BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Latar Belakan Belakang g
Tuba eustakius normalnya selalu tertutup. Namun dapat terbuka pada gerakan menelan, mengunyah dan menguap. Pada perubahan tekanan udara tuba eustakius terb terbuk ukany anyaa tuba tuba dapa dapatt meny menyam amaka akan n tekan tekanan an udara udara luar luar dan dan dida didala lam m teli teling nga. a. Kegagalan tuba membuka pada keadaan ini akan menyebabkan kelainan yang disebut dengan barotrauma. barotrauma.1 Kegagalan ini sering terjadi pada peristiwa penerbangan dan penyelaman. Kasus barotrauma di Amerika Serikat dapat ditemukan pada 2,2 kasus per 1!.!!! penyelaman pada kasus berat. Sedangkan pada kasus ringan tidak diketahui kare karena na banya banyak k peny penyel elam am tida tidak k men"a men"ari ri peng pengoba obata tan. n. #esi #esiko ko $aro $arotr traum aumaa ini ini meningkat pada penyelam dengan riwayat asma, selain itu juga meningkat 2,% kali pada pasien dengan paten &oramen o'ale. Kematian akibat $arotrauma di pesawat militer telah dilaporkan terjadi pada tingkat !,!2( per juta jam penerbangan. Tingkat insiden dekompresi untuk rata)rata penerbangan sipil sekitar *% per tahun. Sedangkan pada departemen pertahan Australia Australia dapat ditemukan 2 insiden per juta jam waktu terbang. terbang. Sedangkan pada barotraum barotraumaa akibat menyelam menyelam tidak ada in&ormasi in&ormasi yang yang tersedia di seluruh dunia.
1
Komplikasi yang mungkin ditemukan berupa in&eksi telinga akut, hilangnya pendengaran, ruptur atau per&orasi dari gendang telinga dan 'ertigo.2 1.2 Tujuan ujuan Penulisan Penulisan
Tujuan penulisan re&erat ini adalah adalah untuk menambah pengetahuan klinis dari penulis dan untuk memenuhi tugas pendidikan kepaniteraan klinik di $agian +lmu Kesehatan Telinga, idung, Tenggorok) Tenggorok) Kepala)-eher.
BAB II
2
Komplikasi yang mungkin ditemukan berupa in&eksi telinga akut, hilangnya pendengaran, ruptur atau per&orasi dari gendang telinga dan 'ertigo.2 1.2 Tujuan ujuan Penulisan Penulisan
Tujuan penulisan re&erat ini adalah adalah untuk menambah pengetahuan klinis dari penulis dan untuk memenuhi tugas pendidikan kepaniteraan klinik di $agian +lmu Kesehatan Telinga, idung, Tenggorok) Tenggorok) Kepala)-eher.
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATO ANATOI I TELIN!A TELIN!A 2.1. 2.1.1 1
Anat Anat"# "#ii Te Teling linga a Luar Luar
!a#$ar 1. Anat"#i Telinga Telinga %
Telinga terdiri dari tiga bagian, yaitu 1/ Telinga luar0 2/ Telinga tengah0 */ Telinga Telinga dalam. Telinga Telinga luar terdiri dari daun telinga, kelenjar kelenjar minyak minyak ber&ungsi ber&ungsi menghasilkan serumen untuk melindungi memberan timpani/, liang telinga sampai membran timpani. aun telinga terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. aun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. -iang telinga berbentuk huru& S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar,
3
sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira) kira 2,% 3 * "m.1
!a#$ar 2. Anat"#i Auri&ula %
Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga.Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.1 2.1.2
Anat"#i Telinga Tenga'
Telinga tengah berbentuk kubus yang terdiri dari1 1/ 4embran timpani yaitu membran &ibrosa tipis yang berwarna kelabu mutiara. $erbentuk bundar dan "ekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. 4embran timpani dibagi atas 2 bagian yaitu bagian atas disebut pars &lasida membrane sharpnell / dimana lapisan luar merupakan lanjutan epitel kulit liang telinga sedangkan lapisan dalam dilapisi oleh sel kubus
4
bersilia, dan pars tensa merupakan bagian yang tegang dan memiliki satu lapis lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin.
!a#$ar (. Anat"#i e#$rana T)#*ani%
2/ 5a'um tympani Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas)batas 1/ $atas luar membran timpani0 2/ $atas depan tuba eustakius0 */ $atas bawah 'ena jugularis0 (/ $atas belakang aditus ad antrum0 %/ $atas atas tegmen timpani0 6/ $atas dalam berturut)turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis hori7ontal, kanalis &asialis, tingkap lonjong o'al window/, tingkap bundar round window/ dan promontorium.
5
!a#$ar +. Bangunan *a,a &a-u# t)#*ani %
*/ Tulang pendengaran 8ssi"ula auditoria/ yang terdiri dari maleus, in"us dan stapes. Tulang pendengaran ini dalam telinga tengah saling berhubungan.
!a#$ar . Ossi&ula Au,"t"ria %
(/ Tuba eustakius, yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasoå 2.1.( Anat"#i Telinga Dala# Telinga dalam terdiri dari koklea rumah siput/ yang berupa dua setengah lingkaran dan 'estibuler yang terdiri dari * buah kanalis semisirkularis. 9jung atau
6
pun"ak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilim&a skala timpani dengan skala 'estibuli.1
!a#$ar /. Anat"#i Telinga Dala# %
Kanalis semisirkularis saling berhubungan se"ara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala 'estibuli sebelah atas, skala timpani sebelah bawah dan skala media duktus koklearis/ diantaranya.1 Skala 'estibuli dan skala timpani berisi perilim&a sedangkan skala media berisi endolim&a. +on dan garam yang terdapat di perilim&a berbeda dengan endolim&a. imana "airan perilim&e tinggi akan natrium dan rendah kalium, sedangkan endolim&e tinggi akan kalium dan rendah natrium. al ini penting untuk pendengaran.1
7
asar skala 'estibuli disebut sebagai membran 'estibuli (Reissner’s Membrane/ sedangkan skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ "orti yang mengandung organel)organel penting untuk mekanisme sara& peri&er pendengaran. 8rgan "orti terdiri dari satu baris sel rambut dalam *!!!/ dan tiga baris sel rambut luar 12!!!/. Sel)sel ini menggantung lewat lubang)lubang lengan hori7ontal dari suatu jungkat jangkit yang dibentuk oleh sel)sel penyokong. 9jung sara& a&eren dan e&eren menempel pada ujung bawah sel rambut. Pada permukaan sel)sel rambut terdapat stereosilia yang melekat pada suatu selubung di atasnya yang "enderung datar, bersi&at gelatinosa dan aselular, dikenal sebagai membran tektoria. 4embran tektoria disekresi dan disokong oleh suatu panggung yang terletak di medial disebut sebagai limbus.1
8
!a#$ar %. Anat"#i Organ K"rti %
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis 5orti, yang membentuk organ 5orti.1 2.1.+ Anat"#i Sinus Paranasalis Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit dideskripsi
karena bentuknya sangat ber'ariasi pada tiap indi'idu. Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus &rontal, sinus etmoid dan sinus s&enoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi
9
tulang)tulang kepala, sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara ostium/ ke dalam rongga hidung.
!a#$ar 0. Anat"#i Sinus Paranasalis 0
10
2.2 DEINISI
$arotrauma adalah kerusakan jaringan yang terjadi akibat kegagalan untuk menyamakan tekanan udara antara ruang berudara pada tubuh seperti telinga tengah/ dan tekanan pada lingkungan sewaktu melakukan perjalanan dengan pesawat terbang atau pada saat menyelam. $arotrauma dapat terjadi pada telinga, wajah sinus/, dan paru, dalam hal ini bagian tubuh yang memiliki udara di dalamnya.1, 2, *, ( 2.( EPIDEIOLO!I
$arotrauma paling sering terjadi pada telinga tengah, hal ini terutama karena rumitnya &ungsi tuba eustakius. $arotrauma pada telinga tengah dapat terjadi saat menyelam ataupun saat terbang. Perubahan tekanan pada kedalaman 1: kaki pertama di bawah air setara dengan perubahan tekanan pada ketinggian 1.!!! kaki pertama di atas bumi. engan demikian, perubahan tekanan lingkungan terjadi lebih "epat pada saat menyelam dibandingkan dengan saat terbang. al ini dapat menjelaskan realit& tingginya insidens barotrauma pada telinga tengah pada saat menyelam. $arotrauma telinga tengah merupakan "edera terbanyak yang dialami saat menyelam, terjadi sekitar *!; pada saat menyelam pertama kali dan 1! ; pada penyelam yang telah sering melakukan penyelaman. 2,* Kasus barotrauma di Amerika Serikat dapat ditemukan pada 2,2 kasus per 1!.!!! penyelaman pada kasus berat. Sedangkan pada kasus ringan tidak diketahui karena banyak penyelam tidak men"ari pengobatan. #esiko $arotrauma ini meningkat pada penyelam dengan riwayat asma, selain itu juga meningkat 2,% kali pada pasien dengan paten &oramen o'ale. Kematian akibat $arotrauma di
11
pesawat militer telah dilaporkan terjadi pada tingkat !,!2( per juta jam penerbangan. Tingkat insiden dekompresi untuk rata)rata penerbangan sipil sekitar *% per tahun. Sedangkan pada departemen pertahan Australia dapat ditemukan 2 insiden per juta jam waktu terbang. Sedangkan pada barotrauma akibat menyelam tidak ada in&ormasi yang tersedia di seluruh dunia.<,1! 2.+ ETIOLO!I DAN KLASIIKASI
$arotrauma dapat terjadi bilamana ruang)ruang berisi gas dalam tubuh menjadi ruang tertutup dengan menjadi buntunya jaras)jaras 'entilasi yang normal. Kelainan ini terjadi pada keadaan)keadaan % 2.+.1 Saat #en)ela# Ada beberapa tekanan yang berpengaruh saat orang menyelam yaitu tekanan
atmos&er dan tekanan hidrostatik. Tekanan atmos&er yaitu tekanan yang ada di atas air. Tekanan hidrostatik yaitu tekanan yang dihasilkan oleh air yang berada di atas penyelam. $arotrauma dapat terjadi baik pada saat penyelam turun ataupun naik. Diver’s depth gauges digunakan hanya untuk mengetahui tekanan hidrostatik kedalaman air/ dan berada pada angka nol pada permukaan laut. +ni tidak dapat mengetahui 1 atmos&er 1 ATA/ diatasnya. =adi, gauge pressure selalu 1 atmos&er lebih rendah dari tekanan yang sebenarnya dan tekanan absolut. < 1. Tekanan atmos&er Tekanan atmos&er yang ada di laut yaitu 1 atmos&er atau 1 bar. 1 Atmos&er diperkirakan mendekati dengan 1! meter kedalaman laut, ** kaki kedalaman air laut, *( kaki kedalaman air segar, 1 kg>"m 2, 1(,: +bs>in 2 psi, 1 bar, 1!1,* kilopas"als, :6! mmg. < Tabel 1. Tekanan atmos&er dan Tekanan ?auge di bawah laut < Tekanan Absolute
Tekanan ?auge
Kedalaman -aut
12
1 ATA
! AT?
Permukaan
2 ATA
1 AT?
1! meter **&t/
* ATA
2 AT?
2! meter 66 &t/
( ATA
* AT?
*! meter << &t/
?ambar <. Tekanan di berbagai lapisan bumi< 2. Tekanan Absolut Tekanan absolut merupakan tekanan total yang dialami seorang penyelam ketika berada di kedalaman laut yang merupakan jumlah dari tekanan atmos&er yang berada di permukaan air ditambah tekanan yang dihasilkan oleh massa air di atas penyelam tekanan hidrostatik/. Tekanan total yang dialami penyelam disebut tekanan absolut. Tekanan ini menggambarkan keadaan atmos&er dan disebut sebagai absolut atmos&er atau ATA.< *. Tekanan ?auge Seperti yang telah dijelaskan, tekanan hidrostatik pada pada penyelam se"ara umum diukur dengan suatu tekanan atau depth gauge. Seperti alat ukur yang telah dijelaskan tekanan pada permukaan laut dan mengabaikan tekanan atmos&er 1 ATA/. Tekanan gauge dapat diubah menjadi tekanan absolute dengan menambahkan 1 tekanan atmos&er. (. Tekanan Parsial
<
13
Pada "ampuran gas, proporsi tekanan total yang dimiliki oleh masing) masing gas disebut sebagai tekanan parsial bagian atas tekanan/. Tekanan parsial yang dimiliki oleh masing)masing gas sebanding dengan persentase "ampuran. Setiap gas memiliki proporsi yang sama dengan tekanan total "ampuran, seperti proporsinya dalam komposisi "ampuran. 4isalnya, udara pada 1 ATA mengandung oksigen 21;, maka tekanan parsial oksigen adalah !,21 ATA dan udara pada 1 ATA mengandung nitrogen :;, maka tekanan parsial nitrogen adalah !,: ATA.< $arotrauma pada saat menyelam dapat terjadi pada saat turun ke dalam air yang disebut sebagai squeeze, sedangkan barotrauma pada saat naik ke permukaan air se"ara "epat disebut reverse squeeze atau overpressure.< 2.+.1 Saat *ener$angan Seseorang dalam suatu penerbangan akan mengalami perubahan ketinggian yang mengakibatkan terjadinya perubahan tekanan udara sekitar. Tekanan udara akan menurun pada saat lepas landas naik>as"end/ dan meninggi saat pendaratan turun>des"end/. Tekanan -ingkungan yang menurun, menyebabkan udara dalam telinga tengah mengembang dan se"ara pasi& akan keluar melalui tuba auditiva. =ika perbedaan tekanan antara rongga telinga tengah dan lingkungan teralu besar, maka tuba auditiva akan men"iut. 9ntuk memenuhi regulasi tekanan yang adekuat, terjadi perbedaan tekanan telinga tengah dengan tekanan atmos&ir yang besar selama lepas landas dan mendarat, menyebabkan ekstensi maksimal membran tympani, dan dapat mengakibatkan pendarahan. Pada ekstensi submaksimal , akan timbul perasaan penuh dalam telinga dan pada ekstensi maksimal berubah menjadi nyeri.11
14
$erdasarkan letak anatomisnya, barotrauma dapat dibagi menjadi 1/ $arotrauma Telinga0 2/ $arotrauma Sinus Paranasalis0 */ $arotrauma Pulmonal0 (/ $arotrauma 8dontalgia.1! 2. PATOISIOLO!I
Penyakit yang disebabkan oleh perubahan tekanan se"ara umum ditemukan oleh hukum &isika $oyle dan enry. ukum boyle menyatakan @suatu penurunan atau peningkatan pada tekanan lingkungan akan memperbesar atau menekan se"ara berurutan/ suatu 'olume gas dalam ruang tertutup atau P 1 B C 1 D P 2 B C 2, dimana P adalah tekanan dan C adalah 'olume. * Perubahan tekanan terjadi ketika menyelam, pada ruang hipo dan hiperbarik, perjalanan udara, dan pada beberapa pendakian serta pada li&t yang "epat. Tekanan meningkat sebesar 1 atmos&er setiap kedalaman laut ** &t 1! m/. al ini menunjukkan bahwa balon atau paru)paru/ dengan 'olume udara 1 kaki kubik pada kedalaman ** kaki akan memiliki 'olume 2 kaki kubik pada permukaan laut. =ika udara ini terperangkap, udara tersebut akan mengembang dan memberi tekanan yang hebat pada dinding ruang tersebut. Pada pendakian "epat, insiden pneumotoraks dan pneumomediastinum serta penekanan sinus dan trauma telinga dalam dapat terjadi. Penekanan sinus beserta dis&ungsi dari tuba eustakius akan menyebabkan perdarahan pada telinga dalam, robekan membran labirin, atau &istula perilim&atik.2,*,12 Normalnya, tekanan udara di luar dan di dalam telinga sama. Tuba eustakius, ber&ungsi sebagai penyeimbang kedua sisi tersebut dengan mengeluarkan atau memasukkan udara ke telinga tengah. $arotrauma dapat terjadi ketika ruang)
15
ruang bersis gas dalam tubuh telinga tengah, paru)paru/ menjadi ruang tertutup dengan menjadi buntunya jaras)jaras 'entilasi normal. $ila gas tersebut terdapat dalam struktur yang lentur, maka struktur tersebut dapat rusak karena ekspansi ataupun kompresi. Paling sering terjadi pada telinga tengah, karena rumitnya &ungsi tuba eustakius. Tuba eustakius se"ara normal selalu tertutup namun dapat terbuka pada gerakan menelan, mengunyah, menguap, dan dengan manu'er Calsa'a. 1,2,( Apabila perbedaan tekanan melebihi
16
Terdapat dua mekanisme yang dapat menyebabkan barotrauma pada telinga dalam. Ketika penyelam menyelam ke bawah dan mengalami kesulitan dalam menyeimbangkan tekanan dan terus melanjutkan menyelam lebih dalam, dalam usaha menyeimbangkan tekanan, dapat terjadi terbukanya tuba eustakius se"ara tiba)tiba sehingga udara masuk ke telinga tengah. al ini akan menyebabkan rupturnya salah satu tingkap antara telinga tengah dan telinga dalam entah &enestra rotundum ataupun &enestra o'alis ke telinga dalam. Kebalikannya, jika penyelam menyelam lebih dalam dengan kesulitan untuk menyeimbangkan tekanan dan tuba eustakius tidak terbuka, maka tekanan diteruskan melalui "airan spinal, menuju ke saluran koklear ke ruang perlim&atik pada telinga dalam. tingkap bundar atau lonjong dapat ruptur.12 9ntuk pasien dengan barotrauma pada penerbangan, skenario yang mungkin adalah saat penumpang pesawat mengalami in&eksi perna&asan dan pembengkakan mukosa tuba eustakius. Saat lepas landas, tekanan udara di lingkungan turun dan tekanan pada telinga tengah sangat tinggi. Akan tetapi, tekanan akan turun oleh tuba eustakius ketika menelan, dan gejala menjadi tidak terlalu berat. Sayangnya, mukosa tuba bertindak sebagai keran satu arah, dan masalah yang sebenarnya terjadi ketika pesawat mendarat. Pada saat pesawat hendak mendarat, tekanan atmos&er di lingkungan meningkat se"ara "epat dan tuba eustakius yang bengkak pada nasoå men"egah aerasi telinga tengah. al ini menyebabkan kolapsnya gendang telinga ke dalam, dan pembuluh darah pada telinga tengah dapat ruptur dan mengalami perdarahan kemudian menyebabkan hemotimpanum. al ini dapat berlangsung hingga berhari)hari.1
17
ukum henry menyatakan bahwa daya larut udara pada "airan se"ara langsung sebanding dengan tekanan pada udara dan "airan. Sehingga, ketika tutup botol soda dibuka, terbentuk gelembung pada saat udara dilepaskan dari "airan. Sebagai tambahan, ketika nitrogen pada tank udara penyelam larut pada jaringan lemak atau "airan sino'ial penyelam saat menyelam, nitrogen akan dilepaskan dari jaringan tersebut ketika penyelam naik menuju lingkungan dengan tekanan yang lebih rendah. al ini akan terjadi se"ara perlahan dan bertahap jika penyelam naik se"ara perlahan dan bertahap, dan nitrogen akan memasuki pembuluh darah dan menuju ke paru)paru dan dikeluarkan saat berna&as. Akan tetapi, jika penyelam naik se"ara "epat, nitrogen akan keluar dari jaringan se"ara "epat dan membentuk gelembung udara. ?elembung yang terbentuk akan mempengaruhi jaringan dalam banyak "ara. ?elembung dapat membentuk obstruksi pada pembuluh darah yang dapat mengarah ke "edera iskemik. al ini dapat berakibat &atal bila terjadi pada area tertentu pada otak. Kehilangan pendengaran tuli mendadak/ dapat terjadi bila gelembung udara membentuk oklusi pada pembuluh darah arteri labirin yang kemudian meyebabkan iskemik pada koklea. ?elembung juga dapat membentuk suatu permukaan dimana protein dari pembuluh darah dapat melekat, terurai, dan membentuk gumpalan atau sel)sel radang. Sel)sel radang ini dapat menyebabkan kerusakan endotel dan kerusakan jaringan yang permanen. * 2./ DIA!NOSIS 2./.1 Ana#nesis
18
Pada anamnesis umumnya didapatkan adanya riwayat menyelam atau penerbangan dimana terdapat perubahan "epat pada tekanan lingkungan. Se"ara spesi&ik, barotrauma juga dapat ditemukan riwayat 'entilasi tekanan positi& yang mengakibatkan peningkatan tekanan paru sehingga menyebabkan terjadinya pulmonary barotrauma. Pasien dengan barodontalgia biasanya memiliki satu atau lebih keadaan sebagai berikut yaitu karies, in&lamasi periapikal akut maupun kronik, kista gigi residual, sinusitis, maupun riwayat operasi gigi dalam waktu dekat. #iwayat in&eksi telinga tengah maupun luar juga dapat menjadi penanda barotrauma telinga tengah maupun luar. Pada sinus barotrauma biasanya pasien memiliki riwayat rhinitis dan polip nasi. <,1! 2.6.2 aniestasi Klinis ,an ekanis#e Tiga gejala klinis yang terdapat pada barotrauma se"ara umum adalah e&ek
pada sinus atau telinga tengah, penyakit dekompresi, dan emboli gas arteri. $arotrauma yang terjadi pada saat penurunan disebut squeeze. ?ejala Knilis pada barotrauma bergantung pada daerah yang mengalami gangguan, yaitu sebagai berikut 1. $arotrauma saat turun (Squeeze) Telinga -uar $arotrauma pada telinga luar dapat terjadi bila telinga bagian luar mengalami obstruksi, sehingga 'olume gas tertutup yang ada akan dikompresi atau dikurangi selama proses turun ke dalam air. al ini dapat terjadi pada pemakaian tudung yang ketat, wax pada liang telinga, pertumbuhan tulang atau eksostosis atau menggunakan penutup telinga. $iasanya obstruksi pada saluran telinga bagian luar ini akan menyebabkan penonjolan membran timpani disertai perdarahan, swelling dan hematom pada kulit yang melapisi saluran telinga bagian luar. Kondisi seperti ini dapat ditemukan pada saat menyelam dengan kedalaman 19
sedikitnya 2 meter.<,1*
!a#$ar 13. Bar"trau#a saat turun 4 squeeze 5 *a,a telinga luar1+ ?ambar di atas menunjukkan pato&isiologi pada telinga luar dimana
adanya obstruksi pada telinga luar seperti penutup telinga/ dapat menimbulkan suatu ruang udara yang dapat berubah 'olumenya sebagai respon terhadap perubahan tekanan lingkungan. Ketika menyelam, 'olume pada ruang ini menurun dan menyebabkan membran timpani terdorong keluar ke arah meatus eksterna/. al ini dapat menyebabkan nyeri dan perdarahan ke"il pada membran timpani.1( $lok atau obstruksi pada telinga luar mungkin dapat men"egah suatu penyamaan tekanan saat menyelam. 8leh karena itu, penutup telinga tidak boleh digunakan saat menyelam. ?ejala yang ditemukan dapat berupa perdarahan pada telinga luar hingga perdarahan pada membran timpani. Tidak ada terapi spesi&ik yang diperlukan dan penyelamam dapat dilakukan kembali ketika jaringan telah sembuh.1% 2. $arotrauma saat turun (Squeeze) Telinga Tengah $arotrauma pada telinga tengah merupakan barotrauma yang paling umum. 20
4embran Timpani merupakan pembatas antara saluran telinga luar dan ruang telinga tengah. Pada saat penyelam turun, tekanan air meningkat diluar gendang telinga, untuk menyeimbangkan tekanan ini, maka tekanan udara harus men"apai bagian dalam dari gendang telinga, melalui tuba eustakius. Ketika tabung eustakius ditutupi oleh mukosa, maka telinga tengah memenuhi empat syarat terjadinya barotrauma
adanya gas dalam rongga, dinding yang kaku, ruang
tertutup, penetrasi pembuluh darah/. <,1* Pada saat seorang penyelam terus turun pada kedalaman, maka akan terjadi ketidakseimbangan
tekanan. =ika terjadi peningkatan tekanan maka gendang
telinga akan terdorong ke dalam, awalnya akan terjadi penekanan gas yang berada pada telinga tengah, sehingga pada batasan tertentu terjadi tekanan pada telinga tengah lebih rendah dari tekanan air diluar, men"iptakan 'akum relati& dalam ruang telinga tengah. Tekanan negati& ini menyebabkan pembuluh darah pada gendang telinga dan lapisan pertama telinga tengah akan terjadi kebo"oran dan akhirnya dapat pe"ah. =ika terus menurun, selain pe"ahnya gendang telinga yang menyebabkan udara atau air dapat masuk kedalam telinga tengah untuk menyamakan tekanan, dapat pula terjadi pe"ahnya pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan ke dalam telinga tengah untuk menyamakan tekanan. <,1* ?ejala yang dapat ditemukan jika terjadi tekanan pada telinga tengah yaitu nyeri akibat terjadi peregangan pada gendang telinga. #asa sakit sering dirasakan sebelum pe"ahnya gendang telinga. ?ejala tersebut dapat sedikit berkurang dengan berhenti untuk menyelam yang lebih dalam dan segera naik beberapa meter se"ara perlahan. =ika penyelaman ke bawah terus berlanjut, meskipun ada rasa sakit, dapat terjadi pe"ahnya gendang telinga. Ketika pe"ah terjadi, nyeri
21
akan berkurang dengan "epat. Ke"uali penyelam memakai pakaian diving dengan topi keras, rongga telinga tengah dapat terkena air ketika pe"ahnya gendang telinga tersebut. al ini dapat menyebabkan terjadinya in&eksi telinga tengah, dan disarankan agar tidak menyelam sampai kerusakan yang terjadi sembuh. Pada saat membran timpani pe"ah, penyelam dapat tiba)tiba mengalami 'ertigo. al tersebut dapat menyebabkan disorientasi, mual dan muntah. <,1* Certigo ini terjadi akibat adanya gangguan dari maleus, inkus dan stapes, atau dengan air dingin yang merangsang mekanisme keseimbangan telinga bagian dalam. $arotrauma pada telinga tengah terjadi tidak harus disertai dengan pe"ahnya membran timpani. <,1*
!a#$ar 11. Bar"trau#a saat turun 4S6uee7e5 *a,a telinga tenga' 1+ 4asalah yang paling sering terjadi ketika penerbangan dan menyelam adalah
kegagalan dalam menyamakan tekanan antara telinga tengah dan tekanan lingkungan. Persamaan tekanan terjadi melalui tuba eustakius, yang merupakan jaringan lunak berbentuk tabung yang berasal dari belakang hidung hingga ruang telinga tengah. Kerusakan yang terjadi bergantung pada tingkat dan ke"epatan dari perubahan tekanan lingkungan. Ketika penyelam menyelam hanya 2,6 kaki 22
dengan kesulitan menyamakan tekanan pada telinga tengahnya, membran timpani dan tulang)tulang pendengaran akan tertarik, dan penyelam merasakan suatu tekanan dan rasa nyeri. Pada tekanan yang lebih tinggi, tuba eustakius mungkin tertutup oleh tekanan negati& dari telinga tengah. al ini dapat terjadi pada kedalaman *,< kaki dibawah laut. Peningkatan yang lebih tinggi lagi dapat menyebabkan ruptur membran timpani. 1( ?ejala dari barotrauma berupa nyeri dan ketulian. Tinnitus dan 'ertigo tidak terlalu terlihat pada kasus ini. Tergantung pada luas "ederanya, pada otoskopi dapat terlihat injeksi pembuluh darah atau perdarahan pada membran timpani, per&orasi membran timpani, atau darah pada telinga tengah. Audiometri memberikan suatu diagnosis tuli kondukti& tanpa komponen sensorineural. Pengobatan yang dilakukan adalah berdasarkan gejalanya. alam beberapa hari hingga minggu, gejala menghilang dan penampilan membran timpani dapat kembali normal.1% *. $arotrauma Penurunan (Squeeze) Telinga alam Terjadi bila pada saat penyelam naik ke permukaan dengan "epat sehingga tekanan pada membran timpani diteruskan pada tingkap bulat dan lonjong sehingga meningkatkan tekanan telinga dalam. #uptur tingkap bulat dan lonjong dapat terjadi dan mengakibatkan gangguan telinga dalam sehingga gejala yang ditemukan adalah gangguan keseimbangan dan pendengaran seperti 'ertigo persisten dan kehilangan pendengaran. <,1* ?ejala klinis yang biasa terjadi pada barotrauma telinga dalam yaitu adanya tinnitus, berkurangnya ketajaman pendengaran, adanya 'ertigo, mual dan muntah. Kehilangan pendengaran juga dapat disebabkan oleh adanya emboli pada pembuluh darah arteri labirin yang mensuplai darah pada koklea. imana &ungsi
23
koklea sangat sensiti& terhadap pembuluh darah yang memberi suplai ke koklea. Adanya emboli pada arteri labirin yang mensuplai koklea akan mengganggu &ungsi dari koklea. Emboli, trombus, penurunan aliran darah atau 'asospasme pada
pembuluh
darah
arteri
labirin
dapat
menyebabkan
kehilangan
pendengaran.2,16
!a#$ar 12. Bar"trau#a telinga ,ala# 1+ 5edera pada telinga dalam selama penyelaman dikaitkan dengan adanya
ketidakmampuan untuk menyamakan telinga tengah. Perubahan tekanan yang tiba)tiba dan besar pada teling tengah dapat diteruskan ke telinga dalam, meyebabkan kerusakan pada mekanisme telinga dalam dan dapat menimbulkan 'ertigo berat dan ketulian. Terdapat dua mekanisme teori unutk menjelaskan telinga dalam implosi& dan eksplosi&. Pada teori implosi&, tekanan diteruskan melalui retraksi ke dalam membran timpani, menyebabkan tulang)tulang pendengaran bergerak menuju telinga dalam pada tingkap lonjong. Tekanan ini diteruskan ke telinga dalam dan menyebabkan pendorongan pada tingkap bundar. =ika penyelam melakukan manu'er polit7er dan tuba eustakius terbuka se"ara tiba)tiba, tekanan telinga tengah meningkat dengan sangat "epat. al ini menyebabkan tulang pendengaran kembali ke posisi semula, sehingga tingkap bundar rusak. Sedangkan pada teori ekslosi&, penyelam tidak dapat membuka tuba eustakius, sehingga tekanan intrakranial terus meningkat selama penyelam melakukan manu'er polit7er. Karena "airan otak berhubungan dengan "airan pada telinga dalam, maka tekanan ini akan diteruskan ke telinga dalam, dan menyebabkan tingkap bundar ataupun tingkap lonjong telinga dalam pe"ah.1(,1% 24
(. $arotrauma saat turun (Squeeze) Sinus Paranasalis $arotrauma pada sinus terjadi bila pasase yang menghubungkan sinus dan ruangan lainnya tertutup karena mukosa maupun jaringan. ?ejala yang ditemukan adalah adanya nyeri pada sinus yang terkena dan pendarahan dari hidung yang berasal dari sinus yang terkena. <,1: $arotrauma yang terjadi pada saat penyelam naik dari kedalaman se"ara "epat disebut
reverse
squeeze atau
overpressure.
Terjadi
usaha
tubuh untuk
mengeluarkan isi dari ruangan untuk menyesuaikan tekanan. verpressure memiliki beberapa gejala yang berbeda dengan squeeze yaitu 1. $arotrauma saat naik verpressure) Telinga Tengah Pada overpressure telinga tengah, peregangan dan ruptur membran timpani dapat terjadi dan mengakibatkan nyeri yang sama dengan squeeze. Sebagai tambahan, dapat
terjadi
&a"ial baroparesis
dimana peningkatan
tekanan
mengakibatkan kurangnya suplai darah pada ner'us &a"ialis karena tekanan pada telinga tengah diteruskan ke os temporalis. ibutuhkan overpressure selama 1! sampai *! menit untuk gejala dapat terjadi, dan &ungsi ner'us &a"ialis kembali ke normal setelah % ) 1! menit setelah penurunan overpressure. <,1* 2. $arotrauma saat naik (verpressure) Sinus Paranasalis ?ejala pada overpressure sinus sama dengan squeeze pada sinus.<
Kedua mekanisme yang menyebabkan barotrauma telinga dalam akan menyebabkan terbentuknya &istula perilim&atik. Tingkap bundar lebih sering terkena dibandingkan tingkap lonjong, tetapi biasanya keduanya dapat ruptur. ?ejala berupa tinnitus, 'ertigo dengan mual dan muntah, hilang pendengaran, akan mun"ul ketika menyelam. $iasanya barotrauma telinga tengah telah terjadi,
25
tetapi membran timpani mungkin terlihat normal. Tuli berupa tuli sensorineural, diikuti oleh nistagmus dan tes &istula yang positi&. 1,1<
2./.( Pe#eriksaan isis
Pemeriksaan &isis harus disesuaikan dengan riwayat pasien. Pemeriksaan &isis se"ara umum harus dilakukan dengan menekankan pada telinga, sinus, dan leher serta paru)paru, kardio'askular, dan sistem neurologi. +nspeksi dan palpasi ekstremitas, dan pergerakan sendi. Pada sinus, inspeksi mukosa nasal untuk polip, perdarahan atau lesi. Palpasi dan transluminasi sinus untuk memeriksa adanya perdarahan. Perkusi gigi atas dengan spatel untuk melihat adanya nyeri tekan pada sinus. Pada telinga inspeksi se"ara hati)hati membran timpani, lihat apakah ada tanda)tanda kongesti di sekitar umbo, berapa persen membran timpani yang rusak, jumlah perdarahan di belakang gendang telinga, bukti ruptur membran timpani. Pemeriksaan &isis dapat ditemukan retraksi, eritema, dan injeksi atau perdarahan pada membran timpani. ?ejala yang lebih berat berupa otitis, hemotimpanum, dan per&orasi membran timpani. Selama inspeksi pada telinga, dapat ditemukan penonjolan ringan ke arah luar atau ke dalam dari gendang telinga. =ika kondisi memberat, mungkin didapatkan darah atau memar di belakang gendang telinga. Palpasi untuk men"ari nyeri tekan pada tuba eustakius. *,1<,2!
Kelainan membran timpani dapat dilihat melalui pemeriksaan otoskopi. 4embran timpani tampak mengalami injeksi dengan pembentukan bleb
26
hemoragi! atau adanya darah di belakang gendang telinga. Kadang)kadang membran timpani akan mengalami per&orasi. $ila gejala menetap setelah perjalanan udara tersebut, biasanya tes garputala audiometrik akan menunjukkan tuli kondukti& ringan di telinga yang terkena. Periksa keseimbangan dan pendengaran pasien. Serta menge'aluasi membran timpani berdasarkan skala Teed* 1. Teed ! 3 tidak ada kerusakan yang terlihat, telinga normal 2. Teed 13 kongesti sekitar umbo, terjadi ketika perbedaan tekanan 2 pound>in"i 2 PS+/ *. Teed 2 3 kongesti seluruh membran timpani, terjadi ketika perbedaan tekanan 2)* PS+ (. Teed * 3 perdarahan pada telinga tengah %. Teed (3 perdarahan luas pada telinga tengah disertai gelembung darah yang terlihat di belakang membran timpani0 membran timpani mungkin ruptur 6. Teed % 3 seluruh telinga tengah diisi oleh darah yang berwarna gelap deoksigenasi/.
27
?ambar 1*. $arotrauma otitik hemotimpanum/ 21
Pada gambar di atas, membran timpani tampak kebiruan karena ada darah pada telinga tengah. al ini disebabkan oleh ketidakmampuan untuk mem'entilasi telinga tengah yang diikuti oleh &ungsi abnormal dari tuba eustakius. $arotrauma otitik biasanya terjadi pada saat pesawat mendarat atau pada penyelam. Tidak ada pengobatan khusus pada kasus ini. =ika terdapat in&eksi yang terkait pada perna&asan atas ataupun alergi, dekongestan dengan antihistamin mungkin dapat membantu.21 2./.+
Pe#eriksaan *enunjang
Pemeriksaan
yang
dilakukan
pada
penderita
barotrauma
adalah
pemeriksaan lab berupa2,*,(,1,1<,22 1. arah -engkap Pasien yang memiliki hematokrit lebih dari (; memiliki sekuele neurologis yang persisten selama 1 bulan setelah perlukaan. 2. Analisa ?as arah 9ntuk menge'aluasi gradien al'eolus)arteri untuk mengetahui terjadinya emboli gas. *. Kadar Serum "reatinin #hosphokinase Peningkatan kadar serum kreatin &os&okinase menandakan peningkatan kerusakan jaringan karena mikroemboli (. Foto Thoraks dan 5T S"an
28
Foto B)ray thoraB jika pasien mengeluh adanya kesulitan berna&as. Pemeriksaan penunjang lainnya berupa 5T)S"an kepala untuk melihat apakah terdapat embolisme udara pada otak. %. PTA PTA dilakukan untuk menentukan apakah terjadi tuli kondukti& atau tuli sensorineural. 6. Timpanometri Timpanometri dilakukan untuk melihat apakah ada "airan di dalam "a'um timpani serta untuk melihat &ungsi dari tuba :. 8AE 9ntuk melihat apakah ada kerusakan di telinga dalam
2.%
PENATALAKSANAAN Penanganan prehospital dapat dipertimbangkan termasuk menstabilkan A$5
dan mengkoreksi
setiap kondisi
yang
dapat
mengan"am
nyawa
serta
mempertahankan oksigenase dan per&usi yang adekuat. Pasien harus diberi aliran oksigen yang besar dan in&us dengan akses 'ena yang besar untuk memelihara tekanan darah dan nadi. +ntubasi dapat dilakukan pada pasien dengan jalan na&as yang tidak stabil atau hipoksia persisten meski dengan oksigen 1!!;. Pipa torakostomi dapat dilakukan pada pneumotoraks atau hemotoraks. Needle de"ompression dapat dilakukan bila di"urigai tension pneumotoraks. Kateterisasi pasien dengan shok untuk memantau 'olume dan hidrasi pasien, juga pada pasien
29
5S yang tidak dapat mengosongkan kandung kemih karena kerusakan sara& pada kandung kemih. * Galaupun kasus)kasus ringan dapat diobati dengan menghirup *!; 8 2 pada tekanan permukaan, pengobatan terpenting adalah rekompresi. Tiba di #9$T maka rekompresi dengan *!; 8 2 dengan tekanan paling sedikit kedalaman 1 meter 2, ATA/ adalah pilihan
utama pada banyak kasus P Penyakit
ekompresi/. $ila sesudah 1! menit penderita belum sembuh sempurna, maka terapi diperpanjang sampai 1!! menit dengan diselingi tiap 2! menit bernapas % menit udara biasa. Setelah ini dilakukan dekompresi dari 1 meter ke < meter selama *! menit dan mengobser'asi penderita. Selanjutnya penderita dinaikkan kepermukaan selama *! menit. Seluruh waktu pengobatan dapat berlangsung kurang dari % jam. <,1! #ekompresi mengurangi diameter gelembung sesuai ukum $oyle dan ini akan menghilangkan rasa sakit dan mengurangi kerusakan jaringan. Selanjutnya gelembung larut kembali dalam plasma sesuai ukum enry. 8 2 yang digunakan dalam terapi memper"epat sampai 1! kali pelarutan gelembung dan membantu oksigenasi jaringan yang rusak dan iskemik. alam kasus darurat yang jauh dari &asilitas #9$T dapat dilakukan rekompresi dalam air untuk mengobati P langsung ditempat. #ekompresi dilakukan pada kedalaman maksimum < meter selama *!)6! menit. Ke"epatan naik adalah 1 meter tiap 12 menit, dan bila gejalanya kambuh, tetaplah berada di kedalaman tersebut selama *! menit sebelum meneruskan naik kepermukaan. Setiba di permukaan, penderita diberi 8 2 selama 1 jam, kemudian berna&as dengan udara selama 1 jam, demikian seterusnya hingga 12 jam. Galaupun dapat dan telah dilakukan, mengenakan kembali alat selam dan 30
menurunkan penyelam di dalam air untuk rekompresi, namun "ara ini tidak dapat dibenarkan. Kesukaran yang dihadapi adalah penderita tidak dapat menolong dirinya sendiri, tidak dapat dilakukan inter'ensi medis bila ia memburuk dan terbatasnya suplai gas. 8leh karena ini usaha untuk mengatasi P sering kali tidak berhasil dan malahan beberapa pebderita lebih memburuk keadaannya. $ila terjadi tuli mendadak akibat oklusi arteri labirin, sebaiknya dilakukan terapi hiperbarik. +nter'al waktu Antara saat kejadian dan gejala sangat penting dalam pemberian terapi hiperbarik oksigen. <,1!,2* Periode emas dari terbloknya pembuluh darah oleh thrombus atau emboli yang dapat memberikan suatu dis&ungsi neurologik adalah * jam. al ini di de&enisikan sebagai periode reper&usi pertama. Periode reper&usi kedua dimulai saat * sampai % jam setelah terjadi oklusi. 8bat)obatan yang dapat diberikan selama rekompresi adalah in&use "airan dekstran, plasma/ bila ada dehidrasi atau syok, steroid deksamethason/ bila ada edema otak, obat anti pembekuan darah heparin/, digitalis bila terjadi gagal jantung, anti oksidan 'itamin E, 5, beta karoten/ untuk mengantisipasi pembekuan oksidan radikal bebas/ yang merusak sel tubuh pada terapi oksigen hiperbarik. <,1!,2* Pada kasus yang tidak gawat darurat, pengobatan biasanya "ukup dengan "ara konser'ati& saja, yaitu dengan memberikan dekongestan, menghindari menyelam atau terbang sampai pasien dapat menyeimbangkan kembali &ungsi telinga tengah, atau dengan melakukan perasat Calsa'a selama tidak terdapat in&eksi di jalan napas atas. Tetapi bila terdapat tanda)tanda ketulian dan 'ertigo, pemberian steroid harus dimulai. Apabila "airan yang ber"ampur darah menetap di
31
telinga tengah sampai beberapa minggu, maka dianjurkan untuk tindakan miringotomi dan bila perlu memasang pipa 'entilasi ?rommet/. 1,2,12 Antibiotik tidak diindikasikan ke"uali bila terjadi pula per&orasi di dalam air yang kotor. Pasien dilarang untuk menyelam sampai telinga tengah sembuh dan pasien dapat dengan mudah menyesuaikan tekanan pada telinga tengah. =ika terjadi per&orasi, pasien harus menunggu hingga per&orasi sembuh dan membran timpani utuh kembali. 1,2,12 Selama pasien tidak menderita in&eksi traktus respiratorius atas, membarana nasalis dapat mengerut dengan semprotan dekongestan dan dapat diusahakan mengin&lasi tuba eustakius dengan perasat polit7er. Kemudian pasien diberikan dekongestan, antihistamin atau kombinasi keduanya selama 1)2 minggu atau sampai gejala menghilang. $ila pasien menderita in&eksi traktus respiratorius atas, diindikasikan terapi serupa tetapi tuba eustakius tidak boleh diin&lasi sampai in&eksi teratasi sempurna. arus diberikan antibiotika bila terdapat åitis atau rhinitis bakterialis. Pada keadaan yang jarang dengan per&orasi membran timbani, biasanya penyembuhan terjadi se"ara spontan, tetapi pasien dianjurkan diperiksa ulang dan di"egah masuknya air ke dalam telinga sampai ia normal kembali. $ila pasien tetap harus terbang dalam keadaan pilek, pasien dianjurkan minum preparat dekongestan)antihistamin setengah jam sebalum berangkat dan selanjutnya setiap *)( jam pada penerbangan yang lama. isamping itu ia dianjurkan membawa inhaler propel heksedrinbensedreB/
dan menyedot *)( kali melalui tiap)tiap
lubang hidung tepat sebelum naiknya dan pada waktu mulai turunnya pesawat. 22 $arotrauma sinus diterapi dengan dekongestan, oral dan nasal. Nyeri dikontrol dengan NSA+s atau obat analgesik narkotik. Pada barotrauma telinga
32
tengah, pengobatan didasarkan pada skala Teed. 9ntuk kasus ringan Teed !)2/ dekongestan, nasal !,!%; oBymeta7oline hydro"hloride spray 2 kali sehari selama * hari/ dan oral pseudoephedrine 6!)12! mg dua atau tiga kali sehari/. 9ntuk kasus Sedang Teed *)(/ pengobatan sama dengan diatas, tapi dapat ditambahkan dengan oral steroid, seperti prednisone 6! mg>hari selama 6 hari lalu diturunkan hingga :)1! mg per hari. =ika membran timpani ruptur atau air terkontaminasi, dapat diberi antibiotik sesuai dengan pengobatan otitis media akut.Pada kasus berat Teed %/ pengobatan sama seperti diatas. apat dipertimbangkan miringotomi jika pengobatan gagal. Kontrol nyeri dengan Tylenol dengan kodein asetamino&en *!! mg dengan kodein &os&at *! mg/ 1)2 tablet setiap ()6 jam.*,1 okter umum dapat mendiagnosa dan mengobati gangguan ini dengan dekongestan dan manu'er 'alsa'a. Kasus berulang memerlukan konsultasi dari ahli TT, dengan opsi bedah miringotomi, meskipun kebanyakan kasus membaik se"ara spontan.2( 2.0 DIA!NOSIS BANDIN! iagnosis banding untuk barotrauma adalah adanya in&eksi pada telinga ataupun pada sinus. Penyakit in&eksi dapat berupa otitis eksterna, otitis media maupun sinusitis. Pada barotrauma, gejala yang mun"ul disertai dengan adanya riwayat perubahan tekanan yang dialami oleh penderita baik oleh karena menyelam ataupun riwayat bepergian dengan pesawat terbang. Selain itu, pada pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya tanda)tanda in&eksi pada otitis eksterna, otitis media maupun sinusitis. * 2.8 KOPLIKASI
33
Komplikasi yang mungkin ditemukan berupa in&eksi telinga akut, hilangnya pendengaran, ruptur atau per&orasi dari gendang telinga dan 'ertigo.. 2! 2.13 P9O!NOSIS
Kasus)kasus berat memerlukan waktu hingga ()6 minggu untuk menyembuh, tapi umumnya dapat sembuh dalam dua atau tiga hari.
$arotrauma biasanya
sembuh sendiri. ilangnya pendengaran sebagian besar bersi&at temporer.2,2!
2.11 P9E:ENTI
$arotrauma dapat di"egah dengan menghindari terbang ataupun menyelam pada waktu pilek dan menggunakan teknik pembersihan yang tepat. =ika terasa nyeri, agaknya tuba eustakius telah men"iut. Hang harus dikerjakan jika ini terjadi pada saat menyelam adalah hentikan menyelam atau naiklah beberapa kaki dan men"oba menyeimbangkan tekanan kembali. al ini tidak dapat dilakukan jika sedang terbang dalam pesawat komersial, maka perlu untuk men"egah pen"iutan tuba eustakius. 2,12,21,2( 4etode
terbaik
adalah
dengan
mulai
melakukan
manu'er)manu'er
pembersihan dengan hati)hati beberapa menit sebelum pesawat mendarat. =ika pasien harus terbang dalam keadaan pilek, maka sebaiknya menggunakan dekongestan semprot hidung atau oral.. Tindakan pre'enti& terdiri atas nasal spray 'asokonstriktor 12 jam sebelum penerbangan, dekongestan oral dan mengunyah permen karet ketika mendarat.2,12,21,2(
34
Selain itu, usaha pre'enti& terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan selalu mengunyah permen karet atau melakukan perasat Calsa'a, terutama sewaktu pesawat terbang mulai turun untuk mendarat.1
BAB III KESIPULAN $arotrauma merupakan segala sesuatu yang diakibatkan oleh tekanan kuat yang tiba)tiba dalam ruangan yang berisi udara, yang diakibatkan oleh kegagalan tuba eusta"hius untuk menyamakan tekanan dari bagian telinga tengah dengan adekuat dan terjadi paling sering selama turun dari ketinggian atau naik dari bawah air saat menyelam. apat terjadi saat menyelam dan saat penerbangan. 4ani&estasi klinis yang timbul berupa nyeri pada telinga, rasa tidak nyaman pada salah satu atau kedua telinga, penurunan pendengaran ringan, rasa penuh pada telinga, pusing, hingga keluarnya "airan dari dalam telinga yang menunjukan ruptur membran timpani. Penatalaksanaan non medikamentosa pada kasus ini yaitu dengan mengunyah, menelan, menghisap ataupun melakukan manu'er Calsa'a untuk membuka tuba eustakius. Sedangkan untuk medikamentosa dilakukan apabila penanganan 35
dengan non medikamentosa tidak berhasil dilakukan. Komplikasi yang dapat terjadi yaitu in&eksi telinga akut, hilangnya pendengaran, ruptur atau per&orasi dari gendang telinga dan 'ertigo. Pada kasus yang ringan prognosis akan lebih baik karena kondisi ini dapat sembuh dalam 2)* hari, namun pada kasus yang berat dapat sembuh dalam ()6 minggu.
AL!O9ITA PENAN!ANAN BA9OT9AUA Riwayat Penerbangan atau Menyelam
Gawat #arurat Manajemen %alan na&a' ()*!*+,
Mela$u$an Re$"m&re'i
)&abila tuli mendada$
era&i "$'igen -i&erbari$ 3 jam &ertama
era&i "bat"batan 35 jam beri$utnya a$u$an tinda$an dengan/ nu' airan (detran* re&eru'i &la'ma, bila de-idra'i atau 'y"$ ter"id (deameta'"ne, bila edema "ta$ )nti &latelet (-e&arin, #igitali'* bila terjadi
Gejala dan anda !ar"trauma
ida$ Gawat #arurat Mela$u$an manuer al'aa Meng-indari menyelam atau terbang 'am&ai &a'ien mam&u menyeimbang$an $embali telinga tengaPemberian de$"nge'tan )&abila ada gejala ertig" &erlu diberi$an 'ter"id.
36
DATA9 PUSTAKA
1. Soepardi E, dkk. $uku Ajar +lmu Kesehatan Telinga, idung, Tenggorok, Kepala I -eher. Edisi 6. =akarta $alai Penerbit Fakultas Kedokteran 9ni'ersitas +ndonesia. 2!!:. al. 1!)1*, 6% 2. Adams ?, $oies -, igler P. $oies $uku Ajar Penyakit TT. =akarta E?5. 1<<:. al.
=.
$arotrauma.
http>>www.emedi"ine.meds"ape."om>arti"le>:661.htm diakses tanggal 2< =uli 2!1%/. (. Sa&er, . $arotrauma. Spain E$S58 Publishing. 2!11. %. Aly, #usly, dr. $arotrauma. $anda A"eh Fakultas Kedokteran 9ni'ersitas Syiah Kuala. 2!1!0*%). 6. 5ummings, 5harles G. 5ummings 8tolaryngology ead and Ne"k Surgery Fourth Edition. 4aryland Else'ier.2!!%. 37
:. Netter, F. +ntera"ti'e Atlas 8& uman Anatomy. England No'ahte. 2!!(. P. 21%)26 . osen $agian +lmu Penyakit TT. Anatomi Sinus Paranasalis. 4edan $agian +lmu Penyakit TT Fakultas Kedokteran 9ni'ersitas Sumatera 9tara. 2!1201) 1*. <. Edmonds, 5arl 4, et al. Physi"s i'ing 5hapter 2 dalam i'ing 4edi"ine &or S59$A i'ers % th Edition. Australia National -ibrary o& Australia. 2!1*0 11)2. 1!. ire"tion o& 5ommander, Na'al Sea Systems o& 5ommand. 4iBed ?as Sur&a"e Supplied i'ing 8perations in 9S Na'y i'ing 4anual #e'ision 6. 2!110 1!)1<<. 11. Ajeng, arma&indi dan +ndriawati #atna. Pengaruh Frekuensi Penggunaan Pesawat Terbang dengan Kejadian $arotrauma. Hogyakarta $agian Fisiologi Fakultas Kedokteran 9ni'ersitas 4uhammadiyah Hogyakarta. 2!11.01)6. 12. $allenger, ==. Et". $allengerJs 8torhinolaryngology ead and Ne"k Surgery. 9SA P4P)9SA. 2!!<. P. 21%)6 1*. Edmonds, 5arl 4, et al. Ear $arotrauma 5hapter < dalam i'ing 4edi"ine &or S59$A i'ers % th Edition. Australia National -ibrary o& Australia. 2!1*0
38