PROBLEM
MANAJEMEN
DAN
KELEMBAGAAN
PENDIDIKAN ISLAM Oleh: Joko
Purwanto
(08110141)
Zahrotin
(08110134)
Ummu Wildana Aminah (08110143) JURUSAN
PENDIDIKAN
AGAMA
ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH
UNIVERSITAS
ISLAM
NEGERI
MAULANA
MALIK
IBRAHIM
MALANG
BAB
I
PENDAHULUAN Latar
belakang
Pendidikan di Indonesia dikenal dengan dua sistem, yaitu pendidikan umum dan pendidikan Islam, dimana masing dibawah naungan Mendiknas dan Menag. Dua jenis lembaga pendidikan ini mendapat perlakuan yang tidak sama dari pemerintah. Pendidikan umum lebih mendapat
perhatian
daripada
pendidikan
yang
berlabel
Islam.
Lembaga pendidikan Islam yang notabene di bawah naungan departemen agama kebanyakan tidak didirikan oleh pemerintah sendiri. Melainkan didirikan pondok pesantren maupun perorangan yang kebanyakan berupa yayasan. Model pendidikan seperti ini kemudian dalam segala urusan biasanya dikuasai oleh pemegang yayasan bukan terpusat secara nasional oleh pemerintah. Sehingga setiap madrasah
berbeda
satu
sama
lain.
Sebagai sebuah lembaga pendidikan, madrasah atau universitas pendidikan Islam tentunya mempunyai berbagai kelebihan dan kekurangan, maupun permasalahan yang dihadapi olehnya. Permasalahan yang dihadapi lembaga pendidikan Islam biasanya sangat kompleks. Terlebih-lebih dalam hal manajemen dan kelembagaannya. Maka dari itu kami akan akan mengidentifikasi permasalahan manajemen dan kelembagaan yang muncul dalam lembaga pendidikan Islam dan berusaha memberikan solusi untuk kebaikan lembaga pendidikan Islam. Rumusan 1.
Apa
Masalah saja
2.
permasalahan
manajemen
Bagaimana
dan
kelembagaan
dampak
yang
muncul
dalam
munculnya
lembaga
pendidikan
Islam?
permasalahan
tersebut?
3. Bagaimana solusi untuk memperbaiki permasalahan yang muncul dalam lembaga pendidikan Islam tersebut? Tujuan 1.
Mengetahui
2.
permasalahan
manajemen
Mengetahui
dan
kelembagaan
dampak
yang
muncul
munculnya
dalam
lembaga
pendidikan
permasalahan
Islam tersebut
3. Mengetahui solusi untuk memperbaiki permasalahan yang muncul dalam lembaga pendidikan Islam. BAB
II
PEMBAHASAN 1.
Permasalahan
Manajemen
Dan
Kelembagaan
a.
Serta
Dampaknya
Dalam
Lembaga
Pendidikan
Manajemen
Islam kurikulum
Manajemen kurikulum merupakan subtansi manajemen yang utama di sekolah. Prinsip dasar manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya. Tahapan manajemen kurikulum di sekolah dilakukan melalui empat
tahap
:
1.
perencanaan
2.
pengorganisasian
dan
koordinasi
3.
pelaksanaan
4.
pengendalian.
Dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Tita Lestari (2006) mengemukakan tentang siklus manajemen kurikulum yang 1.
terdiri
dari
Tahap
empat
perencanaan;
meliputi
a) merumuskan
c) membuat
rencana perumusan
b)
pengembangan,
pemilihan Tahap penyusunan
sumber,
misi,
alat, cara
dan
: tujuan
isi
program
pengorganisasian
pembelajaran
b)
penjabaran
materi
c)
penentuan
strategi
dan
materi pembelajaran
sarana
pelaksanaan, (Silabus,
RPP:
belajar hasil
meliputi Rencana
(kedalaman dan
penilaian. pemikiran
dan
dan
mengukur atau
program
dan
kegiatan
implementasi rencana
dan
dasar
dan
penentuan
filosofis
langkah-langkah
atau
pengorganisasian
g)
pelaksanaan,
meliputi
struktur
pemilihan
e)
pertanyaan kurikulum
visi,
penentuan
d)
plan):
rasional
perumusan
c)
a)
(master
pengembangan,
: kebutuhan
menjawab disain
induk
Tahap
a)
3.
dan
menentukan
2.
f)
: sebagai
analisis
b) d)
tahap
langkah-langkah
Pelaksanaan dan
metode
dan belajar.
langkah-langkah: Pembelajaran) keluasan) pembelajaran
d) penyediaan sumber, alat, dan sarana pembelajaran penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil belajar setting lingkungan
pembelajaran 4. Tahap penilaian, terutama dilakukan untuk melihat sejauhmana kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk penilaian formatif maupun sumatif. Penilailain kurikulum dapat mencakup Konteks, input, proses, produk (CIPP) : Penilaian konteks: memfokuskan pada pendekatan sistem dan tujuan, kondisi aktual, masalah-masalah dan peluang. Penilaian Input: memfokuskan pada kemampuan sistem, strategi pencapaian tujuan, implementasi design dan cost benefit dari rancangan. Penilaian proses memiliki fokus yaitu pada penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan dalam melaksanakan program. Penilaian product berfokus
pada
mengukur
pencapaian
proses
dan
pada
akhir
program
(identik
dengan
evaluasi
sumatif).
Problem kurikulum: masih ada dikotomi kurikulum (pemisahan ilmu agama dan ilmu umum). Dampak: dalam pengajaran masih dipisah antara ilmu agama dan ilmu umum. b.
Manajemen
Guru
Masalah: 1)
guru
2)
guru
3)
kurang mendapat
guru
profesional
tugas
kurang
lain
memenuhi
4)
dalam
selain
mengajar
mengajar
kompetensi
dan
yang
kreatifitas
mendidik
telah
ditetapkan
guru
kurang
Dampak: 1)
asal-asalan
2) 3)
guru
tidak
tidak
bisa
dalam
fokus
pada
menjalankan
mengajar
tugas
tugas
dan
secara
dan
kewajiban
maksimal
tidak
mengajar
tidak
karena
berkembang
disiplin
mendapat
dan
tidak
beban
mempunyai
lain inovasi
4) monoton dalam pembelajaran c.
Bidang
Kesiswaan
Dalam Depdikbud disebutkan dalam manajemen kesiswaan terdapat empat prinsip dasar, yaitu : (a) siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek, sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka; (b) kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan seterusnya. Oleh karena itu diperlukan wahana kegiatan yang beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal; (c) siswa hanya termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan; dan (d) pengembangan potensi Ada
siswa tiga
tidak
hanya
masalah
-
menyangkut
utama
yang
ranah
perlu
Masalah
-
kognitif,
mendapat
tetapi
juga
perhatian
ranah
dalam
penerimaan
Masalah
kemajuan
dan
psikomotor
kesiswaan
yaitu
siswa
belajar
-
afektif, bidang
dan
. : baru
evaluasi
belajar
Masalah
bimbingan
Untuk masalah yang pertama setiap tahun dibentuk panitia penerimaan siswa baru. Panitia ini diserahi tugas untuk mengManajemenkan dan mengorganisasikan seluruh kegiatan penerimaan siswa baru. Pimpinan sekolah harus mampu memberi pedoman yang jelas kepada panitia
agar
penerimaan
siswa
baru
ini
berjalan
dengan
lancar.
Di samping itu sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap usaha mengembangkan kemajuan belajar siswa-siswanya. Kemajuan belajar ini secara periodik harus dilaporkan terutama kepada orang tua siswa. Ini semua merupakan tanggungjawab pimpinan sekolah. Oleh karena itu pimpinan harus tahu benar-benar kemajuan belajar anak-anak di sekolahnya, ia harus mengenal anak-anak beserta
latar
belakang
masalahnya.
Laporan hasil kemajuan belajar hendaknya tidak dianggap sebagai kegiatan rutin saja, tetapi mempunyai maksud agar orang tua siswa juga
ikut
berpartisipasi
secara
aktif
dalam
membina
belajar
anak-anaknya.
Masalah yang juga erat hubungannya dengan kemajuan belajar ini ialah masalah bimbingan. Tugas sekolah bukan hanya sekedar memberi pengetahuan dan ketrampilan saja, tetapi sekolah harus mendidik anak-anak menjadi manusia seutuhnya. Oleh karena itu tugas sekolah bukan saja memberikan pelbagai ilmu pengetahuan tetapi juga membimbing anak-anak menuju ke arah kedewasaan. Dalam rangka ini maka tugas pimpinan sekolah ialah menyelenggarakan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Dengan kegiatan bimbingan ini maka anak-anak akan ditolong untuk mampu mengenal dirinya, kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya. Anakanak akan ditolong agar mampu mengatasi masalah-masalahnya yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya. Dengan demikian diharapkan anak-anak akan dapat bertumbuh secara sehat baik jasmani dan rohaninya serta dapat merealisasikan kemampuannya secara
maksimal.
Manajemen
yang
berhubungan
-
dengan
kesiswaan
Statistik
-
antara
lain
presensi
Buku
laporan
-
: siswa
keadaan
siswa
Buku
induk
-
Klapper
-
Buku
-
Buku
daftar
laporan
-
pendidikan
kelas
(raport)
Daftar
catatan
pribadi
presensi,
dsb.
Manajemen kesiswaan. Perencanaan, meliputi pendataan anak usia pra sekolah, perencanaan daya tampung, perencanaan penerimaan dan penerimaan siswa baru. Pengorganisasian, berupa pengelompokan siswa berdaarkan pola tertentu. Penggerakan, meliputi pembinaan disiplin belajar siswa, pencatatan kehadiran siswa, pengaturan perpindahan siswa, dan pengaturan kelulusan siswa. Pengawasan,
berupa
pemantauan
siswa
dan
penilaian
siswa
.
Permasalahan: 1) walaupun sudah KTSP dalam proses pembelajaran siswa masih kebanyakan masih sebagai objek pembelajaran terutama alam kelas 2) Masih banyak kita temukan fakta-fakta di lapangan sistem pengelolaan anak didik yang masih mengunakan cara-cara konvensional dan lebih menekankan pengembangan kecerdasan dalam arti yang sempit dan tentunya kurang mmberi perhatian kepada pengembangan 3) 4)
Masih Masih
adanya
bakat adanya pemikiran
kreatif diskriminasi
bahwa
semua
peserta
antara anak
yang
anak masuk
ke
pandai sekolah
didik. dan
mempunyai
bodoh potensi
sama
5)
Buku
6)
laporan
Belum
7)
adanya
Kemajuan
8)
keadaan buku
belajar
Belum
siswa
belum laporan
dan
evaluasi
adanya
tertata keadaan
kurang
bimbingan
dengan pribadi
diperhatikan
yang
rapi siswa
dan
memadai
variatif
bagi
siswa
Dampak: 1)
pembelajaran
bersifat
2)
pasif
pembelajaran
3)
ada
4)
tidak
5)
ada
bimbingan
pihak
6) 7)
secara
sekolah
pihak
monoton
kecemburuan khusus
bagi
kesulitan
sekolah
kemajuan
sosial
tidak
siswa
yang
mengetahui
bisa
belajar
dalam perkembangan
mengetahui
bersifat
kondisi
stagnan
kelas
mempunyai
bakat keadaan
psikologis
dan
tertentu siswa
setiap
monoton
dalam
siswa evaluiasi
8) belum adanya bantuan bagi siswa yang mempunyai keluhan atau masalah d.
Bidang
Personalia
Terdapat empat prinsip dasar manajemen personalia yaitu: (a) dalam mengembangkan sekolah, sumber daya manusia adalah komponen paling berharga; (b) sumber daya manusia akan berperan secara optimal jika dikelola dengan baik, sehingga mendukung tujuan institusional; (c) kultur dan suasana organisasi di sekolah, serta perilaku manajerial sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pengembangan sekolah; dan (d) manajemen personalia di sekolah pada prinsipnya mengupayakan agar setiap warga dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan sekolah. Disamping faktor ketersediaan sumber daya manusia, hal yang amat penting dalam manajamen personalia adalah berkenaan penguasaan kompetensi dari para personil di sekolah. Oleh karena itu,
upaya
pengembangan
kompetensi
dari
setiap
personil
sekolah
menjadi
mutlak
diperlukan.
Permasalahan: 1)
Masih
2)
Masih
ada
ada
kepala
3)
Masih
adanya
madrasah
guru
yang
benturan
yang
tidak
belum
cakap
menguasai
antara
personil
dalam
materi madrasah
dan
metode
terkait
hak
memimpin
madrasah
pada
bidangnya
dan
kewajibannya
Dampak: 1)
Sistem
yang
2)
berjalan
di
madrasah
Pembelajaran
tidak
baik
kurang
maksimal
3) Terjadi maslah antar personal madrasah e.
Bidang
Keuangan
Manajemen keuangan di sekolah terutama berkenaan dengan kiat sekolah dalam menggali dana, kiat sekolah dalam mengelola dana, pengelolaan keuangan dikaitkan dengan program tahunan sekolah, cara mengadministrasikan dana sekolah, dan cara melakukan pengawasan, pengendalian serta pemeriksaan. Inti dari manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi dan efektivitas. Oleh karena itu, disamping mengupayakan ketersediaan dana yang memadai untuk kebutuhan pembangunan maupun kegiatan rutin operasional di sekolah, juga perlu diperhatikan faktor akuntabilitas dan transparansi setiap penggunaan keuangan baik yang bersumber pemerintah, masyarakat
dan
sumber-sumber
lainnya.
Masalah: 1)
kesulitan
2)
mendapatkan
pengelolaan
3)
bagi
4)
sumber
suntikan
tidak
pesantren pendanaan
salaf lebih
dana
dari
teradministrasi belum
tergantung
ada
pada
pemerintah
dengan pembukuan
donatur
ataupun
baik yang
harta
pemilik
baik yayasan
5) terjadi ketidakjelasan keuangan bagi lembaga yang mempunyai banyak struktur (ketua yayasan, direktur, kepala sekolah), satu yayasan
mempunyai
banyak
lembaga.
dampak: 1)
lembaga
2)
tidak
3) 4)
tidak jika
donatur
tidak
ada
kejelasan
bisa tidak
ada
bisa
meneliti dan
harta
cepat
dalam darimana
pemilik
yayasan
pertanggung dan
kurang
berkembang jawaban
bagaimana
maka
lembaga
keuangan
penggunaan
pendidikan
akan
dana
kesulitan
dana
5) sirkulasi dan regulasi keuangan tidak jelas/campur aduk f.
Manajemen
Kelas
Dinamika kelas pada dasarnya adalah kondisi kelas yang diliputi dorongan untuk aktif secara terarah yang dikembangkan melalui kreatifitas dan inisiatif murid sebagai suatu kelompok. Dinamika kelas dipengaruhi oleh cara guru kelas menerapkan administrasi pendidikan dan kepemimpinan pendidikan serta menggunakan pendekatan Manajemen/pengelolaan kelas. Penerapan kegiatan tersebut antara 1.
lain,
sebagai
Kegiatan
berikut:
Administratif
Manajemen
Kelas pada dasarnya merupakan unit kerja yang di dalamya bekerja sejumlah orang untuk mencapai suatu tujuan. Olehnya itu, pegelolaan kelas memerlukan tindakan-tindakan berupa perencanaan, pengorganisasian, koordinasi dan kontrol sebagai langkahlangkah
kegiatan
a)
manajemen
administratif.
Perencanaan
kelas
Sebagai program umum kurikulum harus diterjemahkan menjadi program-program kongkrit dan menghubungkannya dengan waktu yang ada, berupa program tahunan, semester/cawu, bulanan, mingguan dan bahkan pada program harian. Selain perencanaan berdasarkan kurikulum, sebuah kelas perlu menyusun program penunjang berupa kegiatan ekstra kelas seperti ke pramukaan, olah raga, kesenian, b)
pelajaran
tambahan Pengorganisasian
dan
lain-lain. kelas
Aspek yang paling penting dalam pegorganisasian ini adalah usaha utuk menempatkan personal yang tepat pada tempatnya (proporsional) dengan memperhatikan ability-nya, tingkat pendidikannya, masa kerjanya dan sebagainya. Olehnya itu, harus
diupayakan agar setiap personal kelas termasuk para siswa untuk mengetahui posisinya masing-masing dalam struktur organisasi kelas yang
disusun
berdasarkan
c)
pembagian
tugas.
Koordinasi
kelas.
Koordinasi kelas diwujudkan dengan menciptakan kerja sama yang didasari oleh saling pengertian akan tugas dan peranan masingmasing. Maka koordinasi yang efektif memungkinkan setiap personal menyampaikan saran dan pendapat, baik dalam bidang kerjanya maupun bidang kerja patnernya terutama yang berhubungan dengan bidang tugas yang menjadi tanggung jawab yang bersangkutan. Dengan koordinasi yang efektif tidak akan terjadi (meminimalisir) tabrakan atau kesimpangsiuran dalam penggunaan waktu dan fasilitas kelas. d)
Kontrol
kelas
Selama dan setelah program kegiatan kelas dilaksanakan, maka perlu kegiatan kontrol dari guru/wali kelas, dimana kontrol tersebut harus mengacu kepada program yang disusun dengan maksud untuk menilai sampai dimana tujuan telah dicapai dan apa yang menjadi hambatannya (jika ada), atau dengan kata lain kegiatan kontrol kelas dilakukan untuk mengetahui kebaikan-kebaikan yang diraih dan kekurangan-kekurangannya. 2.
Kepemimpinan
Guru/Wali
Kelas
Dinamika kelas dipengaruhi secara langsung oleh kepemimpinan guru/wali kelas, kedudukannya sebagai pemimpin formal yakni sebagai orang yang ditunjuk memimpin manajemen/pegelolaan kelas sekalipun tidak dengan surat keputusan.. Oleh karena itu dalam aktivitas sebagai pemimpin kelas, seorang guru/ wali kelas akan lebih berfungsi manakala mampu mewujudkan kepemimpinan informal. 3.
Disiplin
Kelas
Disiplin juga merupakan bagian terpenting dalam dinamika kelas. Disiplin kelas diartikan sebagai usaha mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan yang telah disepakati bersama dalam melaksanakan kegiatan kelas, agar pemberian hukuman
dapat
dihindari.
Dengan demikian dapat disampaikan bahwa disiplin yang berdaya guna untuk menumbuhkan dinamika kelas bukanlah disiplin yang kaku dan statis, bukanlah disiplin sekedar pemberian hukuman atau paksaan agar guru dan murid melaksanakan tata tertib kelas yang ditetapkan. Namun yang dimaksud disiplin adalah usaha untuk membina secara terus menerus kesadaran dalam bekerja atau belajar dengan
baik,
dalam
artian
setiap
orang
menjalankan
fungsinya
secara
efektif
dan
efisien.
Seirama dengan penguraian di atas, disiplin kelas juga dapat dipahami sebagai suasana tertib dan teratur, namun penuh dengan dinamika dalam melaksanakan program kelas terutama dalam mewujudkan Proses Belajar Mengajar (PBM). Kondisi seperti itu hanya akan terwujud apabila masing-masing individu mengetahui posisi dan fungsinya di dalam kelas dalam rangka melaksanakan berbagai kegiatan
.
Masalah: 1) 2) 3)
perencanaan penempatan kontrol
4)
duduk
yang
kurang
tidak
kelas
atau
penempatan
maksimal,
semua
5)
baik
kinerja
guru
terjadi
yang
pengurus
kelas
guru
dikelas
bisa
kurang
yang
tidak
maupun
menjadi
sesuai
kebijakan
yang
pimpinan
pelanggaran-pelanggaran
matang
kapasitas
peserta
dilaksanakan
kelas
peraturan
didik
dalam
yang
kelas baik
dalam
kelas
Dampak: 1)
pelaksanaan
2) 3) 4)
kegiatan
teyanrjadi
hubungan
lembaga kelas
tidak
yang
kelas
yang
mengetahui
gurunya
tidak
bisa
tidak
tidak
perkembangan
memimpin
dengan
yang
baik
teratur
sehat
dalam terjadi
kelas
akan
kelas
dalam
gaduh
dan
kelas
tidak
kondusif
5) suasana kelas tidak kondusif dan mengganggu jalannya proses pembelajaran g.
Bidang
Sarana
dan
Prasarana
Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana sekolah merupakan tindakan yang dilakukan secara periodik dan terencana untuk merawat fasilitas fisik, seperti gedung, mebeler, dan peralatan sekolah lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja, memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan dan menetapkan biaya efektif perawatan sarana dan pra sarana sekolah. Dalam manajemen ini perlu dibuat program perawatan preventif di sekolah dengan cara pembentukan tim pelaksana, membuat daftar sarana dan pra saran, menyiapkan jadwal kegiatan perawatan, menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-masing bagian dan memberikan penghargaan bagi mereka yang berhasil meningkatkan kinerja peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan
kesadaran
merawat
sarana
dan
prasarana
sekolah.
Sedangkan untuk pelaksanaannya dilakukan : pengarahan kepada tim pelaksana, mengupayakan pemantauan bulanan ke lokasi tempat sarana dan prasarana, menyebarluaskan informasi tentang program perawatan preventif untuk seluruh warga sekolah, dan membuat program
lomba
perawatan
terhadap
sarana
dan
fasilitas
sekolah
untuk
memotivasi
warga
sekolah.
Masalah
:
1)
Sebaran
2) 3)
sarana
Banyak Sarana
4)
sekolah penunjang
Perawatan
pendidikan yang
pendidikan
yang
masih
belum
banyak
dilakukan
yang
kurang
lengkap rusak
terhadap
sarana
dan
sarana
merata. pendidikannya.
jumlahnya
tidak
mencukupi.
tidak
optimal.
pendidikan
5) Biaya perawatan dan pemeliharaan sarana sekolah sangat kecil sehingga tidak menunjang upaya peningkatan mutu dan relevansi. 6)
Pelaksanaan
manajemen
penggunaan
sarana
pendidikan
masih
belum
sesuai
dengan
ketentuan
yang
berlaku.
Dampak: 1)
tidak
2)
semua
3)
memiliki
pembelajaran
sarana lembaga
tidak
bisa
yang
memadai
berjalan
maksimal
pelaksanaan
dan
6) penggunaan sarana pendidikan tidak teratur
sarana
tidak
terganggunya
4) 5)
madrasah
proses
prasarana merawat
sarana
pemdidikan
akan yang
cepat ada
dengan
rusak lebih
baik
h.
Bidang
Hubungan
Sekolah
dengan
Masyarakat
(HUMAS)
Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu untuk mendapatkan simpati dari masyarakat pada umumnya serta publiknya, pada khususnya, sehingga kegiatan operasional sekolah/ pendidikan semakin efektif dan efisien, demi membantu tercapainya tujuan
pendidikan
yang
telah
ditetapkan.
Sekolah merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat. Hubungan serasi, terpadu serta timbal baliknya antara sekolah dan masyarakat harus diciptakan dan dilaksanakan agar meningkatkan mutu pendidikan dan pembangunan masyarakat dapat saling menunjang. Masyarakat dapat ikut bertanggung jawab secara tidak langsung terhadap pelaksanaan pendidikan, sehingga hasil pendidikan
bermanfaat
bagi
masyarakat,
diantaranya
dalam
mengisi
kebutuhan
tenaga
kerja
.
Pendidikan Islam di Indonesia merupakan salah satu variasi dari pendidikan Islam, tidak memiliki kesempatan yang luas untuk bersaing dalam membangun umat yang besar ini. Terasa janggal dan lucu, dalam komunitas masyarakat muslim terbesar, pendidikan Islam tidak mendapat kesempatan yang luas untuk bersaing dalam membangun umat yang besar ini. Selain itu, paradigma birokrasi tentang pendidikan Islam selama ini lebih didominasi pendekatan sektoral dan bukan pendekatan fungsional, sebab pendidikan Islam tidak dianggap
bagian
dari
sektor
pendidikan
lantaran
urusannya
tidak
di
bawah
Depdiknas
.
Maka, perhatian pemerintah yang dicurahkan pada pendidikan Islam sangatlah kecil porsinya, padahal masyarakat Indonesia selalu diharapkan agar tetap berada dalam lingkaran masyarakat yang sosialistis religius. Dari sinilah timbul pertanyaan, bagaimanakah kemampuan pendidikan Islam di Indonesia untuk menata, mengatasi, dan menyelesaikan problem-problem yang dihadapi menuju pendidikan
bermutu
dan
unggul.
Langkah awal yang diperhatikan untuk melakukan penataan pendidikan Islam, harus menganalisis dari aspek kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman. Pertama, pendidikan Islam [pesantren, madrasah, sekolah yang bercirikan Islam, dan perguruan tinggi] lebih besar > 80 % dikelola oleh swasta. Dalam pengelolaannya lebih percaya dan hormat pada ulama, percaya bahwa guru mengajarkan sesuatu yang benar, panggilan agama, ibadah, ikhlas, murah, merakyat. Hal ini merupakan kekuatan [strengt] dalam pengelolaan pendidikan Islam. Kedua, kelemahan [weakness], bahwa pendidikan Islam posisinya lemah, tidak profesional hampir disemua sektor dan komponennya, stress, terombang-ambing antara jati dirinya, apakah ikut model sekolah umum atau antara ikut Diknas dan Depag. Belum ada sistem yang mantap dalam pengembangan model pendidikan agama dan pendidikan keagamaan. Ketiga, kesempatan [opportunities], bahwa dalam UU No.20 Th. 2003 memberi kesempatan atau momentum pengembangan pendidikan agama dan keagamaan. Pendidikan Islam diakui sama dengan pendidikan yang lain. Keempat, ancaman [treat], bahwa banyak lembaga pendidikan lain yang lebih tangguh dan berkualitas, Ilmu dan teknologi yang berkembang sangat pesat belum terkejar oleh pendidikan Islam, pendidikan Islam kehilangan jati dirinya, pendidikan Islam selalu menjadi warga kelas dua, tercabut dari akar budaya komunitas muslimnya. Dalam perspektif pendidikan, mungkin akan bertanya mampukah kita menciptakan dan mengembangkan sistem pendidikan Islam
yang
Masalah:
menghasilkan
masih
ada
lulusan-lusan
hubungan
yang
yang
”mampu
tidak
erat
memilih” antara
tanpa
lembaga
kehilangan
peluang
pendidikan
dan
dengan
jati
masyarakat
dirinya? sekitar
dampak: terjadi kesenjangan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dimana lembaga tidak bisa menjadi partner masyarakat dalam berbenah diri. Persoalan-persoalan
yang
Dihadapi
Pesantren
Memang system yang ditampilkan dalam pondok pesantren mempunyai keunikan dibandingkan dengan system yang diterapkan dalam pendidikan
pada
umumnya,
seperti:
(masalah)
1. Memakai system tradisional yang mempunyai kebebasan penuh dibandingkan dengan sekolah modern, sehingga terjadi hubungan dua
arah
antara
santri
dan
kiai
2. Kehidupan di pesantren menimbulkan semangat demokrasi karena mereka praktis bekerja sama mengatasi problem nonkurikuler mereka 3. Para santri tidak mengidap penyakit “simbolik” yaitu perolehan gelar dan ijazah karena sebagian besar pesantren tidak mengeluarkan ijazah, sedangkan santri dengan ketulusan hatinya masuk pesantren tanpa adanya ijazah tersebut. Hal ini karena tujuan utama mereka hanya
ingin
mencari
keridhaan
Allah
swt
semata-mata.
4. System pondok pesantren mengutamakan kesederhanaan idealisme, persaudaraan, persamaan, rasa percaya diri dan keberanian hidup 5. Alumni pondok pesantren tidak ingin menduduki jabatan pemerintah, sehingga mereka hampir tidak dapat dikuasai oleh pemerintah. Dalam perkembangannya sekarang, pondok pesantren mulai menampakkan keberadaannya sebagai lembaga pendidikan islam yang mumpuni, di mana di dalamnya juga didirikan sekolah, baik secara formal maupun nonformal. Bahkan sekarang pesantren punya trend baru
dalam
a. b.
rangka
merenovasi
Mulai Semakin
terhadap
akrab
berorientasi
pada
system
yang
selama
dengan
pendidikan
dan
ini
dipergunakan,
atas
perkembangan
metodologi
fungsional
artinya
yakni:
ilmiah
terbuka
(solusi) modern.
di
luar
dirinya.
c. Diversifikasi program dan kegiatan makin terbuka makin terbuka dan ketergantungannya pun absolute dengan kiai, dan sekaligus dapat membekali para santri dengan berbagai pengetahuan di luar mata pelajaran agama, maupun keterampilan yang diperlukan di lapangan
kerja.
d.
Dapat
berfungsi
sebagai
pusat
pengembangan
masyarakat.
Ditengah-tengah arus perubahan social budaya seperti yang terjadi akhir-akhir ini, justru trend tersebut menjadi persoalan baru yang tampaknya
memerlukan
solusi
dan
pemecahan,
diantaranya:
(masalah)
1) Masalah integrasi pondok pesantren ke dalam system pendidikan nasional: integrasi kurikulum maupun kebijakan berbeda dengan pemerintah.
Dampak
pesantren
kurang
mendapat
perhatian
dari
perhatian.
2) Masalah pengembangan wawasan sosbud dan ekonomi: lulusan pesantren dalam kurang menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman,
dalam
hal
pekerjaan
lebih
apa
adanya.
Dampak:
menjadi
golongan
menegah
ke
bawah
3) Masalah pengalaman kekuatan dengan pihak-pihak lain untuk mencari tujuan membentuk masyarakat ideal yang diinginkan: agak sulit
untuk
diajak
maju.
Dampaknya:
masyarakat
agak
terbelkang,
cara
berfikirnya
masih
tradisionalis.
4) Masalah berhubungan dengan keimanan dan keilmuan sepanjang yang dihayati pondok pesantren.: hanya mementingkan ilmu akhirat,
belum
begitu
berfikir
ilmu
duniawi.
Dampak:
kurang
bisa
dalam
masalah
ilmu
eksakta
Disamping kecenderungan-kecenderungan yang justru menimbulkan permasalahan-permasalahan baru bagi pesantren, dilain pihak kini pesantren
mengalami
transformasi
atau
perubahan
kultur,
system
dan
nilai,
seperti:
(solusi)
a. Perubahan system pengajaran dari perseorangan atau sorogan menjadi system klasik atau yang lebih dikenal dengan sebutan madrasah b.
Diberikannya
pengetahuan
umum
disamping
masih
mempertahankan
pengetahuan
agama
dan
bahsa
arab.
c. Bertambahnya komponen pendidikan pondok pesantren, missal: ketrampilan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat sekitar. d. Diberikannya ijazah bagi santri yang telah menyelesaikan studinya di pesantren yang terkadang ijazah tersebut disesuaikan dengan ijazah
negeri.
Maka dengan adanya “Dinamika Pesantren” Prof.Dr.Mastuhu mengemukakan beberapa indicator pergeseran yang dialami oleh pesantren: 1. Kiai bukan lagi merupakan satu-satunya sumber belajar. Semakin tingginya dinamika komunikasi antara system pendidikan pesantren
dan
system
lain
maka
santri
dapat
belajar
dari
banyak
sumber.
2. Hampir pesantren menyelenggarakan jenis pendidikan formal yakni madrasah, sekolah umum dan perguruan tinggi dan nonformal tradisional
yang
hanya
mempelajari
kitab-kitab
islam
klasik
yang
sangat
sedikit
jumlahnya.
3. Santri kini membutuhkan ijazah dan penguasaan bidang keahlian atau ketrampilan yang jelas guna untuk menguasai lapangan kehidupan
atau
lapangan
pekerjaan.
4. Terdapat kecenderungan santri semakin kuatuntuk mempelajari IPTEK pada lembaga pendidikan formal, baik di madrasah maupun di sekolah 5.
umum. Para
santri
dapat
menerima
kiriman
uang
dari
orang
tuanya
atau
keluarga
6. Secara resmi pesantren telah menjadi subsistem pendidikan nasional karena adanya model madrasah yang memakai system kelas dan diajarkan ilmu pengetahuan umum ke dalam pesantren. Upaya Ada
pengembangan
dua
hal
yang
harus
podok diperhatikan
pesantren
dalam
di
pengembangan
masa
pondok
pesantren
yang yakni
dari
akan
segi
eksternal
datang: dan
a.
internal: Eksternal
1) Tetap menjaga citra pondok di mata masyarakat sesuai harapan masyarakat, harapan orang tua yang memasuki anaknya ke pondok. Maka 2)
mutu
keluaran
Santri
pondok
dalam
harus
pondok
mempunyai
hendaknya
nilai
tambah
dipersiapkan
dari
untuk
keluaran
pendidikan
mampu
berkompetisi
lainnya
yang
dalam
sederajat. masyarakat.
3) Pondok harusnya terbuka terhadap setiap perkembangan dan temuan ilmiah dalam masyarakat, termasuk dalam temuan baru agar para santri tidak gaptek dan tidak ketinggalan zaman atau informasi dan tidak hanya tenggelam pada dunianya saja. 4) Pondok seharusnya dapat menjadi pusat studi (Lab.Agama) yang dapat membahas perkembangan dalam masyarakat, guna kepentingan
bangsa
dan
ummat
islam
khususnya.
b.
Internal
1)
Kurikulum
Masalah:
bersifat
dikotomi
atau
pondok
memisahkan
antara
pengetahuan
pesantren
agama
dengan
pengetahuan
umum
Solusi: adanya kurikulum yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan anak didik, baik minat atau bakatnya karena penelusuran bakat dan
minat
mereka
2)
lebih
mudah
dilakukan
Tenaga
Tanpa
mengurangi
kiai
di
pondok,
pengajar
dalam
ponpes
untuk
karena
umumnya
pada
pengembangan
pondok
di
santri
tinggal
di
maka
perlu
pondok masa
yang
akan
datang
pondok. pesantren adanya:
a) Ulama’ -ilmuwan-pendidik yang dapat mentransfer ilmunya kepada santri dengan baik serta memiliki wawasan yang mantap. b)
Proses
pembelajaran
di
pondok
Masalah: menggunakan system individual dimana kiai yang mengajarkan para santri namun hal ini tidak bisa lagi dikembangkan karena jumlah
santri
yang
mencapai
ribuan.
Solusi: Dikembangkan daya nalar, kritik dan kreativitas anak.Maksudnya dari para santri sendiri mengajarkan atau mentransfer ilmu yang mereka miliki pada junior santrinya, atau mungkin juga senior kiai atau biasanya di datangkan dari ustadz luar. Di samping itu juga antara santri dan kiai harus saling berinteraksi dalam proses pembelajaran misalkan adanya Tanya jawab c)
Sarana
pendidikan
di
pondok
Masalah: kurang adanya sarana belajar seperti computer, perpustakaan sehingga para santri harus keluar dari pondok untuk mengerjakan
tugas
atau
membaca
buku.
Solusi: disediakannya sarana belajar yang lengkap agar hasil yang dicapai lebih baik daripda sebelumnya yang tidak memiliki sarana belajar yang lengkap. d)
Aktivitas
kesantrian
Masalah: aktivitas santri dulu monoton hanya mengaji, sholat, tadarus membaca kitab sehingga wawasan santri tidak begitu luas Solusi: untuk memperluas wawasan santri maka selain sholat, mengajai dan lain sebgaainya maka diperlukannya aktivitas yang lebih banyak misalkan meneliti sesuatu yang ada di lingkungannya, berolah raga dan seni, berorganisasi dan lain sebagainya. Agar santri dapat berkompetisi dengan masyarakat setelah keluar pondok. 2.
Solusi
dalam
mengatasi
berbagai
persoalan
a.
yang
muncul
dalam
manajeman
kelembagaan
pendidikan
Manajemen
islam
kurikulum
Solusi: perlu ada perimbangan [balancing] antara disiplin atau kajian-kajian agama dengan pengembangan intelektualitas dalam program kurikulum pendidikan. Sistem pendidikan Islam harus menganut integrated curriculum, artinya perpaduan, koordinasi, harmonis, dan kebulatan materi-materi pendidikan dengan ajaran Islam, dan bukan separated subject curriculum maunpun correlated curriculum. Maka dengan konsep integrated curriculum, proses pendidikan akan memberikan penyeimbangan antara kajian-kajian agama dengan kajian lain [non-agama] dalam pendidikan Islam yang merupakan suatu keharusan, apabila menginginkan pendidikan Islam kembali survive di tengah perubahan masyarakat. b.
Manajeman
1. 2.
Guru Guru
jangan
diikutkan diberi
beban
guru dalam
tugas
selan
pelatihan-pelatihan mengajar
dan
mendidik
3.
Mengadakan
pelatihan
atau
diklat
untuk
meningkatkan
kompetensi
guru
4. Mengadakan pelatihan metode pembelajaran c.
Manajemen
1.
Mengubah
2.
Tujuan
3.
Adakan
4.
peran
pembelajaran kelompok
Adakan
siswa
darahkan
belajar
untuk
antara
identifikasi
5.
dari anak
bakat
pandai
anak
seluruh
dan
baik
pandai
potensi
dengan
menjadi
aspek
kurang
agar
agar
pembelajaran
afektif
bisa
dan
belajar
dimiliki
psikomotorik
dari
dapat
temannya
dikembangkai
keadaan
buku
Mengadakan
koniitf, ia
yang
subjek
baik
Pengadaan
7.
pembelajaran
mengembangkan
Membukukan
6.
kesiswaan
objek
siswa
pribadi
variasi
siswa
evaluasi
pembelajaran
8. Mengadakan bimbingan yang baik bagi siswa d.
Manajemen
1. 2.
Memilih Mencari
guru
kepala yang
sekolah
benar-benar
menguasai
personal yang
materi
dan
cakap
metode
atau
dan
melakukan
berkompeten
pelatihan
dan
studi
lanjut
3. Memperjelas hak dan kewajiban semua elemen dalam lembaga. e.
Manajemen
1.
Mencari
sumber
dana
lain
dan
2.
keuangan tidak
terlalu
bergantung
pada
pemerintah
Memperaiki
3.
Melakukan
4.
pembukuan
Yayasan
administrasi
terhadap
berusaha
keuangan
pesantren
mengembangkan
salaf
sumber
pendanaan
5. Memperjelas dan tidak mencampur adukkan manajemen ke uangan bagi yayasan yang mempunyai banyak lembaga pendidikan f.
Manajemen
1.
Menyusun
2. 3.
Mengtur
tempat
Memaksimalkan
duduk
kontrol
maupun
terhadap
4. 5.
kelas
perencanaan
kelas
pengurus
kinerja
guru
kelas
sesuai
dikelas
maupun
sanksi
yang
Melatih Menertibkan
peraturan
g. 1.
Pemerintah
atau
Memperbaiki
4.
Melakukan
5.
yayasan
menyediakan
atau
sarana
mengganti
dan
di
anak
dalam
biaya
perawatan
penggunaan
sarana
peraturan prasarana
secara
merata
prasarana
sekolah
yang
baik
sudah
dan
rusak
berkesinambungan
sarana sesuai
dan
aturan
prasarana
dan
kebutuhan
Manajemen hubungan
yang
erat,
strategis
antara
kelas guru
pelanggar
prasarana
sarana
dengan
h. Menjalin
kemampuan
terjadi
bagi
dan
perawatan
Memanajemen
dan
yang
dan
sarana
Meningkatkan
tegas
sarana
Melengkapi
3.
kapasitas aktivitas
baik
kepemimpinan memberi
Manajemen
2.
6.
dan
yang
humas lembaga
pendidikan
dan
masyarakat
BAB
III
KESIMPULAN Bahwasanya permasalahannya yang muncul dalam kelembagaan manajemen lembaga pendidikan islam mencakup berbagai aspek yaitu: a.
Manajemen
b.
kurikulum
Manajemen
c.
guru
Manajemen
d.
kesiswaan
Manajemen
e.
kelas
Manajemen
f.
Manajemen
personalia
sarana
g.
dan
prasarana
Manajemen
h.
humas
Manajemen
keuangan
Dimana beberapa aspek ini timbul berbagai masalah yang telah kami sebutkan diatas dan dampaknya cukup signifikan menghambat keberhasilan pembelajaran kemajuan dan perkembangan lembaga pendidikan islam, maka dari itu dibutuhkan solusi yang real dan t epat untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. DAFTAR Sindemeysin.
PUSTAKA 2009.
Manajemen
kesiswaan.html,
Kesiswaan.
Tersedia
diakses
online
http://sindemeysin.blogspot.com/2009/05/masalah-di-manajemen-
tanggal
http://etd.eprints.ums.ac.id/4822/1/G000050006.pdf,
18
diakses
tanggal
Mei 19
2011. Mei
2011
http://www.lkas.org/pendidikan/detail/26/manajemen_kelas_dalam_lembaga_pendidikan_islam.html, diakses tanggal 19 mei 2011 http://cintapendidikan-siron.blogspot.com/2010/10/fungsi-fungsi-manajemen-sekolah.html Abdul
Aziz,
Kompas,
(diakses
18
http://apiel.xtgem.com/files/2.%20Download%20pelaksanaan%20_1.htm, diakses tanggal 19 Mei 2011
tanggal Maret
13
mei
2011) 2004