Mata Kuning disertai Perut Buncit Step 7 : 1. Mengapa di dapat perutnya asites? -
Tekanan onkotik < tekan hidrostatik di hati
mengganggu sintesis albumin
asites
-
Hipertensi porta akibat tersumbatnya vena porta
-
Vena yang menuju ke organ sasaran penuh akibat nekrosis yg berisi jar ikat
darah tdk bisa masuk ke organ
meningkat -
refluks
plasma darah keluar melalui pembuluh
Adanya kerusakan hepatosit
nekrosis sel
tek hidrostatik asites
disekitarnya terdesak
yg seharusnya dikeluarkan menjadi berkurang
penurunan albumin
peningkatan tek hidrostatik -
Bisa disebabkan karena Rupture organ, rupture v. abdomen, peritonitis
-
Kerusakan pembuluh limfe Perbedaan eksudat dan transudat? Definisi asites?
2. Kenapa dalam palpasi didapatkan perbesaran hati 3 jari dibawah costa? Apa hubungan hasil px palpasi (konsistensi padat, permukaan tdk rata, hepatomegali 3 jari dibawah costa) dg peny yg diderita? -
Penyakit hepatitis kronis membesar
-
teraba berbenjol
sirosis
hepatoseluler karsinoma
benjol, permukaan tidak rata
HBSag menyebabkan sel hepatosi berproliferasi lebih Bagaimana cara virus menyebabkan HCC?
3. Mengapa tampak ikterik dan nyeri perut kanan atas?
HCC
Secara klinis hiperbilirubinemia terlihat sebagai gejala kuning atau ikterus, yaitu pigmentasi kuning pada kulit dan sklera. Ikterus biasanya baru dapat dilihat kalau kadar bilrubin serum melebihi 34 hingga 43 µmol/L (2,0 hingga 2,5 mg/dL), atau sekitar dua kali batas atas kisaran normal; namun demikian, gejala ini dapat terdeteksi dengan kadar bilirubin yang lebih rendah pada pasien yang kulitnya putih dan yang menderita anemia berat. Sebaliknya, gejala ikterus sering tidak terlihat jelas pada orangorang yang kulitnya gelap atau yang menderita edema. Jaringan sklera kaya dengan elastin yang memiliki afinitas yang tinggi terhadap bilirubin, sehingga ikterus pada sklera biasanya merupakan
tanda yang
lebih
sensitif
untuk
menunjukkan
hiperbilirubinemia daripada ikterus yang menyeluruh. Tanda dini yang serupa untuk hiperbilirubinemia hiperbilirubinemia adalah warna urin yang gelap, yang terjadi akibat ekskresi bilirubin lewat ginjal dalam bentuk bilirubin glukuronid. Pada ikterus yang mencolok, kulit dapat berwarna kehijauan karena oksidasi sebagian bilirubin yang beredar menjadi biliverdin. Efek ini sering terlihat pada kondisi dengan hiperbilirubinemia terkonjugasi berlangsung lama tau berat seperti sirosis. Gejala lain dapat muncul tergantung pada penyebabnya, misalnya:
1. Peradangan hati (hepatitis) bisa menyebabkan hilangnya nafsu makan, mual muntah, dan demam 2. Penyumbatan empedu bisa menyebabkan gejala kolestasis Sumber : Horrison Ilmu Penyakit Dalam
Perbedaan hepatitis akut dan kronis? -
akut Menimbulkan tubuh <6bulan
repon
kronis Asimtomatik >6 bulan
-
Adakah perbedaan ikterus pada hepatitis akut dan hepatitis kronis? Hepatitis akut: Sel hepatosit belum banyak yang rusak
B1 tidak terlalu meningkat
4. Mengapa pasien mual dan muntah? -
Hepatomegali kenyang digaster
-
mendesak gaster
HCl meningkat
menimbulkan rasa penuh,
merangsang resptor mual dan muntah
medulla oblongata ke pusat reseptor mual muntah CTZ
Reseptor muntah di faring, oesophagus dan gaster Patofisiologi mual?
5. Mengapa didapatkan suhu normal? -
Tidak ada infeksi yang terjadi didalam tubuh
-
Virus masuk ke hepatosit yang memiliki reseptor yang sama dg sel hepatosit yang menyerupai sel hepatosit itu sendiri
-
Hepatitis akut dg sembuh, tetapi virus masih ada mengalami perlawanan
virus sudah tidak
peradangan tidak terjadi
tidak ada
kenaikan suhu Proses perjalan penyakit hepatitis B? Criteria “sembuh” pada hepatitis B?
Stigmata hepar kronik? Contohnya? 6. Mengapa SGOT dan SGPT sedikit meningkat? Ditemukan HBsAg (+)?
SGPT (serum glutamine piruvate transaminase) = (ALT) alamine aminotransferase yaitu enzim yg d hasilkan hati, jantung, otot, ginjal. Kadar tertinggi di hati. nilai normal = 4-13 unit /L / 5-35 ( P=10-35 dan L= 5-30). SGOT (serum glutamine oksaloasetat transaminase) / AST (aspartat amina transferase = yaitu enzim yg dilepaskan ke darah jika hati atau jantung mengalami luka. Nilai normal = 5-17 unit/L Hepatosit juga memproduksi protein dan enzim intraselular termasuk transaminase. Enzim yang dihasilkan oleh hepatosit yaitu
Alanine Aminotransferase (ALT) atau Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT), dan Aspartate Aminotransferase (AST) atau Serum Glutamic Oksaloasetat Transaminase (SGOT). SGPT terdapat pada sel darah merah, otot jantung, otot skelet, ginjal dan otak. Sedangkan SGOT ditemukan pada hati. Enzim tersebut akan keluar dari hepatosit jika terdapat peradangan atau kerusakan pada sel tersebut. Kedua enzim ini dapat meningkat karena adanya gangguan fungsi hati, dan penanda kerusakan sel lainnya, yang salah satu penyebabnya adalah proses infeksi yang disebabkan oleh virus. Dalam replikasinya, virus juga membutuhkan energi berupa protein dalam proliferasi komponen virus, virus mengkode sintesis protein capsid dan noncapsid , replikasi asam nukleat virus dan enzim
seluler, sehingga sel menjadi cedera dan rusak. Sedangkan Peningkatan enzim hepar yaitu Alanine Aminotransferase (ALT) atau Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT), dan Aspartate Aminotransferase (AST) atau Serum Glutamic Oksaloasetat Transaminase (SGOT), disebabkan adanya kebocoran enzim yang merupakan salah satu manifestasi penyakit dari cedera hepatosit (dan sel-sel lain yang menghasilkan SGPT) oleh infeksi virus yang disebabkan baik secara langsung melalui (1) penyimpangan energi sel (2) sintesis makomolekular sel terhenti (3) kompetisi mRNA
virus terhadap ribosom (4) kompetisi viral promoter dan transcriptional enhancers pada faktor yang mempengaruhi
transkripsi sel yaitu RNA polymerase , inhibisi pertahanan dengan interferon, dan secara tidak langsung penyebab kerusakan sel adalah genome virus, induksi mutasi genome host, inflamasi, dan respon imun host, oleh infeksi virus. Sumber : Diagnostic and Laboratory Test Reference, 2009
SGPT (serum glutamine piruvate transaminase) = (ALT) alamine aminotransferase yaitu enzim yg d hasilkan hati, jantung, otot, ginjal. Kadar tertinggi di hati. nilai normal = 4-13 unit /L / 5-35 ( P=10-35 dan L= 5-30). SGOT (serum glutamine oksaloasetat transaminase) / AST (aspartat amina transferase = yaitu enzim yg dilepaskan ke darah jika hati atau jantung mengalami luka. Nilai normal = 5-17 unit/L Kondisi yang meningkatkan kadar SGPT/ALT adalah :
Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati (toksisitasobat atau kimia)
Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatanempedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT)
Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosis biliaris Sumber : Diagnostic and Laboratory Test Reference, 2009
HBsAg merupakan petanda serologik infeksi virus hepatitis B pertama yang muncul di dalam serum dan mulai terdeteksi antara 1 sampai 12 minggu pasca infeksi, mendahului munculnya gejala klinik serta meningkatnya SGPT. Selanjutnya HBsAg merupakan satusatunya petanda serologik selama 3 – 5 minggu. Pada kasus yang sembuh, HBsAg akan hilang antara 3 sampai 6 bulan pasca infeksi sedangkan pada kasus kronis, HBsAg akan tetap terdeteksi sampai lebih dari 6 bulan. HBsAg positif yang persisten lebih dari 6 bulan didefinisikan sebagai pembawa (carrier ). Sekitar 10% penderita yang memiliki HBsAg positif adalah carrier, dan hasil uji dapat tetap positif selama bertahun-tahun.
Sumber: Sulaiman dan Iulitasari. Patogenesa dan penatalaksanaan Hepatitis B Akut dan kronik, MKI, Vol44 No 5 Ada 3 kemungkinan tanggapan kekebalan yang diberikan oleh tubuh terhadap virus hepatitis B pasca periode akut. Kemungkinan pertama, jika tanggapan kekebalan tubuh adekuat maka akan terjadi pembersihan virus, pasien sembuh. Kedua, jika tanggapan kekebalan
tubuh
lemah
maka
pasientersebut
akan
menjadi carrier inaktif. Ke tiga, jika tanggapan tubuh bersifat intermediate (antara dua hal di atas) maka penyakit terus
berkembang menjadi hepatitis B kronis. Pada kemungkinan pertama, tubuh mampu memberikan tanggapan adekuat terhadap virus hepatitis B (VHB), akan terjadi 4 stadium siklus VHB, yaitu fase replikasi (stadium 1dan 2) dan fase integratif (stadium 3 dan 4). Pada fase replikasi kadar HBsAg
(hepatitis B surface antigen ), HBV DNA, HBeAg ( hepatitis Be antigen ), AST (aspartate aminotransferase ) dan ALT (alanine aminotransferase ) serum akan meningkat, sedangkan kadar anti-
HBs dan anti Hbe masih negatif . Pada fase integratif (khususnya stadium4) keadaan sebaliknya terjadi, HBsAg, HBV DNA, HBeAg dan ALT/AST menjadi negatif/normal, sedangkan antibodi terhadap antigen yaitu : anti HBs dan anti HBe
menjadi
positif
(serokonversi) .
Keadaan
demikian
banyak
ditemukan pada penderita hepatitis B yang terinfeksi pada usia dewasa di mana sekitar 95-97% infeksi hepatitis B akut akan sembuh karena imunitas tubuh dapat memberikan tanggapan adekuat. Pada pasien di skenario didapatkan keadaan persisten dimana Infeksi virus tanpa disertai proses nekro-inflamasi yang signifikan padahal HbsAg +, sehingga pasien merasa keadaannya sudah nyaman kembali. Sumber : Suharjo JB, Cahyono B. Diagnosis dan Manajemen Hepatitis B Kronis. Cermin DuniaKedokteran . No 106 :2006
7. Apakah hubungan antara penyakit sekarang dg riwayat peny kuning yang pernah diderita?
Secara klinis hiperbilirubinemia terlihat sebagai gejala kuning atau ikterus, yaitu pigmentasi kuning pada kulit dan sklera. Ikterus biasanya baru dapat dilihat kalau kadar bilrubin serum melebihi 34 hingga 43 µmol/L (2,0 hingga 2,5 mg/dL), atau sekitar dua kali batas atas kisaran normal; namun demikian, gejala ini dapat terdeteksi dengan kadar bilirubin yang lebih rendah pada
pasien yang kulitnya putih dan yang menderita anemia berat. Sebaliknya, gejala ikterus sering tidak terlihat jelas pada orangorang yang kulitnya gelap atau yang menderita edema. Jaringan sklera kaya dengan elastin yang memiliki afinitas yang tinggi terhadap bilirubin, sehingga ikterus pada sklera biasanya merupakan
tanda yang
lebih
sensitif
untuk
menunjukkan
hiperbilirubinemia daripada ikterus yang menyeluruh. Tanda dini yang serupa untuk hiperbilirubinemia adalah warna urin yang gelap, yang terjadi akibat ekskresi bilirubin lewat ginjal dalam bentuk bilirubin glukuronid. Pada ikterus yang mencolok, kulit dapat berwarna kehijauan karena oksidasi sebagian bilirubin yang beredar menjadi biliverdin. Efek ini sering terlihat pada kondisi dengan hiperbilirubinemia terkonjugasi berlangsung lama tau berat seperti sirosis. Gejala lain dapat muncul tergantung pada penyebabnya, misalnya: 1. peradangan
hati
(hepatitis)
bisa
menyebabkan
hilangnya nafsu makan, mual muntah, dan demam 3 2.
Penyumbatan empedu bisa menyebabkan gejala
kolestasis Sumber : Horrison Ilmu Penyakit Dalam
8. Factor apa saja yang membuat penderita hepatitis akut menjadi hepatitis kronik? (patofisiologis) -
Adanya factor intrinsic dari penderita: penurunan sist imun
-
Adanya resistensi dari virusnya
-
lingkungan Patofisiologis : Virus masuk bereplikasi
menempel dihepatosit
mengeluarkan HBsAg untuk
dihancurkan dg system imun spesifik (NK) jika tdk
mampu memanggil system imun (CD4, CD8) dan
membentuk
perlawanan
antibody
tubuh
menghancurkan virus
dimana
virus
melakukan
dan jika berjalan dalam wktu lama system kekebalan
mengalami Cara HAV, HBV dan HCV menimbulkan kerusakan sel hepatosit? 9. Px penunjang (laboratorium dan lainya) yang dilakukan selanjutnya? o
Laboratorium:
-
Px bilirubin
-
Anti HBsAg o
USG
o
Serologi
o
AFP
o
CT scan
Seromarker dalam HAV, HBV dan HCV??? 10.DD?
Hepatitis B kronis
a. Definisi:
Penyakit ini merupakan peradangan hati yang menetap lebih lama dari 6 bulan: ada dugaan kuat tentang perkembangannya kea rah sirosis atau gagal hati. Speicher, Carl E, M.D & Jack W.Smith, Jr., m.D.,M.S. Pemilihan UJi Laboratorium yang Efektif. Ed.dr.Siti Boedina Kresno, DSPK.EGC.
Suatu sindrom klinik dan patologis yang disebabkan oleh bermacammacam etiologi,ditandai oleh berbagai tingkat peradangan dan nekrosis pada hati yang berlangsung terus-menerus tanpa penyembuhan dalam waktu paling sedikit 6 bulan. IPD FKUI.jilid 1 edisi ke 3
b. Etiologi: 1. Infeksi virus: a. virus hepatitis B,C,dan D b. virus lain:sitomegalo virus,Epstein-Barr,dan Rubella 2. Penyakit hati autoimun 3. Obat :metildopa,isoniazid,aspirin,rifampisin,pirazinamid,dsb 4. Kelainan genetik:penyakit wison,defisiensi L1,dsb 5. Alkoholik Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM jilid 1 ed 4.
c. Patogenesis:
Berbagai mekanisme bagaimana virus hepatotropik merusak sel hati masih belum jelas, bagaimana peran yang sesungguhnya dari hal – hal tersebut. Informasi dari kenyataanya ini meningkatkan kemungkinan adanya perbedaan patogenetik. Ada dua kemungkinan : (1) Efek simptomatik langsung dan (2) adanya induksi dan reaksi imunitas melawan antigen virus atau antigen hepatosit yang diubah oleh virus, yang menyebabkan kerusakan hepatosit yang di infeksi virus. Organ hati pada tubuh manusia. Pada hepatitis kronik terjadi peradangan sel hati yang berlanjut hingga timbul kerusakan sel hati. Dalam proses ini dibutuhkan pencetus target dan mekanisme persistensi. Pencetusnya adalah antigen virus, autogenetic atau obat. Targetnya dapat berupa komponen
struktur
sel,
ultrastruktur
atau
jalur
enzimatik.
Sedangkan persistensinya dapat akibat mekanisme virus menghindar dari sistem imun tubuh, ketidakefektifan respon imun atau pemberian obat yang terus - menerus (Stanley, 1995). d. Patofisiologi: Virus hepatitis B masuk ke dalam tubuh secara parenteral, dari peredaran darah partikel Dane masuk ke dalam hati dan terjadi proses replikasi virus. Selanjutnya sel-sel hati akan memproduksi dan mensekresi partikel Dane utuh, partikel HbsAg bentuk bulat dan
tubuler dan HBeAg yang tidak ikut membentuk partikel virus. Virus hepatitis B merangsang respon imun tubuh, yang pertama kali adalah respon imunnon spesifik karena dapat terangsang dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam dengan memanfaatkan sel-sel NK dan NKT. Kemudian diperlukan respon imunspesifik yaitu dengan mengakstivasi sel limfosit T dan sel limfosit B. aktivasi sel T,CD8 + terjadi setelah kontak reseptor sel T dengan komplek peptide VHBMHC kelasI yang ada pada permukaan dinding sel hati. Sel T CD8 + akan mengeliminasi virus ang ada di dalam sel hati terinfeksi. Proses eliminasi bisa terjadi dalam bentuk nekrosis sel hati yang akan menyebabkan meningkatnya ALT. Aktivasi sel limfosit B dengan bantuan sel CD+ akan mengakibatkan produksiantibody antara lain anti-HBs, anti-HBc, anti-HBe. Fungsi anti-HBs adalah netralisasi partikel virus hepatitis B bebas dan mencegah masuknya virus ke dalam sel, dengandemikian anti-HBs akan mencegah penyebaran virus dari sel ke sel.Bila proses eliminasi virus berlangsung efisien maka infeksi virus hepatitis B dapatdiakhiri tetapi kalau proses tersebut kurang efisien maka terjadi infeksi virus hepatitisB yang menetap. Proses eliminsai virus hepatitis B oleh respon imun yang tidak efisien dapat disebabkan oleh faktor virus atau pun faktor pejamu.Faktor virus antara lain : terjadinya imunotoleransi terhadap produk virus hepatitis B,hambatan terhadap
CTL
yang
berfungsi
melakukan
lisis
sel
±
sel
terinfeksi,
terjadinyamutan virus hepatitis B yang tidak memproduksi HBeAg, integarasi genom virushepatitis B dalam genom sel hatiFaktor pejamu antara lain : faktor genetik, kurangnya produksi IFN, adanya antiboditerhadap antigen nukleokapsid, kelainan fungsi limfosit, respons antiidiotipe, faktor kelamin dan hormonal. e. Komplikasi: Komplikasi hepatitis virus yang paling sering dijumpai adalah perjalanan penyakit yang panjang hingga 4 sampai 8 bulan, keadaan ini dikenal sebagai hepatitis kronik persisten, dan terjadi pada 5% hingga 10% pasien. Akan tetapi meskipun kronik persisten dan terjadi pada 5 % hingga 10% pasien. Akan tetapi meskipun terlambat, pasien – pasien hepatitis kronik persisten akan sembuh kembali. Pasien hepatitis virus sekitar 5% akan mengalami kekambuhan setelah serangan awal. Kekambuahan biasanya dihubungkan dengan kebiasaan minum alkohol dan aktivitas fisik yang berlebihan. Ikterus biasanya
tidak
terlalu
nyata
dan
tes
fungsi
hati
tidak
memperlihatkan kelainan dalalm derajat yang sama. Tirah baring biasanya akan segera di ikuti penyembuhan yang tidak sempurna.
Akhirnya suatu komplikasi lanjut dari hepatitis yang cukup bermakna adalah perkembangan carcinoma hepatoselular, kendatipun tidak sering ditemukan, selain itu juga adanya kanker hati yang primer. Dua faktor penyebab utama yang berkaitan dengan patogenesisnya adalah infeksi virus hepatitis B kronik dan sirosis terakit dengan virus hepatitis C dan infeksi kronik telah dikaitkan pula dengan kanker hati (Sylvia, 1995). f. Penegakan diagnosis
Definisi dan Definisi
Kriteria diagnostik
kriteria diagnostik pasien dengan infeksi (4)
hepatitisB . Keadaan
Hepatitis B kronis
Proses nekro-
1. HBsAg + > 6 bulan
inflamasi
2. HBV DNA serum > 10 copies/ml
5
kronis
hati 3. Peningkatan kadar ALT/AST secara
disebabkan
berkala/persisten
oleh infeksi 4. Biopsi hati menun-jukkan hepatitis persisten
kro-nis (skor nekro-inflamasi > 4)
virus hepatitis B. Dapat dibagi menjadi hepatitis B kronis dengan HBeAg
+
dan HBeAg Infeksi virus
1. HBsAg + > 6 bulan
hepatitis B 2. HBeAg - , anti HBe + 5
Carrier
persisten
3. HBV DNA serum < 10 copies/ml
HBsAg
tanpa
4. Kadar ALT/AST normal
inaktif
disertai
5. Biopsi hati menun-jukkan tidak adanya
proses
hepatitis yang signi-fikan (skor nekro-
nekro-
inflamasi < 4)
inflamasi
yang signifikan
g. Penatalaksanaan
Penderita dan keluarga diberi penjelasan atau penyuluhan tentang cara penularan,infeksiositas penderita sebagai pengidap HBsAg, apalagi jika HBeAG positif,keluarga serumah dan yang menjalin hubungan intim/seksual perlu divaksinasi terhadap hepatitis B (perlu uji saring pra-vaksinasi atas HBsAg dan anti-HBs) Aktivitas pekerjaan sehari-hari seperti biasa disesuaikan dengan keluhan (aktivitashepatitis), jangan sampai terlalu meletihkan, demikian juga dengan olahraga. Diet khusus tak diperlukan, namun harus pertahankan gizi baik dan tidur yang cukup.Protein 1-1,5 gr/kg/hari.
Terapi spesifik
hingga
sekarang
masih
dalam
tahapeksperimental dan pola pemberian bermacam-macam. Tujuan pengobatan hepatitis B kronik adalah untuk mencegah atau menghentikan progesi jejas hati dengan cara menekan replikasi virus ataumenghilangkan infeksi dalam pengobatan hepatitis B kronik, tujuan akhir yang seringdipakai adalah hilangnya petanda replikasi virus yang aktif secara menetap (HBeAgdan DNA VHB ) atau dengan kata lain mengontrol viral load´ serendah mungkin menjadi anti-HBe disertai dengan hilangnya DNA VHB dalam serum dan meredanya penyakit hati.Pada kelompok pasien hepatitis B kronik HBeAg negatif, sero konvensi HBeAg tidak dapat dipakai sebagai titik akhir pengobatan dan respons pengobatan hanya
dapatdinilai dengan pemeriksaan DNA VHB.Terdapat dua golongan pengbatan untuk hepatitis kronik yaitu :1. Golongan imunomodulasi
- Interferon (IFN) Interferon adalah kelompok protein intreseluler yang normal ada dalam tubuh,diproduksi oleh sel limfosit dan monosit. Produksinya dirangsang oleh berbagaimacam stimulasi terutama infeksi virus.IFN berkhasiat sebagai antivirus, imuno modulator, anti prolifrative dan antipribotif.Efek anti virus terjadi dimana IFN berinteraksi dengan reseptornya yang terdaftar pada membrane sitoplasma
sel
hati
yang
diikuuti
dengan
diproduksinya
proteinefektor sebagai antivirus. Pada hepatitis B kronik sering didapatkan penurunan IFN.Akibatnya,terjadi penampilan molekul HLA kelas 1 pada membrane hepatosit yang sangat diperlukan agar sel T sitotoksit dapat mengenali sel ± sel hepatosit yangterkena virus VHB. Sel ± sel terseut menampilkan antigen sasaran (target antigen)VHB pada membrane hepatosit.IFN adalah salah satu obat pilihan untuk pengobatan pasien hepatitis B kronik dnegan HbeAg positif, dengan aktifitis penyakit ringan ± sedang, yang belummengalami sirosis. IFN telah dilaporkan dapat mengurangi replikasi
virus.Beberapa
factor
yang
dapat
meramalkan
keberhasilan IFN :- Konsentrasi ALT yang tinggi- Konsentrasi DNA VHB yang rendah- Timbulnya flare up selama terapi- IgM anti HBc yang positif Efek samping IFN1. Gejala seperti flu2. Tanda ± tanda supresi sutul3. Depresi Rambut rontok Berat badan turun Gangguan fungsi tiroid.Dosis IFN yang dianjurkan untuk HBeAg (+) adalah 5 ± 10 MU 3x seminggu selama16 ± 24 minggu. Untuk HBe Ag (-) sebaiknya sekurang ± kurangnya diberikan selama12 bulan. - Timosin alfa Timosin alfa merangsang fungsi sel limfosit. Pada hepatitis virus B, timosin alfa berfungsi menurunkan replikasi VHB dan menurunkan konsentrasi ataumenghilangkan DNA VHB. Keunggulan obat ini adalah tidak efek samping sepertiIFN, dengan kombinasi dengan IFN obat ini dapat meningkatkan efektifitas IFN.2. Golongan antiviral
- Lamivudin Lamivudin adalah suatu enantiomer (-) dari 3¶ tiasitidin yang merupakan suatu analognukleosid, berfungsi sebagai bahan pembentuk pregenom, sehingga analog nukleosid bersaing dengan nukleosid
asli.
Lamivudin
berkhasiat
menghambat
enzim
reversetranscriptase yang berfungsi dalam transkripsi balik dari RNA menjadi DNA yangterjadi dalam replikasi VHB. Lamivudin menghambat produksi VHB baru danmencegah infeksi hepatosit sehat yang belum terinfeksi tetapi tidak mempengaruhi sel ± sel yang telah terinfeksi, karena itu apabila obat dihentikan konsentrasi DNA akannaik kembali akibat diproduksinya virus ± virus baru oleh sel ± sel yang telahterinfeksi. Pemberian lamivudin 100 mg/hari selama 1 tahun dapat menekan HBVDNA, normalisasi ALT, serokonversi HBeAg dan mengurangi progresi fibrosissecara bermakna
dibandingkan
placebo.
Namun
lamivudin
memicu
resistensi.Dilaporkan bahwa resistensi terhadap lamivudin sebesar lebih dari 32% setelah terapiselama satu tahun dan menjadi 57% setelah terapi selama 3 tahun. Risiko resistensiterhadap lamivudin meningkat dengan makin lamanya pemberian. Dalam suatu studidi Asia, resistensi genotip meningkat dari 14% pada tahun pertama pemberianlamivudin, menjadi 38%, 49%, 66% dan 69% masing masing pada tahun ke 2,3,4 dan5 terapi.
- Adefovir Dipivoksil Prinsip kerjanya hamper sama dengan lamivudin, yaitu sebagai analog nukleosid yangmenghambat enzim reverse transcriptase. Umumnya digunakan pada kasus ± kasusyang kebal terhadap lamivudin, dosisnya 10 ± 30 mg tiap hari selama 48 minggu h. prognosis Pada HBV kronik umumnya; didapatkan HBsAg yang positif seumur hidup. Pada sebagian kecil HBsAg akan menghilang secara spontan dan akan timbul Anti-HBs yang positif, maka dalam keadaan demikian orang tersebut dapat dinyatakan sembuh. Banyak pasien berpindah-pindah antara keadaan replikasi dan non replikasi. Transformasi dari keadaan replikasi keadaan non replikasi disertai hilang HbeAg dan timbulnya Anti-Hbe. Serokonversi spontan dari HBeAg ke Anti-HBe dapat terjadi pada pasien dimana jumlahnya belum jelas, ada yang! mengatakan 10-15 % per tahun (Desai & Pratt ). Mengapa pada sebagian penderita tetap pada stadium kronik persisten dan selama hidupnya tidak apa –apa sedangkan pada penderita lainnya menjadi kronik aktif dan kemudian menjadi sirosis hati bahkan kanker hati? Temyata hal ini tergantung dari interaksi
antara replikasi virus hepatitis B yang kontinue dan status imunologi penderita (Sherlock).
TAMBAHAN Pada penyakit hepatitis akut maupun kronis terjadi hiperbilirubinemia akibat terjadinya kerusakan hepatosit yang meyebabkan penyumbatan sehingga aliran bilirubin yang akan disimpan dan dipekatkan di kandung empedu terganggu dan bilirubin disirkulasi meningkat. Bilirubin sendiri terbentuk 85% karena pemecahan eritrosit (Hb), sehingga bila hiperbilirubinemia maka eritrosit (Hb) yang dipecah juga meningkat sehingga eritrosit (Hb) jadi rendah. Sumber : Sherlock Sand Dooley I, Disease of Liver and Billiary System, Ed 10.
Beda hepatitis B kronis dan Hepatitis D? Virus hepatitis delta atau HDV, merupakan virus RNA yang memiliki sifat infeksi tambahan dan membutuhkan bantuan dari virus hepatitis B (HBV) untuk melakukan replikasi dan ekspresi. Hepatitis D dapat terinfeksi bersamaan dengan hepatitis B atau pada pasien yang sebelumnya sudah terinfeksi hepatitis B. Pada infeksi akut, akan terdapat peningkatan IgM anti-HDV dan akan hilang dalam 30 – 40 hari. Pada penderita dengan infeksi kronis HDV, akan terdapat peningkatan
titer
dari
IgM
dan
IgG
anti-HDV.
Penyebaran infeksi hepatitis D sudah mendunia, dan memiliki dua jenis bentukan epidemologi. Di daerah mediteranian (Afrika, Eropa selatan, Timur), HDV endemik pada penderita hepatitis B, penyebarannya terutama akibat kontak erat antar orang. Didaerah yang tidak endemik hepatitis B penyebaran hepatitis D melalui tranfusi darah dan produknya, terutama penderita hemofilia dan para pengguna obatobatan terlarang. Gejala infeksi HDV mirip dengan hepatitis B. timbulnya gejala adalah biasanya mendadak dan termasuk kelelahan, nafsu makan, demam miskin, muntah dan kadang-kadang bersama pain, hives or rash. nyeri, gatal-gatal atau ruam. Urin dapat menjadi berwarna gelap, dan kemudian penyakit kuning (menguning dari kulit dan putih mata) mungkin muncul.
Step 4 Asites, ikterik, hepatomegali, nyeri , mual, muntah
HBsAg +,
Step 5 Step 6 Step 7
SGOT SGPT