HIPERPLASIA ENDOMETRIUM
Andi Mey Pratiwi, Mono Valentino Yohanis
A. Pendahuluam Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang berlebih dari kelenjar, dan stroma disertai pembentukan vaskularisasi dan infiltrasi limfosit pada endometrium. Pertumbuhan ini dapat mengenai sebagian atau
seluruh
lapisan
endometrium.
Angka
kejadian
hiperplasia
endometrium ini sangat bervariasi. Umumnya hiperplasia endometrium dikaitkan dengan perdarahan uterus disfungsi yang seringkali terjadi pada masa perimenopause, walaupun dapat terjadi pada masa reproduktif, pascamenars ataupun pascamenopause.1 Hiperplasia endometrium merupakan prekursor terjadinya kanker endometrium yang terkait dengan stimulasi estrogen yang tidak terlawan unopposed estrogen! pada endometrium uterus. "timulasi estrogen yang tidak terlawan dari siklus anovulatory dan penggunaan dari bahan eksogen pada wanita postmenopause menunjukkan peningkatan kasus hiperplasia endometrium dan karsinoma endometrium. #elainan ini biasanya muncul dengan perdarahan uterus abnormal. $esiko terjadinya progresifitas sangat terkait dengan ada atau tidak adanya sel atipik. % The American Cancer Society A&"! memperkirakan ada '(.1(( kasus baru dari kanker rahim yang didiagnosis pada tahun %((), dimana *+ berasal dari endometrium. "istem klasifikasi dari hiperplasia endometrium sudah dibuat berdasarkan kompleksitas dari kalenjar endometrium dan sel-sel atipik pada pemeriksaan sitologi. Hiperplasia atipikal
sangat
terkait
dengan
progresifitas
menjadi
karsinoma
endometrium. Progresifitas dari hiperplasia endometrium, menjadi kondisi patologis yang lebih agresif sangat terkait dengan diagnosis awal pada endometrium.) Hiperplasia mengalami
regresi
sederhana jika
simple
sumber
hyperplasia!
estrogen
eksogen
lebih
sering
dihilangkan.
1
agaimanapun, hiperplasia atipikal seringkali berkembang menjadi adenokarsinoma kecuali diintervensi dengan terapi medis. /erapi dengan penggantian hormon sedang dalam penelitian untuk menentukan dosis dan tipe dari progestin untuk melawan efek stimulasi berlebihan estrogen pada endometrium. Hiperplasia endometrium biasanya didiagnosis dengan biopsy endometrium atau kuretase endometrium setelah seorang wanita menemui dokter kandungan dengan perdarahan uterus abnormal. %,) 0odalitas terapi tergantung dengan usia pasien, keinginan untuk memiliki anak, dan keberadaan dari sel atipik pada bahan endometrium. Progestin telah sukses digunakan pada wanita dengan hiperplasia endometrium yang memilih untuk tidak dilakukan pembedahan. %,) . efenisi
Gambar 1.Hiperplasia endometrium Hiperplasia endometrium didefiniskan sebagai proliferasi dari
kelenjar endometrium dengan bentuk dan ukuran yang ireguler dengan peningkatan pada rasio kalenjar2stroma. Hiperplasia endometrium lebih jauh diklasifikasikan menjadi hiperplasia sederhana dan kompleks berdasarkan kompleksitas dan kerumunan dari struktur kalenjar.),' &. Anatomi dan 3isi ologi 4ndometrium
2
Gambar 2. Anatomi endometrium
Uterus adalah organ muscular yang berbentuk buah pir yang terletak di dalam pelvis dengan kandung kemih di anterior dan rectum di posterior. Uterus biasanya terbagi menjadi korpus dan serviks. #orpus dilapisi oleh endometrium dengan ketebalan bervariasi sesuai usia dan tahap siklus menstruasi. 4ndometrium tersusun oleh kelenjar-kelenjar endometrium dan sel-sel stroma mesenkim, yang keduanya sangat sensitive terhadap kerja hormone seks wanita. Hormon yang ada di tubuh wanita yaitu estrogen dan progesteron mengatur perubahan endometrium, dimana
estrogen
merangsang
pertumbuhan
dan
progesterone
+
mempertahankannya. Pada ostium uteri internum, endometrium bersambungan dengan kanalis endoserviks, menjadi epitel skuamosa berlapis 4ndometrium adalah lapisan terdalam pada rahim dan tempat menempelnya ovum yang telah dibuahi. i dalam lapisan 4ndom etrium terdapat pembuluh darah yang berguna untuk menyalurkan 5at makanan ke lapisan ini. "aat ovum yang telah dibuahi yang biasa disebut fertilisasi! menempel di lapisan endometrium implantasi!, maka ovum akan terhubung dengan badan induk dengan plasenta yang berhubung dengan tali pusat pada bayi.+,6,7 8apisan ini tumbuh dan menebal setiap bulannya dalam rangka mempersiapkan diri terhadap terjadinya kehamilan,agar hasil konsepsi bisa tertanam.
Pada
suatu
fase
dimana o vum
tidak
dibuahi
oleh sperma, maka korpus luteum akan berhenti memproduksi hormon pro gesteron dan berubah menjadi korpus albikan yang menghasilkan
3
sedikit hormon diikuti meluruhnya lapisan endometrium yang telah menebal,
karena
hormon e strogen dan progesteron
telah
berhenti
diproduksi. Pada fase ini, biasa disebut menstruasi atau peluruhan dinding rahim.+,6,7 1. "iklus endometrium normal Pada masa reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, epitel mukosa pada endometrium mengalami siklus perubahan yang berkaitan dengan aktivitas ovarium. Perubahan ini dapat dibagi menjadi ' fase endometrium, yakni a. 3ase 0enstruasi eskuamasi! 3ase ini berla ngsung )-' ha ri. Pada fase ini terjadi pelepasan endometrium dari dinding uterus yakni sel-sel epitel dan stroma yang mengalami disintergrasi dan otolisis dengan stratum basale yang masih utuh disertai darah dari vena dan arteri yang mengalami aglutinasi dan hemolisis serta sekret dari 7,9
uterus, serviks dan kalenjar-kalenjar vulva. b. 3ase Pasca Haid $egenerasi! 3ase ini berlangsung : ' hari hari 1' siklus haid!. /erjadi regenerasi epitel mengganti sel epitel endometrium yang luruh. $egenerasi ini membuat lapisan endometrium setebal : (,+ mm.7,9 c. 3ase ;ntermenstrum Proliferasi! Pada fase ini endometrium menebal hingga : ),+ mm. berlangsung selama : 1( hari hari ke +-1' siklus haid! 1. 3ase proliferasi dini early proliferation phase! 3ase ini berlangsung selama : ) hari hari ke +-7!. Pada fase ini terdapat regenerasi kelenjar dari mulut kelenjar dengan epitel permukaan yang tipis. entuk kelenjar khas fase proliferasi yakni lurus, pendek dan sempit dan mengalami mitosis. 7,9 %. 3ase proliferasi madya midproliferation phase! 3ase ini berlangsung selama : ) hari hari ke 9-1(!. 3ase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenal dari epitel permukaan yang berbentuk torak dan tinggi. #elenjar berlekuk-lekuk dan bervariasi. "ejumlah stroma mengalami
4
edema. /ampak banyak mitosis dengan inti berbentuk telanjang nake nucleus!.7,9 ). 3ase proliferasi akhir late proliferation phase! 3ase ini berlangsung selama : ' hari. 3ase ini dapat dikenali dari permukaan kelenjar yang tidak rata dengan banyak mitosis. ;nti epitel kelenjar membentuk pseudostratifikasi. "troma semakin tumbuh aktif dan padat. 7,9 d. 3ase Pra Haid "ek resi! 3as e ini berlangsung seja k hari setelah ovulasi yakni hari ke 1' sampai hari ke %9. Pada fase ini ketebalan endometrium masih sama, namun yang berbeda adalah bentu k kelenjar yang berubah menjadi berlekuk-lekuk,
panjang dan
mengeluarkan getah yang semakin nyata. alam endometrium telah tersimpan glikogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi. 0emang, tujuan perubahan ini adalah untuk mempersiapkan endometrium untuk menerima telur yang dibuahi. 3ase ini terbagi menjadi dua, yakni 1. 3ase sekresi dini a lam fase ini endo metrium lebih tipis dari sebelumnya
karena
kehilangan
cairan.
Pada
saat
ini,
endometrium dapat dibedakan menjadi beberapa lapisan yakni a. "tratum basa le yakni lapisan end ometrium bagian dalam yang berbatasan dengan miometrium. 8apisan ini tidak aktif, kecuali mitosis pada kelenjar b. "tratum spongiosum yaitu lapisan tengah berbentuk anyaman seperti spons. ;ni disebabkan
oleh
banyaknya
kelenjar
yang
melebar,
berkelok-kelok dan hanya sedikit stroma di antaranya c. "tratum kompaktum yaitu lapisan atas yang padat. "aluran-saluran kelenjar sempit, lumennya berisi sekret dan stromanya edema e. 3ase sekresi lanjut 4ndometrium pada fase ini teb alnya +-6 mm. dalam fase ini terdapat peningkatan dari fase sekresi dini, dengan endometrium sangat banyak mengandung pembuluh darah yang berkelok-kelok dan kaya akan glikogen. 3ase ini sangat ideal untuk nutrisi dan perkembangan ovum. "itoplasma sel-sel stroma
5
bertambah. "el stroma ini akan berubah menjadi sel desidua jika terjadi pembuahan.7,9 . Patogenesis "iklus menstruasi normal ditandai dengan meningkatnya ekspresi dari onkogen bcl-% sepanjang fase proliferasi. cl-% merupakan onkogen yang terletak pada kromosom 19 yang pertama kali dikenali pada limfoma folikuler, tetapi telah dilaporkan juga terdapat pada neoplasma lainnya. Apoptosis seluler secara parsial dihambat oleh ekspresi gen bcl-% yang menyebabkan sel bertahan lebih lama. 4kspresi dari gen bcl-% tampaknya sebagian diregulasi oleh faktor hormonal dan ekspresinya menurun dengan signifikan pada fase sekresi siklus menstruasi. #emunduran ekspresi dari gen bcl-% berkorelasi dengan gambaran sel apoptosis pada endometrium yang dilihat dengan mikroskop elektron selama fase sekresi siklus menstruasi.
;dentifikasi
dari
gen
bcl-%
pada
proliferasi
normal
endometrium sedang dalam penelitian tentang bagaimana perannya dalam terjadinya hiperplasia endometrium. 4kpresi gen bcl-% meningkat pada hiperplasia endometri um tetapi terbatas hanya pada tipe simpleks. "ecara mengejutkan, ekspresi gen ini justru menurun pada hiperplasia atipikal dan karsinoma endometrium. Peran dari gen 3as23as 8 juga telah diteliti akhitakhir ini tentang kaitannya denga pembentukan hiperplasia endometrium. 3as merupakan anggota dari keluarga tumor necrosis factor /<3!2
3actor <=3! yang berikatan dengan 3as 8 3as 8igand ! dan menginisisasi apoptosis. 4kpresi gen 3as dan 3as 8 meningkat pada sampel endometrium setelah terapi progesteron. ;nteraksi antara ekspresi 3a s da n bc l- % da pa t dari hiperplasia endometrium. 4kspresi gen bcl-% menurun saat terdapat progesteron intrauterin sedangkan ekspresi gen 3as justru meningkat. "tudi diatas telah memberikan tambahan wawasan tentang perubahan molekuler yang kemu dian berkembang secara kl in is menjadi hiperplasia endometrium. ibutuhka n penelitian lebih lanjut untuk mengklarifikasi peran bcl % dan 3as23as8 pada patogenesis molekular
terbentuknya
hiperplasia
endometrium
dan
karsinoma
*,1(
endometrium.
6
Hiperplasia endometrium ini diakibatkan oleh hiperestrinisme atau adanya stimulasi
unoppesd estrogen estrogen tanpa pendamping
progesteron 2 estrogen tanpa hambatan!. #adar estrogen yang tinggi ini menghambat produksi =onadotrpin
feedback mechanism!. Akibatnya
rangsangan terhadap pertumbuhan folikel berkurang, kemudian terjadi regresi dan diikuti perdarahan.*,1( Pada wanita perimenopause sering terjadi siklus yang anovulatoar sehingga terjadi penurunan produksi progesteron oleh korpus luteum sehingga estrogen tidak diimbangi oleh progestero n. Akibat dari keadaan ini adalah terjadinya stimulasi hormon estrogen terhadap kelenjar maupun stroma endometrium tanpa ada hambatan dari progesteron yang menyebabkan proliferasi
berlebih dan terjadinya hiperplasia pada
endometrium. >uga terjadi pada wanita usia menopause dimana sering kali mendapatkan terapi hormon penganti yaitu progesteron dan estrogen, maupun
estrogen
saja.
unopposed estrogen!
4strogen
tanpa
pendamping
progesterone
akan menyebabkan penebalan endometrium.
Peningkatan estrogen juga dipicu oleh adanya kista ovarium serta pada wanita dengan berat badan berlebih.9,* 4. 3aktor $esiko 3aktor resiko Hiperplasia endometrium sama seperti pada kasus kanker endometrium, yang paling penting diantarany a adalah peningkatan Body
Mass Index 0;! dan nulipara. 3aktor resiko yang lain yaitu anovulasi yang bersifat kronik, late onset o menopouse? dan diabetes. "ecara teoritis kebanyakan dari kondisi tersebut dihubungkan dengan peningkatan sirkulasi estrogen yang relatif dari progesteron. ukungan yang lebih kuat dihubungakan dengan unopposed terapi estrogen dalam perkembang an hiperplasia endometrium dan karsinoma endometrium. eberapa faktor resiko dari Hiperplasia endomtrium adalah sebagai berikut 1. besitas %. Choni! ano"ulatin dan P&" ).
%,1(
@
7
6. Hereditary
Gambar 3.#lasifikai
"istem
klasifikasi
untuk
hiperplasia endometrium1%
hiperplasia
endometrium
dikembangkan
berdasarkan karakteristik histologi dan potensi onkogenik #lasifikasi Hiperplasia endometrium berdasarkan rganisasi #esehatan
unia
BH!
/ahun
1**'
berdasarkan
pada
kedua
kompleksitas arsitektur kelenjar dan adanya nukleus atypia. terdiri dari empat kategori@ hiperplasia simpel, hiperplasia kompleks, hiperplasia simpel dengan atipia, hiperplasia kompleks dengan atypia.1) Asosiasi sitologi atypia dengan peningkatan risiko kanker endometrium sudah dikenal sejak 1.*9+, #lasifikasi ;ntraepithelial
8
diusulkan di tahun %((), tujuannya adalah untuk meningkatkan prediksi hasil klinis , meningkatkan inter-observer reproduktifitas dan mengurangi bias subjektif yang melekat pada
klasifikasi BH 1**'. "kema 4;<
diagnostik terdir i dari tiga kategori, Benign hiperplasia endometrium!,
premalignant diagnosis 4;< berdasarkan lima kriteria subjektif histologis! dan malignant kanker endometrium!, tetapi klasifika si ini tidak banyak digunakan di ;nggris. 1) erdasarkan $evisi terbaru /ahun %(1' klasifikasi BH. Hiperplasia endometrium dibedakan menjadi dua kelompok didasarkan pada ada atau tidak adanya sitologi atypia , yaitu hiperplasia tanpa atypia dan hiperplasia atipikal C kompleksitas arsitektur tidak lagi merupakan bagian dari klasifikasi . iagnosis dari 4;< dalam klasifikasi BH baru dianggap digantikan dengan hiperplasia atipikal ./ujuan pembaruan klasifikasi hiperplasia endometrium berdasarkan BH %(1'
menjadi
dasar rekomendasi meskipun BH
9
sering ditemukan, pada bentuk yang paling parah, atipia sitologik dan arsitekturnya dapat sangat mirip dengan adenokarsinoma, dan untuk membedakan hiperplasia atipikal dengan kanker secara pasti harus dilakukan histerektomi. ). Atipikal @ /erdapat derajat yang berbeda dari nukleus yang atipik dan kehilangan polaritassnya =. 0anifestasi #linis Perdarahan uterus abnormal merupakan gejala yang paling sering muncul pada hiperplasia endometrium. 4fek estrogen yang tidak terlawan dari penggunaan eksogen atau siklus anovulatori menghasilkan hiperplasia endometrium dengan perdarahan yang banyak. Pasien yang lebih muda pada usia produktif biasanya muncul hiperplasia endometrium sekunder akibat Polycystic #"arian Syndrome P&"!. P&" menghasilkan stimulasi estrogen yaang tidak terlawan secara sekunder ke siklus anovulatori. Pada pasien yang lebih muda dapat juga terdapat peningkatan estrogen secara sekunder dari konversi perifer dari androstenedione pada jaringan adiposa pasien yang obesitas! atau tumor ovarium yang mensekresikan estrogen pada granulosa cell tumors dan ovarian thecomas!. #onversi perifer dari androgen menjadi estrogen pada tumor yang mensekresikan androgen pada corteD adrenalis merupakan etiologi yang jarang dari hiperplasia endometrium. Pada pasien menopause dengan hiperplasia endometrium hampir selalu datang dengan perdarahan pervaginam. 0eskipun karsinoma harus dipertimbangkan pada usia ini, atropi endometrium merupakan penyebab yang sering dari perdarahan pada wanita menopause. alam penelitian dengan %%6 wanita dengan perdarahan post menopause, 7 ditemukan dengan karsinoma, +6 dengan atrofi dan 1+ dengan beberapa bentuk hiperplasia. Hiperplasia dan karsinoma secara khusus memiliki gejala perdarahan pervaginam yang berat sedangkan pasien dengan atrofi biasanya hanya muncul bercakbercak perdarahan. Pap "mear yang spesifik menemukan peningkatan kemungkinan deteksi kelainan pada endometrium. $esiko dari karsinoma
10
endometrium pada wanita post menopause dengan perdarahan uterus abnormal meningkat )-' lipat saat Pap "mear menunjukkan histiosit yang mengandung sel inflamasi akut yang difagosit atau sel endometrium yang normal. iarpun begitu, penemuan yang tidak sengaja dari histiosit pada wanita postmenopause tanpa gejala tidak memiliki kaitan dengan peningkatan resiko hiperplasia endometrium ataupun karsinoma endometrium.*,1( Usia memiliki efek yang signifikan untuk menindak lanjuti kelainan pada A=& pap smear. Pada studi retrospektif pada %91 wanita dengan A=& papsmear, *( wanita )%! memiliki kelainan signifikan yang membutuhkan intervensi. Pada pasien dengan usia E +( tahun, hanya 7 pasien +! memiliki lesi non skuamosa sedangkan 1* pasien 1+! yang berusia F +( tahun memiliki lesi non skuamosa. Pasien diatas +( tahun dengan A=& pap smear memiliki kemungkinan 1) kali lipat menderita kanker rahim dibandingkan wanita yang berusia kurang dari +( tahun. H. iagnosis Perdarahan uterus abnormal merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan oleh wanita dengan hiperplasia endometrium. Banita dengan perdarahan
postmenopause,
1+
persen
ditemukan
hiperplasia
endometriumdan 1( ditemukan karsinoma endometrium. Penemuan penebalan dinding uterus secara tidak sengaja dengan U"= harus diperiksa lebih lanjut untuk mendiagnosis hiperplasia endometrium. Pada sebuah penelitian dengan '6( wanita usia G '( tahun dengan perdarahan uterus abnormal, didapatkan hanya 6 wanita 1,)! yang mengalami hiperplasia endometrium. /idak ada kasus hipeplasia atipikal yang ditemukan pada kelompok wanita ini. Balaupun begitu, wanita dibawah usia '( tahun yang memiliki faktor predisposisi seperti obesitas dan P&" harus dievaluasi secara menyeluruh, biasanya dengan U"= dan terkadang dengan biopsi endometrium. Pada penelitian )6 wanita dengan P&", ketebalan endometrium kurang dari 7 mm dan interval antar menstruasi kurang dari ) bulan hanya terkait dengan proliferasi endometrium dan tidak ditemukan
11
adanya hiperplasia endometrium. anyak modalitas diagnostik yang telah diteliti untuk mendiagnosis secara optimal penyebab terjadinya perdarahan uterus abnormal dan untuk mengidentifikasi apakah pada pasien tersebut memiliki resiko untuk terjadinya hiperplasia atau karsinoma. ),',+ Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa hyperplasia endometrium dengan cara U"=, ilatasi dan #uretase, lakukan pemeriksaan
Hysteroscopy
dan dilakukan juga
pengambilan sampel untuk pemeriksaan PA. "ecara mikroskopis sering disebut Swiss cheese patterns$1( 1. Ultrasonografi U"= menggunakan gelombang suara untuk mendapatkan gambaran dari lapisan rahim. Hal ini membantu untuk menentukan ketebalan rahim. U"= transvaginal merupakan prosedur diagnosis yang non invasif
dan
relatif
murah
untuk
mendeteksi
kelainan
pada
endometrium. Balaupun begitu, pada wanita postmenopause, efikasi alat
ini
sebagai
pendeteksi
hiperplasia
endometrium
ataupun
karsinoma tidak diketahui. Pada percobaan P4P; Postmenopausal
%strogen&Progestin
Inter"ensions!,
dengan
batas
ketebalan
endometrium + mm didaptkan positive predictive value PP!, negative predictive value
Pada wanita pasca menopause
ketebalan endometrium pada pemeriksaan ultrasonografi transvaginal kira kira E ' mm. Untuk dapat melihat keadaan dinding cavum uteri secara lebih baik maka dapat dilakukan pemeriksaan hysterosonografi dengan memasukkan cairan kedalam uterus.*,1(
12
%. Pipelle endometrial 'iopsy Pengambilan sampel endometrium dengan pipelle merupakan cara yang ektif dan relatif tidak mahal untuk mengambil jaringan untuk diagnosis histologi pada wanita dengan perdarahan uterus abnormal. Pada penelitian prospektif, acak untuk membandingkan antara pipelle n I 1'*! dan kuretn I 1%6! pada wanita dengan perdarahan uterus abnormal, sampel jaringan yang kurang hanya 1%,9 dan *,+. Perbedaan ini tidak )( signifikan PE(,(+!. Pada kedua kelomp ok pasien, memiliki kesamaan diagnosis dengan diagnosis histerektomi sebesar *6. "tudi sebelumnya menjelaskan wanita dengan banyak penyebab perdarahan uterus abnormal, bagaimanapun sangat penting untuk dilakukan pemeriksaan pipelle 40 untuk membuat diagnosis yang benar. Pada penelitian meta analisis pada 7*1' pasien, pipelle memiliki sensitifitas ** untuk mendeteksi kanker endometrium pada wanita post menopause, tetapi pada wanita dengan hiperplasia endometrium, sensitivitas menurun hingga 7+. *,1( ). Histeroskopi dan2atau ilatasi dan #uretase Histeroskopi secara umum telah disepakati sebagai J gold
standardK untuk mengevaluasi kavitas uterus. Polip endometrium dan mioma submukosa dapat dideteksi dengan histeroskopi dengan sensitivitas *% dan 9%.Balaupun begitu, histeroskopi sendiri untuk mendeteksi hiperplasia dan atau karsinoma endometrium meghasilkan angka false-positive yang tinggi dan membutuhkan penggunaan dilatasi dan kuret untuk diagnosis. Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas *9, spesifisitas *+, PP *6dan
baru
untuk mendiagnosis penyebab dari perdarahan uterus abnormal. #euntungan
dari
sonohisterografi
transvaginal
adalah
kemampuannya
yang yang
melebihi lebih
dari baik
U"= untuk
mengevaluasi kelainan intrauterin seperti polip dan mioma submukosa.
13
Balaupun begitu, sonohisterografi sendiri memiliki nilai terbatas untuk mendiagnosis hiperplasia dan karsinoma endometrium. 40 dengan pipelle merupakan pembuktian yang efektif untuk mendiagnosis hiperplasia dan karsinoma namun memiliki sensitifitas yang rendah untuk mendiagnosa lesi yang jinak didalam uterus. eberapa
penelitian
transvaginal,sonohisterografi
telah dan
40
mengkombinasikan dengan
pipelle
untuk
mengidentifikasi penyebab dari perdarahan uterus abnormal dan secara spesifik perdarahan post menopause. ila dibandingkan dengan &histeroskopi sebagai standar utama, transvaginal, sonohisterografi, dan 40 dengan pipelle memiliki sensitivitas lebih dari *'.Banita dengan perdarahan post menopause harus menjalani pemeriksaan fisik yang menyeluruh untuk menentukan sumber perdarahan. >ika pemeriksaan fisik tidak dapat menjelaskan penyebab perdarahan, U"= transvaginal dapat digunakan sebagai panduan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Banita post menopause dengan penebalan dinding uterus F+mm! atau wanita dengan perdarahan persisten yang tidak bisa dijelaskan membutuhkan biopsi endometrium. iagnosis hiperplasia atau karsinoma endometrium pada pemeriksaan biopsi enometrium harus dievaluasi dengan & untuk memperoleh spesimen yang lebih luas Pada sebagian besar kasus , terapi hiperplasia endometrium atipik dilakukan dengan memberikan hormon progesteron. engan pemberian progesteron, endometrium dapat luruh dan mencegah pertumbuhan kembali. #adang kadang disertai dengan perdarahan per vaginam. esarnya dosis dan lamanya pemberian progesteron ditentukan secara individual. "etelah terapi ,dilakukan biopsi ulang untuk melihat efek terapi. Umumnya jenis progesteron yang diberikan adalah 0edroDyprogetseron acetate 0PA! 1( mg per hari selama 1( hari setiap bulannya dan diberikana selama ) bulan berturut turut.Pada pasien hiperplasia komplek harus dilakukan evaluasi dengan L &fraksional dan terapi diberikan dengan progestin setiap hari selama 6
14
bulan.Pada sebai knya
pasien
hiperplas ia
dilaku kan
komplek
dan
atipik
histerektomi kecuali bila pasien masih
menghendaki anak. Pada pasien dengan tumor penghasil estrogen harus dilakukan ekstirpasi ;.
iagnosis banding Hiperplasia mempunyai gejala perdarahan abnormal oleh sebab itu dapat
dipikirkan kemungkinan@ 1. #arsinoma endometrium %. Abortus inkomplit ). 8eiomioma '. Polip endometrium >. Penatalaksanaan /erapi atau pengobatan bagi penderita hiperplasia, antara lain sebagai berikut@ 1. /indakan kuratase selai n untuk meneg akkan diagnosa sekali gus sebagai terapi untuk menghentikan perdarahan %. "elanjutnya adalah terapi progesteron untuk menyeimbangkan kadar
hormon
di
dalam
tubuh.
perlu
diketahui
kemungkinan efek samping yang bisa terjadi, di antaranya mual, muntah, pusing, dan sebagainya. $ata-rata dengan pengobatan hormonal sekitar )-' bulan, gangguan penebalan dinding rahim sudah bisa diatasi. /erapi progestin sangat efektif dalam mengobati hiperplasia endometrial tanpa atipik, akan tetapi kurang efektif untuk
hiperplasia
dengan
atipi.
/erapi
cyclical
progestin
medroDyprogesterone asetat 1(-%( mg2hari untuk 1' hari setiap bulan! atau terapi continuous progestin megestrol asetat %(-'( mg2hari! merupakan terapi yang efektif untuk pasien dengan hiperplasia endometri al tanpa atipik. /erapi continuous progestin dengan megestrol asetat '( mg2hari! kemungkinan merupakan terapi yang paling dapat diandalkan untuk pasien dengan hiperplasia atipikal atau kompleks /erapi dilanjutkan selama %-) bulan dan dilakukan biopsi endometrial )-' minggu setelah terapi selesai untuk mengevaluasi respon pengobatan
15
). >ika pengobatan hormonal yang dijalani tak juga menghasilkan
ALGOR!"A PE#A!ALA$SA#AA# HPERPLASA E#%O"E!R&" perbaikan, biasanya akan diganti dengan obat-obatan lain. /anda kesembuhan penyakit hiperplasia endometrium yaitu siklus haid kembali normal. >ika sudah dinyatakan sembuh, ibu sudah
bisa
kehamilan. Endometrial Hyperplasia tanpa atipia (EH)
mempersiapkan
diri
untuk
kembali
menjalani
memeriksakan diri pada dokter. /erutama pemeriksaan bagaimana o
fungsi endometrium, apakah salurannya baik, apakah memiliki sel $%&' (First line), .iperl/#a Oral pro*esteron n #es//ran (Second ata/ #ontraindi#asi Line) pemedahan telur dan sebagainya. '. Histerektomi 0etode ini merupakan solusi permanen untuk terapi uterus abnormal. #husus bagi penderita .iperl/#anperdarahan ,iopsi endometrial (E,) pada EH 6 /lan dan hiperplasia AH 3 /lan Histere#tomi total + ,-O kategori atipik, jika memang terdeteksi ada kanker, maka jalan satu-satunya adalah menjalani operasi pengangkatan $ahim dan ini Regresi
terkait dengan angka kepuasan pasien dengan terapi ini. untuk Persisten Progresif wanita yang cukup memiliki anak dan sudah mencoba terapi konservatif dengan hasil yang tidak memuaskan, histerektomi
merupakan pilihan yang terbaik. Penyakit hiperplasia i#a tah/n oser!asi Oral pro*esteron'stop *a*al ,eritah/ Review setelah /nt/# terapi Hist 6 /lan ere#tomi otal AH total histere#tomi Histere#tomi + ,-O i#a + total menetap ,-O +i#a ,-O setelah ter/sendometrium mener/s 12 /lan A, terapi medi#al E cukup merupakan momok bagi kaum perempuan dan kasus seperti ini cukup dibilang kasus yang sering terjadi, maka dari itu akan lebih baik jika bisa dilakukan pencegahan yang efektif.
an oral pro*esteron 2 ne*ati! seara er/r/tan E,s selama inter!al 6 /lan ses/dah tah/nan re!ie E eny/s/n "ollo /p
,/#an EC re!ie selama 6 /lan dan dishar*e
RELAPS -aran#an /nt/# Histere#tomi total + ,-O
;eteran*an AH atipial hiperplasia A, Anormal terine ,leedin* , ,ody ass nde< ,-O ,ilateral -alpin*o'oophoretomy E, Endometrial iopsy E Endometrial aner 16
EC
#. Prognosis
Gambar .Algoritma
H4
8. Pencegahan 8angkah-langkah yang bisa disarankan untuk pencegahan, seperti @ 1. 0elakukan pemeriksaan U"= dan 2 atau pemeriksaan rahim seca ra rutin, untuk deteksi dini ada kista yang bisa menyebabkan terjadinya penebalan dinding rahim.
17
%. 0elakukan konsultasi ke dokter jika mengalami gangguan seputar menstruasi apakah itu haid yang tak teratur, jumlah mestruasi yang banyak ataupun tak kunjung haid dalam jangka waktu lama. ). Penggunaan etsrogen pada masa pasca menopause harus disertai dengan pemberian progestin untuk mencegah karsinoma endometrium. '. ila menstruasi tidak terjadi setiap bulan maka harus diberikan terapi progesteron untuk mencegah pertumbuhan endometrium berlebihan. /erapi terbaik adalah memberikan kontrasepsi oral kombinasi. +. 0engubah gaya hidup untuk menurunkan berat badan.
. 0. #esimpulan
Hiperplasia 4ndometrium adalah suatu kondisi di mana lapisan dalam rahim endometrium! tumbuh secara berlebihan. #ondisi ini merupakan proses yang jinak benign!, tetapi pada beberapa kasus hiperplasia tipe atipik! dapat menjadi kanker rahim. 4ndometrium merupakan lapisan paling dalam dari rahim. 8apisan ini tumbuh dan menebal setiap bulannya dalam rangka mempersiapkan diri terhadap terjadinya kehamilan, agar hasil konsepsi bisa tertanam. >ika tidak terjadi kehamilan, maka lapisan ini akan keluar saat menstruasi. Pada kebanyakan kasus hiperplasisa dapat diobati dengan obat%an yaitu dengan memakai progesteron. Progesteron menipiskan2menghilangkan penebalan serta mencegahnya tidak menebal lagi.
18