PETA KONSEP SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala
1. MACAM-MACAM SKALA PENGUKURAN
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut jika digunakan akan menghasilkan data kuantitatif. Berbagai skala yang dapat digunakan untuk penelitian bisnis antara lain adalah: 1. Skala Likert 2. Skala Guttman 3. Semantik Differensial 4. Rating Sca S cale le
2. DESAIN INSTRUMEN
Proses menyusun desain instrumen pada dasarnya adalah suatu seni.
3. VALIDITAS DAN
4. PENGUJIAN VALIDITAS
RELIABILITAS INSTRUMEN
DAN RELIABILITAS
ukuran Kendati demikian, dua hal utama yang harus diperhatikan dalam desain instrumen adalah sebagai berikut: 1. Urutan Skala dan Layout dan Perbaikan 2. Pre-test dan
INSTRUMEN
validitas adalah suatu standar yang
menunjukkan
ketepatan dan kesahihan suatu
1. Pengujian Validitas Instrumen a.
instrumen. Reliabilitas atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur.
b.
c.
Pengujian validitas konstruksi (validitas ( validitas construct ) Pengujian validitas isi (content validity) validity ) Pengujian validitas eksternal
2. Pengujian Reliabilitas Instrumen a. Test-retest b. Ekuivalen c. Gabungan d. Internal consistensy
SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN
Penelitian pada dasarnya merupakan suatu upaya memahami masalahmasalah yang ditemui dalam kehidupan manusia, keterbatasan manusia untuk memahami permasalahan tersebut hanya mengandalkan pengalaman hidup sehari hari secara sporadis, tidak tertata jelas dan tidak cukup menjadi dasar yang kuat bagi pemahaman terhadap suatu permasalahan (Uhar, 2012:94). Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Dengan demikian instrumen yang akan digunakan untuk penelitian tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Jika variabelnya lima maka instrumennya lima. Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala (Sugiyono, 2012:92). 1. MACAM-MACAM SKALA PENGUKURAN
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut jika digunakan akan menghasilkan data kuantitatif. Contoh: Timbangan emas sebagai instrumen untuk mengukur berat emas, dibuat dengan skala mg dan akan menghasilkan data kuantitatif berat emas dalam satuan mg bila digunakan untuk mengukur; meteran sebagai instrumen untuk mengukur panjang dibuat dengan skala mm dan akan menghasilkan data kuantitatif panjang dengan satuan mm. Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif. Misalkan: Berate emas 19 gram, berat besi 100 kg, suhu badan orang yang sehat 370Celcius, IQ seseorang 150. Selanjutnya dalam pengukuran sikap, sikap sekelompok orang akan diketahui termasuk gradasi mana dari suatu skala sikap. Macam-macam skala pengukuran dapat berupa, yaitu skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio, dari skala pengukuran itu akan diperoleh data nominal, ordinal, interval dan ratio. Dari empat macam pengukuran, ternyata skala intervallah yang lebih banyak digunakan untuk mengukur fenomena/gejala sosial.
2
Para ahli sosial membedakan dua tipe skala menurut fenomena sosial yang diukur, yaitu: (1) Skala pengukuran untuk mengukur perilaku sosial dan kepribadian. Yang termasuk dalam tipe ini adalah skala sikap, skala moral, tes karakter, skala partisipasi sosial. (2) Skala pengukuran mengukur berbagai aspek budaya lain dan lingkungan sosial. Yang termasuk dalam tipe ini adalah skala untuk mengukur status sosial ekonomi. Lembaga-lembaga sosial, kemasyarakatan (communities), dan kondisi kerumahtanggaan. Pada dasarnya skala pengukuran dapat digunakan dalam berbagai bidang. Perbedaan terletak pada isi dan penekanannya. Para ahli sosiologi lebih menekankan pada pengembangan instrument untuk mengukur perilaku manusia. Tetapi baik ahli sosiologi maupun psikologi, keduanya sama-sama menekankan pada pengukuran sikap yang menggunakan skala sikap. Berbagai jenis skala yang dapat digunakan untuk mengukur fenomena sosial, dan dapat dianalisis menggunakan statistik adalah skala untuk mengukur intelegensi, kepribadian, sikap, status sosial, institusional (kelembagaan), dan berbagai tipe yang lainnya seperti, yaitu arbitrary scale, scale in which the item, scale values, scale constructed in accordance with “scale analysis” techniques device by Louis Guttman and Coworker, “projective test” in “projective test”. Skala yang lain dapat merupakan penggabungan dari berbagai macam skala di atas. (Young 1982 : 349). Berbagai skala yang dapat digunakan untuk penelitian bisnis antara lain adalah: 1.1 Skala Likert
Skala Likert menurut Djaali (2008:28) ialah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
suatu
gejala
atau
fenomena
pendidikan.
Skala
likert adalah
suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Nama skala ini diambil dari nama Rensis Likert, yang menerbitkan suatu laporan yang menjelaskan
3
penggunaannya. Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam skala likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Ada dua bentuk pertanyaan yang menggunakan likert yaitu pertanyaan positif untuk mengukur minat positif, dan bentuk pertanyaan negatif untuk mengukur minat negatif. Pertanyaan positif diberi skor 5, 4, 3, 2, dan 1; sedangkan bentuk pertanyaan negatif diberi skor 1, 2, 3, 4, dan 5. Bentuk jawaban skala likert terdiri dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Biasanya disediakan lima pilihan skala dengan fo rmat seperti: 1.
Sangat tidak setuju
2.
Tidak setuju
3.
Netral
4.
Setuju
5.
Sangat setuju Penskalaan ini apabila dikaitkan dengan jenis data yang dihasilkan adalah
data Ordinal. Selain skala dengan lima pilihan seperti contoh di atas, kadang digunakan juga skala dengan tujuh atau sembilan tingkat. Suatu studi empiris menemukan bahwa beberapa karakteristik statistik hasil kuisioner dengan berbagai jumlah pilihan tersebut ternyata sangat mirip. Skala likert merupakan metode skala bipolar yang mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif terhadap suatu pernyataan. Empat skala pilihan juga kadang digunakan untuk kuesioner skala likert yang memaksa orang memilih salah satu kutub karena pilihan "netral" tak tersedia. 1.2 Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas, yaitu yatidak, benar-salah, pernah-tidak pernah, positif-negatif, dan lain-lain. Jadi kalau pada skala Likert terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata sangat setuju sampai sangat tidak setuju, maka dalam skala Guttman hanya ada 2 interval yaitu setuju atau tidak setuju. Penelitian ini dilakukan bila ingin mendapat jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.
4
Contoh: Bagaimana pendapat anda, bila orang itu menjabat Kepala Sekolah di sini? Jawab: a. Setuju b. Tidak Setuju 1.3 Semantik Differensial
Skala pengukuran yang berbentuk semantik differensial dikembangkan oleh Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist , tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “ sangat positif ” terletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang “ sangat negatif ” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang. Responden dapat memberi jawaban, pada rentang jawaban yang positif sampai dengan yang negatif. Hal ini tergantung pada persepsi responden kepada yang dinilai. Sebagai contoh skala semantik differensial mengukur gaya kepemimpinan seorang pimpinan (pimpinan). Gaya Kepemimpinan Demokrasi Bertanggung
7 6 5 4 3 2 1 7 6 5 4 3 2 1
jawab Memberi Kepercayaan Menghargai bawahan
7 6 5 4 3 2 1
bersama
Tidak
ber-
tanggung jawab Mendomi-nasi Tidak
7 6 5 4 3 2 1
menghargai bawahan
Keputusan diambil
Otoriter
7 6 5 4 3 2 1
Keputusan diambil sendiri
5
1.4 Rating Scale
Dari ketiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan rating scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Responden menjawab, senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, pernah atau tidak pernah adalah merupakan data kualitatif. Dalam skala model rating scale, responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Oleh karena itu rating scale ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya, seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi, kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan dan lain-lain. Yang penting dalam rating scale adalah harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada setiap item instrumen. Orang tertentu memilih jawaban angka 2, tetapi angka 2 oleh orang tertentu belum tentu sama maknanya dengan orang lain yang juga memilih jawaban dengan angka 2.
Contoh “Beri tanda silang (x) pada angka yang sesuai dengan penilaian Anda terhadap pelayanan PT. Telkomsel!” Sangat
Sangat
Buruk
Baik
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2. DESAIN INSTRUMEN
Proses menyusun desain instrumen pada dasarnya adalah suatu seni. Kendati demikian,dua hal utama yang harus diperhatikan dalam desain instrumen adalah sebagai berikut: 2.1 Urutan Skala dan Layout
Penyajian dan organisasi instrumen pengumpulan data amat menentukan dalam sukses/tidaknya penelitian. Isu sentral pada tahap ini adalah urutan skala dan 6
penyajian alat pengukuran dalam bentuk yang menarik dan mudah dimengerti. Beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan adalah: a. Kuisioner sebaiknya dimulai dengan pertanyaan yang sederhana dan menarik. b. Tulislah petunjuk mengisi dengan jelas dan mudah dibaca. Bila terdapat perubahan jenis skala dalam instrumen pengukuran, maka diperlukan instruksi transisi yang memberitahu responden bahwa ada perubahan format jawaban. c. Informasi yang bersifat sensitif (misal: penghasilan) dan klasifikatif (umur, jenis kelamin, ukuran rumah tangga, dan lain-lain) sebaiknya ditanyakan belakangan. d. Susunlah tata letak (layout ) kuisioner sedemikian rupa sehingga mudah dibaca dan mengikuti alur proses wawancara. 2.2 Pre-test dan Perbaikan
Setelah instrumen disusun dalam bentuk draft, maka uji coba sebelum penelitian yang sebenarnya dilakukan sebaiknya dilakukan pada sejumlah responden yang sama dengan responden penelitian yang sebenarnya. Pre-test seringkali dapat mengidentifikasi masalah-masalah dalam penyusunan kata-kata, format kuesioner dan lain-lain yang amat berpengaruh terhadap validitas penemuan dari penelitian tersebut. Bila masalah-masalah tersebut ditemui, peneliti dapat membuat perubahan perubahan seperlunya agar dapat memperoleh data dengan kualitas tinggi. Singkatnya, proses penyusunan skala dan desain instrumen merupakan suatu seni karena memerlukan banyak kesabaran dan pengalaman dalam menyusun instrumen pengumpulan data yang dapat dipercaya dan valid.
3. VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN
Validitas menurut KBBI merupakan sifat benar menurut bahan bukti yang ada, logika berpikir, atau kekuatan hukum, sifat valid, dan kesahihan. Menurut Azwar, validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Menurut Arikunto, validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu
7
tes, dan menurut Nursalam, validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Jadi, dapat disimpulkan bahwa validitas adalah suatu standar ukuran yang menunjukkan ketepatan dan kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Reliabilitas dalam KBBI diartikan sebagai perihal sesuatu yang bersifat reliabel (bersifat andal), ketelitian, dan ketepatan teknik pengukuran. Menurut Sekaran, reliabilitas atau keandalan suatu pengukuran menunjukkan sejauh mana pengukuran tersebut tanpa bias (bebas dari kesalahan) dan arena itu menjamin pengukuran yang konsisten lintas waktu dan lintas beragam item dalam instrumen. Dengan kata lain, keandalan suatu pengukuran merupakan indikasi mengenai stabilitas dan konsistensi di mana instrumen mengukur konsep dan membantu menilai “ketepatan” sebuah pengukuran. Groth-Marnat mendefinisikan reliabilitas sebagai suatu tes merujuk pada derajat stabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan akurasi. Ia melihat seberapa skor-skor yang diperoleh seseorang itu akan menjadi sama jika orang itu diperiksa ulang dengan tes yang sama pada kesempatan berbeda. Menurut Sugiyono, instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Dari tiga definisi di atas jelas bahwa reliabilitas instrumen terkait dengan bebas dari bias (error free) dan konsistensi instrumen. Reliabilitas atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk
8
pengukuran yang lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar penilai). Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil, tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan. Instrumen yang reliabel belum tentu valid. Meteran yang putus bagian ujungnya, bila digunakan berkali-kali akan menghasilkan data yang sama (reliabel) tetapi tidak selalu valid. Hal ini disebabkan karena instrumen (meteran) tersebut rusak. Penjual jamu berbicara di mana-mana kalau obatnya manjur (reliabel) tetapi selalu tidak valid, karena kenyataannya jamunya tidak manjur. Reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Oleh karena itu walaupun instrumen yang valid umumnya pasti reliabel, tetapi pengujian reliablitas instrumen perlu dilakukan. Pada dasarnya terdapat dua macam instrumen, yaitu instrumen yang berbentuk tes untuk mengukur prestasi belajar dan instrumen yang tidak berbentuk tes untuk mengukur sikap. Instrumen yang berupa tes jawabannya adalah “salah atau benar”, sedangkan instrumen sikap jawabannya tidak ada yang “salah atau benar” tetapi bersifat “positif dan negatif”.
4. PENGUJIAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN 4.1 Pengujian Validitas Instrumen
a. Pengujian validitas konstruksi (validitas construct ) Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat ahli ( judgement expert ). Dalam hal ini setelah instrumen di konstruksi tentang aspekaspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya 9
dikonsultasikan dengan para ahli. Para ahli dimintai pendapat tentang instrumen yang telah disusun itu. Mungkin para ahli akan memberi keputusan; instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirobak total. Setelah pengujian konstruksi dari ahli dan berdasarkan pengalaman empiris di lapangan selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen yang diujicobakan pada sampel dari mana populasi diambil (pengujian pengalaman empiris ditunjukkan pada pengujian validitas eksternal). jumlah anggota yang digunakan sekitar 30 orang. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Misalnya akan dilaksanakan pengujian construct validity melalui analisis faktor terhadap instrumen untuk mengukur prestasi kerja peserta didik dalam suatu kelompok proyek. Berdasarkan teori dan hasil konsultan ahli, indikator prestasi kerja peserta didik dalam suatu kelompok proyek ada dua yaitu: Kualitas hasil kerja dan kecepatan kerja. Selanjutnya indikator (faktor) kecepatan kerja dikembangkan menjadi 3 pertanyaan, dan kualitas hasil kerja dikembangkan menjadi 4 butir pertanyaan. Instrumen yang terdiri dari 7 butir pertanyaan selanjutnya diberikan kepada 5 peserta didik (dalam praktiknya menggunakan sekitar 30 responden). Jawaban 5 responden akan dijelaskan pada tabel berikut dengan arti angka 4 berarti sangat tinggi, 3 tinggi, 2 rendah, 1 sangat rendah prestasinya. Seperti telah dikemukakan bahwa, analisis faktor dilakukan dengan cara mengkorelasikan jumlah skor faktor dengan skor total. Bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 ke atas maka faktor tersebut merupakan konstruk yang kuat. Jadi berdasarkan analisis faktor itu dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut memiliki validitas konstruksi yang baik.
10
Tabel. Data Prestasi Kerja 5 Peserta Didik No. Res. . . . . .
Skor Faktor 1 untuk butir no: 1 3 4 1 3 2
2 4 3 2 3 2
3 3 2 1 3 4
Jml 1 10 9 4 9 8
Skor Faktor 2 untuk butir no: 1 3 4 3 4 3
2 3 3 2 4 1
3 2 4 1 3 2
4 4 4 2 3 1
Jml 2
Jml Total (Y)
12 15 8 14 7
22 24 12 23 15
Bedasarkan tabel selanjutnya telah dihitung bahwa korelasi antara jumlah faktor dengan skor total (Y) = 0,85 dan korelasi antara jumlah faktor dengan skor total (Y) = 0,94. Karena koefisien korelasi kedua faktor tersebut diatas 0,30, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas hasil kerja dan kecepatan kerja merupakan konstruksi (construci) yang valid untuk variabel prestasi kerja peserta didik dalam suatu kelompok proyek. Selanjutnya apakah setiap butir dalam instrumen itu valid atrau tidak, dapat diketahui dengan cara mengkorelasikan anatara skor butir dengan skor total (Y). Jadi untuk keperluan ini ada tujuh koefisien korelasi yang perlu dihitung. Bila harga korelasi di bawah 0,30, maka dapat disimpulakan bahwa butir isntrumen tersebut tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa korelasi ketujuh butir instrumen dengan skor total ditunjukkan pada tabel berikut ini: Berdasarkan tabel berikut dapat diketahui, bahwa butir nomer 3 (faktor 1) tidak valid, karena butir tersebut dengan skor total hanya 0,22 (di bawah r kritis 0,3). Butir tersebut tidak selaras dengan butir yang lain.
11
Tabel. Perhitungan Pengujian Validitas Konstruk No. 1 2 3 4 5 6 7
R hitung 0,95 0,79 0,22 0,73 0,79 0,84 0,83
R kritis 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30
Keputusan Valid Valid Tidak valid Valid Valid Valid Valid
b. Pengujian validitas isi (content validity) Untuk instrumen yang berbentuk tes, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Untuk instrumen yang akan mengukur efektivitas pelaksanaan program, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan. Secara teknis pengujian validitas konstruksi dengan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen, atau matriks pengembangan instrumen. Dalam kisi-kisi terdapat variabel yang diteliti, dan indikator sebagai tolok ukur dan nomor butir item pertanyaan atau pernyataan dari indikator. Sehingga dengan demikian penelitian dapat menjadi mudah dan sistematis. c. Pengujian validitas eksternal Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja sekelompok pegawai, maka kriteria kinerja pada instrumen itu dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan (empiris) tentang kinerja pegawai yang baik. Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta dilapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai validitas eksternal yang tinggi.
12
4.2 Pengujian Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest ( stability), equivalent , dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu. a. Test-retest Instrumen penelitian yang reliabiltasnya diuji dengan test-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondenya sama, dan waktunya yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel. b. Ekuivalen Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya sama. Pengujian reliabilitas instrumen dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumenya dua, pada responden yang sama, waktu sama, instrumen berbeda. Reliabilitas instrumen dihitung dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan data instrumen yang dijadikan ekuivalen. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrumen dapat dikatakan reliabel. Ada beberapa metode untuk pengujian reliabilitas ekuivalen, yaitu sebagai berikut: 1) Metode alternatif/paralel Metode ini menggunakan lebih dari satu alat ukur yang setara untuk mengukur konsep yang sama pada objek penelitian yang sama. 2) Uji reliabilitas intercoder/peneliti Reliabilitas intercoder merupakan jenis reliabilitas ekuivalen yang khusus. Pengukuran dilakukan dengan membandingkan antara indikator yang digunakan oleh seorang peneliti dengan indikator yang digunakan peneliti lain. Indikator-indikator ini dianggap reliabel apabila mereka memberikan hasil yang setara.
13
3) Analisis subpopulasi Metode ini membandingkan indikator pada subpopulasi yang berbeda dan menggunakan pengetahuan yang didapatkan dari sumber independen mengenai subpopulasi yang diteliti tersebut. Dari analisis ini diketahui apakah indikator yang ada memberikan jawaban yang sama/konsisten bila diterapkan pada subpopulasi yang berbeda (agama, etnik, usia, gender, pendidikan). c. Gabungan Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalent itu beberapa kali, ke responden yang sama. Jadi cara ini merupakan gabungan pengujian pertama dan kedua. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua, dan selanjutnya dikorelasikan secara silang. d. Internal consistensy Pengujian reliabilitas dengan Internal consistensy, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian yang data diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen.
14
DAFTAR PUSTAKA
https://dinysabila.wordpress.com/2014/01/16/skala-pengukuran-dan-instrumen penelitian/ https://www.academia.edu/30930538/SKALA_PENGUKURAN_DAN_INSTRUME N_PENELITIAN http://denokmuktiari14.blogspot.co.id/2014/06/skala-pengukuran-dan-instrumen.html https://www.scribd.com/document/363362494/RMK-Metod-Sap-8 http://sylviastrid.blogspot.co.id/2013/09/macam-macam-skala-pengukuranuntuk.html http://dikyaprianto0.blogspot.co.id/2015/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html
15