri, nama suami Nama klien dan suami ditanyakan untuk mengenal. Lebih mengakrabkan dan tidak keliru dengan klien yang lain
b)
Umur Untuk mengetahui apakah kehamilannya resiko tinggi atau tidak, juga untuk memberika asuhan yang tepat dan mengetahui kematangan jiwa ibu.
c)
Kebangsaan Untuk mengetahui kebiasaan yang mempenaruhi klien saat hamil agar kita dapat memberikan konseling/ asuhan yang sesuai
d)
Agama Dengan tahu agama pasien akan memudahkan petugas untuk memberikan asuhan yang sesuai dengan klien, tidak menyinggung perasaannya dan untuk pendekatan dalam asuhan.
e)
Pendidikan Untuk mengetahui tingkat intelektualnya karena tingkat intelektual berpengaruh pada sikap, perilaku dan emosi seseorang.
f)
Pekerjaan Mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi ibu agar nasehat dan asuhan yang diberikan sesuai, selain itu untuk mengetahui apakah pekerjaannya berpengaruh pada kehamilannya atau tidak. Juga untuk mengetahui factor resiko yang berkaitan dengan penyakit yang dideritanya. Seperti pada pekerjaan PSK yang beriso tinggi terhadap penyakit HIV.
g)
Alamat Menjaga kemungkinan jika ada kebutuhan yang mendesak dengan ibu misal mengingatkan ibu untuk konrol ulang
2) Kunjungan ke Melihat apakah ibu pernah periksa atau belum sehingga tahu rencana asuhan selanjutnya 3) Keluhan yang dirasakan Keluhan yang dirasakan pada ibu hamil dengan HIV antara lain :
Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan
Diare kronis lebih dari 1 bulan berulang maupun terus menerus
Penurunan berat badan lebih dari 10 % dalam 3 bulan.
Batuk kronis selama lebih dari 1 bulan
Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan oleh jamur candida albican
Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh
Munculnya herpes zoster berulang
Bercak-bercak, gatal diseluruh tubuh.
4) Riwayat Menstruasi Ditanyakan untuk mengetahui usia kehamilan ibu untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya
Menarche
: normalnya 10-16 tahun
Siklus
: normalnya 21-35 hari
Banyaknya
: 50-70 cc/ hari
Lama
: 3-14 hari
Sifat
: encer
Teratur
Tidak dysmenorea
Fluor albus
: encer dan kadang-kadang purulen, bau, dan gatal
5) Riwayat Kehamilan ini Berisi : 5.1. Keluhan
Bisa terjadi pada trimester I, II, III. 5.2.
ANC : pemeriksaan kehamilan yang sudah dilakukan.
5.3.
Penyuluhan yang pernah di dapat:
6) Imunisasi TT Jika pada Ibu primigravida yang lahir diatas pada tahun 1990, biasanya sudah mendapatkan TT sebanyak 5 kali . 7) Pergerakan anak pertama kali Pada multi usia kehamilan 15 minggu sudah bisa dirasakan gerakan janin dan pada primi 18 minggu, ini untuk mengetahui usia kehamilan jika ibu lupa HPHT. 8) Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Diisikan dengan menggunakan format sebagai berikut:
No Kehamilan
Persalianan
Nif
Anak
as Sua
Ha
Peny
U
Peno
Jen
Pe
Pe
Se
mi
mil
ulit
K
long
is
ny
ny
ks
Ke
Ke
ulit
ulit
BB
Hidup
Mati/
/Umur Umu r
Lam
MP
a
ASI
men etek i
9) Riwayat kesehatan
Riwayat penyakit keluarga Ada riwayat keluarga atau suami yang menderita herpes, sif ilis, ghonorea, AIDS, PMS, Hepatitis, atau HIV.
Riwayat penyakit pasien. Ibu pernah menderita Penyakit Menular seksual seperti herpes, sifilis, ghonorea, AIDS, PMS, Hepatitis, atau HIV.
10) Riwayat sosial Status perkawinannya dan penerimaan keluarga terhadap kehamilan ini, berkaitan dengan dukungan sosial yang ia peroleh. Riwayat dari kehidupan suami sangat berpengaruh dalam penularan HIV. 11) Pola Kebiasaan sehari-hari Pola nutrisi Pada kehamilan dengan HIV terjadi penurunan nafsu makan.
K
K
B
et
Pola eliminasi Ibu mengalami diare kronis lebih dari 1 bulan terus-menerus. Pola aktifitas Tidak ada gangguan atau keluhan saat ibu melakukan aktivitas. Ibu boleh bekerja yang ringan, tidak melelahkan ibu yang tidak mengganggu kehamilannya. Pola kebiasaan Kebiasaan ibu merokok, minuman keras, narkoba, berganti-ganti pasangan seksual, perilaku seksual abnormal. Pola aktivitas sexual Sering berganti-ganti pasangan seksual, perilaku seksual abnormal dengan tanpa mengunakan kondom. 3.2
Data Obyektif.
Keadaan Umum Pada ibu hamil dengan HIV, keadaan umumnya lemah karena ibu mengalami penurunan nafsu makan dan diare yang terus-menerus(Prawirohardjo,S.2008)
Tanda-tanda vital. o
Suhu
: Suhu meningkat (Normal 36,5˚C - 37,5˚C)
o
Tekanan Darah
: Turun (Normal 110/70-120/80 mmHg)
o
Denyut nadi
: Cepat (Normalnya 84 – 88 x/menit)
o
Pernafasan
: Cepat, pendek, dangkal (Normalnya 16 - 24 x/menit)
o
Berat badan
: Menurun (Kenaikan rata-rata pada ibu hamil yaitu
12,5 kg, tidak boleh lebih dari0,5 kg/minggu.)
Pemeriksaan fisik Inspeksi
1) Muka pucat 2) Mata Konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik 3) Mulut Mulut kotor, sariawan (jamur candida albican), mukosa bibir kering. 4) Leher Ada pembesaran kelenjar limfe
5) Dada (payudara) Bentuknya simetris, bersih, terdapat hiperpigmentasi, kolostrum belum keluar. 6) Abdomen Pembesarannya ke depan, adakah luka bekas SC 7) Vagina Ada fluor albus (encer dan kadang-kadang purulen, bau, dan gatal), ada infeksi pada genetalia 8) Anus Terdapat abses rektal 9)
Ekstremitas Tidak oedem, tidak varices
Palpasi
1)
Leher Ada pembesaran kelenjar limfe
2)
Dada Tidak ada massa
3)
Abdomen Leopold І
:
Menentukan umur kehamilan dan menentukan bagian apa yang terdapat pada fundus (sesuai normal) Leopold ІІ : Menentukan dimana letak punggung anak dan di mana letak bagian bagian kecil janin (sesuai normal) Leopold ІІІ : Menentukan apa yang terdapat di bagian bawah dan apakah sudah masuk PAP atau belum (sesuai normal) Leopold ІV : Menentukan seberapa jauh bagian terendah tersebut masuk PAP (sesuai normal)
Auskultasi Ada retraksi dada, ada bunyi wheezing,
Perkusi Extermitas: reflek patella positif / positif
Pemeriksaan panggul Distantia spinarum
:23-26 cm
Distantia cristarum
:26-28 cm
Conjugata eksterna (boudelouqe)
:18-20 cm
Lingkar panggul
:80-100 cm
Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan serologis dengan: - ELISA (reaktif) - Western Blot (positif) 2. Tes langsung terhadap virus HIV, pada infeksi primer 3. Kultur virus HIV (positif) 4. PCR (< 400 kopi/ml)
3.3. Assessment
Diagnosa : G..... P.... A.... umur kehamilan..... minggu janin tunggal hidup, intra/ ekstra uterin, letak janin normal/lintang/ sungsang, dengan presentasi bokong/kaki/ bahu, keadaan jalan lahir normal, keadaan umum ibu dan janin baik, dengan HIV Masalah
: Ibu cemas dengan kondisi diri dan janinnya.
Kebutuhan: tanda bahaya kehamilan tanda-tanda persalinan persiapan persalinan
Diagnosa potensial: bayi terkena HIV Masalah potensial : tidak ada 3.4 Planning
1. Pemberian obat ARV atau antiretroviral. R/ Profilaksis untuk mengurangi transmisi vertical dari ibu kepada janinnya Data menunjukkan bahwa penurunan transmisi vertical dapat berkurang sekitar 70 %. (Pusdiknakes. 1997). 2. Diskusikan tentang persalinan secara SC
R/ Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika dibandigkan periode kehamilan. Penularan terjadi melalui transfuse Fetomaternal atau kontak antara kulit atau membran mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan. Semakin lama proses persalinan, maka semakin besar pula resiko penularan yang terjadi. Oleh karena itu, lamanya persalinan dapat dipersingkat dengan SC.
3. Diskusikan tentang tidak memberikan ASI pada bayi setelah lahir. R/ Berdasarkan data penelitian De Cock, dkk (2000), diketahui bahwa ibu yang menyusui bayinya mempunyai resiko menularkan HIV sebesar 10-15% dibandingkan ibu yang tidak menyusui bayinya.
BAB III TINJAUAN KASUS 3.1. Data Subjektif Tanggal Pengkajian
:19 Oktober 2011
Pukul
: 10.30
Oleh
: Lailatul Maghfiroh
3.1.1. Identitas Nama pasien
: Ny. Q
No. Register
: 1105298
Umur
: 40 tahun
Suku/Bangsa
: Jawa/Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: swasta
Alamat
: Asemrowo 4A/30 Surabaya
Nama Suami
: Tn. S
Umur
: 41 tahun
Suku/Bangsa
: Jawa/Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Asemrowo 4A/30 Surabaya
3.1.2. Kunjungan ke
:1
3.1.3. Keluhan utama
: Ibu mengatakan sedang hamil 9 bulan, datang untuk
memeriksakan kandungannya. Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah. Ibu juga mengeluh akan penyakit yang dideritanya (HIV stadium II) saat ini dan cemas akan mempengaruhi janinnya. 3.1.4. Riwayat kesehatan yang lalu : ibu mengatakan mengetahui terkena penyakit HIV sejak Mei 2010, tertular dari almarhum suami I. Ibu tidak pernah
menderita penyakit jantung, ginjal, asma, TBC, hepatitis, diabetes mellitus, dan hipertensi. 3.1.5. Riwayat kesehatan keluarga : Ibu mengatakan suami pertamanya menderita HIV/AIDS sejak Maret 2007. Ibu mengatakan keluarga tidak ada yang menderita penyakit jantung, ginjal, asma, TBC, hepatitis, diabetes mellitus, dan hipertensi. 3.1.6. Riwayat penyakit sekarang
: klien mengatakan terkena penyakit HIV karena
tertular suaminya. Klien memutuskan datang periksa ke Poli hamil 1 karena khawatir dengan kehamilannya. 3.1.7. Riwayat menstruasi Menarche
: usia 13 tahun
Dismenore
: ya
Siklus
: 30 hari
Teratur/tidak : tidak teratur
Lama
: 6 hari
Jumlah
:sedang
HPHT
: 12/2/11
Fluor
: tidak gatal.
TP
: 19/11/11
3.1.8. Riwayat obstetri yang lalu
No Suami Ke
Kehamilan Hamil Penyulit Ke
UK
Persaliana n Penolong Jenis
Penyul it
Nifas Penyu lit
Se ks
BB
1.
1
1
Tidak ada
9 bln
Bidan
Spt B
Tidak ada
Tidak ada
pr
280 0 gr
2.
1
2
Tidak ada
9 bln
Bidan
Spt B
Tidak ada
Tidak ada
pr
310 0 gr
3
2
H
A
M
I
I
N
L
Hidup / Umur 14 th
3th
Anak Mati/ Umur -
-
Lama meneteki
KB
Ket
Suntik 3 bulan selama 12 tahun Suntik 3 bl slm 1 th dan pil slm 3 th
HI V (-)
MP ASI
1 1/2 th
ya
2 th
ya
I
3.1.9. Riwayat kehamilan ini 3.1.9.1.Keluhan TM I : mual dan muntah pada pagi hari sampai usia kehamilan 2 bulan. TM II : tidak ada keluhan. TM III: Ibu merasa nyeri pada perut bagian bawah dan cemas terhadap janinnya dengan penyakit HIV yang dideritanya. 3.1.9.2.ANC : 1 kali (sebelumnya ANC di BPS)
HI V (+)
3.1.9.3. Imunisasi TT : 5x 3.1.9.4. Pergerakan anak pertama kali: saat usia kehamilan 4 bulan. 3.1.9.5. Penyuluhan yang pernah di dapat : penyuluhan dari bidan tentang kehamilan dengan penyakit yang dideritanya, nutrisi, personal hygiene, tanda persalinan dan tanda bahaya kehamilan. 3.1.10. Pola kehidupan sehari-hari 3.1.10.1.
Pola nutrisi :
Sebelum hamil : makan 3x/hari dengan menu nasi, sayur, lauk minum 5-6 gelas / hari selama hamil : makan 3-4x/hari dengan menu nasi, sayur, lauk, ditambah susu dengan porsi sedang. Ibu makan biscuit/roti. minum 8-10 gelas / hari 3.1.10.2.
Pola eliminasi :
Sebelum hamil
: BAB 1x/hari BAK 3-4 x/hari
Selama hamil
: BAB 1 x/hari BAK 5-6x/hari
3.1.10.3.
Pola istirahat
Sebelum hamil
: siang : jarang malam: 6 jam
selama hamil
: siang : ½-1 jam malam:6-7 jam
3.1.10.4.
Pola aktifitas
Sebelum hamil
: ibu bekerja sebagai pegawai kantor.
Selama hamil
: sebagai ibu rumah tangga.
3.1.10.5.
Pola aktifitas seksual
Sebelum hamil
: 2-3x seminggu
Selama hamil
: tidak melakukan
3.1.10.6.
Personal Hygiene
Sebelum hamil
: ibu mandi 2x/hari, ganti baju dan pakaian dalam
2x/hari Selama hamil 3.1.10.7.
: sama seperti sebelum hamil.
Pola kebiasaan
Alcohol
:tidak
Merokok
:tidak
Jamu-jamuan
: tidak
Obat-obatan
: ibu sedang menkonsumsi ARV sejak Agustus 2010
yaitu duviral dan neviral. 3.1.11. Riwayat social 3.1.11.1.
Status pernikahan : sah
3.1.11.2.
Kawin I : Umur Lama
kawin : 2 kali
: 22 tahun
: 15 tahun
Kehamilan : Direncanakan
Kawin II : Umur Lama
: 39 tahun
: 1 tahun
Kehamilan : Direncanakan
3.1.Data Objektif 3.1.1. Pemeriksaan umum 3.1.1.1.Kesadaran
: komposmentis
3.1.1.2.Keadaan emosional
: baik
3.1.1.3.TTV
:
TD
: 120/90 mmHg
Rr
: 16x/menit
Nadi
: 84x/menit
S
: 36,7 C
TB
: 161 cm
BB sebelum
LILA
: 28 cm
BB sekarang : 60 kg
3.1.2. Pemeriksaan fisik 3.1.2.1.Inspeksi 3.1.2.1.1. Muka Oedem : tidak Cloasma garvidarum : ada 3.1.2.1.2. Mata Sclera : putih Konjunctiva : merah mudah
3.1.2.1.3. Mulut dan gigi
: 52 kg
Mukosa mulut : kering, sariawan Gigi : tidak karies 3.1.2.1.4. Leher Pembesaran kelenjar limfe
: ada
Pembesaran kelenjar tyroid
: tidak ada
Bendungan vena jugularis
: tidak ada
3.1.2.1.5. Dada Payudara : simetris
putting susu
: menonjol
Kebersihan: bersih
Areola mammae: menghitam
3.1.2.1.6. Abdomen Bekas SC : tidak ada
Pembesaran perut
: ke depan
Striae
linea nigra
: ada
: alba
3.1.2.1.7. Genetalia Oedema
: tidak
Kondiloma : tidak
Varises
: tidak
flour albus : tidak
Luka bekas episiotomy : tidak
kebersihan : besih
Infeksi kelenjar bartholini : tidak
herpes genitalis: tidak ada
Infeksi kelenjar skene : tidak 3.1.2.1.8. Anus Hemoroid : tidak 3.1.2.1.9. Ekstremitas Atas : oedem -/Bawah: oedem -/Varises : tidak 3.1.2.2.Palpasi 3.1.2.2.1. Leher Bendungan vena jugularis : tidak ada Pembengkakan kelenjar lymfe
: tidak ada
Pembengkakan kelenjar tyroid
: tidak ada
3.1.2.2.2. Dada Massa
: tidak ada
Nyeri tekan: tidak ada 3.1.2.2.3. Abdomen TFU
: 27 cm
kolostrum
: sudah keluar
Leopold I : TFU pertengahan px - pusat, bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong). Leopold II : bagian kanan teraba keras, memanjang seperti papan. bagian kiri teraba bagian-bagian kecil janin. Leopold III : bagian terendah janin teraba keras, bulat, melenting (kepala), dapat digoyangkan (belum masuk PAP). Leopold IV : tidak dilakukan. 3.1.2.3.Auskultasi DJJ
: 12-11-12
Teratur/tidak : teratur Terdengar di : punggung kanan. 3.1.2.4.Perkusi Reflex patella : +/+ 3.1.3. Pemeriksaan panggul : tidak dilakukan 3.1.4. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan Hb, hasil : 11 gr% Pemeriksaan urine : Albumin : negatif Reduksi : negatif
Hasil pemeriksaan CD4: Tanggal 11 Agustus 2011 Result name
% Ratio
Abs Cnt
Reference Range
(cells/µl) CD3 + /CD45+
69,24
CD3+ CD3+CD4+/CD45+
55% - 84% 1461 cells/µl
24,25 Lo
31% - 60%
CD3+CD4+
512 Lo
CD45+
2111
*For quality control purpose only Multi-tube QC T Helper/supressor Ratio: 0,00
690 – 2540
410 – 1590
Keterangan: CD4 absolut : 512 (410-1590 cells/µl) CD4 %
: 24,25 (31-60 %)
Jumlah T Helper Lymphocyte (CD4) normal
Hasil pemeriksaan PCR HIV Tanggal 11 Agustus 2011 Hasil
Hasil
Nilai rujukan
Ket
pemeriksaan PCR ~ < 400 kopi/ml
< 400 kopi/ml
HIV 1 RNA tidak
HIV
~ <204 IU/ml
<204 IU/ml
terdeteksi
~ < log 2,6
< log 2,6
Hasil Laboratorium Patologi Klinik Jenis
Hasil
Rujukan
Satuan
Keterangan
CD4 absolut
357
410-1590
Sel/µl
Lymphocyte T
Cd4 %
26
31 – 60
%
cell berkurang
pemenriksaan CD4
3.2.Assesment 3.2.1. Diagnosa GIIIP20002 umur kehamilan 35-36 minggu tunggal, hidup, intra uteri, letak membujur, dengan presentasi kepala, keadaan jalan lahir normal, keadaan umum ibu dan janin baik, dengan HIV stadium II 3.2.2. Masalah Ibu cemas dengan kondisi diri dan janinnya. 3.2.3. Kebutuhan:
Tanda bahaya kehamilan
Tanda-tanda persalinan
Persiapan persalinan
3.2.4. Diagnosa potensial
: tidak ada
3.2.5. Masalah potensial
: tidak ada
2.4 Planning Tanggal
: 19 Oktober 2011
Jam
: 10.30
1.
Menjelaskan kepada ibu tentang kondisi diri dan janinnya E/ ibu mengerti kondisi diri dan janinnya
2.
Memberi konseling tentang penyakit yang ibu derita E/ ibu mengerti tentang penyakitnya
3.
Memberikan KIE tentang: -
Tanda bahaya kehamilan (pandangan mata kabur, pusing berat, nyeri
perut bagian bawah) -
Tanda - tanda persalinan (keluar lendir/ darah/ ketuban, his yang
smakin kuat dan teratur) -
Persiapan persalinan (Ibu ingin melahirkan di RSU dr. Soetomo
dengan SC) -
Kebutuhan nutrisi (sayur-sayuran yang mengandung zat besi)
E/ ibu mampu mengulang KIE yang diberikan 4.
Memberitahukan kepada ibu taksiran persalinan yaitu tanggal 19-11-2011 E/ ibu mengerti tentang taksiran persalinannya
5.
Melakukan kolaborasi dengan dokter di poli PIPI dalam Durival 2x1 dan Neviral 2x1. E/ resep sudah diterima pasien
6.
Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian tablet Fe 1x1. E/ resep sudah diterima pasien
7.
Memberitahukan kepada ibu untuk control ke poli hamil 1, 2 minggu lagi (2 November 2011) atau datang sewaktu-waktu bila ada keluhan, sambil menunggu hasil vital cood until made of delivery. E/ ibu bersedia datang untuk kontrol ulang November 2011 atau datang sewaktu-waktu bila ada keluhan.
8.
Memberitahukan kepada ibu untuk control ke poli PIPI 1 bulan lagi E/ ibu bersedia datang.
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan HIV adalah salah satu virus mematikan dan menyebabkan AIDS, HIV menyerang system daya tubuh manusia, menyebabkan tubuh lemah dan tidak berdaya melawan berjangkitnya penyakit. Ketika individu melakukan kontak dan terinfeksi HIV, maka virus akan mencapai atau berada dalam sirkulasi sistemik, dan dapat dideteksi dalam darah setelah 4-11 hari sejak paparan pertama. Dari hasil anamneses Ny. F diketahui Ibu terkena HIV karena tertular oleh suami yang ternyata sudah di diagnosa lebih awal terkena HIV. Kusniati dalam bukunya PMS dan HIV/AIDS menyebutkan bahwa penularan HIV/AIDS dapat terjadi secara horizontal, yaitu kontak antar darah atau produk darah yang telah terinfeksi HIV (penggunaan jarum suntik, tindik, tattoo yang dapat menimbulkan luka dengan menggunakan alat yang tidak disterilkan dan dipakai bersama sama dengan orang yang terinfeksi HIV). Selain itu juga penularan HIV/AIDS dapat terjadi secara transeksual (homoseksual maupun heteroseksual) yaitu hubungan seksual yang tidak aman dengan orang yang telah terinfeksi HIV. Pada hasil pemeriksaan 14 Desember 2011, di dapatkan keadaan umum pasien baik. Dari hasil pemeriksaan obstetrinya di dapatkan keadaan umum pasien baik, TFU 19 cm, janin tunggal, hidup, intra uterin, ballotement positif, djj: 12-12-12. Kondisi ini membutuhkan perhatian khusus, secara psikologis ibu membutuhkan penjelasan dan dukungan. Baik penjelasan mengenai penyakitnya, dan penjelasan mengenai keadaan janinnya. rencana persalinan Ny. F yaitu dengan operasi Caesar. Setelah bayi lahir, bayi bisa diberikan ASI hanya diberikan PASI dengan biaya sendiri atau jika ibu tidak mampu maka bisa mendapatkan PASI secara gratis di UPIPI yang bekerja sama dengan dinas social. 4.2 Saran
Bagi mahasiswa, untuk lebih memanfaatkan sebaik mungkin kesempatan praktik klinik di Poli Hamil 1 dan menggali ilmu semaksimal mungkin untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa tentang masalah – masalah yang terjadi pada kehamilan dengan HIV.
DAFTAR PUSTAKA
Hacker, Moore, 1992, Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:Hipokrates. Prawirohardjo, Sarwono, 2008, Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Manuaba, 2007, Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC. Rayburn, William, Cristopher, Carey, 2001, Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika. PUSDIKNAKES. 1997. AIDS. Jakarta: studio driya media
ASUHAN KEBIDANAN Pada Ny. “Q” GIIIP20002 Usia Kehamilan 35-36 minggu dengan HIV Stadium II DI POLI HAMIL 1 RSUD Dr.SOETOMO PADA TANGGAL 15-28 OKTOBER 2011
OLEH: LAILATUL MAGHFIROH NIM. P27824109017 REGULER SEMESTER V
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA PRODI KEBIDANAN KAMPUS SURABAYA TAHUN AKADEMIK 2010-2011
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kasus individu praktik klinik di URJ Poli Hamil 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya ini telah mendapatkan persetujuan oleh tim pembimbing pendidikan, pembimbing, praktik klinik dan kepala ruangan di URJ Poli Hamil 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada: Hari Tanggal
: :
Laporan ini disusun oleh: Nama
: Lailatul Maghfiroh
NIM
: P27824109017
Semester/kelas: Semester V/Reguler
Mengetahui, Pembimbing Praktik Klinik di URJ Poli Hamil 1
Tutik Indarti, Amd. Keb NIP. 195708161981032006
Pembimbing Akademik Prodi Kebidanan Kampus Sutomo
Pembimbing Akademik Prodi Kebidanan Kampus Sutomo
Netti Herlina, S. Pd., M. Kes
Sherly Jeniawati, SST.
NIP.
NIP.