BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Barotrauma adalah kerusakan jaringan dan sekuelenya yang terjadi akibat perbedaan antara tekanan udara (tekan barometrik) di dalam rongga udara fisiologis dalam tubuh dengan tekanan di sekitarnya. Barotrauma paling sering terjadi pada penerbangan dan penyelaman dengan SCUBA (self contained Underwater Breathing Apparatus) 3,4. 2.2 Etiologi
Barotrauma paling sering terjadi pada perubahan tekanan yang besar seperti pada penerbangan, penyelaman misalkan pada penyakit dekompresi yang dapat menyebabkan kelainan pada telinga, paru-paru, sinus paranasalis serta emboli udara pada arteri yang dimana diakibatkan oleh perubahan tekanan yang secara tiba-tiba, misalkan pada telinga tengah sewaktu dipesawat yang menyebabkan tuba eustakius gagal untuk membuka. Tuba eustakius adalah penghubung antara telinga tengah dan bagian belakang dari hidung dan bagian atas tenggorokan. Untuk memelihara tekanan yang sama pada kedua sisi dari gendang telinga yang intak, diperlukan fungsi tuba yang normal. Jika tuba eustakius tersumbat, tekanan udara di dalam telinga tengah berbeda dari tekanan di luar gendang telinga, menyebabkan barotrauma 5,6,7,8. 2.3 Patofisiologi
Bumi diselubungi oleh udara yang disebut Atmosfer Bumi.atmosfer itu terbentang mulai dari permukaan Bumi sampaikeketinggian s ampaikeketinggian 3000 km 9. Udara tersebut mempunyai massa, dan berat lapisan udara ini akan menimbulkan suatu tekanan yang disebut tekanan udara. Makin tinggi lokasi semakin renggang udaranya, berarti semakin kecil tekanan udaranya. Sehingga pinggiran Atmosfer Bumi tersebut akan berakhir dengan suatu keadaan
3
hampaudara. Lihat Tabel 1. Ukuran tekanan gas : mm Hg, mm H 2O , Atmosfir (Atm) ,PSI (Pound per Square Inch), Torr ,Barr dsb 9,10. Tabel 1. Tekana Udara pada ketinggian tertentu KETINGGIAN 0 km
TEKANAN UDARA 1 atm
16 km
0,1 atm
31 km
0,01 atm
48 km
0,001 atm
64 km
0,0001 atm
Tabel 2. Tekanan Udara & volume gas pada kedalaman tertentu di Bawah air Depth 0 33 66 99
Pressure 1 atm 2 atm 3 atm 4 atm
Gas vol. 1 ½ 1/3 ¼
Density 1x 2x 3x 4x
Trauma akibat perubahan tekanan, secara umum dijelaskan melalui Hukum Boyle. Hukum boyle menyatakan bahwa volume gas berbanding terbalik dengan tekanan atau P1xV1 = P2xV2 4,11. Ada bagian-bagian tubuh yang berbentuk seperti rongga, misalnya : cavum tympani, sinus paranasalis, gigi yang rusak, traktus digestivus dan traktus respiratorius. Pada penerbangan, sesuai dengan Hukum Boyle yang mengatakan bahwa volume gas berbanding terbalik dengan tekanannya, maka pada saat tekanan udara di sekitar tubuh menurun/meninggi, terjadi perbedaan tekanan udara
antara
di
rongga
penekanan/penghisapan
tubuh
terhadap
dengan
mukosa
di
dinding
luar,
sehingga
rongga
dengan
terjadi segala
akibatnya9. Berdasarkan Hukum Boyle diatas dapat dijelaskan bahwa suatu penurunan atau peningkatan pada tekanan lingkungan akan memperbesar atau menekan
4
(secara berurutan) suatu volume gas dalam ruang tertutup. Bila gas terdapat dalam struktur yang lentur, maka struktur tersebut dapat rusak karena ekspansi ataupun kompresi. Barotrauma dapat terjadi bilamana ruang-ruang berisi gas dalam tubuh (telinga tengah, paru-paru) menjadi ruang tertutup dengan menjadi buntunya jaras-jaras ventilasi normal9. Untuk Barotrauma yang terjadi pada tubuh, 5 kondisi di bawah ini harus ditemukan9: 1.Harus ada udara 2.Tempatnya harus dipisahkan oleh dinding yang keras 3.Tempatnya harus tertutup 4.Tempatnya harus memiliki pembuluh darah 5.Terjadi perubahan tekanan dari lingkungan sekitar 2.4 Manifestasi Klinis
a) Kelainan pada telinga Tuba eustakius secara normal selalu tertutup namun dapat terbuka pada gerakan menelan, mengunyah, menguap, dan dengan manuver Valsava. Pilek, rinitis alergika serta berbagai variasi anatomis individual, semuanya merupakan predisposisi terhadap disfungsi tuba eustakius 11. Barotrauma, dengan ruptur membran timpani (MT), dapat terjadi setelah suatu penerbangan pesawat atau setelah berenang atau menyelam. Mekanisme bagaimana ini dapat terjadi, dijelaskan dibawah ini 12. Saluran telinga luar, telinga tengah, telinga dalam dapat dianggap sebagai 3 kompartemen tersendiri, ketiganya dipisahkan satu dengan yang lain oleh membran timpani dan membran tingkap bundar dan tingkap oval Telinga tengah merupakan suatu rongga tulang dengan hanya satu penghubung ke dunia luar, yaitu melalui tuba Eustachii. Tuba ini biasanya selalu tertutup dan hanya akan membuka pada waktu menelan, menguap, Valsava maneuver. Valsava maneuver dilakukan dengan menutup mulut dan hidung, lalu meniup dengan kuat. Dengan demikian tekanan di dalam pharynx akan meningkat sehingga muara dapat terbuka 9. Dari skema diatas ini dapat dilihat bahwa ujung tuba di bagian telinga tengah akan selalu terbuka, karena terdiri dari massa yang
5
keras/tulang. Sebaliknya ujung tuba di bagian pharynx akan selalu tertutup karena terdiri dari jaringan lunak, yaitu mukosa pharynx yang sewaktuwaktu akan terbuka di saat menelan. Perbedaan anatomi antara kedua ujung tuba ini mengakibatkan udara lebih mudah mengalir keluar daripada masuk kedalam cavum tympani. Hal inilah yang menyebabkan kejadian barotitis lebih banyak dialami pada saat menurun dari pada saat naik tergantung pada besamya perbedaan tekanan, maka dapat terjadi hanya rasa sakit (karena teregangnya membrana tympani) atau sampai pecahnya membrana tympani9. Barotrauma descent dan ascent dapat terjadi pada penyelaman. Imbalans tekanan terjadi apabila penyelam tidak mampu menyamakan tekanan udara di dalam rongga tubuh pada waktu tekanan air bertambah atau berkurang12.
Gangguan telinga pada penyelam Barotrauma telinga adalah yang paling sering ditemukan pada penyelam. dibagi menjadi 3 jenis yaitu barotrauma telinga luar, tengah dan dalam , tergantung dari bagian telinga yang terkena. Barotrauma telinga ini bisa terjadi secara bersamaan dan juga dapat berdiri sendiri12. Barotrauma telinga luar berhubungan dengan dunia luar, maka pada waktu menyelam, air akan masuk ke dalam meatus akustikus eksternus. Bila meatus akustikus eksternus tertutup, maka terdapat udara yang terjebak. Pada waktu tekanan bertambah, mengecilnya volume udara tidak mungkin dikompensasi dengan kolapsnya rongga (kanalis akustikus eksternus), hal ini berakibat terjadinya decongesti, perdarahan dan tertariknya membrana timpani ke lateral. Peristiwa ini mulai terjadi bila terdapat perbedaan tekanan air dan tekanan udara dalam rongga kanalis akustikus eksternus sebesar ± 150 mmHg atau lebih, yaitu sedalam 1,5 – 2 meter 12. Barotrauma telinga tengah akibat adanya penyempitan, inflamasi atau udema pada mukosa tuba mempengaruhi kepatenannya dan merupakan penyulit untuk menyeimbangkan tekanan telinga tengah
6
terhadap tekanan ambient yang terjadi padasaat ascent maupun descent,
baik
penyelaman
maupun
penerbangan.
Terjadinya
barotrauma tergantung pada kecepatan penurunan atau kecepatan peningkatan tekanan ambient yang jauh berbeda dengan kecepatan peningkatan tekanan telinga tengah12. Barotrauma telinga dalam biasanya adalah komplikasi dari barotrauma telinga tengah pada waktu menyelam, disebabkan karena malakukan maneuver valsava yang dipaksakan. Bila terjadi perubahan dalam kavum timpani akibat barotrauma maka membran timpani akan mengalami edema dan akan menekan stapes yang terletak pada foramen
ovale
dan
membran
pada
foramen
rotunda,
yang
mengakibatkan peningkatan tekanan di telinga dalam yang akan merangsang labirin vestibuler sehingga terjadi deviasi langkah pada pemeriksaan ―Stepping Test‖. Dapat disimpulkan , gangguan pada telinga tengah dapat berpengaruh pada labirin vestibuler dan menampakkan ketidakseimbangan laten pada tonus otot melalui refleks vestibulospinal12.
Gangguan telinga pada penerbangan Barotrauma telinga tengah merupakan masalah medis yang paling sering kita jumpai dalam dunia penerbangan. Barotrauma telinga tengah atau aerotitis media atau ear block didefinisikan sebagai proses inflamasi akut di telinga tengah sebagai akibat perubahan tekanan atmosfer. Berdasarkan patologinya, barotrauma dibagi dua, yaitu barotitis media dan baromiringitis. Barotitis media adalah keadaan patologis yang ditandai peradangan pada mukosa telinga tengah, perdarahan dan cairan transudat di telinga tengah. Baromiringitis adalah kerusakan struktur membran timpani 2. Barotrauma telinga tengah terjadi akibat kegagalan tuba Eustachius untuk menyamakan tekanan antara telinga tengah dan lingkungan saat terjadi perubahan tekanan. Kecepatan dan besarnya perubahan tekanan berpengaruh terhadap terjadinya barotrauma. Makin cepat perubahan tekanan yang terjadi dan makin besar
7
perbedaan tekanan yang ada, maka makin mudah barotrauma terjadi. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan gangguan fungsi tuba adalah adanya proses infeksi saluran napas atas seperti rinitis, sinusitis, faringitis, hipertrofi adenoid dan infeksi telinga tengah, adanya riwayat alergi, sumbatan jalan napas seperti septum deviasi dan massa tumor pada daerah telinga, hidung dan tenggorok dan hal lain yang juga penting adalah perasat Toynbee dan Valsava yang dilakukan kurang optimal 2. Barotrauma yang terjadi pada penerbang dapat mempengaruhi keselamatan penerbangan. Peraturan kesehatan standar penerbangan melarang para penerbang yang mengalami barotrauma untuk bertugas, hal ini membawa dampak terhadap perusahaan penerbangan secara ekonomi. Hal ini yang mendasari pentingnya suatu pemeriksaan yang dapat
mendeteksi
penerbang,
kemungkinan
sehingga
barotrauma
terjadinya dapat
barotrauma
dihindari.
pada
Diagnosis
barotrauma ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis, penilaian membran timpani berdasarkan klasifikasi Wallace Teed, dan ditunjang dengan penilaian tekanan telinga tengah dan fungsi tuba Eustachius dengan timpanometri2. Keluhan yang paling sering dirasakan adalah telinga terasa penuh,
telinga
sakit,
tinitus,
gangguan
pendengaran
dan
keseimbangan. Wallace Teed menggambarkan klasifikasi untuk derajat barotrauma, yaitu: Derajat 0: tidak ada keluhan dengan membran timpani normal; Derajat 1: membran timpani kemerahan yang difus dan retraksi; Derajat 2: derajat 1 ditambah dengan perdarahan ringan membran timpani; Derajat 3: derajat 1 ditambah dengan perdarahan sedang membran timpani; Derajat 4: membran timpani tampak bulging , terdapat efusi cairan; Derajat 5: perforasi membran timpani 2.
8
Pemeriksaan membran timpani dengan otoskop adalah salah satu metode pemeriksaan fungsi tuba Eustachius yang tertua. Adanya tekanan negatif di telinga tengah atau otitis media efusi, dapat dinilai dengan otoskop pneumatik yang mengindikasikan adanya gangguan fungsi tuba Eustachius, tetapi metode ini tidak dapat digunakan untuk menentukan tipe gangguan, apakah karena masalah fungsional atau akibat obstruksi. Yang harus digaris-bawahi adalah penampakan membran timpani yang normal belum tentu memiliki fungsi tuba yang normal, seperti pada tuba semipatulous atau patulous 2. Seperti yang dijelaskan di atas, tekanan yang meningkat perlu diatasi untuk menyeimbangkan tekanan, sedangkan tekanan yang menurun biasanya dapat diseimbangkan secara pasif. Dengan menurunnya tekanan lingkungan, udara dalam telinga tengah akan mengembang dan secara pasif akan keluar melalui tuba eustakius. Dengan meningkatnya tekanan lingkungan, udara dalam telinga tengah dan dalam tuba eustakius menjadi tertekan. Hal ini cenderung menyebabkan penciutan tuba eustakius. Jika perbedaan tekanan antara rongga telinga tengah dan lingkungan sekitar menjadi terlalu besar (sekitar 90 sampai 100mmhg), maka bagian kartilaginosa diri tuba eustakius akan semakin menciut. Jika tidak ditambahkan udara melalui tuba eustakius untuk memulihkan volume telinga tengah, maka struktur-struktur dalam telinga tengah dan jaringan didekatnya akan rusak dengan makin bertambahnya perbedaan. Terjadi rangkaian kerusakan yang dapat dipekirakan dengan berlanjutnya keaadan vakum relatif dalam rongga telinga tengah. Mula-mula membrana timpani tertarik kedalam. Retraksi menyebabkan membrana dan pecahnya pembuluh-pembuluh darah kecil sehingga tampak gambaran injeksi dan bula hemoragik pada gambaran injeksi dan bula hemoragik pada gendang telinga tengah juga mukosa telinga tengah juga akan berdilatasi dan pecah, menimbulkan hemotapimum. Kadang-kadang tekanan dapat menyebabkan ruptur membrana timpani 3,4,8. Gejala-gejala klinik barotrauma telinga10: 1.Gejala descent barotrauma: -Nyeri (bervariasi) pada telinga yang terpapar. -Kadang ada bercak darah dihidung atau nasofaring. -Rasa tersumbat dalam telinga/tuli konduktif.
9
2.Gejala ascent barotrauma: -Rasa tertekan atau nyeri dalam telinga. -Vertigo. -Tinnitus/tuli ringan. -Barotrauma telinga dalam sebagai komplikasi. Grading klinis kerusakan membrane timpani akibat barotrauma adalah -Grade 0 : bergejala tanpa tanda-tanda kelainan. -Grade 1 : injeksi membran timpani. -Grade 2 : injeksi, perdarahan ringan pada membran timpani. -Grade 3 : perdarahan berat membran timpani. -Grade 4: perdarahan pada telinga tengah (membrane timpani menonjol dan agak kebiruan. -Grade 5 : perdarahan pada meatus eksternus + rupture membran timpani. Kompikasi yang dapat terjadi pada barotrauma telinga yaitu ruptur atau perforasi gendang telinga, infeksi telinga akut, kehilangan pendengaran yang menetap, tinnitus yang menetap, dan vertigo. b) Kelainan pada paru-paru Barotrauma pada paru-paru dapat diakibatkan oleh menyelam, ketika penyelam hendak naik dari permukaan bawah laut ke atas maka dapat terjadi barotrauma. Barotrauma paru waktu naik (burst lung) dibagi menjadi empat kelompok yaitu13: 1) Kerusakan jaringan paru-paru. Penyebabnya adalah penyelam pada waktu
naik
terlalu
cepat,
penyelam
pada
waktu
naik
tidak
menghembuskan udara. Gejalanya sesak sanaf, batuk disertai dahak yang berdarah, kepala terasa pusing, sakit dada dan cyanosis. 2) Surgical empiesema adalah penyakit akibat dari pecahnya kantungkantung udara dalam paru-paru yang sangat kecil, sehingga gas akan masuk ke dalam jaringan-jaringan disekitar paru-paru. Penyebabnya adalah penyelam pada waktu naik terlalu cepat, penyelam pada waktu naik tidak menghembuskan udara, pengembangan paru-paru yang berlebihan sehingga udara bocor menembus paru-paru dan pembuluh
10
bronchial masuk ke jaringan disekitarnya. Gejala-gejala perubahan suara tenggorokan terasa penuh, nafas pendek dan sukar menelan, rasa sakit dibelakang tulang dada (sternum), denyut nadi cepat dan tekanan darah rendah. 3) Pneumothorak (udara dalam rongga dada) adalah penyakit akibat dari pecahnya paru-paru dekat permukaan paru-paru itu sendiri, sehingga udara dalam tempat ini dilepaskan ke dalam rongga dada dan dapat menyebabkan kolaps paru-paru. Penyebabnya adalah penyelam pada waktu naik tidak menghembuskan udara. 4) Emboli udara: (pengembangan paru-paru) adalah keadaan paling berbahaya dari pecahnya paru-paru dan dapat menyebabkan kerusakan otak yang berat. Penyebabnya adalah penyelam pada waktu naik terlalu cepat (ketentuan 60 feet/menit), penyelam pada waktu naik tidak menghembuskan udara / menahan nafas waktu naik. c) Kelainan pada sinus paranasal Rongga tubuh yang lain yang sering mendapat gangguan akibat adanya perbedaan tekanan antara di dalam rongga dan sekitar tubuh adalah sinus paranasalis. Dinding sinus ini dilapisi mukosa dan muaranya pada cavum nasi. Ada 4 buah sinus pada tubuh kita, tapi yang sering terganggu adalah 2 buah, yaitu sinus maxilaris dan sinus frontalis, sedang yang 2 buah lagi, yaitu sinus ethmoidalis dan sinus sphenoidalis jarang terganggu. Kelainan di sinus-sinus ini disebut : Barosinusitis. Prosentase kejadiannya kira-kira 1,17 — 1,5%9. Sinus adalah kantung udara di tulang atau sekeliling hidung. Sinus barotrauma terjadi ketika terjadi perbedaan tekanan antara udara di dalam sinus dengan tekanan di luar. Penderita dapat merasakan nyeri di sekitar tulang pipi atau di bagian atas mata, kadang juga dapat terjadi infeksi sinus, perdarahan dari hidung, dan sakit kepala 14. Patofisiologi
Sinus paranasalis bermuara di rongga hidung. Lubang muara tersebut relatif sempit. Dinding rongga sinus ini dilapisi oleh mukosa dan selalu dalam keadaan basah, maka di dalam rongga sinus itu selalu ada uap air yang
11
jenuh.Karena cara terjadinya serangan pada semua sinus adalah sama saja, maka akan diterangkan salah satunya saja, yaitu pada sinus maxilaris. Sekarang mari kita lihat apa yang terjadi pada saat pesawat naik. Sewaktu di permukaan laut, tekanan udara di sinus maxilaris sama dengan di rongga hidung/di udara luar sekitar tubuh, yaitu 760 mmHg. Bila kemudian orang ini kita bawa ke ketinggian tertentu, misalnya 5,5 km, dimana tekanan udara kira-kira 1/2 Atm, maka akan terjadi perbedaan tekanan di dalam rongga sinus dan di rongga hidung. Bilakecepatan naiknya secara perlahan-lahan, perbedaan tekanan tersebut akan dapat diatasi dengan adanya aliran udara dari rongga sinus ke rongga hidung. Tetapi bila kecepatan naik dari pesawat demikian besar, maka mengingat sempitnya lubang muara sinus itu, aliran udara yang terjadi tidak akan dapatmencapai keseimbangan tekanan, berarti tekanan di dalam rongga sinus lebih tinggi daripada di rongga hidung, dengan akibat terjadinya penekanan terhadap mukosa sinus. Inilah yang mengakibatkan timbulnya rasa sakit dan inflamasi, yang disebut Barosinusitis. Hal yang sebaliknya akan terjadi pada waktu pesawat menurun 9. Dari penjelasan diatas ternyata bahwa besarnya lubang muara sinus turut menentukan proses terjadinya barosinusitis.Semakin kecil muara sinus itu, makin besar
kemungkinan
terjadinya
barosinusitis.
Jadi
pada
seseorang
yang
menderitasakit di saluran pernafasan bagian atas, pembengkakan/penebalan mukosa mengakibatkan penyempitan muara sinus, sehingga akan mengalami kesulitan dalam mencapai keseimbangan tekanan. Mengenai prosentase kejadian sewaktu naik/turun, Adler berpendapat bahwa prosentase waktu turun lebih besar daripada waktu naik. Sebenarnya hal ini tergantung pada bentuk mukosa di muara sinus tersebut. Pada orang normal muara ini terbuka rata. Sedang pada beberapa orang mukosa di muara sinus itu berbentuk seperti bibir, maka hal ini akan mengakibatkan aliran udara cenderung untuk lebih mudah keluar daripada memasuki rongga sinus. Dalam kondisi seperti ini prosentase barosinustitis akan lebih besar pada waktu pesawat menurun daripada waktu naik 9. Gejala klinis yang terjadi pada kelainan pada sinus paranasal adalah nyeri kepala dan perdarahan, jika ada infeksi pada sinus dapat terjadi demam atau
12
malaise yang dapat diterapi dengan antibiotik dan dekongestan dapat diberikan kondisi membaik biasanya 2-10 hari 15.
2.5. Diagnosis
Anamnesis yang teliti sangat membantu penegakan diagnosis. Jika dari anamnesis ada riwayat nyeri telinga atau pusing, yang terjadi setelah penerbangan atau suatu penyelaman, adanya barotrauma seharusnya dicurigai. Diagnosis dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan telinga, dan juga tes pendengaran dan keseimbangan3. . Diagnosis dipastikan dengan otoskop. Gendang telinga tampak sedikit menonjol keluar atau mengalami retraksi. Pada kondisi yang berat, bisa terdapat darah di belakang gendang telinga. Kadang-kadang membran timpani akan mengalami perforasi. Dapat disertai gangguan perdengaran konduktif ringan 4,5,6. Perlu ditekankan bahwa tinnitus yang menetap, vertigo dan tuli sensorineural adalah gejala-gejala kerusakan telinga dalam. Barotrauma telinga tengah tidak jarang menimbulkan kerusakan telinga dalam. Kerusakan telinga dalam Merupakan masalah yang serius dan mungkin memerlukan pembedaham untuk mencegah kehilangan pendengaran yang menetap. Semua orang yang mengeluh kehilangan pendengaran dengan barotrauma harus menjalani uji pendengaran dengan rangkaian penala untuk memastikan bahwa gangguan pendengaran bersifat konduktif dan bukannya sesorineural 4,8. Menegakkan diagnosis pada kelainan sinus paranasal dapat dikonfirmasi dengan x-ray, ct-scan atau MRI di sinus 15.
2.6. Penatalaksanaan
Untuk mengurangi nyeri telinga atau rasa tidak enak pada telinga, pertama-tama yang perlu dilakukan adalah berusaha untuk membuka tuba eustakius dan mengurangi tekanan dengan mengunyah permen karet, atau menguap, atau menghirup udara, kemudian menghembuskan secara perlahanlahan sambil menutup lubang hidung dengan tangan dan menutup mulut 11. Selama pasien tidak menderita infeksi traktus respiratorius atas, membrane nasalis dapat mengkerut dengan semprotan nosinefrin dan dapat diusahakan
13
menginflasi tuba eustakius dengan perasat Politzer, khususnya dilakukan pada anak-anak berusia 3-4 tahun. Kemudian diberikan dekongestan, antihistamin atau kombinasi keduanya selama 1-2 minggu atau sampai gejala hilang, antibiotic tidak diindikasikan kecuali bila terjadi perforasi di dalam air yang kotor. Perasat Politzer terdiri dari tindakan menelan air dengan bibir tertutup sementara ditiupkan udara ke dalam salah satu nares dengan kantong Politzer atau apparatus senturi; nares yang lain ditutup. Kemudian anak dikejutkan dengan meletuskan balon ditelinganya, bila tuba eustakius berhasil diinflasi, sejumlah cairan akan terevakuasi dari telinga tengah dan sering terdapat gelembung-gelembung udara pada cairan5,11. Untuk barotrauma telinga dalam, penanganannya dengan perawatan di rumah sakit dan istirahat dengan elevasi kepala 30-40 0. Kerusakan telinga dalam merupakan masalah yang serius yang memungkinkan adanya pembedahan untuk mencegah kehilangan pendengaran yang menetap. Suatu insisi dibuat didalam gendang
telinga
untu
menyamakan
tekanan
dan
untuk
mengeluarkan
caioran(myringitomy) dan bila perlu memasang pipa ventilasi. Walaupan demikian pembedahan biasanya jarang dilakukan. Kadang-kadang, suatu pipa ditempatkan di dalam gendang telinga, jika seringkali perubahan tekanan tidak dapat dihindari, atau jika seseorang rentan terhap barotrauma 3,4,5,16. Biasanya barotrauma sinus sembuh tanpa pengobatan, perdarahan yang signifikan pada sinus dapat dilakukan drainase secara cepat, jika nasal topikal dan dekongestan oral dapat digunakan 15. Pengobatan yang terjadi barotrauma paru-paru dapat diberikan oksigen dengan kadar 100% lewat masker, tanpa bertekanan, bila keadaan semakin parah segera dibawa ke dokter, apabila terjadi emboli paru maka pertolongan pertama yang dilakukan adalah pemberian oksigen, segera masukkan ke ruang rekompresi chamber dengan pengobatan berupa penekanan ke 6 ATA (50 meter) atau sesuai dengan tabel pengobatan serta dalam pengawasan dokter Hyperbarik 13.
2.7 Pencegahan
Usaha preventif terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan selalu mengunyah permen karet atau melakukan perasat valsalva, terutama sewaktu
14
pesawat terbang mulai turun untuk mendarat. Khusus pada bayi disarankan agar menunda penerbangan bila disertai pilek. Bila memungkinkan maka bayi, sesaat sebelum mendarat harus tetap disusui atau menghisap air botol, agar tuba eustakius tetap terbuka16,17. Nasal dekongestan atau antihistamin bisa digunakan sebelum terpapar perubahan tekanan yang besar. Usahakan untuk menghidari perubahan tekanan yang besar selama mengalami infeksi saluran pernapasan bagian atas atau serangan alergi3,6. Pencegahan pada barotrauma sinus paranasal dapat digunakan teknik tekanan positif seperti valsava yang membantu memasukkan udara ke sinus dan mencegah barotrauma. Menyelam harus dihindari jika penyelam menderita infeksi saluran pernapasan atas untuk mengurangi risiko barotrauma dan komplikasi infeksi. Merokok, alergi dan hidung tersumbat meningkatkan risiko barotrauma dengan menghalangi sinus. Septum deviasi juga dapat berkontribusi dalam peningkatan risiko barotrauma dan jika demikian dapat dilakukan pembedahan. Tidak semua penderita sinusitis kronis perlu menghindari menyelam jika ostium terbuka dan tidak ada polip atau penghalang lainnya, sinus mungkin mendapatkan perjalanan udara yang baik. Nasal dekongestan yang digunakan saat menyelam cenderung untuk mengurangi kemacetan ostium sinus tetapi tidak dapat mencegah barotrauma15. Pencegahan pada barotrauma paru-paru dapat dilakukan dengan tidak menyelam jika kondisi tubuh tidak fit, laksanakan prosedur naik kepermukaan dengan
benar
(60
feet/menit),
jangan
menahan
nafas
waktu
muncul
kepermukaan13.
15