Tugas Presentasi Kasus
TOA (TUBA OVARIAL ABSES)
Oleh:
Dwi Ariono G99141142
Ivan Aristo G99141146
Dimas Alan S G99141148
Ivan Jazid Adam G99131088
Pembimbing:
dr. Darto, SpOG (K)
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada wanita rongga perut langsung berhubungan dengan dunia luar dengan
perantaraan traktus genetalis. Radang organ kandungan mungkin lebih sering
terjadi di negara tropis karena organ kewanitaan menjadi mudah sekali
lembab disebabkan udara yang panas sehingga menyebabkan sering berkeringat
sedangkan personal hygiene masih kurang terjaga, infeksi veneris belum
terkendali, serta perawatan persalinan dan abortus yang belum memenuhi
syarat-syarat. Namun dengan adanya antibiotika, pada umumnya infeksi organ
kandungan berkurang. Infeksi organ kandungan dapat menentukan fertilitas,
mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu kehidupan sex.
Salah satu penyakit yang menimpa seorang wanita usia produktif adalah
TOA (Tuba Ovarial Abses), abses ini biasanya merupakan kelanjutan dari
infeksi saluran genital bagian bawah dan merupakan salah satu komplikasi
akut dari PID (Pelvic Inflammatory Disease). TOA berhubungan erat dengan
dengan PID, dimana PID ini disebabkan oleh mikroorganisme yang menghuni
endoservik kemudian naik ke endometrium dan tuba fallopi. TOA merupakan end-
stage process dari PID akut. Penanganan TOA mencakup antibiotika, drainase
terarah, dan pembedahan.
BAB II
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS
1. Pasien
Nama : Ny. AR
Umur : 39 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status paritas : P2A0
Alamat : Baturan, Colomadu, Karanganyar
Status : Kawin
Suku : Jawa
Agama : Islam
Tgl masuk : 31 Maret 2014
No. RM : 01295668
2. Suami
Nama : Tn. S
Umur : 45 tahun
B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
Pasien rujukan dari Sp.OG RSUD Surakarta dengan diagnosis kistoma
ovarii suspek malignansi.
2. Riwayat penyakit sekarang
Datang seorang P2A0, 39 tahun, datang dengan rujukan dari Sp.OG
RSUD Surakarta dengan diagnosis kistoma ovarii suspek malignansi.
Pasien mengeluhkan nyeri perut bagian bawah sampai pingsan, nyeri
sudah dirasakan sejak 1 bulan SMRS, demam dirasakan baru kemarin,
dismenore (+), keputihan (+), disparenia (-), keluhan BAK dan BAB
disangkal. Riwayat menstruasi lancar 1x/bulan, 5-6 hari/siklus,
ganti pembalut 3-4x/hari.
3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus menstruasi : 30 hari
Lama menstruasi : 5 hari
Darah haid : ± 70 cc (3-4x kali ganti pembalut)
Dismenorea : (+)
Perdarahan di luar siklus : disangkal
4. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali, dengan usia pernikahan 21 tahun
5. Riwayat Fertilitas
Riwayat fertilitas dinilai baik
6. Riwayat Obstetrik
I. Laki-laki, 1 minggu, meninggal, premature 7 bulan, partus spontan
II. Perempuan 14 tahun, 4300 gram, partus spontan di RS Panti Waluyo
Riwayat obstetrik dinilai baik
7. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat alergi obat : disangkal
Riwayat alergi makanan : disangkal
Riwayat mondok : di RSUD Ngipang dengan keluhan nyeri perut,
di rawat 3 hari tetapi tidak ada perubahan
8. Penyakit dan Operasi yang Pernah Dialami
Tidak ada
9. Riwayat Kontrasepsi
Pasien KB suntik tiap 3 bulan tetapi semenjak 3 tahun yang lalu
berhenti
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. KU : Sakit sedang
2. Kesadaran : Kompos mentis
3. Vital Sign : TD : 130/80 mmHg Nadi :
86x/ menit
RR : 20x/ menit Suhu : 36,70C
4. TB/BB : 160 cm / 70 kg
5. Gizi : Kesan overweight (BMI = 27,34)
6. Kepala : Bentuk mesocephal
7. Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
8. Leher : Tidak ada pembesaran limfonodi, tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid, JVP tidak meningkat
9. Thorax
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler,
bising (-)
Paru-paru
Inspeksi : Retraksi dada (-), pengembangan dinding dada kanan
= dada kiri, simetris kanan dan kiri
Palpasi : Fremitus taktil kanan = kiri
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-
/-)
10. Abdomen
Hati : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
11. Anggota gerak : Odema akral dingin
refleks
STATUS OBSTETRI
1. Inspeksi
Kepala : Mesocephal
Mata : Conjungtiva anemis (-/-) sclera ikterik (-/-)
Thorax : Glandula mammae hipertrofi (-), aerola mammae
hiperpigmentasi
Abdomen : Dinding perut sejajar dinding dada, tidak nampak adanya
penonjolan, sikatrik (-)
2. Palpasi
Supel, nyeri tekan (+) di perut kanan bawah, massa sulit dievaluasi
karena pasein merasa kesakitan
3. Auskultasi : Bising usus (+) normal reguler
4. Perkusi : Timpani (+), pekak alih (-), pekak sisi (-)
5. Genitalia eksterna
V/U tidak ada kelainan, dinding vagina dbn, darah (-), discharge (+)
6. Pemeriksaan Dalam
VT :
VU tenang, dinding vagina dbn, portio licin, OUE tertutup, cavum
uteri sebesar telur ayam, teraba massa kesan dari adneksa kanan
sebesar telur bebek, nyeri (+), A/P kiri dbn, darah (-), discharge
(+)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium darah
"Pemeriksaan "Hasil "Satuan "
"Tgl 1/4/15 " " "
"Hemoglobin "12 "g/dl "
"Hematokrit "37 "% "
"Eritrosit "4.42 "Juta/ul "
"Leukosit "19,2 "Ribu/ul "
"Trombosit "327 "Ribu/ul "
2. USG
VU kesan terisi cukup
Tampak uterus normal ukuran 6 x 5 x 3 cm
Tampak lesi hipoechoic bilateral multilokulare papiliferum,
ground glass (+), ukuran 6x6 cm (I), 8x7 cm (II) menyokong
gambaran TOA (Tuba Ovarial Abses)
Floating gut (-)
Acites (-)
E. KESIMPULAN
Datang seorang P2A0, 39 tahun, datang dengan rujukan dari Sp.OG
RSUD Surakarta dengan diagnosis kistoma ovarii suspek malignansi.
Pasien mengeluhkan nyeri perut bagian bawah sampai pingsan, nyeri
sudah dirasakan sejak 1 bulan SMRS, demam dirasakan baru kemarin,
dismenore (+), keputihan (+), disparenia (-), keluhan BAK dan BAB
disangkal. Riwayat menstruasi lancar 1x/bulan, 5-6 hari/siklus, ganti
pembalut 3-4x/hari. Nyeri tekan (+) di perut kanan bawah, massa sulit
dievaluasi. Secara USG, tampak lesi hipoechoic bilateral multilokulare
papiliferum, ground glass (+), ukuran 6x6 cm (I), 8x7 cm (II)
menyokong gambaran Tuba Ovarial Abses (TOA).
F. DIAGNOSIS SEMENTARA
TOA dd kista coklat
Suspek adenomyosis
G. PROGNOSIS
Dubia at bonam
H. PENATALAKSANAAN
- Konsul divisi fetomaternal
- Mondok bangsal
- Infus metronidazole 500 mg/8jam
- Injeksi Ceftriaxon 2gr/24 jam
- Injeksi gentamicin 80mg/12jam
FOLLOW UP PASIEN
"Follow "2 April 2015 "3 April 2015 "4 April 2015 "
"up " " " "
"S "Nyeri perut (+) "Nyeri perut (+) "Nyeri perut (+) "
" " "berkurang "berkurang "
"O "kompos mentis, sakit "kompos mentis, sakit"kompos mentis, "
" "sedang "sedang "sakit sedang "
"Tanda "TD : 120/80 mmHg "TD : 130/70 mmHg "TD : 120/70 mmHg "
"Vital "HR : 81 x/menit "HR : 87 x/menit "HR : 78 x/menit "
" "RR : 19 x/menit "RR : 22 x/menit "RR : 25 x/menit "
" "S : 36,7oC (per "S : 36,8oC (per "S : 36,5oC (per "
" "axiler) "axiler) "axiler) "
"Kepala "mikrocefal, CA (-/-),"mikrocefal, CA "mikrocefal, CA "
" "SI (-/-) "(-/-), SI (-/-) "(-/-), SI (-/-) "
"Thorax "Retraksi (-) "Retraksi (-) "Retraksi (-) "
" "Cor : BJ I-II "Cor : BJ I-II "Cor : BJ I-II "
" "intensitas normal, "intensitas normal, "intensitas normal, "
" "reguler, bising (-) "reguler, bising (-) "reguler, bising (-)"
" "Pulmo: SD vesikuler "Pulmo: SD vesikuler "Pulmo: SD vesikuler"
" "(+/+), ST (-/-) "(+/+), ST (-/-) "(+/+), ST (-/-) "
"Abdomen "Supel, Dinding perut "Supel, Dinding perut"Supel, Dinding "
" "// dinding dada, "// dinding dada, "perut // dinding "
" "nyeri tekan (+) di "nyeri tekan (+) di "dada, nyeri tekan "
" "perut kanan bawah, "perut kanan bawah, "(+) di perut kanan "
" "TFU tidak teraba, "TFU tidak teraba, "bawah, TFU tidak "
" "massa tidak teraba, "massa tidak teraba, "teraba, massa tidak"
" "tympani, bising usus "tympani, bising usus"teraba, tympani, "
" "(+) normal "(+) normal "bising usus (+) "
" " " "normal "
"Genital "Darah (-), discharge "Darah (-), discharge"Darah (-), "
" "(-) "(-) "discharge (-) "
"Ekstremi"Akral dingin (-) "Akral dingin (-) "Akral dingin (-) "
"tas "sianosis (-) "sianosis (-) "sianosis (-) "
" "CRT < 2 detik "CRT < 2 detik "CRT < 2 detik "
"Asessmen"- TOA dd kista coklat"- TOA dd kista "- TOA dd kista "
"t "- Suspek adenomyosis "coklat "coklat ovarium "
" " "- Suspek adenomyosis"terinfeksi "
" " " "-Suspek adenomyosis"
"Terapi "- Infus metronidazole"- Infus "- Infus "
" "500 mg/ 8jam "metronidazole 500 "metronidazole 500 "
" "- Inj Ceftriaxon 2 "mg/ 8jam "mg/ 8jam "
" "gr/24 jam "- Inj Ceftriaxon 2 "- Inj Ceftriaxon 2 "
" "- Pemeriksaan staff "gr/24 jam "gr/24 jam "
" "fetomaternal hari "- Pemeriksaan staff " "
" "Sabtu 4/4/15 "fetomaternal hari " "
" " "Sabtu 4/4/15 " "
"Plan " "Cek DR3 "SOD + OSADA "
"Hasil " " "Lab "
" " " "Hb 11,8 "
" " " "Ureum 13 "
" " " "Hct 37 "
" " " "GDS 108 "
" " " "AL 8,3 "
" " " "Na 135 "
" " " "AT 404 "
" " " "K 3,7 "
" " " "AE 4,46 "
" " " "Cl 109 "
" " " "Creatinin 0,5 "
" " " "HbsAg Non reactive "
" " " "USG "
" " " "VU terisi cukup "
" " " "Tampak uterus "
" " " "ukuran 8x9,9x5,75 "
" " " "cm "
" " " "Tam pak lesi "
" " " "hipoechoic sebagian"
" " " "hiperechoic, "
" " " "multiluculare "
" " " "nonpapiliferum dari"
" " " "adneksa kanan "
" " " "ukuran 8,55x8,35 cm"
"Follow "5 April 2015 "6 April 2015 "7 April 2015 "
"up " " " "
"S "(-) "(-) "(-) "
"O "kompos mentis, sakit "kompos mentis, sakit"kompos mentis, "
" "sedang "sedang "sakit sedang "
"Tanda "TD : 120/70 mmHg "TD : 130/70 mmHg "TD : 120/70 mmHg "
"Vital "HR : 83 x/menit "HR : 87 x/menit "HR : 78 x/menit "
" "RR : 24 x/menit "RR : 22 x/menit "RR : 25 x/menit "
" "S : 36,6oC (per "S : 36,8oC (per "S : 36,5oC (per "
" "axiler) "axiler) "axiler) "
"Kepala "mikrocefal, CA (-/-),"mikrocefal, CA "mikrocefal, CA "
" "SI (-/-) "(-/-), SI (-/-) "(-/-), SI (-/-) "
"Thorax "Retraksi (-) "Retraksi (-) "Retraksi (-) "
" "Cor : BJ I-II "Cor : BJ I-II "Cor : BJ I-II "
" "intensitas normal, "intensitas normal, "intensitas normal, "
" "reguler, bising (-) "reguler, bising (-) "reguler, bising (-)"
" "Pulmo: SD vesikuler "Pulmo: SD vesikuler "Pulmo: SD vesikuler"
" "(+/+), ST (-/-) "(+/+), ST (-/-) "(+/+), ST (-/-) "
"Abdomen "Supel, Dinding perut "Supel, Dinding perut"Supel, Dinding "
" "// dinding dada, "// dinding dada, "perut // dinding "
" "nyeri tekan (+) di "nyeri tekan (+) di "dada, nyeri tekan "
" "perut kanan bawah, "perut kanan bawah, "(+) di perut kanan "
" "TFU tidak teraba, "TFU tidak teraba, "bawah, TFU tidak "
" "massa tidak teraba, "massa tidak teraba, "teraba, massa tidak"
" "tympani, bising usus "tympani, bising usus"teraba, tympani, "
" "(+) normal "(+) normal "bising usus (+) "
" " " "normal "
"Genital "Darah (-), discharge "Darah (-), discharge"Darah (-), "
" "(-) "(-) "discharge (-) "
"Ekstremi"Akral dingin (-) "Akral dingin (-) "Akral dingin (-) "
"tas "sianosis (-) "sianosis (-) "sianosis (-) "
" "CRT < 2 detik "CRT < 2 detik "CRT < 2 detik "
"Asessmen"- TOA dd kista coklat"- TOA dd kista "- TOA dd kista "
"t "ovarium terinfeksi "coklat ovarium "coklat ovarium "
" "-Suspek adenomyosis "terinfeksi "terinfeksi "
" " "-Suspek adenomyosis " "
"Terapi "- SOD (superoxide "- SOD + OSADA "- SOD + OSADA "
" "dismutase) + OSADA "- Infus "- Infus "
" "- Infus metronidazole"metronidazole 500 "metronidazole 500 "
" "500 mg/ 8jam "mg/ 8jam "mg/ 8jam "
" "- Inj Ceftriaxon 2 "- Inj Ceftriaxon 2 "- Inj Ceftriaxon 2 "
" "gr/24 jam "gr/24 jam "gr/24 jam "
" "- KIE "- KIE "- KIE "
" "- Inform consent "- Inform consent "- Inform consent "
" " " "- Vit. C "
"Plan "Cek PT/APTT " " "
"Hasil " "Lab " "
" " "PT 14,2 " "
" " "APTT 37,8 " "
" " "INR 1,170 " "
"Follow "8 April 2015 "9 April 2015 "10 April 2015 "
"up " " " "
"S "(-) "(-) "nyeri di bekas "
" " " "operasi "
"O "kompos mentis, sakit "kompos mentis, sakit"kompos mentis, "
" "sedang "sedang "sakit sedang "
"Tanda "TD : 120/70 mmHg "TD : 130/80 mmHg "TD : 110/70 mmHg "
"Vital "HR : 80 x/menit "HR : 84 x/menit "HR : 80 x/menit "
" "RR : 20 x/menit "RR : 20 x/menit "RR : 20 x/menit "
" "S : 36,6oC (per "S : 36,5oC (per "S : 36,7oC (per "
" "axiler) "axiler) "axiler) "
"Kepala "mikrocefal, CA (-/-),"mikrocefal, CA "mikrocefal, CA "
" "SI (-/-) "(-/-), SI (-/-) "(-/-), SI (-/-) "
"Thorax "Retraksi (-) "Retraksi (-) "Retraksi (-) "
" "Cor : BJ I-II "Cor : BJ I-II "Cor : BJ I-II "
" "intensitas normal, "intensitas normal, "intensitas normal, "
" "reguler, bising (-) "reguler, bising (-) "reguler, bising (-)"
" "Pulmo: SD vesikuler "Pulmo: SD vesikuler "Pulmo: SD vesikuler"
" "(+/+), ST (-/-) "(+/+), ST (-/-) "(+/+), ST (-/-) "
"Abdomen "Supel, Dinding perut "Supel, Dinding perut"Supel, Dinding "
" "// dinding dada, "// dinding dada, "perut // dinding "
" "nyeri tekan (+) di "nyeri tekan (+) di "dada, nyeri tekan "
" "perut kanan bawah, "perut kanan bawah, "(-), tampak luka "
" "TFU tidak teraba, "TFU tidak teraba, "bekas operasi "
" "massa tidak teraba, "massa tidak teraba, "tertutup verban "
" "tympani, bising usus "tympani, bising usus"dengan drain "
" "(+) normal "(+) normal " "
"Genital "Darah (-), discharge "Darah (-), discharge"Darah (-), "
" "(-) "(-) "discharge (-) "
"Ekstremi"Akral dingin (-) "Akral dingin (-) "Akral dingin (-) "
"tas "sianosis (-) "sianosis (-) "sianosis (-) "
" "CRT < 2 detik "CRT < 2 detik "CRT < 2 detik "
"Asessmen"- TOA dd kista coklat"- TOA dd kista "- TOA dd kista "
"t "ovarium terinfeksi "coklat (D) "coklat (D) "
"Terapi "- SOD + OSADA "Pro operasi "Inj Ampicillin 1 "
" "- Infus Metronidazole"(salphingoovorektomi"gr/8jam "
" "500 mg/ 8jam "dextra) "Inj Ketorolac 1 "
" "- Inj Ceftriaxon 2 "Instruksi post "amp/8jam "
" "gr/24 jam "operasi= "Inj Asam tranexamat"
" "- KIE "Awasi KUVS + tanda "500mg/8jam "
" "- Inform consent "perdarahan " "
" "- Vit. C "Puasa s/d " "
" " "peristaltik usus (+)" "
" " "Inj Ampicillin 1 " "
" " "gr/8jam " "
" " "Inj Ketorolac 1 " "
" " "amp/8jam " "
" " "Inj Asam tranexamat " "
" " "500mg/8jam " "
"Plan "- Insisi drainase "- Cek DR3 " "
" "9/4/15 "- Cek PA " "
" "- Persiapan operasi " " "
" "9/4/15 " " "
" "- AGD " " "
"Hasil "Lab "AGD (04:56:34) "PA "
" "Hb 11,8 "Ph 7,45 Hct"Makros: Tampak "
" "GDS 61 "46 "ovarium dengan "
" "Hct 37 "BE 28,1 HCO3"gambaran "
" "SGOT 18 "42,9 "hiperplastik, "
" "AL 8,3 "PCO2 75 Total"folikel luteum, "
" "SGPT 8 "CO2 54,4 "fibrosis, "
" "AT 404 "PO2 133 "degenerasi kistik "
" "Albumin 3,4 "Saturasi 99 "dengan sisa epitel "
" "AE 4,46 "DR3 (20:54:11) "kuboid dan stroma "
" "PT/APTT 14,2/37,8 "Hb 12,9 AT "dengan pigmen "
" "Ro Thorax "609 "coklat, tidak "
" "Efusi pleura "Hct 40 AE"tampak tanda "
" "bilateral "4,80 "keganasan. "
" "Perselubungan homogen"AL 19,4 "Simpulan: Kista "
" "di hemothorax kanan " "coklat (D) "
" "bawah yang pada foto " " "
" "lateral membentuk " " "
" "sudut tumpul terhadap" " "
" "hemidiafragma kanan, " " "
" "dd " " "
" "Suspek massa " " "
" "subpleural kanan " " "
" "Lokulated pleural " " "
" "effusion kanan " " "
"Follow "11 April 2015 "12 April 2015 "13 April 2015 "
"up " " " "
"S "nyeri di bekas operasi"nyeri di bekas "- "
" " "operasi berkurang " "
"O "kompos mentis, sakit "kompos mentis, "kompos mentis, "
" "sedang "sakit sedang "sakit sedang "
"Tanda "TD : 120/80 mmHg "TD : 110/70 mmHg "TD : 120/80 mmHg "
"Vital "HR : 80 x/menit "HR : 80 x/menit "HR : 80 x/menit "
" "RR : 20 x/menit "RR : 20 x/menit "RR : 18 x/menit "
" "S : 36,7oC (per "S : 36,7oC (per "S : 36,5oC (per "
" "axiler) "axiler) "axiler) "
"Kepala "mikrocefal, CA (-/-), "mikrocefal, CA "mikrocefal, CA "
" "SI (-/-) "(-/-), SI (-/-) "(-/-), SI (-/-) "
"Thorax "Retraksi (-) "Retraksi (-) "Retraksi (-) "
" "Cor : BJ I-II "Cor : BJ I-II "Cor : BJ I-II "
" "intensitas normal, "intensitas normal, "intensitas normal, "
" "reguler, bising (-) "reguler, bising (-)"reguler, bising (-)"
" "Pulmo: SD vesikuler "Pulmo: SD vesikuler"Pulmo: SD vesikuler"
" "(+/+), ST (-/-) "(+/+), ST (-/-) "(+/+), ST (-/-) "
"Abdomen "Supel, Dinding perut "Supel, Dinding "Supel, Dinding "
" "// dinding dada, nyeri"perut // dinding "perut // dinding "
" "tekan (-), tampak luka"dada, nyeri tekan "dada, nyeri tekan "
" "bekas operasi tertutup"(-), tampak luka "(-), tampak luka "
" "verban dengan drain "bekas operasi "bekas operasi "
" " "tertutup verban "tertutup verban "
" " "dengan drain "dengan drain "
"Genital "Darah (-), discharge "Darah (-), "Darah (-), "
" "(-) "discharge (-) "discharge (-) "
"Ekstremi"Akral dingin (-) "Akral dingin (-) "Akral dingin (-) "
"tas "sianosis (-) "sianosis (-) "sianosis (-) "
" "CRT < 2 detik "CRT < 2 detik "CRT < 2 detik "
"Asessmen"- TOA dd kista coklat "- TOA dd kista "- TOA dd kista "
"t "(D) "coklat (D) "coklat (D) "
"Terapi "Inj Ampicillin 1 "Cefadroxil 2x1 "Medikasi luka ( "
" "gr/8jam "Metronidazol 3x1 "luka kering "
" "Inj Ketorolac 1 "Asam Mefenamat 3x1 "Cefadroxil 2x1 "
" "amp/8jam "Diet TKTP "Metronidazol 3x1 "
" "Inj Metronidazol " "Asam Mefenamat 3x1 "
" "500mg/8jam " "Diet TKTP "
" "Diet TKTP " " "
"Plan " " "Usul BLPL "
" " " "Kontrol poli "
"Hasil " " " "
BAB III
ANALISA KASUS
Dalam kasus ini, seorang wanita berusia 39 tahun serta adanya tanda
dismenore yang merupakan nyeri saat menstruasi memberikan informasi bahwa
pasien tersebut masih digolongkan sebagai wanita usia produktif. Hal ini
merupakan informasi yang harus dipegang seorang dokter dalam keperluan
untuk diagnosis. Untuk lebih menyempitkan suatu diagnosis pada wanita usia
produktif, perlu ditanyakan apakah pasien tersebut sedang hamil atau tidak.
Apabila dalam anamnesis timbul adanya keraguan, pemeriksaan penunjang
seperti tes kehamilan perlu dilakukan. Pada kasus ini, pasien menceritakan
bahwa tidak ada keterlambatan siklus menstruasi dan mengaku sedang tidak
hamil.
Nyeri yang dikeluhkan pada perut bagian bawah bisa merupakan gejala
yang paling dapat dipercaya dari infeksi pelvis akut. Pada mulanya nyeri
unilateral, bilateral, atau suprapubik dan sering berkembang sewaktu atau
segera setelah suatu periode menstruasi. Keparahan meningkat secara
bertahap setelah beberapa jam atau beberapa hari, rasa nyeri cenderung
menetap dan semakin berat dengan adanya pergerakan. Adanya gejala penyerta
seperti demam memang lazim ditemukan pada infeksi pelvis akut. Penyakit ini
dapat menyerang rahim, saluran tuba, dan organ reproduksi lainnya yang
menyebabkan gejala nyeri perut bagian bawah. Penyakit ini merupakan
komplikasi dari penyakit menular seksual, terutama klamidia dan gonore.
Penyakit ini dapat merusak saluran tuba dan jaringan di dekat uterus dan
ovarium. Komplikasi yang dapat ditimbulkan semisal kemandulan, kehamilan
ektopik, pembentukan abses, dan nyeri panggul kronis.
Bakteri penyebab infeksi dapat menyerang tuba fallopi, menyebabkan
jaringan normal berubah menjadi jaringan parut sehingga dapat mengganggu
pergerakan normal telur ke dalam rahim. Jika saluran tuba tertutup oleh
jaringan parut, sperma tidak dapat membuahi ovum. Apabila tuba hanya
mengalami rusak ringan dapat mengakibatkan telur yang telah dibuahi tetap
berada di tuba fallopi. Jika telur ini mulai tumbuh dalam tuba fallopi
seolah-olah berada di dalam rahim dan hal itu disebut kehamilan ektopik.
Jaringan parut di saluran tuba dan struktur panggul lainnyajuga dapat
menyebabkan nyeri panggul kronis.
Penyakit ini sulit untuk di diagnosis karena gejalanya yang ringan dan
halus. Banyak episode penyakit ini yang tidak terdeteksi karena wanita atau
penyedia layanan kesehatan gagal untuk mengenali implikasi dari gejala-
gejala ringan atau spesifik. Karena tidak adanya tes yang tepat, diagnose
biasanya berdasarkan temuan klinis. Jika ada gejala seperti nyeri perut
bagian bawah, penyedia layanan kesehatan harus melakukan pemeriksaan fisik
untuk menentukan sifat dan lokasi rasa sakit dan memeriksa demam.
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara cermat untuk membantu membedakan
diantara beberapa keadaan menurut gejala klinisnya. Dilakukan pemeriksaan
pelvis yang cermat dan hati-hati termasuk pemeriksaan bimanual rektal dan
vaginal. Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan adanya suatu massa
atau penebalan adnexa maka perlu dikonfirmasikan melalui pemeriksaan
ultrasonografi.
Pada pemeriksaan USG kasus ini, ditemukan adanya gambaran lesi
hipoechoic bilateral multilokulare papiliferum dan ground glass menunjukan
adanya indikasi suatu bagian yang berisi eksudat ataupun transudat. Apabila
dikaitkan dengan penyakit infeksi pelvis, berarti pasien tersebut sudah
mengalami komplikasi.
BAB IV
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
1. Tuba adalah saluran
Tuba uterina/fallopii adalah saluran ovum yang memiliki panjang
bervariasi anatara 8-14 cm dan ditutupi oleh peritoneum serta lumennya
dilapisi oleh membrane mukosa. Tuba terbagi menjadi pars interstitial,
itsmus, ampula, dan infundibulum. Tuba berfungsi untuk menyalurkan
ovum dari ovarium menuju uterus.
2. Ovarial adalah indung telur
Ovarial/ovarium adalah organ reproduksi wanita bagian dalam yang
berbentuk biji kenali, terletak di kanan dan kiri. Ovarium ke arah
uterus bergantung pada ligamentum infundibulo pelvikum dan melekat
pada ligamentum latum melalui mesovarium.
3. Abses
Abses adalah rongga yang terjadi karena kerusakan
jaringan/bengkak akibat proses infeksi.
Jadi tuba ovarial abses adalah pembengkakan yang terjadi pada tuba ovarial
yang ditandai dengan radang bernanah, baik di salah satu tuba ovarial
maupun keduanya. TOA merupakan komplikasi jangka panjang dari salfingitis
akut, tetapi biasanya akan muncul dengan infeksi berulang atau kerusakan
kronis dari jaringan adnexa. Biasanya dibedakan dengan ada tidaknya
rupture, dapat terjadi bilateral walaupun 60% dari kasus abses yang
dilaporkan merupakan kejadian unilateral dengan atau tanpa penggunaan IUD
dan abses biasanya polimikroba.
B. Etiologi
TOA biasanya disebabkan oleh bakteri aerob dan anaerob, seperti
disebabkan oleh Gonococcus, disamping itu oleh Staphylococcus dan
Streptococcus. Infeksi dapat terjadi sebagai berikut :
1. Menjalar dari alat yang berdekatan seperti dari ovarium yang meradang.
2. Naik dari cavum uteri.
Dikatakan bahwa nekrosis tuba fallopi dan kerusakan epitel terjadi
dikarenakan bakteri pathogen menciptakan lingkungan yang diperlukan untuk
invasi anaerob dan pertumbuhan. Terdapat salfingitis yang melibatkan
ovarium dan ada juga yang tidak. Proses inflamasi ini dapat terjadi spontan
atau merupakan respon dari terapi. Hasilnya dapat terjadi kelainan anatomis
yang disertai dengan perlengketan ke organ sekitar. Keterlibatan ovarium
biasanya terjadi di tempat terjadinya ovulasi yang merupakan tempat masuk
infeksi yang luas dan pembentukan abses. Apabila eksudat purulent itu
ditekan, maka akan menyebabkan rupture dari abses yang dapat disertai
peritonitis berat serta tindakan laparotomy. Perlengketan yang lambat dari
abses akan menyebabkan abses cul de sac. Biasanya abses ini muncul ketika
penggunaan IUD, atau munculnya infeksi granulomatous (TBC ataupun
aktinomikosis).
Adapun faktor risikonya adalah sebagai berikut :
1. Multiple partner
2. Status ekonomi rendah
3. Riwayat PID
4. Menggunakan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
5. Riwayat STD
C. Batasan
Tubo Ovarial Abses (TOA) adalah radang bernanah yang terjadi pada
ovarium dan atau tuba fallopii pada satu sisi atau kedua sisi adneksa. TOA
dapat terjadi pada anak kecil dan dewasa. TOA didiagnosis saat laparoskopi
dengan adhesi pada dinding pelvis. Namun umumnya, TOA terjadi pada wanita
usia 20-40 tahun, lebih tua daripada puncak prevalensi PID.
D. Gejala
1. Demam tinggi dengan menggigil
2. Nyeri kiri dan kanan di perut bagian bawah terutama kalau ditekan
3. Mual dan muntah, ada gejala abdomen akut karena terjadi perangsang
peritoneum
4. Kadang-kadang ada tanesmi karena proses dekat rektum dan sigmoid
Toucher :
1. Nyeri kalau portio digoyangkan
2. Nyeri kiri dan kanan dari uterus
3. Kadang-kadang ada penebalan dari tuba (tuba yang sehat tak teraba)
4. Nyeri pada ovarium karena meradang
E. Patofisiologi
Dengan adanya penyebaran bakteri dari vagina ke uterus lalu ke tuba
dan atau parametrium, terjadilah salfingitis dengan atau tanpa ooforitis,
keadaan ini bisa terjadi pada pasca abortus, pasca persalinan atau setelah
tindakan ginekologik sebelumnya.
Mekanisme pembentukan TOA yang pasti sukar ditentukan,
tergantung sampai dimana keterlibatan tuba infeksinya sendiri. Pada
permulaan proses penyakit, lumen tuba masih terbuka mengeluarkan eksudat
yang purulent dari febriae dan menyebabkan peritonitis, ovarium sebagaimana
struktur lain dalam pelvis mengalami peradangan, tempat ovulasi dapat
sebagai tempat masuk infeksi. Abses masih bisa terbatas mengenai tempat
masuk infeksi. Abses masih bisa terbatas mengenai tuba dan ovarium saja,
dapat pula melibatkan struktur pelvis yang lain seperti usus besar, buli-
buli atau adneksa yang lain.
Proses peradangan dapat mereda spontan atau sebagai respon
pengobatan, keadaan ini biasanya memberi perubahan anatomi disertai
perlekatan fibrin terhadap organ terdekatnya. Apabila prosesnya menghebat
dapat terjadi pecahnya abses.
Infeksi ini sering muncul akibat PID yang berasal dari penyebaran
pathogen melalui lumen organ reproduksi dan kedalam cavum peritoneal pelvis
melalui ostium tuba. Jika organisme tersebut tidak dapat diatasi oleh
imunitas tubuh atau pengobatan medis, akan merusak jaringan tubuh. Infeksi
permukaan, aglutinasi dan abses terbentuk saat bakteri, lekosit, dan cairan
terakumulasi pada suatu ruangan tertutup. Perfusi abses ke dinding dalam
sangat berbahaya, menimbulkan lingkungan anaerob asli ataupun fakultatif
dapat berkembang biak.
Ovarium dapat melekat dengan fimbria dari tuba yang terinfeksi
(pyosalphing) dan menjadi dinding abses atau infeksi ovarium primer yang
dapat berlanjut menjadi abses. Usus, peritoneum parietale, uterus, dan
omentum biasanya menjadi melekat. Abses dapat membesar dan mengisi cavum
douglas atau bocor dan menimbulkan metastasis.
Jika pertahanan tubuh dapat mengatasi, maka infeksi kemudia menjadi
steril. Proses ini mencakup drainase spontan ke dalam celah viskus. Akan
tetapi jika terjadi rupture intraperitoneal, infeksi dapat menyebar cepat
dan timbul bakterimia. Pembentukan abses merupakan keadaaan terakhir
pertahanan tubuh dan infeksi mencapai keadaan ini sangat berat dan
berbahaya. TOA merupakan bentuk paling berbahaya dari PID.
F. Gejala Klinis
Bervariasi bisa tanpa keluhan bisa tampak sakit, dari ringan sampai
berat disertai suhu badan naik, bisa akut abdomen sampai syok septic. Nyeri
panggul dan perut bawah disertai pula nyeri tekan, febris (60-80 % kasus),
takhirkardi, mual dan muntah, bisa pula terjadi ileus. Adanya masa pada
perut bawah dan aneksa lebih memastikan suatu TOA. Tes terpilih untuk
mengkonfirmasi atau mengeklusi TOA adalah ultrasonografi.
G. Pemeriksaan dan Diagnosa
1. Berdasarkan gejala klinis dan anamnesis
Pernah infeksi daerah panggul dengan umur antara 30-40 tahun, dimana
25-50 % nya adalah nulipara.
2. Pemeriksaan laboratorium
Adanya lekositosis (60-80 % dari kasus) tetapi ada juga yang
leukopenia. Hasil urinalis memperlihatkan adanya pyuria tanpa
bakteriuria. Nilai LED minimal 64mm/h serta nilai akut C-reaktif
protein minimal 20mg/L dapat dipikirkan kea rah diagnose TOA.
3. Foto abdomen
Dilakukan bila ada tanda-tanda ileus, dan atau curiga adanya masa di
adneksa.
4. Ultrasonografi
Digunakan pada kecurigaan adanya TOA atau adanya masa di adneksa,
melihat ada tidaknya pembentukan kantung-kantung pus, dapat untuk
evaluasi kemajuan terapi. USG ini dapat membantu mendeteksi perubahan
seperti terjadinya progressi, regresi, rupture, atau pembentukan pus.
USG dapat dilakukan dengan transvaginal atau transabdominal.
Pencitraan transvaginal memberikan gambaran lebih detail dimana
transduser berada di dalam dekat dengan daerah pemeriksaan. Sedangkan
pencitraan transabdominal menawarkan keuntungan imaging dalam satu
tampilan organ besar seperti rahim.
TOA tampak pada USG berupa gambaran homogeny, kadang simetris, kistik,
dinding tipis, berbatas tegas, berdampingan. Gambaran udara mungkin
terlihat bersepta pada TOA multilokulasi. USG juga prosedur terbaik
untuk membedakan antara TOA dan TOC (komplek tubo ovarian). TOC adalah
massa inflamasi pelvic berupa edema, perlengketan, infeksi struktur
pelvis pada PID. Pada gambaran USG akan tampak massa dengan dinding
tebal batas tidak jelas dan tidak ada komponen kistik dominan atau
simetri.
5. Pinki Douglas dilakukan bila pada VT : Cavum Douglas teraba menonjol.
Pada TOA yang utuh, mungkin didapatkan cairan akibat reaksi jaringan.
Pada TOA yang pecah atau pada abses yang mengisi cavum Douglas,
didapat pus pada lebih 70 % kasus.
6. Kuldosentesis
Cairan kuldosentesis pada wanita dengan TOA yang tidak rupture
memperlihatkan gambaran reaction fluid sama seperti salfingitis akut.
Apabila terjadi rupture TOA, maka akan ditemukan cairan yang purulent.
H. Diagnosis Banding
1. TOA utuh dan belum memberikan keluhan
a) Kistoma ovarii, tumor ovarii
b) Kehamilan ektopik yang utuh
c) Abses peri, apendikuler
d) Mioma uteri
e) Hidrosalping
2. TOA utuh dengan keluhan
a) Perforasi apendik
b) Perforasi divertikel / abses divertikel
c) Perforasi ulkus peptikum
d) Kelainan sistematis yang memberi ditres akut abdominal
e) Kista ovarii terinfeksi atau terpuntir
I. Komplikasi
1. TOA yang utuh
Pecah sampai sepsis reinfeksi dikemudian hari, ileus, infertilitas,
kehamian ektopik
2. TOA yang pecah
Syok sepsis, abses intra abdominal, abses sub kronik, abses paru/otak
J. Penatalaksanaan
1. Curiga TOA utuh tanpa gejala
a) Antibotika dengan masih dipertimbangkan pemakaian golongan :
doksiklin 2x / 100 mg / hari selama 1 minggu atau ampisilin 4 x 500
mg / hari, selama 1 minggu.
b) Pengawasan lanjut, bila masa tak mengecil dalam 14 hari atau
mungkin membesar adalah indikasi untuk penanganan lebih lanjut
dengan kemungkinan untuk laparatomi
2. TOA utuh dengan gejala
a) Masuk rumah sakit, tirah baring posisi "semi fowler", observasi
ketat tanda vital dan produksi urine, perksa lingkar abdmen, jika
perlu pasang infuse P2
b) Antibiotika massif (bila mungkin gol beta lactar) minimal 48-72 jam
c) Gol ampisilin 4 x 1-2 gram selama / hari, IV 5-7 hari dan
gentamisin 5 mg / kg BB / hari, IV/im terbagi dalam 2x1 hari selama
5-7 hari dan metronida xole 1 gr reksup 2x / hari atau
kloramfinekol 50 mg / kb BB / hari, IV selama 5 hari metronidzal
atau sefaloosporin generasi III 2-3 x /1 gr / sehari dan
metronidazol 2 x1 gr selama 5-7 hari
d) Pengawasan ketat mengenai keberhasilan terapi
e) Jika perlu dilanjutkan laparatomi, SO unilateral, atau pengangkatan
seluruh organ genetalia interna
3. TOA yang pecah, merupakan kasus darurat
a) Dilakukan laporatomi pasang drain kultur nanah
b) Setelah dilakukan laparatomi, diberikan sefalosporin generasi III
dan metronidazol 2 x 1 gr selama 7 hari (1 minggu)
Prinsip pengobatan TOA adalah antiobika baru yang poten. Apabila
terapi medis gagal atau ditemukan abses besar, prosedur drainase perlu
dikerjakan. Oleh karena kebanyakan wanita dengan TOA adalah wanita usia
produktif, tujuan utama penanganannya adalah sebisa mungkin secara
konservatif jika dipertimbangkan drainase perkutan versus pembedahan.
Keberhasilan prosedur drainase umumnya didefinisikan sebagai kesembuhan
dari infeksi akut tanpa diperlukan laparotomi.
Drainase TOA menggunakan arahan USG atau laparoskopi merupakan
kemajuan besar dalam terapi keadaan ini. Pendekatan transvaginal memberikan
jalur langsung dari vagina ke dalam cavum douglas atau region adneksa
dimana abses biasanya terlokalisasi. Selain itu, terapi TOA juga dapat
dilakukan dengan pemasangan kateter atau prosedur tunggal melalui USG,
drainase transgluteal terarah dengan USG, dan drainase cavum douglas dengan
insisi kolpotomi.
K. Prognosis
1. TOA yang utuh
Pada umumnya prognosa baik, apabila dengan pengobatan
medidinaslis tidak ada perbaikan keluhan dan gejalanya maupun
pengecilan tumornya lebih baik dikerjakan laparatomi jangan ditunggu
abses menjadi pecah yang mungkin perlu tindakan lebih luas. Kemampuan
fertilitas jelas menurun kemungkinan reinfeksi harus diperhitungan
apabila terapi pembedahan tak dikerjakan.
2. TOA yang pecah
Kemungkinan septisemia besar oleh karenanya perlu penanganan
dini dan tindakan pembedahan untuk menurunkan angka mortalitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
-----------------------
+
+
-
-
-
-
+
+
-
-
-
-