Resume Ruang OK 2 Bedah Bedah Digestif Central Operating Theater (Operating Theater Suite) Rumah Sakit Pendidikan Universitas Universitas Hasanuddin
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN I KTERUS OBSTRUKTI OBSTRUKTI F EC CHOLEL I TI ASI ASI S & H BSAG BSAG +
DENGAN TINDAKAN LAPARATOMI DAN EKSPLORASI CBD
Oleh: WAODE RISMAYANA TAATLAN C12109254
CI. INSTITUSI
CI. LAHAN
(........................................)
(........................................)
PROGRAM PROFESI NERS PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN I KTERUS OBSTRUKTI F EC CHOLEL I TI ASI S & H BSAG +
DENGAN TINDAKAN LAPARATOMI DAN EKSPLORASI CBD
A. Informasi Umum
Nama pasien
: Tn. A
Umur
: 38 Tahun
Ruang perawatan
: Ruang Katinting, Kelas II
No. RM.
: 010113
Diagnosa medis
: Ikterus Obstruktif ec Cholelitiasis & Hbsag +
Masuk COT
: Tanggal 15 April 2013, Pukul 11.00 WITA
Rencana tindakan operasi : Laparatomi dan Eksplorasi CBD
B. Kondisi Pasien
1. Masuk Rumah Sakit : Tanggal, 11 April 2013 2. Alasan Masuk Rumah Sakit : Pasien merasa nyeri pada perut kanan atasnya yang dirasakan sejak ± 3 bulan yang lalu, nyeri bersifat hilang timbul. Terasa memberat sejak 10 hari yang lalu. Nyeri seperti tertusuk-tusuk menembus ke bagian belakang menjalar ke arah ulu hati. Nyeri disertai demam, mual, dan muntah. Sejak 10 hari yang lalu pasien juga mengeluh matanya warna kuning dan BAK warna kuning pucat/teh. Riwayat pasien menderita penyakit kuning saat usia 15 tahun. BAK lancar. Riwayat BAK keluar batu (-), riwayat BAK keluar darah (-), BAB baiasa.
C. Penatalaksanaan
1. Pengertian Laparatomi merupakan tindakan operasi pada daerah abdomen. Bedah laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan kandungan. Tindakan Bedah laparatomi dilakukan dengan empat cara yaitu : Midline incision, Paramedian (panjang (12,5 cm) ± sedikit ke tepi dari garis tengah), Transverse upper abdomen incision (sisi di bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomi), dan Transverse lower abdomen incision (dilakukan 4 cm di atas anterior spinal iliaka, ± insisi melintang di bagian bawah misalnya : pada operasi appendictomy).
Pada Tn A yang menderita ikterus obstruktif ec cholelitiasis maka dilakukan tindakan kolesistektomi laparotomi secara melintang dan dilakukan eksploitasi terhadap saluran empedu/common bile duct (CBD). Eksplorasi bertujuan untuk menemukan batu yang menyebabkan obstruksi secara tepat pada saluran empedu. Pembedahan untuk kolelitiasis dinilai paling efektif karena batu empedu dianggap sebagai “silent
stone” yang
sewaktu-waktu dapat menyebabkan komplikasi terutama
jika pada pasien memiliki diabetes mellitus yang membuat hasil pemeriksaan foto batu kontras tidak nampak.
2. Tujuan a. Mengangkat batu empedu pada saluran empedu yang menyebabkan obstruksi b. Mencegah terjadinya batu kembali karena batu telah dieksploitasi pada saluran empedu
D. Asuhan Keperawatan 1. Asuhan Keperawatan Preoperatif a. Asuhan Keperawatan Preoperatif Analisa Data
DS: - Pasien mengatakan takut karena belum pernah dilakukan operasi sebelumnya - Keluarga pasien cemas dengan hasil operasi DO:- Pasien tampak gelisah dan cemas di ruangan pre operasi - Pasien bertanya-tanya mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan - Pasien bertanya mengenai hasil operasi serupa yang dilakukan pada orang lain sebelumnya
Diagnosa Keperawatan
Ansietas berhubungan dengan tidak adanya pengalaman bedah dan kurang pengetahuan mengenai tindakan pembedahan yang akan dilakukan.
Tujuan dan Kriteria Hasil Keperawatan
Tujuan : Pasien dapat mengontrol kecemasannya dengan kriteria hasil : -
Mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
-
Mengidentifikasi,
mengungkapkan
dan
menunjukkan
teknik
untuk
mengontrol cemas -
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
-
Memahami tindakan pembedahan yang akan dilakukan dan harapan dari hasil pascaoperasi
Implementasi Keperawatan
Aktifitas keperawatan pada pasien preoperatif adalah pengurangan kecemasan (Anxiety Reduction) dengan tindakan utama adalah memberikan pendidikan kesehatan, yang terdiri atas 2 dimensi yaitu gunakan pendekatan yang menenangkan dan dorong untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi. Intervensi keperawatan yang dilakukan selama preoperatif yaitu : a) Jelaskan semua prosedur dan apa yang akan dirasakan selama tindakan pembedahan R : Kecemasan pasien akan berkurang karena lebih memahami tindakan operasi yang akan dilakukan b) Psikososial suport untuk menghilangkan kecemasan R : Pasien tidak akan merasa sendirian karena merasa banyak orang yang akan mendukung kesembuhannya temasuk dari para tenaga kesehatan c) Memahami aturan yang dianut pasien dan dukungan orang sekitarnya R : Beberapa kepercayaan pasien akan mempengaruhi persepsi pasien misalnya pasien ingin selalu berada di dekat keluarganya sebelum mulai operasi untuk memberikan perasaan nyaman dan penguatan bagi pasien d) Mengajarkan latihan keterampilan untuk mengurangi kecemasan seperti pergerakan latihan nafas R : Latihan napas dalam akan lebih membantu pasien untuk rileks
Evaluasi Tindakan Keperawatan
S : - Pasien mengatakan lebih tenang setelah mengetahui prosedur tindakan pembedahan yang akan dilakukan - Keluarga pasien memahami mengenai harapan pembedahan O: -
Raut wajah pasien nampak lebih tenang
- Keluarga pasien memberi supporting system untuk menguatkan pasien - Pasien mengatur pernapasan untuk mengurangi kecemasannya A : Kecemasan teratasi P :-
Mengingatkan keluarga untuk terus memberi semangat pasien Anjurkan pasien untuk bertanya jika ada hal yang membuatnya cemas dan khawatir terkait dengan tindakan pembedahan
-
Anjurkan pasien untuk melatih pernapasannya untuk membantunya tetap rileks
b. Persiapan pasien
Pada pukul 11.00 WITA, pasien tiba di COT, kemudian terjadi serah terima petugas ruangan. Informed consent telah ditandatangani, gelang identitas terpasang ditangan kiri, pasien dipuasakan dan terpasang infus di lengan kanan dengan cairan NaCl 0,9%.
Baju pasien diganti dengan baju operasi dan
lepaskan semua benda yang dipakai oleh Pasien, seperti perhiasan, kosmetik, gigi palsu, dll. Setelah itu, Pasien diambulasi ke ruang premedikasi.
c. Persiapan ruang operasi
1)
Meja mayo/meja instrumen
: 2 unit
2)
Meja operasi
: 1 unit
3)
Electrosurgical Unit (ESU)
: 1 unit
4)
Tabung Suction
: 1 unit
5)
Mesin Hemodinamik
: 1 unit
6)
Kursi/tempat duduk operator
: 2 unit
7)
Surgical Light
: 2 unit
8)
Standar Infus
: 1 unit
9)
Tempat sampah medis
: 1 unit
10) Peralatan anastesi dan obat-obatan.
d. Persiapan Instrumen Operasi
1) Instrumen dasar a) Kom
: 2 buah
b) Nerbecken
: 1 buah
c) Pinset anatomis
: 2 buah
d) Pinset Chirurgische
: 2 buah
e) Hak gigi/hak kulit (retraktor manual)
: 2 buah
f) Hak Otomatis
: 1 buah
g) Klem Arteri Lurus
: 5 buah
h) Klem Arteri Belok
: 3 buah
i) Kohert
: 3 buah
j) Disinfeksi klem ( sponge holding forcep)
: 1 buah
k) Gunting jaringan
: 1 buah
l) Gunting benang
: 2 buah
m) Allis
: 2 buah
n) Scalpel handle no. 7
: 1 buah
o) Needle holder
: 1 buah
p) Doek klem (towel clamp)
: 5 buah
q) Kanul Suction
: 1 buah
r) Monopolar
: 1 buah
2) Bahan penunjang operasi yang sekali pakai a) Steril
Kasa
Benang jahit absorbsi dan non absorbsi
Pisau bedah (blade) no. 11
Gloves steril no. 6 dan 6 ½
Spoit 10cc 20 cc
Aquades 25 mL.
Lidocain
Larutan NaCl 0,9%
Betadine
Daryant - Tulle
b) Non steril, berupa plester Hipafix, Botol Spesimen
3) Linen steril a) Gaun/Jas operasi
: 4 lembar
b) Linen Kecil
: 4 lembar
c) Linen Panjang
: 2 lembar
d) Linen Lubang
: 1 lembar
e) Alas meja Operasi
: 1 lembar
Peran mahasiswa : Sebagai Observer perawat sirkuler
2. Asuhan Keperawatan Intraoperatif a. Asuhan Keperawatan Intraoperatif 1) Risiko Infeksi Analisa Data
Faktor-faktor resiko infeksi : a) Prosedur Infasif b) Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan c) Peningkatan paparan lingkungan patogen
Tujuan dan Kriteria Hasil Keperawatan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama intraoperatif pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Implementasi Keperawatan
a) Uji kesterilan semua peralatan. R : Benda-benda yang dipaket mungkin tampak steril. Meskipun demikian, setiap benda harus secara teliti diperiksa kesterilannya, adanya kerusakan pada pemaketan, efek lingkungan pada paket dan teknik pengiriman. Sterilisasi paket, tanggal kadaluarsa, nomor seri harus didokumentasikan jika perlu. b) Pertahankan teknik aseptif R : Alat yang steril adalah alat yang haru digunakan dalam tindakan operasi yang merupakan tidakan sangat infasif. Jika alat diyakini telah
terkontaminasi maka alat harus segera diganti dengan baru sehingga meminimalkan kemungkinan terjadinya paparan dengan agen patogen. c) Cuci tangan setiap sebelum melakukan tindakan operatif R : Tangan merupakan media yang paling mudah untuk memudahkan terjadinya penularan patogen sehingga ke sterilan tangan yang akan menyentuh alat-alat steril juga harus dipastikan ke-strerilannya sebelum menyentuh alat, bahan dan instrumen bedah d) Identifikasi gangguan pada teknik aseptik dan atasi dengan segera pada waktu terjadi. R : Kontaminasi dengan lingkungan/kontak personal akan menyebabkan daerah yang steril menjadi tidak steril sehingga dapat meningkatkan risiko infeksi. e) Sediakan pembalut yang steril. R : Mencegah kontaminasi lingkungan pada luka yang baru. f) Lakukan irigasi luka yang banyak, misalnya normalsalin atau antiseptik. R : Dapat digunakan dalam intraoperasi untuk mengurangi jumlah bakteri pada lokasi dan pembersihan luka debris.
Evaluasi Tindakan Keperawatan
S : Tidak Ada (Pasien tidak sadar karena pengaruh anastesi) O: -
Pasien tidak menunjukkan mengalami tanda-tanda infeksi
- Hingga operasi selesai instrumen yang digunakan tetap dipertahankan steril sampai luka operasi telah dibalut dengan baik - Luka operasi pasien telah dan daerah sekitar operasi telah diberi antiseptik
dan
normalsalin
untuk
mencegah
infeksi
dan
membersihkan area operasi. - Luka yang telah dibersihkan dibalut dengan teknik steril untuk mencegah paparan lingkungan patogen A : Risiko Infeksi teratasi P :-
Pantau kemungkinan terjadinya tanda-tanda infeksi Pastikan balutan luka tetap bersih dan menutupi dengan baik jahitan luka operasi
2) Risiko I n j u r y Analisa Data
Faktor-faktor resiko injury : a) Prosedur Invasif b) Pelaksanaan Ambulasi c) Keamanan tempat tidur
Tujuan dan Kriteria Hasil Keperawatan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama intraoperatif pasien tidak mengalami injury dengan kriteria hasil pasien bebas dari cedera
Implementasi Keperawatan
a) Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien R : Peralatan dan lingkungan yang diganakan untuk operasi harus dicek kelayakannya misalnya memastikan tegangan volt yang digunakan pada Electro Surgical Unit (ESU) b) Identifikasikan kebutuhan keamanan pasien R : Kondisi secara umum dan keasadaran pasien harus selalu dipantau baik sebelum operasi maupun setelah operasi terhadap pemberian anastesi. Pasien yang kurang tingkat kesadarannya maka kemungkinan mengalami cedera lebih tinggi. c) Memberikan transportasi dan ambulasi yang aman dan nyaman bagi pasien R : Proses pemindahan akan memungkinkan terjadinya cedera sehingga selalu
memasangkan siderail selama
proses
pemindahan
dan
mendahulukan kaki untuk digerakkan sehingga pasien lebih nyaman. d) Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih R : Mulai dari persiapan anastesi hingga berakhirnya operasi maka pasien akan berada di tempat tidur sehingga tempat tidur yang nyaman dan bersih harus selalu diperhatikan misalnya memberikan bantalan kepala yang lembut pada pasien.
Evaluasi Tindakan Keperawatan
S : - Pasien merasa nyaman dengan proses transportasi dan mobilisasi O: -
Pasien tidak mengalami cedera
- Selama pemindahan tempat tidur pasien selalu terpasang siderail A : Risiko Injury teratasi P :-
Pantau kemungkinan terjadinya cedera karena masih adanya pengaruh anastesi yang belum hilang
-
Pastikan tempat tidur pasien selalu terpasang siderail
3) Risiko Perdarahan Analisa Data
Faktor-faktor resiko perdarahan : a) Prosedur Invasif dengan tindakan pembedahan laparatomi b) Kurangnya Trombosit dan faktor-faktor pembekuan darah
Tujuan dan Kriteria Hasil Keperawatan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama intraoperatif perdarahan yang berlebihan tidak terjadi atau dapat dikontrol
Implementasi Keperawatan
a) Pastikan ketersediaan darah dan transfusi set R : Tindakan antisipatif untuk mengontrol perdarahan bila terjadi b) Memastikan ketersediaan alat dan bahan steril dalam mengatasi perdarahan R : Mencegah perdarahan berlebihan yang dapat menghambat jalannya operasi dan memperburuk hasil operasi c) Mengecek Volume perdarahan R : Memastikan perlunya pemberian transfusi darah sehingga jumlah input dan ouput seimbang d) Memasang transfusi bila perlu R : Transfusi merupakan terapi pengganti kehilangan darah
Evaluasi Tindakan Keperawatan
S : - Tidak Ada (Pasien tidak sadar karena pengaruh anastesi) O: -
Pasien mengalami perdarahan
- Pasien diberi transfusi A : Perdarahan dapat dikontrol P : - Pantau kemungkinan terjadinya perdarahan pada luka bekas operasi laparatomi
b. Pelaksanaan Pembedahan
1)
Pada pukul 12.30 WITA, pasien diambulasi ke ruang OK 2
2)
Perawat instrumen mencuci tangan secara steril dan mengenakan gaun operasi yang dibantu oleh perawat sirkuler yang mengikat jas operasi
3)
Perawat instrumen menyiapkan alat-alat di meja mayo dan meja instrumen secara sistematis sesuai kebutuhan.
4)
Pasien dipindahkan ke meja operasi yang telah diberi alas meja operasi oleh perawat.
5)
Pasien dipasangi monitor TTV
6)
Pasien dibius oleh anastesi dengan memperhitungkan berat badan pasien dan perkiraan lama operasi
7)
Operator (Tim Dokter bedah) mencuci tangan secara streril dan mengenakan gaun operasi dan handscone dibantu perawat instrumen.
8)
Operator melakukan Asepsis dan antisepsis pada daerah operasi yang alat dan bahannya telah disiapkan oleh perawat yaitu menggunakan klem desinfeksi ( sponge holding forceps) untuk memegang kasa steril yang telah dibasahi dengan larutan betadine yang disiapkan pada com steril
9)
Perawat dan Operator melakukan Drapping Prosedure ( memasangkan pasien dengan linen yang mulai dari linen kecil hingga linen yang berlubang) untuk mempersempit lapangan operasi
10) Perawat instrumen mendekatkan alat-alat instrumen ke meja operasi 11) Perawat sirkuler mengkonfirmasi semua anggota tim, nama pasien, lokasi insisi, & prosedur yang akan dilakukan. 12) Operator membuat insisi subedifial perdalam hingga peritoneum 13) Tampak Gallbladding colon collaps dan tampak massa kesan batu 14) Melakukan prosedur Choletistektomi hingga distal gall bladder
ligasi
15) Cuci lap. Operasi. Lanjutkan dengan eksplorasi 16) Identifikasi eodema bile duct 17) Masukkan soundage untuk mengidentifikasi distal CBD dan ductus hepatitis 18) Lakukan prosedur kolenfotografi 19) Foto Cholangiografi menunjukkan CBD meningkat ductus hepaticus paten 20) Mengevaluasi dan mengontrol perdarahan, mengirigasi dengan NaCl 0,9% dan mengabsorbsi dengan kasa steril. 21) Memberikan larutan betadine dan menjahit luka operasi lapis demi lapis 22) Membersihkan daerah luka pada daerah yang dioperasi 23) Memberikan Daryant Tulle di atas luka yang dijahit 24) Menutup luka operasi dengan kasa kering dan plester Hipafix. 25) Operasi selesai.
Peran mahasiswa : Sebagai Observer perawat sirkuler dan perawat instrumen
3. Asuhan Keperawatan Post-operatif a) Nyeri Akut berhubungan dengan kerusakan jaringan Analisa Data
DS: -
Pasien mengeluh merasa nyeri pada perutnya
DO:-
Pasien nampak berhati-hati menjaga lukanya
-
Pasien nampak hanya terfokus pada diri sendiri dengan hanya memperhatikan nyerinya
- Pasien nampak gelisah
Tujuan dan Kriteria Hasil Keperawatan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama post-operatif pasien tidak mengalami nyeri dengan kriteria hasil : -
Pasien mampu mengontrol nyeri
-
Pasien mengatakan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri seperti distraksi (tidak berfokus pada nyeri)
-
Pasien mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Implementasi Keperawatan
a) Melakukan
pengkajian
nyeri
secara
komprehensif
termasuk
lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi R : Untuk mengetahui tingkat dan lokasi nyeri yang dirasakan oleh pasien b) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan R : Rasa nyeri akan sangat nampak dari ekspresi wajah pasien c) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan R : Perubahan suhu tubuh ikut dipengaruhi juga oleh suhu ruangan. Ruangan yang terlalu dingin akan mengakibatkan pasien mengalami hipotermia. Hal ini menandakan menurunnya asupan oksigen yang selanjutnya akan mengakibatkan menurunnya metabolisme tubuh. d) Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam atau relaksasi distraksi R : Napas dalam akan meningkatkan asupan oksigen ke dalam tubuh sedangkan
relaksasi
distraksi
mengganggu
stimulus
nyeri
dengan
mengurangi rasa nyeri. Distraksi paling baik digunakan untuk periode pendek pada nyeri ringan sampai sedang. e) Tingkatkan istirahat R : Istirahat menurunkan pengeluaran energi. Vasokontriksi perifer terjadi pada nyeri hebat dan menyebabkan pasien merasa dingin. f) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali R : Tanda-tanda vital menunjukkan keadaan umum pasien yang sebagai indikasi umum dari kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
Evaluasi Tindakan Keperawatan
S : - Pasien merasa nyeri agak berkurang O: -
Wajah pasien tidak terlalu gelisah
- Pasien nampak menjaga lokasi lukanya - Pasien tidak lagi hanya berorientasi pada diri sendiri A : Nyeri akut mulai teratasi P :-
Kaji nyeri yang dirasakan pasien
-
Anjurkan pasien untuk melakukan napas dalam dan relaksasi distraksi
-
Monitor Tanda-tanda virtal
Peran mahasiswa : Sebagai Observer perawat sirkuler