RMK KEWIRAUSAHAAN “INTRAPRENEURSHIP”
Oleh : Kelompok 9
Putu Ayu Regita Naraswari
(1515351014)
I Gede Aditya Baskara
(1515351020)
I Made Karma Cahyadi
(1515351027)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA 2017
BAB I PENDAHULUAN Kesempatan tercipta oleh perubahan lingkungan, dan salah satu ciri seorang entrepreneur adalah kemampuannya yang lebih tajam dalam melihat perubahan-perubahan, dan menemukan kesempatan-kesempatan yang tersimpan di balik perubahan itu. Seorang manajer yang rendah tingkat intrapreneurship-nya mengatakan seberapa banyak sumber daya yang dapat saya kelola, dan dari sumber daya yang dipegang ini apa yang akan dapat dicapai? Namun seorang manajer yang tinggi tingkat intrapreneurship-nya akan mengatakan berdasarkan apa yang ingin dicapai, baru mengatakan apa saja yang harus dimiliki untuk mencapainya. Terdapat tiga pilar dalam intrepreneurship yaitu inovasi, pengambilan resiko yang terkalkulasi, dan kreativitas. Inovasi adalah kemampuan untuk melihat segala sesuatu dengan cara yang baru. Pengambilan resiko yang terkalkulasi merupakan kemampuan untuk mengambil kesempatan yang sudah diperhitungkan dan menganggap kegagalan sebagai suatu pengalaman belajar. Kreativitas merupakan kemampuan untuk memperkirakan berbagai kemungkinan di masa depan dan secara proaktif menciptakan apa yang diidamkan. Masalahnya adalah bagaimana memelihara semangat entrepreneurship dalam organisasi yang membesar dan semakin mapan. Organisasi yang besar dan stabil sering kali menimbulkan rasa percaya diri yang berlebihan pada orang-orang yang terlibat di dalamnya sehingga mengurangi sensitivitas terhadap kebutuhan pelangganya dan kurang responsif terhadap dinamika persaingan. Padahal dalam situasi yang terlalu kompetitif, timbulnya sensitivitas terhadap kebutuhan pelanggan dapat berakibat fatal.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Intrapeneurship Intrapreneurship
adalah
kewirausahaan
(entrepreneurship)
dalam
perusahaan
(enterprenership inside of the organization) atau dapat dikatakan bahwa intrapreneurship adalah entrepreneuship yang ada di dalam perusahaan. Konsep intrapreneurship pertama muncul pada tahun 1973 oleh Susbauer dalam tulisannya yang berjudul “Intracoporate Enterpreneurship : Programs in American Industry”, dan kemudian dipopulerkan oleh Pinchott (1985) dan Burgelman (2007) dalam disertasinya. Princhott (1985) mendefinisikan seorang intrapreneur adalah seorang yang memfokuskan pada inovasi dan kreativitas dan yang mentransformasi suatu mimpi atau gagasan menjadi usaha yang menguntungkan yang dioperasikannya dalam lingkup lingkungan perusahaan. Oleh karena itu, agar sukses intrapreneurship harus diimplementasikan dalam strategi perusahaan (Dalam Budiharjo, 2011:152). Asef Karimi, dkk (2011) menyebutkan bahwa Intrapreneurship berakar pada kewirausahaan (Amo dan Kolvereid, 2005; Antoncic, 2001; Davis, 1999; Honig, 2001), ada beberapa perbedaan antara intrapreneurship dan kewirausahaan. Pertama semua, intrapreneur membuat keputusan berisiko menggunakan sumber daya perusahaan. untuk melakukannya, pengusaha menggunakan sumber daya mereka sendiri (Antoncic dan Hisrich, 2001; Luchsinger dan Bagby, 1987; Morris et al, 2008). Kedua, intrapreneurship terjadi di antara karyawan dari dalam organisasi mereka, sedangkan kewirausahaan cenderung terutama secara eksternal terfokus (Amo dan Kolvereid, 2005; Antoncic, 2001; Antoncic dan Hisrich, 2001; Davis, 1999; Luchsinger dan Bagby, 1987). Lebih lanjut Asef Karimi, dkk (2011) menyebutkan bahwa sepertiga dari semua, pengusaha lebih memilih untuk mengembangkan pengetahuan dalam organisasi baru daripada menggunakan prosedur atau mekanisme dari perusahaan lain. Di sisi lain, intrapreneur bekerja dalam organisasi yang sudah memiliki politik mereka sendiri, bahasa, prosedur, dan birokrasi (Antoncic, 2001; Antoncic dan Hisrich, 2001; Davis, 1999; Honig, 2001). Meskipun kewirausahaan dan intrapreneurship memiliki perbedaan penting, mereka juga memiliki beberapa koneksi karena intrapreneurship secara konsisten diposisikan sebagai kewirausahaan dalam organisasi (Antoncic, 2001; Davis, 1999, dalam Asef Karimi, dkk, 2011). Biasanya dalam organisasi biasa, entrepreneurship ini sulit muncul karena suasana yang kaku dan tidak ada kebebasan berkreasi bagi karyawannya. Oleh karena itu sebuah organisasi perlu mengembangkan semangat entrepreneurship ini, semangat ini akan meningkatkan pengembangan produk, diservisifikasi dan meningkatkan produktivitas.
2.2 Iklim Organisasi yang Mendorong Intrapeneurship Untuk mendorong adanya intrapreneurship maka diperlukan suasana kepemimpinan yang menunjang. 2.2.1
Adanya penerapan teknologi dalam organisasi yang dapat membangkitkan keberanian dan menunjang ide ide baru sehingga karyawan tidak menjadi penakut.
2.2.2
Terbuka peluang eksperimen, tidak takut pada kegiatan trial and error. Biasanya untuk mendapatkan bentuk produk baru ditempuh dengan beberapa kegagalan, sampai memperoleh bentuk produk baru yang sempurna.
2.2.3
Tidak ada ukuran atau parameter baku untuk suatu keberhasilan.
2.2.4
Harus tersedia dana yang cukup untuk melakukan kebebasan pengembangan ide.
2.2.5
Harus dikembangkan tim multidisiplin dan kerjasama antar bidang.
2.2.6
Semangat intrapreneur tidak berdasarkan perseorangan tapi atas dasar sukarela dan system hadiah. Hadiah perlu diberikan untuk semua energi maupun usaha yang dikeluarkan untuk penciptaan sesuatu yang baru.
2.2.7
Akhirnya aktivitas semangat ini harus mendapat dukungan dari top manajemen baik secara fisik maupun dalam bentuk finansial.
2.3 Karakteristik Kepemimpinan Intrapreneuship Seorang wirausahawan harus memahami lingkungan baik internal maupun eksternal, dia harus mengetahui segala aspek, dia harus kreatif agar dapat mendorong semangat intrapreneurship. Karakteristik kepemimpinannya adalah sebagai berikut:
2.3.1
Intrapreneur seolah menjadi general manager dari sebuah bisnis baru yang belum ada di perusahaan.
2.3.2
Biasanya memiliki background teknis atau perusahaan, tetapi tidak memusuhi disiplin kerja yang lain, pandai beradaptasi dan melakukan penyesuaian.
2.3.3
Melakukan hal-hal sesuai kehendak hatinya.
2.3.4
Pemikir/konseptor sekaligus pelaksana.
2.3.5
Punya dedikasi penuh dan bersedia mencurahkan waktu habis-habisan agar mimpinya kenyataan.
2.3.6
Menunjukkan kualitas yang baik.
2.3.7
Segala sepak terjanggnya hanya berdasar kepentingan usahanya.
2.3.8
Orang yang meraih target yang ditetapkannya sendiri.
2.3.9
Selalu menetapkan standar kerja yang tinggi.
2.3.10 Kegagalannya merupakan proses belajar.
BAB III KESIMPULAN 3.1
Intrapreneurship merupakan kewirausahaan (entrepreneurship) dalam perusahaan atau dapat dikatakan bahwa intrapreneurship adalah entrepreneuship yang ada di dalam perusahaan. Biasanya dalam organisasi biasa, entrepreneurship ini sulit muncul karena suasana yang kaku dan tidak ada kebebasan berkreasi bagi karyawannya. Oleh karena itu sebuah organisasi perlu mengembangkan semangat entrepreneurship ini, semangat ini akan meningkatkan pengembangan produk, diservisifikasi dan meningkatkan produktivitas yang nantinya akan mampu meningkatkan nilai suatu perusahaan.
3.2 3.3
Pada dasarnya seorang wirausahawan harus memahami lingkungan baik internal maupun eksternal, dia harus mengetahui segala aspek, dia harus kreatif dan inovatif agar dapat mendorong
semangat
intrapreneurship.
Seorang
entrepreneur
dalam
perusahaan
(intrapreneurship) memiliki beberapa karakteristik antara lain intrapreneur seolah menjadi
general manager dari sebuah bisnis baru yang belum ada di perusahaan, biasanya memiliki background teknis atau perusahaan, tetapi tidak memusuhi disiplin kerja yang lain, pandai beradaptasi dan melakukan penyesuaian, pemikir/konseptor sekaligus pelaksana, dan masih banyak lainnya.
DAFTAR PUSTAKA http://ayuetikas.blogspot.co.id/2015/04/intrapreneurship.html