Sumber sampah
Pewadahan
Kegiatan Pengumpulan
Kegiatan Pengangkutan
Kegiatan Pembuangan Akhir
Lingkungan Bersih
2
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pesatnya perkembangan pembangunan wilayah perkotaan di Indonesia, diikuti oleh peningkatan perpindahan sebagian rakyat pedesaan ke kota dengan anggapan akan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Hal ini tentunya sangat berdampak pada peningkatan jumlah penduduk kota yang juga sebanding dengan limbah yang dihasilkan. Namun, tidak disertai secara langsung dengan penyediaan sarana dan prasarana yang sebanding oleh pemerintah yang mengakibatkan pelayanan yang ada tidak maksimal dan terjadi penurunan kualitas lingkungan, khususnya pada permasalahan pengangkutan sampah kota. Untuk menanggulangi permasalahan ini, sangat dibutuhkan peranan pemerintah yang didukung oleh kepedulian masyarakat kota setempat.
Peneglolaan sampah harus semakin diperhatikan karena berhubungan dengan efisiensi biaya. Transportasi sampah adalah sub-sistem persampahan yang bersasaran membawa sampah dari lokasi pemindahan atau dari sumber sampah secara langsung menuju Tempat Pemroresan Akhir (TPA). Dengan optimasi sub-sistem ini diharapkan pengangkutan sampah menjadi mudah, cepat, serta biaya relative murah dengan tujuan akhir meminimalkan penumpukan sampah yang akan member dampak langsung bagi kesehatan masyarakat dan keindahan kota. Minimasi jarak dan waktu tempuh merupakan solusi utama dari perencanaan rute pengangkutan sampah. Rute pengangkutan sampah yang dibuat haruslah efektif dan efisien sehingga didapatkan rute pengangkutan yang laing optimum.
Semakin berkembangnya zaman maka semakin tinggi pula pola berfikir setiap manusia. Dengan berkembangnya zaman, maka tingkat kebutuhan pun semakin tinggi. Kebutuhan pokok yang mesti dimiliki manusia ialah kebutuhan sandang , pangan, dan papan. Namun dengan semakin majunya zaman terkadang manusia mempunyai keinginan untuk dapat memiliki sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan Hal – hal demikianlah yang tekadang membuat suatu barang atau benda menjadi tidak ada fungsi atau gunanya lagi, sehingga terbuang dengan percuma.
Dengan semakin tingginya kebutuhan akan suatu barang atau benda oleh manusia, maka hal tersebut dibarengi juga tingginya timbulan sampah yang ada. Apalagi terkadang dibarengi juga oleh laju pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat tiap tahunnya, sehingga menambah tinggi timbulan sampah yang ada. Oleh karena itu diperlukannya suatu sistem pengolahan sampah yang baik untuk dapat meminimalisir timbulan sampah yang ada.
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan.Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam.Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat. Praktek pengelolaan sampah berbeda beda antara Negara maju dan negara berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, berbeda juga antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yg tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.Menurut data dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta (2011) timbulan sampah di DKI Jakarta mencapai kurang lebih 6.500 ton/hari, yang terdiri dari sampah organik 55% dan sampah organik 45%. Berdasarkan data tersebut maka dianggap perlu untuk memikirkan bagaimana cara pengelolaan sampah yang baik dari sampah dibuang sampai dengan di Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS).
Upaya sederhana untuk dapat meminimalisir timbulan sampah yang ada adalah dengan sistem penegelolaan yang tepat pada sektor wilayah yang sederhana, contohnya wilayah kelurahan. Dengan tata cara pengelolaan yang baik, mulai dari pewadahan, pengumpulan serta pengangkutan sampah maka hal tersebut dapat meminimalisir timbulah sampah yang ada, khusunya di wilayah kelurahan. Namun disamping itu juga, agar tercipta pengelolaan sampah yang baik diperlukan kerjasama antara berbagai pihak, seperti pemerintah, swasta, serta peran masyarakat dalam penangan maupun pengelolaanya.
Berdasarkan UU No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan persampahan bahwa setiap penghasil sampah wajib mengelola sampahnya, maka aspek penting yang perlu diterapkan adalah suatu pengelolaan persampahan yang sesuai dengan karakteristik sampahnya. Pengelolaan sampah merupakan teknik operasional yang dimulai dari pemisahan sampah dari sumbernya, pengumpulan dari sumber ke tempat pemindahan, pengangkutan dari tempat pemindahan ke tempat proses pengelolaan sampah, kemudian sisa dari pengolahan sampah tersebut di angkut ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Tujuan Perencanaan
Tujuan perencanaan pengelolaan persampahan :
1. Menghitung proyeksi timbulan sampah
2. Menghitung kebutuhan pewadahan individual maupun komunal
3. Menghitung kebutuhan alat pengumpulan untuk individual langsung dan tidak langsung
4. Merancang rute alat angkut dan menghitung banyaknya alat angkut yang dibutuhkan
5. Menghitung ritasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Pengelolaan Sampah
Kota Bumi Trisakti Damai mempunyai luas 4135,6 Ha. Skala pada peta kota adalah 1 : 28.000. Kota ini terbagi dengan 3 kecamatan. Kecamatan Tamarin, Kecamatan Cempaka dan Kecamatan Kasturi.
Tabel 2.1 Data Kepadatan Penduduk
Nama Kecamatan
Kepadatan Penduduk (jiwa/Ha)
Tamarin
6.952
Cempaka
13.946
Kasturi
23.991
Tingkat kepadatan penduduk mempengaruhi timbulan sampah dari masyarakat yang tinggal di daerah tersebut.Semakin banyak kepadatan penduduk di suatu daerah maka timbulan sampah yang ada semakin banyak.Sedangkan jika semakin sedikit penduduknya maka semakin sedikit pula timbulan sampah yang dihasilkan.
Kependudukan
Data jumlah penduduk dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.2 Data Jumlah Penduduk
Kecamatan
Penduduk
Tamarin
9893 jiwa
Cempaka
11371 jiwa
Kasturi
45517 jiwa
Jumlah kepala keluarga yang terdapat di Kota Bumi Damai Trisakti berjumlah 13356 KK dengan jumlah jiwa per keluarga sebesar 5 jiwa.Laju timbulan sampah pada Kota Bumi Trisakti Damai adalah sebesar 1,8 Liter/jiwa/hari.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Umum
Sampah adalah buangan padat yang terdiri dari bahan organic dan anorganik, logam atau non logam yang mudah atau sulit terbakar, bersifat heterogen dan merupakan hasil sampingan aktivitas manusia atau berasal dari proses alamiah. Secara fisik sampah mengandung bahan yang sama dengan produk yang menghasilkannya. Perbedaan terletak pada nilai kegunaannya (Tchobanoglous, et al.1993).
Sedangkan menurut DPU (1993), sampah adalah limbah yang bersifat padat atau setengah padat yang terdiri dari zat organic dan anorganik yang berasal dari kegiatan manusia yang dianggap tidak berguna lagi.Sampah disini tidak termasuk kotoran manusia yang harus dikelola agar tidak membahayakan kesehatan masyarakat dan mencemari lingkungan serta untuk menyelamatkan investasi pembangunan.
Sampah baik bentuk, jenis dan komposisinya sangat dipengaruhi oleh tingkat budaya masyarakat. Seiring dengan pertumbuhan populasi manusia yang terus bertambah setiap tahunnya akan mempengaruhi laju timbulan sampah. Negara yang maju sangat peka dalam menghadapi masalah kesehatan lingkungan dalam hal ini dalam penanggulangan masalah yang ditimbulkan oleh sampah di negara tersebut.
Sumber sampah atau tempat-tempat penghasil sampah pada umumnya berkaitan dengan tata guna lahan, misalnya daerah pemukiman, perkantoran, pertokoan, dan lain-lain.Dengan demikian jumlah sumber sampah dapat dikembangkan sesuai dengan kategori penggunaan lahannya.Identifikasi sumber-sumber sampah ini sangat diperlukan karena erat kaitannya dengan penentuan prioritas daerah pelayanan dan bobot intensitas pelayanan sampah.
Sumber-sumber sampah menurut DPU (1993), dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Daerah pemukiman (Rumah tangga)
Bersumber dari aktifitas rumah atau dapur serta aktifitas kerumah tanggaan lainnya.Jenis sampah yang dihasilkan berupa sampah basah dan sampah kering.
Daerah komersial
Bersumber dari pasar, pertokoan, restoran, perusahaan, dan sebagainya.Di negara berkembang sebagian besar kategori sampah ini berasal dari pasar dan kebanyakan berupa sampah organic.
Daerah institusi
Sampah yang termasuk kategori ini berasal dari kegiatan penyapuan atau pembersihan jalan-jalan dan trotoar, taman, lapangan, tempat rekreasi dan lain-lain. Jenis sampah biasanya berupa dedaunan, ranting pohon, kertas pembungkus, punting rokok, dan debu jalanan.
Industri
Sumber sampah industry berasal dari perusahaan yang bergerak di bidang industry berat, industry ringan, pabrik-pabrik dan sebagainya. Jenis sampah yang dihasilkan tergantung dari bahan baku yang digunakan oleh industry tersebut. Sampah industry ada yang dapat dikategorikan sebagai sampah khusus.
Tempat pembangunan, pemugaran, dan pembongkaran
Sampah yang dihasilkan adalah sampah material atau bahan-bahan bangunan yang tidak terpakai, jenisnya tergantung dari bahan bangunan yang dipakai.
Rumah sakit dan balai pengobatan
Sampah rumah sakit pengelolaannya ditangani secara khusus, kemungkinan mengandung kuman penyakit menular. Sampah yang dihasilkan berupa bekas-bekas operasi, pembalut luka, potongan anatomi, disamping sampah dapur dan kantor.
Menurut Anonim (1989), jenis-jenis sampah dibagi dalam dua golongan yaitu:
Berdasarkan karakteristik unsur atau senyawa penyusunnya, sampah dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu:
Sampah organic
Yaitu sampah yang mengandung senyawa-senyawa organic dan mudah membusuk terdegradasi oleh mikroba yang hidup di alam.Sampah organic diantaranya daun, kayu, tulang, kertas.
Sampah anorganik
Adalah sampah kering dan tidak akan terurai oleh adanya mikroorganisme di alam. Diantaranya kaca, besi, kaleng, batu baterai.
Berdasarkan keadaan fisiknya, sampah terbagi atas 5 kategori :
Sampah basah (garbage), yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan organic dan mempunyai sifat mudah membusuk dan biasanya berasal dari sisa makanan. Sifat utama dari sampah basah ini mengandung kadar air yang tinggi dan cepat membusuk terutama di daerah tropis.
Sampah kering (rubbish), yaitu sampah yang susunannya terdiri dari bahan organic mapun anorganik yang sifatnya lembut atau tidak mudah membusuk. Sampah kering ini terdiri dari dua golongan, yaitu sampah kering logam (metallic rubbish), misalnya besi tua, kaleng bekas dan sebagainya, serta sampah kering bukan logam (non-metalic rubbish) seperti kertas, kaca, kayu, dan sebagainya.
Sampah lembut (ash atau dust), yaitu sampah yang terdiri dari partikel-partikel kecil, ringan, dan mempunyai sifat mudah beterbangan yang dapat membahayakan dan mengganggu pernapasan serta mata, misalnya debu.
Sampah besar (bulky waste), yaitu sampah yang berukuran besar, misalnya bekas peralatan furniture (kursi,meja), peralatan rumah tangga(kulkas,mesin cuci).
Sampah berbahaya (hazardous waste), yaitu sampah yang berbahaya bagi manusia, hewan, dan tanaman yang antara lain sampah pathogen, sampah beracun, sampah radioaktif, sampah ledakan.
Sistem Pengelolaan Persampahan
Teknis operasional pengelolaan sampah perkotaan terdiri dari kegiatan-kegiatan yang terpadu, mulai dari kegiatan pewadahan atau pemilahan sampai dengan pembuangan akhir. Secara skematis keterpaduan antar kegiatan di dalam teknis operasional pengelolaan sampah tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut:
Gambar 3.1
Dalam pengelolaan sampah dikenal tiga kegiatan utama yang saling berkaitan dan saling berkaitan dan saling berinteraksi dalam satu sistem, yaitu kegiatan pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir.Ketiga kegiatan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berhubungan secara timbal balik, yaitu penduduk, budaya masyarakat dan organisasi pengelola sampah.
3.3 Aspek Teknis Perencanaan Pengelolaan Sampah
Teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan yang terdiri dari kegiatan pewadahan sampai dengan pembuangan akhir sampah harus bersifat terpadu dengan melakukan pemilah sejak dari sumbernya.Berikut adalah skema teknik Operasional Pengelolaan Sampah ditunjukkan pada Gambar 3.2.
3.3.1 Pengumpulan
Pola pengumpulan umumnya terbagi atas:
Individual langsung, yaitu proses penanganan smapah dengan cara mengumpulkannya dari masing-masing sumber sampah dan diangkut langsung ke TPA tanpa melalui proses pemindahan.
Individual tidak langsung, yaitu proses penanganan sampah dengan cara mengumpulkannya dari masing-masing sumber sampah dan diangkut ke TPA dengan saraan pengangkut melalui proses pemindahan. Pola ini dapat mengurangi ketergantungan akan kebutuhan alat angkut, tetapi membutuhkan kemampuan pengendalain personel dan alat lebih kompleks. Pola ini baik untuk daerah dengan partisipasi masyarakat yang rendah dan alat pengumpul alat masih mampu menjangkau sumber secara langsung.
Komunal langsung, yaitu proses penanganan sampah dengan cara mengumpulkannya dari masing-maisng titik pewadahan komunal, langsung diangkut menuju ke TPA tanpa melalui proses pemindahan.Komunal tidak langsung, yaitu proses penanganan sampah dengan cara mengumpulkannya dari masing-masing titik pewadahan komunal, dibawa ke lokasi pemindahan (menggunakan gerobak) lalu diangkut ke TPA menggunakan alat angkut truk.
3.3.2 Pengangkutan
Pengangkutan sampah dalam hal ini adalah kegiatan pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan di TPS (transfer depo) atau langsung dari tempat sumber sampah ke TPA.Keberhasilan kegiatan penanganan sampah adalah bergantung pada baiknya kegiatan/sistem pengangkutan sampah yang diterapkan. Sarana yang digunakan adalah kendaraan truk dengan berbagai jenis, sehingga merupakan kegiatan yang membutuhkan dana paling besar dibandingkan dengan pengumpulan dan penumbuangan akhir.
Pekerjaan pengangkutan pada pokonya membawa smapah makin menjauhi daerah sumber. Masalah yang ada pengangkutan biasanya timbul seiring dengan keharusan truk melewati jalan dalam kota. Kenyataan memperlihatkan bahwa tidak semua jalan mampu melewati truk tanpa menimbulkan masalah pada kelancaran lalu lintas.Jalan yang tidak sesuai dari segi lebarnya biasanya ditambah dengan tingkat kepadatan lalu lintas yang cukup tinggi.Kondisi truk, terutama saat melewati jalan ramai, cukup berpengaruh terhadap kenyamanan di sekitarnya.Kesan truk kotor biasanya terjadi karena tetesan air dan hamburuan material sampah selama perjalanan.
3.3.3 Penimbulan Sampah (solid waste generated)
Dari definisinya dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sampah itu tidak diproduksi, tetapi di timbulkan.Oleh karena itu dalam menentukan metode penanganan yang tepat, penentuan besarnya timbulan sampah sangat ditentukan oleh jumlah pelaku dan jenis kegiatannya.
Idelanya, untuk mengetahui besarnya timbulan sampah yang terjadi, harus dilakukan dengan suatu studi.Tetapi untuk keperluan praktis, telah ditetapkan suatu standar yang disusun oleh Departemen Pekerjaan Umum. Salah satunya adalah SK SNI S-04-1993-03 tentang Spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan kota sedang. Dimana besarnya timbulan sampah untuk kota sedang adalah sebesar 2.75-3.25 liter/orang/hari atau 0.7-0.8 kg/orang/hari.
3.3.4 Pengolahan (treatment)
Bergantung dari jenis dan komposisinya, sampah dapat diolah. Berbagai alternatif yang tersedia dalam pengolahan sampah, di antaranya adalah :
Transformasi fisik : meliputi pemisahan komponen sampah dan pemadatan yang tujuannya adalah mempermudah penyimpanan dan pengangkutan.
Pembakaran : teknik pengolahan sampah yang dapat mengubah sampah menjadi bentuk gas, sehingga volumenya dapat berkurang hingga 90-95%. Meski merupakan teknik yang efektif, tetapi bukan merupakan teknik yang dianjurkan. Hal ini disebabkan karena teknik tersebut sangat berpotensi untuk menimbulkan pencemaran udara.
Pembuatan kompos : untuk proses pengolahan sampah, proses pembuatan kompos baik bahan baku, tempat pembuatan maupun cara pembuatan dapat dilakukan oleh siapapun dan dimanapun.
Energy recovery : transformasi sampah menjadi energi, baik energi panas maupun energi listrik. Metode ini telah banyak berkembang di negara-negara maju yaitu pada instalasi yang cukup besar dengan kapasitas ±300 ton/hari dapat dilengkapi dengan pembangkit tenaga listrik sehingga energi listrik (± 96.000 MWH/tahun) yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk menekan biaya proses pengelolaan.
3.3.6 Pembuangan Akhir
Pada prinsipnya, pembuangan akhir sampah harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dan kelestarian lingkungan. Teknik yang saat ini dilakukan adalah dengan open dumping, dimana sampah yang ada hanya ditempatkan di tempat tertentu, hingga kapasitasnya tidak lagi memenuhi. Teknik ini sangat berpotensi menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Teknik yang direkomendasikan adalah sanitary landfill.Di mana pada lokasi TPA dilakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mengolah timbunan sampah.
Masalah sampah merupakan fenomena sosial yang perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak, karena setiap manusia pasti memproduksi sampah, disisi lain masyarakat tidak ingin berdekatan dengan sampah. Seperti kita ketahui bersama bahwa sampah yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada lingkungan.Gangguan yang ditimbulkan meliputi bau, penyebaran penyakit hingga terganggunya estetika lingkungan. Beberapa permasalahan yang timbul dalam sistem penanganan sampah sistem yang terjadi selama ini adalah :
Dari segi pengumpulan sampah dirasa kurang efisien karena mulai dari sumber sampah sampai ke tempat pembuangan akhir, sampah belum dipilah-pilah sehingga jika akan diterapkan teknologi lanjutan berupa komposting maupun daur ulang perlu tenaga untuk pemilahan menurut jenisnya sesuai dengan yang dibutuhkan, dan hal ini akan memerlukan dana maupun menyita waktu.
Pembuangan akhir ke TPA dapat menimbulkan masalah, diantaranya : Perlu lahan yang besar bagi tempat pembuangan akhir sehingga hanya cocok bagi kota yang masih mempunyai banyak lahan yang tidak terpakai. Bila kota menjadi semakin bertambah jumlah penduduknya maka sampah akan menjadi semakin bertambah baik jumlah dan jenisnya. Hal ini akan semakin bertambah juga luasan lahan bagi TPA.
Dapat menjadi lahan yang subur bagi pembiakan jenis-jenis bakteri serta bibit penyakit lain juga dapat menimbulkan bau tidak sedap yang dapat tercium dari puluhan bahkan ratusan meter yang pada akhirnya akan mengurangi nilai estetika dan keindahan lingkungan.
Kriteria Perencanaan
Kriteria Perencanaan yang dapat digunakan dalam perencanaan pengelolaan sampah :
Membangun TPA dan TPS, sampah dikumpulkan di suatu tempat dan diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan serta diawasi agar tidak menimbulkan bencana akibat gas yang ditimbulkan
Metoda Pembuangan Sampah
Opean Dumping
Pembuangan sampah secara terbuka, cukup dihamparkan disuatu lokasi dan tidak diamankan. Cara ini tidak direkomendasikan, karena:
Perkembangan faktor penyakit seperti lalat, tikus dll
Polusi udara akibat baud an gas yang ditimbulkan
Polusi air akibat lindi (cairan sampah) yang timbul
Esstetika yang buruk karena timbunan sampah yang kotor
Control Landfill
Sampah yang ditimbun dengan tanah atau diratakan serta dipadatkan untuk alasan efisiensi tempat pembuangan dan tidak menimbulak gangguan. Untuk melaksanakan metode ini diperlukan:
Saluran Drainase untuk mengalirkan air hujan
Saluran pengumpu lindi dengan kolam penampungan
Pos pengendalian operasional
Fasilitas pengendalian gas metan
Alat berat
Sanitay Landfill
Ini adaah metode standar yang berlaku secara internasional dimana penutupan sampah di suatu lokasi dilakukan setiap hari, namun diperlukan sarana dan prasarana yang cukup mahal, dan baru dianjurkan di kota besar.
Persyaratan lokasi TPA dan TPS sesuai dengan rincian di SNI dan undang-undang mengenai Tata cara pemilihan lokasi tempat pembuangan akhir sampah
Jenis dan fungsi TPA
Teknik Operasional TPA
BAB IV
DISKRIPSI TUGAS
Menghitung Timbulan Sampah Kota
Dalam perencanaan pengelolaan sampah, sangat penting untuk mengetahui proyeksi timbulan sampah yang akan dihasilkan oleh suatu kota tersebut. Dalam perhitungan tugas ini ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu :
Luas daerah tiap blok kota Bumi Damai Trisakti untuk mencari data jumlah penduduk pada akhir tahun perencanaan.
Perhitungan proyeksi jumlah penduduk pada tahun perencanaan.
Volume timbulan sampah sesuai dengan jumlah penduduk pada tahun perencanaan.
Untuk mencari jumlah penduduk, diperlukan data luas daerah tiap blok pada kota Bumi Damai Trisakti dengan mengetahui kepadatan penduduk tiap kecamatan. Sehingga rumus mencari kependudukan adalah sebagai berikut:
Penduduk (Jiwa) = Luas Daerah (Ha) . Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha)
Perlu diperhatikan untuk tiap satuan pada perhitungan mencari kepadatan penduduk tersebut, agar tidak terjadi kesalahan perhitungan dan data yang dihasilkan akan salah sehingga dalam merencanakan pengelolaan persampahan ini dapat berjalan dan memenuhi kriteria yang ada.
Timbulan sampah (L/Hari) = Penduduk (Jiwa) . Laju Timbulan Sampah (L/Jiwa/Hari)
Jika data kependudukan sudah tersedia, untuk mencari timbulan sampah berikut yang perlu menjadi bahan pertimbangan :
Untuk penduduk >1.000.000 jiwa atau kota besar/ metropolitan, maka asumsi untuk laju timbulan sampah antara 2-2.5 liter/orang/hari.
Untuk penduduk < 1.000.000 jiwa atau kota kecil/sedang maka untuk asumsi laju timbulasn sampah antara 1.5 hingga 1.7 liter/orang/hari.
Menghitung Kebutuhan Wadah
Dalam tugas ini untuk merencakan teknis operasional persampahan dengan mengitung :
Kapasitas di sumber dengan asumsi pengambilan sampah dilakukan 3 kali sekali.
Untuk menghitung kapasitas di sumber, data yang harus dilengkapi adalah data penduduk dalam satuan /kk.Hal tersebut menandakan bahwa pada satu rumah terdapat berapa jiwa dalam 1 kepala keluarga. Dalam perencanaan pengelolaan sampah, diasumsikan dalam satu kepala keluarga beranggotakan 5 orang. Berikut adalah rincian perhitungan kependudukan:
Penduduk (/kk) = penduduk (jiwa)5 jiwa/kk
Setelah mendapatkan data penduduk (/kk) yang menandakan jumlah rumah dalam satu kecamatan/ kot lalu dapat menghitung kapasitas wadah di tiap sumber:
Kapasitas (L/kk) = Timbulan sampah (lhari)penduduk (kk) xfrekuensi pengumpulan(hari)
Jumlah wadah yang dibutuhkan, jika diasumsikan pewadahan untuk daerah domestik:
50% wadah berkapasitas 40 liter
25% wadan bekapasitas 100 liter
25% wadah berkapasitas 250 liter
Untuk wilayah non domestik:
70% wadah berkapasitas 100 liter
15% wadah berkapasitas 250 liter
15% wadah berkapasitas 500 liter
Untuk dapat mengetahui jumlah wadah yang dibutuhkan berikut perhitungannya:
Wadah unit=timbulan (l/hari)x persentase (%)kapasitas (liter)
Perhitungan jumlah wadah tersebut untuk dua jenis daerah yaitu daerah domestik dan daerah non domestik.Dimana persentase timbulan sampah domestik 70% dari timbulan sampah dan presentase sampah non domestik sebesar 30% dari timbulan sampah.
Merancang Pola Pengakutan
Pola pengangkutan atau pola pengumpulan terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
Individual Langsung
Proses penanganan sampah dengan cara mengumpulkan sampah dari masing-masing sumber sampah dan diangkut langsung ke TPA tanpa proses pemindahan. Dengan prasyarat kondisi topografi bergelombang dan kondisi jalan cukup besar dan operasi tidak menggangu pemakaian jalan lainnya.Timbulan sampah yang diangkut dalam jumlah besar.
Individual Tidak Langsung
Proses penanganan sampah dengan cara mengumpulkan sampah dari masing-masing sumber dan diangkut ke TPA dengan sarana pengakut melalui proses pemindahan. Pola ini dapat mengurangi ketergantungan terhadap alat angkut dan cocok untuk daerah yang masyarakatnya kurang berpartisipasi dan alat pengumpul masih mampu menjangkau sumber secara langsung.
Komunal Langsung
Proses penangan sampah dari masing-masing titik pewadahan sampah dari masing-masing titik pewadahan komunal langsung diangkut menuju TPA tanpa melalui proses pemindahan. Untuk memilihi pola ini harus dengan adanya peran aktif masyarakat dan wadah komunal dirancang sesuai dengan kondisi ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan di lokasi yang mudah dijangkau oeh alat pengangkut.
Komunal tidak Langsung
Proses penanganan sampah dengan caa mengumpulkan sampah dari masing-masing titik pewadahan di bawa ke lokasi pemindahan (menggunakan gerobak) setalh itu diangkut menggunakan alat angkut. Dalam pemilihan pola ini, peran masyarakat harus tinggi.Wadah komunal dan alat pengumpul dirancang sesuai dengan kondisi dan memungkinkan pengadaan lokasi pemindahan.
Pada pentahapan pengakutan hanya perlu diketahui atau asumsi persentasi pelayanan sehingga mendapat data timbulan sampah yang terlayani dan sehingga mendapat data mengenai timbulan pengumpulan yang akan diangkut.
Pengumpulan=timbulan (l/hari)x % pengumpulan
Setelah mengetahui jumlah timbulan yang dikumpulakan, maka dapat ditentukan dan diasumsikan setiap daerah dalam tiap kecamatan pola pengangkutannya masing-masing.
Menghitung Alat Angkut
Untuk perhitungan alat angkut, tiap alat angkut baik gerobak, truck, container maupun armroll tentukan dan asumsikan kapasitas, total waktu pengangkutan dan total jam kerja serta kecepatan dan jarak tempuh untuk mengetahui ritasi dari tiap-tiap alat angkut. Setelah diketahui ritasinya, lalu dapat mencari tiap unit alat angkut yang akan disediakan untuk dapat melayani samaph penduduk terlayani.
BAB V
HASIL PERHITUNGAN
Menghitung timbulan sampah
Proyeksi Jumlah Penduduk
Tabel 5.1.1 Perhitungan Proyeksi Penduduk Kecamatan Tamarin
Domestik
Tamarin
Kode
Luas (cm)
Luas (Ha)
Kepadatan
Jumlah Penduduk (jiwa)
Timbulan Sampah(l/org/hari)
Volume Timbulan Sampah (l/org/hari)
A1
9.00
70.56
6.952
491
1.8
882.960
A18
29.00
227.36
6.952
1581
1.8
2845.092
A19
16.00
125.44
6.952
872
1.8
1569.706
A20
10.00
78.40
6.952
545
1.8
981.066
A21
9.00
70.56
6.952
491
1.8
882.960
A22
9.00
70.56
6.952
491
1.8
882.960
A23
2.00
15.68
6.952
109
1.8
196.213
B1
3.50
27.44
6.952
191
1.8
343.373
B2
4.00
31.36
6.952
218
1.8
392.426
B3
3.00
23.52
6.952
164
1.8
294.320
B4
6.00
47.04
6.952
327
1.8
588.640
B5
4.00
31.36
6.952
218
1.8
392.426
B6
10.00
78.40
6.952
545
1.8
981.066
Non Domestik
Tamarin
Kode
Luas (cm)
Luas (Ha)
Kepadatan
Jumlah Penduduk (jiwa)
Timbulan Sampah(l/org/hari)
Volume Timbulan Sampah (l/org/hari)
I1
15
117.6
6.952
817.56
1.8
1471.60
I2
10
78.4
6.952
545.04
1.8
981.07
SB
8
62.72
6.952
436.03
1.8
784.85
H2
4
31.36
6.952
218.01
1.8
392.43
M2
5
39.2
6.952
272.52
1.8
490.53
K3
4
31.36
6.952
218.01
1.8
392.43
K4
4
31.36
6.952
218.01
1.8
392.43
P1
2
15.68
6.952
109.01
1.8
196.21
S1
6
47.04
6.952
327.02
1.8
588.64
T1
9
70.56
6.952
490.53
1.8
882.96
Tabel 5.1.2 Perhitungan Proyeksi Penduduk Kecamatan Cempaka
Domestik
Cempaka
Kode
Luas (cm)
Luas (Ha)
Kepadatan
Jumlah Penduduk (jiwa)
Timbulan Sampah(l/org/hari)
Volume Timbulan Sampah (l/org/hari)
A15
19.00
148.96
13.946
2077
1.8
3739.313
A16
18.00
141.12
13.946
1968
1.8
3542.507
A17
2.00
15.68
13.946
219
1.8
393.612
B7
8.00
62.72
13.946
875
1.8
1574.448
B8
5.00
39.20
13.946
547
1.8
984.030
B9
9.00
70.56
13.946
984
1.8
1771.254
B10
4.50
35.28
13.946
492
1.8
885.627
B11
7.50
58.80
13.946
820
1.8
1476.045
Non Domestik
Cempaka
Kode
Luas (cm)
Luas (Ha)
Kepadatan
Jumlah Penduduk (jiwa)
Timbulan Sampah(l/org/hari)
Volume Timbulan Sampah (l/org/hari)
P2
3
23.52
13.946
328.01
1.8
590.42
M3
5
39.2
13.946
546.68
1.8
984.03
S2
4
31.36
13.946
437.35
1.8
787.22
RS
7
54.88
13.946
765.36
1.8
1377.64
K1
12
94.08
13.946
1312.04
1.8
2361.67
Tabel 5.1.3 Perhitungan Proyeksi Penduduk Kecamatan Palem
Domestik
Kasturi
Kode
Luas (cm)
Luas (Ha)
Kepadatan
Jumlah Penduduk (jiwa)
Timbulan Sampah(l/org/hari)
Volume Timbulan Sampah (l/org/hari)
A2
22.00
172.48
23.991
4138
1.8
7448.342
A3
22.00
172.48
23.991
4138
1.8
7448.342
A4
12.00
94.08
23.991
2257
1.8
4062.732
A5
16.00
125.44
23.991
3009
1.8
5416.976
A6
6.00
47.04
23.991
1129
1.8
2031.366
A7
6.00
47.04
23.991
1129
1.8
2031.366
A8
5.00
39.20
23.991
940
1.8
1692.805
A9
13.00
101.92
23.991
2445
1.8
4401.293
A10
16.00
125.44
23.991
3009
1.8
5416.976
A11
12.00
94.08
23.991
2257
1.8
4062.732
A12
10.00
78.40
23.991
1881
1.8
3385.610
A13
3.00
23.52
23.991
564
1.8
1015.683
A14
16.00
125.44
23.991
3009
1.8
5416.976
B12
9.00
70.56
23.991
1693
1.8
3047.049
B13
7.00
54.88
23.991
1317
1.8
2369.927
B14
7.00
54.88
23.991
1317
1.8
2369.927
Non Domestik
Kasturi
Kode
Luas (cm)
Luas (Ha)
Kepadatan
Jumlah Penduduk (jiwa)
Timbulan Sampah(l/org/hari)
Volume Timbulan Sampah (l/org/hari)
Alun-alun
30
235.2
23.991
5642.68
1.8
10156.83
K2
8
62.72
23.991
1504.72
1.8
2708.49
H1
4
31.36
23.991
752.36
1.8
1354.24
M1
4
31.36
23.991
752.36
1.8
1354.24
T2
12
94.08
23.991
2257.07
1.8
4062.73
S3
2
15.68
23.991
376.18
1.8
677.12
Total Timbulan sampah = Jumlah Penduduk x Laju Timbulan Sampah
= 66781 Jiwa x 1,8 l/jiwa/hari
= 120205,8 l/hari
Kapasitas Wadah di sumber
Tabel 5.2.1
Sumber domestik
70%
Non domestik
30%
Domestik :
Jumlah anggota kelompok
5jiwa/kk
Frek.pengumpulan
3 hari sekali
Keb wadah
Kapasitas 40l
50 l
Rumus dan perhitungan :
Timbulan sampah domestik (l/hari) = 75% x total timbulan sampah kota
Timbulan sampah non domestik (l/hari) = 25% x total timbulan sampah kota
Kebutuhan wadah (unit) = (timbulan sampah/% pewadahan) x kapasitas wadah
Tabel 5.2.2
Volume timbulan domestik
84144.15
Volume timbulan non dom
36061.78
Jumlah anggota/KK
5
Jumlah KK
13357
Volume timbulan/KK
6.3
Volume timbulan/org
1.26
Ukuran wadah/KK
18.9
Tabel 5.2.3
Kebutuhan Wadah Domestik
Kebutuhan wadah domestik 40 l
42072.08
Kebutuhan wadah domestik 100 l
21036.04
Kebutuhan Wadah Domestik 250 l
21036.04
Kebutuhan Wadah Non Dom
Kebutuhan wadah non dom 100 l
25243.25
Kebutuhan wadah non dom 250 l
5409.267
Kebutuhan wadah non dom 500 l
5409.267
Pengumpulan dan Pengangkutan
Besarnya sampah yang didaurulang di sumber
=% usaha 3R di sumber x volume timbulan sampah yang ditimbulkan
Volume sampah diangkut =
(Vol timbulan sampah semula- Vol timbulan hasil 3R) x 98%
Volume sampah diangkut
= (Vol timbulan sampah semula- Vol timbulan hasil 3R)
5.4 Perhitungan Kebutuhan Pewadahan
Kebutuhan pewadahan dibagi menjadi dua yatiu pewadahan domestik dan non domestik. Untuk menghitung kebutuhan pewadahan, dapat dilakukan sebagai berikut:
Kebutuhan wadah = % banyaknya wadah sampah x Jumlah timbulan sampah
*terlampir
5.5 Perhitungan Ritasi dan Rute Pengumpulan dan Pengangkutan
Rute Ritasi dengan Gerobak
Penetapan rute ritasi perhari didasarkan dari kapasitas gerobak serta total waktu yang dipakai. Rute ritasi ditetapkan dengan volume timbulan sampah yang diangkut tidak melebihi daya tampung maksimum gerobak.Selain itu, total waktu yang digunakan juga tidak melebihi waktu kerja yang ditetapkan. Total waktu yang digunakan untuk satu ritasi meliputi waktu muat tiap sumber, waktu bongkar di TPS, waktu istirahat, dan waktu tempuh yang dilalui gerobak dari sumber menuju TPS hingga pool.
Rumus yang digunakan untuk menghitung ritasi ialah
Banyaknya ritasi dalam satu hari= Waktu kerja (menit)(waktu muat+waktu bongkar+waktu istirahat) (menit)
Rumus yang digunakan untuk menentukan waktu muat pada sejumlah unit KK ialah
Banyaknya waktu muat pada sejumlah unit KK= waktu muat tiap sumber x banyaknya jumlah KK
Setelah menentukan kapasitas yang mempengaruhi rute, selanjutnya menentukan waktu tempuh yang dilalui. Cara perhitungannya adalah sebagai berikut:
Waktu tempuh (mnt)= Jarak tempuh sesungguhnya (m)/Kecepatan (m/menit)
Jarak tempuh sesungguhnya (m)= (Jarak tempuh pada peta (cm) x skala)/100
Rute Ritasi dengan Truk
Penetapan rute ritasi perhari didasarkan dari kapasitas truk serta total waktu yang dipakai. Rute ritasi ditetapkan dengan volume timbulan sampah yang diangkut tidak melebihi daya tampung maksimum truk.Selain itu, total waktu yang digunakan juga tidak melebihi waktu kerja yang ditetapkan. Total waktu yang digunakan untuk satu ritasi meliputi waktu muat tiap sumber dan TPS, waktu bongkar di TPA, waktu istirahat, dan waktu tempuh yang dilalui truk dari sumber dan/atau TPS menuju TPA hingga pool.
Rumus yang digunakan untuk menghitung ritasi ialah
Banyaknya ritasi dalam satu hari= Waktu kerja (menit)(waktu muat+waktu bongkar+waktu istirahat) (menit)
Rumus yang digunakan untuk menentukan waktu muat pada sejumlah unit KK ialah
Banyaknya waktu muat pada sejumlah unit KK= waktu muat tiap sumber x banyaknya jumlah KK
Setelah menentukan kapasitas yang mempengaruhi rute, selanjutnya menentukan waktu tempuh yang dilalui. Cara perhitungannya adalah sebagai berikut:
Waktu tempuh (mnt)= Jarak tempuh sesungguhnya (m)/Kecepatan (m/menit)
Jarak tempuh sesungguhnya (m)= (Jarak tempuh pada peta (cm) x skala)/100
5.6 Perhitungan Kebutuhan Alat Angkut
Kebutuhan Gerobak
Perhitungan kebutuhan gerobak dilakukan dengan rumus sebagai berikut
Kebutuhan gerobak=Volume timbulan sampah(ritasi ×kapasitas gerobak)×faktor pemadatan
Faktor pemadatan dihitung dengan cara sebagai berikut:
Faktor Pemadatan= densitas wadahdensitas gerobak
Kebutuhan Truk
Perhitungan kebutuhan gerobak dilakukan dengan rumus sebagai berikut
Kebutuhan truk=Volume timbulan sampah ddidak ritasi ×kapasitas truk×faktor pemadatan individual langsung+ Volume timbulan sampahritasi ×kapasitas truk×faktor pemadatan individual tidak langsungngsung)al butuha gerobak untuk kecamatan ut:PA-Poolrikut: ute tersebut ialah 118 menit. Untuk satu rtek Kasturi, e
Faktor pemadatan dihitung dengan cara sebagai berikut:
Faktor Pemadatan= densitas wadahdensitas gerobak
DAFTAR PUSTAKA
Indrawati Dwi, Pramiati. Diktat kuliah Pengelolaan Persampahan. Jakarta : 2011
UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Sumber sampah
Pewadahan
Kegiatan Pengumpulan
Kegiatan Pengangkutan
Kegiatan Pembuangan Akhir
Lingkungan Bersih