ULKUS GANGREN
Kelompok 8 Ela Martika
201010300511067
Ayu Okvita
201010300511077
Qiraf Fauzan
201010300511104
Rizal Hedah Permana
201010300511111
PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011 / 2012
Kata Pengantar Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkah dan rahmat serta hidayah-NYA makalah ini terselesaikan tepat waktu. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah mendukung sampai tugas ini selesai. makalah ini membahas, masalah Ulkus Gangren. Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Malang, 19 Maret 2012
Penyusun
DAFTAR ISI Hal Lembar Pengesahan ................................................................................................................... i Kata Pengantar ............................................................................................................................. ii Daftar Isi ......................................................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1 1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................. 1 1.4 Manfaat Masalah ............................................................................................... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Ketoasidosis ....................................................................................... 3 2.2 Etiologi.................................................................................................................. 4 2.3 Patofisiologi ........................................................................................................ 6 2.4 Manifestasi Klinik ............................................................................................. 6 2.5 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................ 6 2.6 Penatalaksanaan ............................................................................................... 6 2.7 Komplikasi .......................................................................................................... 6 2.8 Prognosis ............................................................................................................. 6 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 8 3.2 Saran...................................................................................................................... 8 DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin (ADA, 2003 dikutip dari Soegondo, 2007). Paling sedikit terdapat 3 bentuk diabetes mellitus : tipe I atau biasa disebut Diabetes Melitus Dependen Insulin (DMDI), tipe II atau biasa disebut Noninsulin Dependen Diabetes mellitus (NIDDM), dan dan diabetes gastasional ( Elizabeth j. Corwin 2002). Beberapa penelitian di Indonesia melaporkan bahwa angka kematian ulkus gangren pada penyandang diabetes mellitus berkisar antara 17-32%, sedangkan laju amputasi berkisar antara 15-30%. Pengelolaan kaki diabetik mencakup pengendalian gula darah, debridemen/membuang jaringan yang rusak, pemberian antibiotik, dan obat-obat vaskularisasi serta amputasi. Komplikasi kaki diabetik adalah penyebab amputasi eksterimitas bawah non tarumatik yang peling sering terjadi di dunia. Sebagian besar komplikasi kaki diabetik mengakibatkan amputasi yang dimulai dengan pembentukan ulkus di kulit. Risiko amputasi ekstrimitas bawah 15-46 kali lebih tinggi pada penderita diabetik dibandingkan dengan orang yang tidak menderita diabetes mellitus. Komplikasi kaki diabetik adalah alasan yang paling sering terjadinya rawat inap pasien dengan prevalensi 25% dari seluruh rujukan diabetes di Amerika Serikat dan Inggris (Yunizone, 2008). Gangguan kesehatan akibat komplikasi DM dapat berupa gangguan mata (retinopati), gangguan ginjal (nefropati), gangguan pembuluh darah (vaskulopati) dan kelainan pada kaki. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah terjadinya perubahan patologis pada anggota gerak (Irwanashari, 2008). Salah satu perubahan patologis yang terjadi pada anggota gerak ialah timbulnya luka. Luka yang bila tidak dirawat dengan baik akan berkembang menjadi ulkus gangren (Suyono, 2004). Pada gangren, kulit dan jaringan disekitar luka akan berwarna kehitaman dan menimbulkan bau.
Terjadinya kaki diabetik tidak terlepas dari tingginya kadar glukosa darah. Kadar gula darah yang tidak ditangani dengan baik dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan masalah pada kaki penyandang diabetes, yakni kerusakan saraf. Masalah pertama yang timbul adalah kerusakan saraf ditangan dan kaki. Saraf yang rusak telah membuat penyandang diabetes tidak dapat merasakan sensasi sakit, panas, atau dingin, pada tangan dan kaki. Hilangnya sensasi rasa ini disebabkan kerusakan saraf yang disebut sebagai neuropati diabetik (Merry, 2007). Masalah kedua adalah terjadinya gangguan pada pembuluh darah, sehingga menyebabkan tidak cukupnya aliran darah ke kaki dan tangan. Aliran darah yang buruk ini akan menyebabkan luka dan infeksi sukar sembuh. Ini disebut penyakit pembuluh darah perifer yang umum menyerang kaki dan tangan. Penyandang diabetes yang merokok akan semakin memperburuk aliran darah. Hal itu dapat mengakibatkan darah menjadi lebih kental sehingga sirkulasi darah menjadi terganggu, terutama ke bagian-bagian ekstremitas tubuh. Luka menjadi sulit sembuh karena oksigen dan zatzat yang diperlukan tubuh sebagai regenerasi luka sulit sampai ke daerah luka (Merry, 2007). 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian ulkus gangren? 2. Bagaimana etiologi, klasifikasi, patofis, peneriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, dan komlikasi dari ulkus gangren ? 3. Bagaimana diagnosa keperawatan ulkus gangren? 1.3 Tujuan Masalah 1. Mengetahui pengertian ulkus gangren. 2. Mengetahui etiologi, klasifikasi, patofis, peneriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, dan komlikasi dari ulkus gangren. 3. Mengetahui diagnosa keperawatan ulkus gangren. 1.4 Manfaat Masalah Mahasisiwa dapat mengerti pengertian, etiologi, klasifikasi, patofis, peneriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, dan komlikasi dari ulkus gangren, begitu juga asuhan keperawatan ulkus gangren.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin di dalam tubuh. Gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein. ( Askandar, 2000 ). Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau Hiperglikemia. glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk dihati dari makanan yang
dikonsumsi.
insulin
yaitu
suatu
hormon
mengendalikan kadar glukosa dalam darah
yang
diproduksi
pankreas,
dengan mengatur produksi dan
penyimpanannya.(Brunner & Suddarth) Pangkreas selain fungsi pencernaannya juga mensekresi dua hormone penting, insulin dan glukogen. Pangkreas terdiri dua jaringan utama yaitu (1) asini, yang menyekresi getah pencernaan ked lm duodenum dan (2) pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan glucagon langsung kedarah.(guyton) Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang disebabkan oleh infeksi. ( Askandar, 2001 ). Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai. Ulkus kaki diabetic merupakan suatu komlikasi kronik dari penyaki DM ( Askandar, 2001).
2.2. Etiologi 2.2.1. Diabetes Melitus Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau Hiperglikemia. glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk dihati dari makanan yang dikonsumsi. insulin yaitu suatu hormon yang diproduksi pankreas, mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya.(Brunner & Suddarth). Diabetes Tipe I Diabetes tipe I ditandai oleh :
Penghancuran sel-sel beta
Faktor-fakto genetic Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucocyte antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
Faktor-faktor Imunologi Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respom otoimun. Respon ini merupakan respon abnormal di mana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebutyang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
Faktor-faktor lingkungan Penyelidikan juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh, hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentudapat memicu prosses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
Diabetes Tipe II Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan
memegang peran dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II. Fakto-faktor ini adalah :
Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas usia 65 tahun).
Obesitas
Riwayat keluarga
Kelompok etnik
Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu : 1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta melepas insulin. 2. Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan. 3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang disertai pembentukan sel – sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel - sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus. 4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin. 2.2.2. Gangren Kaki Diabetik Faktor – faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki diabetic dibagi menjadi endogen dan faktor eksogen.
Faktor endogen : a. Genetik, metabolic b. Angiopati diabetic c. Neuropati diabetic
Faktor eksogen a. Trauma b. Infeksi
c. Obat
2.3. Klasifikasi 1. Type I : Diabetes Melitus tergantung insulin (IDDM) Kurang lebih 5-10% penderita mengalami diabetes tipe I, yaitu diabetes yang tergantung insulin. Pada diabetes jenis ini, sel-sel beta pankreas dalam keadaan normal menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh suatu proses otoimun. Sebagai akibatnya, penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah. diabetes tipe I ditandai dengan awitan mendadak yang biasanya terjadi pada usia 30 tahun. 2. Type II : Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (NIDDM) Kurang lebih 90-95% penderita mengalami diabetes tipe II, yaitu diabetes yang tidak tergantung insulin. Diabetes tipe II ini terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (yang disebut resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin. 3. Diabetes Melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya Komplikasi akut sindrom hiperosmolar nonkatotik disertai dengan keadaan yang diketahui atau dicurigai dapat menyebabkan penyakit, pankreatitis, kelainan hormonal, obat-obat seperti glukokrtikoid dan preparat yang mengandung estrogen penyandang diabetes. 4. Diabetes Melitus Gestasional Awitan selama kehamilan, biasanya terjadi pada trimester kedua atau ketuga. Disebabkan oleh hormon yang disekresikan plasenta dan menghambat kerja insulin Wagner ( 1983 ) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan , yaitu : -
Derajat 0
: Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “. -
Derajat I
: Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
-
Derajat II
: Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
-
Derajat III
: Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
-
Derajat IV
: Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
-
Derajat V
: Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi 2 golongan : 1. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI ) Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati ( arterosklerosis ) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah betis. Gambaran klinis KDI :
Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
Pada perabaan terasa dingin.
Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
Didapatkan ulkus sampai gangren.
2. Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN ) Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa, oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik. 2.4.
Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Glukosa Kadar Glukosa darah diukur waktu puasa dan 2 jam setelah beban 75 gram glukosa oral, dengan satuan mmol/l atau mg/dl. Kriteria diagnosis tergantungdari sampel darah yang diambil (whole blood dari vena/kapiler atau plasma vena/kapiler). 2. Pemeriksaan Penyaring Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu, 2 jam sesudah makan (post prandial, pp). Bila hasilnya belum memastikan diagnosis DM , kemudian diikuti dengan pemeriksaan Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO) 3. Tes Toleransi Glukosa Oral
Test Toleransi Glukosa Oral merupakan pemeriksaan yang lebih sensiif dari pada tes toleransi glukosa intravena yang hanya digunakan dalam situasi tertentu (misalnya, untuk pasien yang pernah mengalami operasi lambung). Tes toleransi glukosa oral dilakukan dengan pemberian larutan karbohidrat sederhana. 2.5.
Komplikasi
Akut
: hipoglikemia & ketoasidosis
Kronik
: makroangiophati (atherosklerosis), mikroangiophati (retinophati,
nephrophati), neurophati, mudah terinfeksi. Dampak Masalah Adanya penyakit gangren kaki diabetik akan mempengaruhi kehidupan individu dan keluarga. Adapun dampak masalah yang bisa terjadi meliputi : a. Pada Individu Pola dan gaya hidup penderita akan berubah dengan adanya penyakit ini, Gordon telah mengembangkan 11 pola fungsi kesehatan yang dapat digunakan untuk mengetahui perubahan tersebut. 1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gangren kaki diabetuk sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien. 2. Pola nutrisi dan metabolism Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita. 3. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan. 4. Pola tidur dan istirahat Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka dan situasi rumah sakit yang ramai akan mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita mengalami perubahan. 5. Pola aktivitas dan latihan Adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot pada tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan. 6. Pola hubungan dan peran Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu dan menarik diri dari pergaulan. 7. Pola sensori dan kognitif Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma. 8. Pola persepsi dan konsep diri Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga ( self esteem ). 9. Pola seksual dan reproduksi Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme. 10. Pola mekanisme stres dan koping Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat
menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif. 11. Pola tata nilai dan kepercayaan Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita. b. Dampak pada keluarga Dengan adanya salah satu anggota keluarga yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan muncul bermacam –macam reaksi psikologis dari kelurga, karena masalah kesehatan yang dialami oleh seorang anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga. Waktu perawatan yang lama dan biaya yang banyak akan mempengaruhi keadaan ekonomi keluarga dan perubahan peran pada keluarga karena salah satu anggota keluarga tidak dapat menjalankan perannya. 2.6.
Penatalaksanaan Medis
1. Diet Prinsip umum Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini : a. Memberikan semua unsur makanan esensial (misalny vitamin,mineral) b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai c. Memenuhi kebutuhan energi d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat 2. Latihan Latihan sangat penting dalam penatalaksanan diabetes karena efeknya dapat menurunkan
kadar
kardiovaskulerlatihan
glukosa akan
darah
dan
menurunkan
mengurangu
kadar
glukosa
faktor
resiko
darah
dengan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaina insulin.
Latihan dengan cara melawan tahanan (resistance training) dapat meningkatkan lean body mass dan dengan demikian menambah laju metabolisme istirahat (resting metabolic rate). Semua efek ini dapat bermanfaat pada diabetes karena dapat menurunkan berat badan, mengurangi rasa stres, dan mempertahankan kesegaran tubuh. 3. Pemantauan Pemantauan Kadar Glukosa Darah secara Mandiri Hiperglikemia pagi hari Hemoglobin glikosilasi Pemeriksaan urin untuk glukosa Pemeriksaan urin untuk keton 4. Terapi Insulin Tipe pemberian insulin yang digunakan oleh seorang pasien bervariasi menurut berbagai faktor. Sebagai contoh, pengetahuan pasien, kemauan, tujuan yang hendak dicapai, status kesehatan dan kemampuan keuangan, semuanya ini dapat mempengaruhi keputusan yang menyangkut penggunaan insulin. Selain itu, filosofi dokter tentang pengendalian kadar glukosa darah dan ketersediaan alat serta staf pendukung dapat mempengaruhi pula keputusan yang berkaitan dengan terapi insulin. Ada dua cara pendekatan yang umum digunakan dalam pelaksanaan terapi insulin : 1. Pemberian Secara Konvensional Pada tipe pemberian yang disederhanakan ini (misalkan, 1-2 suntikan/hari), kadar glukosa pasien mungkin masih diatas normal 2. Pemberian Secara Intensif Pendekatan kedua adalah menggunakan cara pemberian insulin yang lebih kompleks (2-4x suntikan/hari) untuk mencapai kadar glukosa darah yang sebesar mungkin, tetapi aman dan praktis. Alasan lain pemakaian teknik pemberian insulin yang lebih kompleks adalah untuk memberikan fleksibilitas yang lebih besar kepada pasien dalam mengubah dosis insulinnya setiap hari
sesuai perubahan pola makan serta aktivitasnya dan menurut variasi kebutuhan terhadap kadar glukosa darah yang ada.
2.7.
Asuhan Keperawatan Proses keperawatan terdiri dari lima tahapan, yaitu : pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. 2.7.1. PENGKAJIAN a. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan
status
kesehatan
dan
pola
pertahanan
penderita,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapt diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya. 1. Anamnese a. Identitas penderita Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis. b. Keluhan Utama Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka. c. Riwayat kesehatan sekarang Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya. Riwayat kesehatan dahulu d. Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,
tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita. e. Riwayat kesehatan keluarga Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung. f. Riwayat psikososial Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita. 2. Pemeriksaan fisik a. Status kesehatan umum Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital. b. Kepala dan leher Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh. c. Sistem integument Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku. d. Sistem pernafasan Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi. e. Sistem kardiovaskuler Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
f. Sistem gastrointestinal Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas. g. Sistem urinary Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih. h. Sistem musculoskeletal Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas. i.
Sistem neurologis Terjadi
penurunan
sensoris,
parasthesia,
anastesia,
letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi. 3. 3. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah : a.
Pemeriksaan darah Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b.
Urine Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
c. Kultur pus Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.
b. Analisa Data No
Data/symptom
1
Pasien mengeluh luka di Adanya kakinya
Etiologi /penyebab
nyeri
dirasakan menerus
organisme Terjadinya
,Nyeri patogenik
panas
terus timbul
Masalah / Problem infeksi
sehingga pada jaringan infeksi
dan
senut-senut menyebabkan
seperti disedot bercampur timbulnya gangren dengan
perih
seperti
teriris.Terdapat nanah dan bertambah
nyeri
serta
demam. 2
Pasien
sampai
mengatakan berjalan,
sekarang Terdapatnya nyeri luka Hambatan mobilitas
belum
bisa pada
karena
menampak
kaki
sehingga fisik.
untuk mengakibatkan
sedikit
saja keterbatasan mobilitas
sakitnya bukan main,dan tubuh. masih
berdarah
aktifitas
semua ditempat
tidur.semua
aktifitas
dibantu oleh keluarga. 3
Selama pasien
dirumah
sakit tidak terbiasaan tidur Gangguan pola tidur
mengatakan ditempat asing, akibat dan istirahat
tidurnya
terganggu
terutama
diawal
dirumah
sakit
pasien
selalu
kesakitan kakinya
, luka
kaki
yang
tidur menyebabkan
rasa
karena nyeri. merasa
2.7.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangren kaki diabetik adalah sebagai berikut : 1. Gangguan
perfusi
jaringan
berhubungan
dengan
melemahnya
/
menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah. 2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas. 3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan. 4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka. 5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang. 6. Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan tingginya kadar gula darah. 7. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya. 8. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi. 9. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh. 10. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki. Prioritas Diagnose 1. Resiko devisit cairan b.d gejala poliura dan dehidrasi. 2. Gangguan rasa nyaman (nyeri ) b.d iskemik jaringan 3. Potensial terjadinya penyebaran infksi (sepsis) b.d tingginya kadar gula darah
2.7.3. Rencana Tindakan Keperawatan No
Diagnose
Tujuan/kreteria
keperawatan
standar
Intervensi (NIC)
(NOC) 1
Resiko
devisit Setelah
dilakukan -
meningkatkan
cairan
dan
cairan b.d gejala tindakan 1x24 jam :
pencegahan komlikasi akibat kadar
poliura
cairan yang tidak normal atau tidak
dehidrasi
dan Rasa nyeri pada pasien hilang/berkurang
diinginkan. -
mengumpulkan dan amenganalisa data
pasien
untuk
mengatur
keseimbangan cairan -
memberikan dan memantau cairan dan obat intravena
2
dilakukan Gangguan rasa Setelah nyaman (nyeri ) tindakan 1x24 jam : b.d iskemik rasa nyeri jaringan hilang/berkurang
Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien. Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
-
Jelaskan pada pasien tentang sebabsebab timbulnya nyeri. Rasional
:
pemahaman
pasien
tentang penyebab nyeri yang terjadi akan
mengurangi
ketegangan
pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan. -
Ciptakan lingkungan yang tenang. Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri.
-
Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi. Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
-
Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien. Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.
-
Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka. Rasional : massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus sedangkan BWC sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa nyaman.
-
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik. Rasional : Obat –obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.
3
Potensial
Setelah dilakukan
terjadinya
tindakan 1x24 jam :
penyebaran infeksi pada luka.
penyebaran
Tidak
terjadi
Rasional : Pengkajian yang tepat
infksi (sepsis)
penyebaran
infeksi
tentang tanda-tanda penyebaran
b.d tingginya
(sepsis).
-
Kaji
infeksi
kadar gula darah
adanya
dapat
tanda-tanda
membantu
menentukan tindakan selanjutnya. -
Anjurkan
kepada
pasien
dan
keluarga
untuk
selalu
menjaga
kebersihan diri selama perawatan. Rasional : Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu cara untuk mencegah infeksi kuman. -
Lakukan perawatan luka secara aseptik. Rasional
:
untuk
mencegah
kontaminasi luka dan penyebaran infeksi. -
Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan yang ditetapkan. Rasional : Diet yang tepat, latihan fisik
yang
cukup
dapat
meningkatkan daya tahan tubuh, pengobatan
yang
mempercepat
tepat,
penyembuhan
sehingga
memperkecil
kemungkinan terjadi penyebaran infeksi. -
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika dan insulin. Rasional menbunuh
:
Antibiotika kuman,
dapat
pemberian
insulin akan menurunkan kadar gula dalam darah sehingga proses penyembuhan.
2.7.4. Evaluasi 1. mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal. 2. Tercapainya proses penyembuhan luka 3. Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang 4. Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal. 5. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan 6. Tidak terjadi penyebaran infeksi (sepsis). 7. Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan tingginya kadar gula darah. 8. Rasa cemas berkurang atau hilang 9. Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu anggota tubuhnya secar positif. 10. Gangguan pola tidur pasien akan teratasi.
BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Terjadinya kaki diabetik tidak terlepas dari tingginya kadar glukosa darah. Kadar gula darah yang tidak ditangani dengan baik dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan masalah pada kaki penyandang diabetes, yakni kerusakan saraf. Masalah pertama yang timbul adalah kerusakan saraf ditangan dan kaki. Saraf yang rusak telah membuat penyandang diabetes tidak dapat merasakan sensasi sakit, panas, atau dingin, pada tangan dan kaki. Ini disebut penyakit pembuluh darah perifer yang umum menyerang kaki dan tangan. Penyandang diabetes yang merokok akan semakin memperburuk aliran darah. Hal itu dapat mengakibatkan darah menjadi lebih kental sehingga sirkulasi darah menjadi terganggu, terutama ke bagian-bagian ekstremitas tubuh. Luka menjadi sulit sembuh karena oksigen dan zat-zat yang diperlukan tubuh sebagai regenerasi luka sulit sampai ke daerah luka 3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, S. Price & Wilson. 1995. Patofisiologi konsep klinis Proses-proses Penyakit, edisi 2, bagian 2. Jakarta: EGC. Carpennito, L.J. 1998. Diagnosa Keperawatan. alih bahasa Yasmin asih, Edisi 6. Jakarta: EGC Corwin, JE. 2001. Pankreas dan Diabetes mellitus. Jakarta: EGC Suyono, S. 1996. Penyakit Dalam. Jilid I.Edisi 3. Jakarta: FKUI. Smeltzer, Suzanne and Brenda Bare 2001. Buku Ajar Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC. Hal: 156-160. Tjokroprawiro, Askandar. 2000. Diabetes Mellitus : Klasifikasi, Diagnosis dan Terapi. edisi 3. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal: 56-60. Guyton,
Arthur
C.
3.jakarta:EGC.Hal:699
1990.
Fisiologi
Manusia
Dan
Mekanisme
Penyakit
edisi