PENDAHULUAN
Perbaikan keadaan gizi penting untuk meningkatkan meningkatkan kesehatan ibu hamil, menurunkan angka kematian bayi dan balita, balita, meningka meningkatkan tkan kemampuan kemampuan tumbuh tumbuh kembang kembang fisik, fisik, mental mental dan sosial sosial anak, anak, dan untuk untuk meningk meningkatka atkan n produktifitas produktifitas kerja serta prestasi akademik. akademik. Oleh karena itu keadaan gizi merupakan salah satu ukuran penting dari kualitas sumber daya manusia. Upaya perbaikan gizi telah lama dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia, melalui Departemen Kesehatan, Kesehatan, sejak Pelita I sampai dengan Pelita VI. Upaya ini terutama diarahkan untuk menanggulangi menanggulangi 4 (empat) masalah gizi utama di Indonesia, yaitu : Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi dan Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI). Khusus mengenai KEP, pada Repelita VI pemerintah bersama masyarakat berupaya menurunkan prevalensi KEP dari 40 % menjadi 30 %. Sasaran ini merupakan bukti komitmen nyata bangsa Indonesia terhadap Konvensi mengenai Hak-hak Anak tahun 1989, yang pada tahun 1997 diratifikasi oleh 191 negara anggota WHO. Dalam konvensi ini hak anak untuk mendapatkan kecukupan gizi memperoleh pengakuan penuh, dan kecukupan ini harus diperhatikan sejak dini, bahkan sejak pembuahan agar bayi bisa berkembang secara sehat dan optimal. Penyakit Kurang Energi Protein (KEP) merupakan bentuk malnutrisi yang terdapat terutama pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dan kebanyakan di negara-negara sedang berkembang. Bentuk KEP berat memberi gambaran klinis yang khas, misalnya bentuk kwashiorkor, bentuk marasmus atau bentuk campuran kwashiorkor marasmus. Pada kenyataannya kenyataannya sebagian besar penyakit KEP terdapat dalam bentuk ringan. Gejala penyakit KEP ringan ini tidak jelas, hanya terlihat bahwa berat badan anak lebih rendah jika dibandingkan dengan anak seumurnya. Berdasarkan hasil penyelidikan penyelidikan di 254 desa di seluruh Indonesia, Tarwotjo, Tarwotjo, dkk (1978), memperkirakan bahwa 30 % atau 9 juta diantara anak-anak balita menderita gizi kurang, sedangkan 3 % atau 0,9 juta anak-anak balita menderita gizi buruk. Berbagai upaya perbaikan gizi yang selama ini dilakukan telah mampu menurunkan prevalensi KEP. Data Susenas tahun 1989, 1992, 1995 dan 1998 menunjukkan menunjukkan penurunan prevalensi KEP total dari 47,8% pada tahun 1989 menjadi 41,7% (1992), 35,0% (1995) dan 33,4% pada tahun 1998. Beberapa propinsi mempunyai angka KEP relatif rendah yaitu di bawah 30% (target Repelita VI), sementara di beberapa propinsi lain masih tinggi. Namun krisis ekonomi ekonomi berkepan berkepanjang jangan an yang yang dimulai dimulai sejak sejak pertenga pertengahan han tahun tahun 1997 1997 menimbu menimbulkan lkan berbagai berbagai dampak, dampak, termasuk termasuk terhadap derajat kesehatan dan keadaan gizi masyarakat berupa antara lain peningkatan jumlah penderita KEP yang ditandai dengan ditemukannya penderita gizi buruk yang selama 10 tahun terakhir sudah jarang ditemui.
PEMBAHASAN
1. Peng Penger erti tian an KE KEP P
Istila Istilah h yang digunak digunakan an untuk untuk menggam menggambar barkan kan keadaan keadaan yang diakibat diakibatkan kan kurangnya zat gizi terutama defisiensi protein dan energi. Arisman dalam bukunya gizi dalam daur kehidupan menyebutkan istilah lain dari KEP yaitu Kurang Kalori Protein (KKP). Serta di jelaskan bahwa KEP atau KKP ini terjadi ketika kebutuhan tubuh akan kalori, protein atau keduanya tidak tercukupi tercukupi oleh diet. Pada umumnya umumnya Anak Balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi. Hal ini disebabkan anak Balita dalam periode transisi dari makanan bayi ke makanan orang dewasa, sering kali tidak lagi begitu diperhatikan dan pengurusannya sering diserahkan
kepada orang lain, dan belum mampu mengurus dirinya sendiri dengan baik terutama dalam hal makanan. Hal ini juga di karenakan pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan pertumbuhan yang pesat. pesat. Apabila Apabila konsumsi konsumsi makanan tidak seimbang seimbang dengan kebutuhan kalori maka akan terjadi defisiensi tersebut (kurang kalori dan protein). Kedua bentuk defisiensi ini tidak jarang berjalan bersisian, walaupun terkadang salah satu satunya nya lebih lebih domina dominan. n. Misa Misaln lnya ya kekur kekurang angan an kalor kalorii atau atau energ energii yang yang di sebut sebut marasmus ataupun kwasiorkor karena defisiensi protein yang lebih dominan.
2. Tahap KE KEP
Kuran Kurang g makan makan , sering terkena infeks infeksii , pelay pelayan anan an kesehatan kesehatan kurang kurang , pola asuh tidak memadai
IMR, perkembangan mental mental terhambat terhambat , risiko penyakit kronis pada usia dewasa Proses Pertumbuhan lambat lambat , ASI ekslusi ekslusiff kurang kurang , MP-ASI tidak benar
Pelayanan Keseh Kesehata atan kuran atan kurang g memadai Konsumsi Konsumsi tidak seimbang
Tumbuh kembang terhambat
Konsumsi gizi gizi tidak tidak cuku cukup p , pola asuh kurang
Pelayanan kesehatan tidak memadai MMR MMR
Konsumsi Kurang
Produktivitas fisik berku berkurang rang /rendah /rendah
Munculnya permasalahan gizi dapat dilihat dari ketidakseimbangan antara pejamu, agens dan lingkungan. Unsur pejamu meliputi: faktor genetis, umur, jenis kelamin, kelomp kel ompok ok etn etnik, ik, kead keadaan aan fis fisiol iologi ogis, s, kead keadaan aan imu imunolo nologis gis dan keb kebiasa iasaan an ses seseor eorang. ang. Unsur Uns ur sum sumber ber pen penyaki yakitt mel melipu iputi: ti: fak faktor tor giz gizi, i, kim kimia ia dari luar, kim kimia ia dar darii dala dalam, m, faali/fisiologi, genetis, psikis, tenaga/kekuatan fisik dan biologis/ parasit. Unsur lingkungan meliputi tiga faktor yaitu lingkungan fisik, lingkungan biologis, dan lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya. Secara umum, konsep timbulnya penyakit dapat dibagi dalam tiga model yaitu model segi tiga epidem epidemiologi, iologi, model jaring-jaring jaring-jaring sebab seb ab akib akibat at dan mod model el rod roda. a. Mod Model el seg segii tig tigaa epi epidem demiol iologi ogi yait yaitu u kual kualita itass ant antara ara pejamu,, sumbe pejamu sumberr penyaki penyakit, t, dan lingkung lingkungan. an. Menur Menurut ut model ini, peruba perubahan han salah satu faktor fakt or akan mer merubah ubah ke-s ke-seim eimbang bangan an anta antara ra ket ketiga iga unsu unsurr ter tersebu sebut. t. Me Menuru nurutt mode modell jaring-jaring jaringjaring sebab sebab akibat, suatu penyakit penyakit tidak tidak tergantung pada pada satu sebab yang berdiri berdiri sendiri, melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses "sebab akibat". Menurut model roda, suatu penyakit disebabkan oleh hubungan antara manusia
denga de ngan n li lingk ngkung ungan an hi hidup dupnya nya.. Pr Pros oses es ri riwa wayat yat al alam amia iah h te terj rjadi adinya nya pe penya nyakit kit ya yang ng diterapkan pada masalah gizi (gizi kurang) melalui berbagai tahap yaitu diawali dengan terjadi diny nyaa
mteraks ksii
ant ntaara
pejamu,
sumbe berr
peny nyak akit it
dan da n
ling ngku kung ngaan.
Ketidakseimbangan antara ketiga faktor ini, misalnya terjadinya ketidakcukupan zat gizi gi zi dal dalam am tu tubu buh h ma maka ka,, si simm-pa panan nan za zatt gi gizi zi aka akan n be berku rkura rang ng da dan n la lama ma ke kela lama maan an simpanan menjadi habis. Apabila keadaan ini dibiarkan maka akan terjadi perubahan faalii dan met faal metabol abolis, is, dan akhi akhirny rnyaa mem memasu asuki ki amb ambang ang kli klinis. nis. Proses itu ber berlanj lanjut ut sehingga menyebabkan orang sakit. Tingkat kesakitannya dimulai dari sakit ringan sampai sakit tingkat berat. Dari kondisi ini akhirnya ada empat kemungkinan yaitu mati, sakit kronis, cacat dan sembuh apabila ditanggulangi secara intensif. Patogenesis penyakit gizi kurang melalui 5 tahapan yaitu: pertama, ketidakcukupan zat giz gizi. i. Apa Apabil bilaa ket ketidak idakcuku cukupan pan zat giz gizii ini ber berlang langsung sung lam lamaa mak makaa per persed sediaa iaan n cadangan cada ngan jari jaringan ngan akan digu digunakan nakan untu untuk k mem memenuh enuhii ket ketidak idakcuku cukupan pan itu itu.. Ked Kedua, ua, apabila ini berlangsung lama, maka akan terjadi kemerosotan jaringan, yang ditandai dengan penurunan berat badan. Ketiga, terjadi perubahan biokimia yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium. Keempat, terjadi perubahan fungsi yang ditandai dengan tanda yang khas. Kelima, terjadi perubahan anato-mi yang dapat dilihat dari munculnya tanda yang klasik. Kurang energi protein dapat dikelompokan dalam 2 kelompok yaitu kelompok primer primer dan sekunder, sekunder, kelompok kelompok primer primer disebabkan disebabkan karena ketiadaan pangan sehingga asupan pangan ke dalam tubuh kurang. Sedangkan kategori sekunder disebabkan oleh penyakit penyakit yang mengakibatkan mengakibatkan kurangnya asupan, gangguan gangguan penyerapan penyerapan dan untilitas untilitas pangan serta serta peningkat peningkatan an kebutuhan kebutuhan zat gizi. gizi.
3. Jenis KEP
Pada umumnya KEP terdiri dari tiga bentuk yaitu : a) Marasmus Marasm Marasmus us merupa merupakan kan defisie defisiensi nsi intake intake energi energi yang umumny umumnyaa terjadi terjadi pada anak-anak sebelum usia 18 bulan karena terlambat diberi makanan tambahan. Kata marasmus berasal dari bahasa yunani yang artinya kurus kering. Marasmus terjadi karena penyapihan mendadak, formula pengganti ASI yang terlalu encer dan tidak
higienis atau sering terkena infeksi terutama gastroenteritis. Marasmus berpengaruh jangkla panjang terhadap terhadap mental dan fisik serta sulit diperbaiki. diperbaiki. Marasmus disebabkan disebabkan karena kurang kalori yang berlebihan, sehingga membuat cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuh terpaksa dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan yang sangat diperl diperlukan ukan untuk untuk kelangs kelangsunga ungan n hidup. hidup. Penyaki Penyakitt kelapar kelaparan an ini banyak banyak terjadi terjadi pada kondisi sosial ekonomi rendah di negara berkembang.
Patofisiologi
Dalam alam
kead keadaa aan n
keku kekurranga angan n
makan akanan an,,
tubu tubuh h
selal elalu u
ber berusa usaha
untuk ntuk
mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh tubuh untuk untuk memper memperguna gunakan kan karbohi karbohidrat drat,, protei protein n dan lemak lemak merupa merupakan kan hal yang sangat penting untuk mempertahankan mempertahankan kehidupan; karbohidrat karbohidrat (glukosa) (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurang kekurangan. an. Akibat Akibatnya nya kataboli katabolisme sme protei protein n terjadi terjadi setela setelah h beberap beberapaa jam dengan dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah jadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat dapat memper memperguna gunakan kan asam lemak dan keton keton bodies bodies sebagai sebagai sumber sumber energi energi kalau kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. Tanda-tanda yang sering dijumpai pada pada penderita marasmus yaitu : •
Sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit bahkan sampai berat badan dibawah waktu lahir.
•
Wajahnya seperti orang tua
•
Kulit keriput,
•
•
pantat kosong, paha paha kosong, kosong, tangan kurus dan iga nampak jelas. Gejala Gejala marasm marasmus us adalah adalah sepert sepertii gejala gejala kurang kurang gizi gizi pada pada umumnya umumnya (seper (seperti ti
lemah lesu, apatis, cengeng, dan lain-lain), lain-lain), tetapi karena semua zat gizi dalam keadaan kekurangan, maka anak tersebut menjadi kurus-kering. Jumlah anak balita gizi buruk di Indonesia, menurut laporan UNICEF tahun 2006, menjadi 2,3 juta jiwa. Ini berarti naik
sekitar 500.000 jiwa dibandingkan dengan data tahun 2004/2005 sejumlah 1,8 juta jiwa .
Penyakit penyerta
Penyakit Penyakit penyer penyerta ta yang sering sering dijumpa dijumpaii adalah adalah enteri enteritis tis,, infesta infestasi si cacing, cacing, tuberkol tuberkolosis osis,, dan defisiens defisiensii vitamin vitamin A. Karena Karena itu
pada pada pemeri pemeriksaa ksaan n anak dengan dengan
marasmus hendaknya diperhatikan kemungkinan adanya peyakit tersebut, yang akan mempengaruhi tindakan pengobatan.
b) Kwarsiorkor Kwarsiorkor Kata “kwarshiorkor” “kwarshiorkor” berasal dari bahasa Ghana-Afrika Ghana-Afrika yang berati “anak yang kekurangan kasih sayang ibu”. Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein berat yang disebabkan disebabkan oleh intake protein protein yang inadekuat inadekuat dengan intake karbohidrat karbohidrat yang normal atau tinggi. Agar tercapai keseimbangan nitrogen yang positif, bayi dan anak dalam masa pertumbuhan pertumbuhan memerlukan memerlukan protein protein lebih banyak diandingkan diandingkan dengan orang dewasa. Keseim Keseimbang bangan an nitrog nitrogen en yang positi positiff pada pada orang orang dewasa dewasa tidak tidak diperlu diperlukan, kan, karena karena kebutuhan protein sudah terpenuhi bila keseimbangan tersebut dapat dipertahankan. Pada anak bila bila keseim keseimbang bangan an nitroge nitrogen n yang positi positiff tidak tidak terpenu terpenuhi, hi, maka maka setela setelah h beberapa beberapa saat akan menderita menderita malnutrisi malnutrisi protein protein yang mungkin mungkin berlanjut berlanjut dengan kwashior kwashiorkor. kor. Meskip Meskipun un sebab sebab utama utama penyaki penyakitt ini adalah adalah defisie defisiensi nsi protei protein, n, tetapi tetapi karena bahan makanan yang dimakan kurang mengandung nutrien lainnya ditambah dengan konsumsi setempat yang berlainan, maka akan terdapat perbedaan gambaran kwashior kwashiorkor kor di berbag berbagai ai Negara Negara.. Umumny Umumnyaa defisie defisiensi nsi protei protein n disert disertai ai pula pula oleh oleh defisiensi energi, sehingga pada seorang kasus terdapat gejala kwashiorkor maupun marasmus.
Patofisiologi
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebih, berlebih, karena persediaan persediaan energi yang dipenuhi dipenuhi oleh jumlah jumlah kalori dalam dietnya. dietnya. Kelai Kelainan nan yang yang menco mencolok lok adala adalah h gangg gangguan uan meta metabol bolic ic dan dan peru perubah bahan an sel sel yang yang
menyebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekuranganberbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis sintesis dan metabolisme. metabolisme. Selama diet mengandung mengandung cukup karbohidrat, karbohidrat, maka produksi insu insuli lin n akan akan meni mening ngka katt dan dan seba sebaha hagi gian an asam asam amin amino o dala dalam m seru serum m ini ini akan akan menyeba menyebabkan bkan kurangn kurangnya ya produks produksii albumin albumin oleh oleh hepar, hepar, yang kemudia kemudian n berakib berakibat at timb timbul ulnya nya edem edema. a. Perl Perlem emaka akan n hati hati terj terjadi adi kare karena na gangg gangguan uan pemb pembent entuka ukan n beta beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati ke depot terganggu, dengan akiatnya terjadinya penimbunan lemak dalam hati.. Penyakit yang sering terdapat bersamaan kwarsiorkor adalah defisiensi vitamin A, infestasi cacing, tuberkolosis bronkopneumonia dan noma.
Kurang makan
Penurunan kadar cadangan zat gizi dalam tubuh
Penurunan kadar zt gizi dalam cairan tubuh
Penurunan fungsi jaringan
Penurunan fungsi enzim terkait zat gizi
Perubahan fungsi
Perubahan klinis
Perubahan anatomi
Gibson(1990)
Epidemiologi
Kasus ini sering dijumpai di daerah miskin, persediaan makanan yang terbatas, dan tingkat pendidikan yang rendah. Penyakit ini menjadi masalah di negara-negara miskin dan berkembang di Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Asia Selatan. Di negara maju sepeti Amerika Serikat kwashiorkor merupakan kasus yang langka. Berdasarkan SUSENAS (2002), 26% balita di Indonesia menderita gizi kurang dan 8% balita menderita gizi buruk (marasmus, kwashiorkor, marasmus-kuarsiorkor). Tanda-tanda Tanda-tanda yang sering dijumpai pada pada penderita Kwashiorkor yaitu : •
Gagal untuk menambah berat badan
•
wajah membulat dan sembap
•
Rambut pirang, kusam, dan mudah dicabut
•
Pertumbuhan linear terhenti
•
Ende Endema ma gene genera rall (muk (mukaa semb sembab ab,, pung punggu gung ng kaki kaki,, dan dan peru perutt yang yang membuncit).
•
•
Diare yang tidak membaik
•
Dermatitis perubahan pigmen kulit
•
Perubahan warna rambut yang menjadi kemerahan dan mudah dicabut
•
Penurunan masa otot
•
Perubahan mentak seperti lathergia, iritabilitas dan apatis yang terjadi
•
Perlemakan hati, gangguan fungsi ginjal, dan anemia
final stage) stage) dapat menyebabkan shok berat, coma dan Pada keadaan akhir ( final
berakhir dengan kematian. kematian.
Cara mengatasi kwarshiorkor
Dalam Dalam mengat mengatasi asi kwashior kwashiorkor kor ini secara secara klinis klinis adalah adalah dengan dengan member memberikan ikan makanan bergizi secara bertahap. Contohnya : Bila bayi menderita menderita kwashiorkor, maka bayi tersebut tersebut diberi susu yang diencerkan. diencerkan. Secara bertahap bertahap keenceran keenceran susu dikurangi, dikurangi, sehingga suatu saat mencapai konsistensi yang normal seperti susu biasa kembali. Fakta terjadinya kwarshiorkor
Bandung, Kompas - Sedikitnya 95 anak balita di 10 kabupaten/kota di Jawa Barat Barat mender menderita ita busung busung lapar, lapar, dua anak balita kwashior kwashiorkor kor dan satu satu anak balita balita menderita komplikasi busung lapar kwashiorkor .Angka itu diperkirakan hanya angka awal awal dari dari fenomena fenomena gunung gunung es karena karena seluru seluruhnya hnya ada 25 kabupat kabupaten/k en/kota. ota. Diduga Diduga jumlah ini sekitar 50 persen dari jumlah jumlah keseluruhan penderita penderita sebab belum semua ibu melaporkan kondisi anaknya yang kurang gizi karena kendala jarak ke pos pelayanan kesehatan setempat atau karena tidak bisa meninggalkan pekerjaan.
c) Mara Marasm smikik-kw kwar arsi siork orkor or Gambaran dua jenis gambaran penyakit gizi yang sangat penting. Dimana ada sejumlah anak yang menunjukkan keadaan mirip dengan marasmus yang di tandai dengan dengan adanya adanya odema, odema, menuru menurunnya nnya kadar kadar protei protein n (Album (Albumin in dalam dalam darah), darah), kulit kulit mengering dan kusam serta otot menjadi lemah. Adalah infeksi saluran nafas atas, bronkopneumonia bronkopneumonia,, koch pulmonum, pulmonum, nomaotitis, nomaotitis, mediasukurat mediasukurativa, iva, infeksi infeksi saluran saluran kemih, penyakit parasit dan diare. Tidak jarang penyakit penyerta ini menjadi penyebab utama marasmik kwarsiorkor, misalnya diare menahun atau tuberkolosis. Oleh karena itu penyakit penyerta itu harus diobati secara tunas Menu Menuru rutt Dr. Dr. Magda agdale lena na,, samp sampai ai 28 Mei Mei 2005 2005 juml jumlah ah gizi gizi buru buruk k dari dari Kabupaten/Kota P. Lombok berjumlah 559 kasus termasuk 51 kasus yang dirawat di RSU Mataram. Diantara kasus gizi buruk tersebut 8 anak diantaranya meninggal dunia. Kasus gizi buruk tersebut masing-masing tersebar di Kota Mataram sebanyak 23 kasus ( 2 diantaranya meninggal), Kab. Lombok Barat 133 kasus ( 5 diantaranya meninggal dunia), Kab. Lombok Tengah 25 kasus ( 1 diantaranya meninggal dunia) dan Kab.
Lombok Timur 178 kasus. Dari kasus gizi buruk tersebut, tergolong gizi buruk dengan gejala klinis yaitu Marasmus 16 kasus, Kwashiorkor 1 kasus dan Marasmus + Kwashiorkor 4 kasus.
4. Maca Macamm- mac macam am kla klasif sifika ikasi si KEP KEP
a) Klasif Klasifikas ikasii KEP KEP menurut menurut Gomez Gomez Gomez(1956) mengklasifikasikan KEP berdasarkan berat badan terhadap usia, berat badan anak yang diperikasa dinyatakan sebagai persentase dari berat anak sesusia yang diharapkan sesuai dengan baku acuan dengan menggunakan persentil ke 50 baku acuan harvard
Kalori
BB/U(%)
(derajat KEP) 0 = Normal
≥ 90 %
1 = Ringan
89-75%
2 = Sedang
74-60%
3 = Berat
< 60%
Pengelompokan KEP menurut Gomez ini sangat bermanfaat dalam penelitian epidemiologis dan kesehatan masyarakat karena proporsi anak di masyarakat yang pada suatu ketika dalam hidupnya pernah mengalami KEP dapat ditentukan. Namun dalam pengelompokan pengelompokan ini tidak tidak dapat dilihat dilihat perbedaan perbedaan antara marasmu marasmuss dengan kwarsiorkor kwarsiorkor.. Akibatnya anak yang rasio berat badanya rendah terhadap usia sangat rendah tidak termasuk penderita KEP karena anak yang kurus ini memiliki ukuran tinggi badan yang rendah pula. b) Klasifikasi Klasifikasi menurut menurut Waterlow Waterlow Klasifikasi menurut waterlow menggunakan indikator berat badan terhadap usia dan berat badan. Klasifikasi Klasifikasi ini masih mengacu pada acuan baku harvard.
Kategori
Stunti nting
Wasting
(Tinggi menurut umur)
(Berat menurut tinggi)
0
>95%
>90%
1
95-90%
90-80%
2
89-85%
80-70%
3
85%
<70%
Pada kategori ini waterlow mengelompokan KEP ke dalam 4 kelas yaitu
Normal (BB/U = kat 0 dan 1 sedangkan sedangkan BB/Tb BB/Tb = kat 0 dan 1) ,
Kurus (BB/U = kat 0 dan 1 sedangkan BB/Tb = kat 2 dan 3),
Pendek (BB/U = kat 2 dan 3 sedangkan BB/Tb = kat 0 dan 1),
Kurus dan pendek ( BB/U = kat 2 dan 3 sedangkan BB/Tb = kat 2 dan 3) .
c) Klasif Klasifikas ikasii KEP KEP menurut menurut wellco wellcome me Klas Klasif ifika ikasi si welco welcome me ini juga juga masi masih h menga mengacu cu pada pada baku baku harvar harvard, d, namun namun Welcome memasukan parameter edema ke dalam penilaian. Tanda yang ada Kurus
% Berat baku 80-60
Edema 0
Defisit BB/TB Minimal
Pendek
<60
0
Minimal
Marasmus
<60
0
++
Kwarsiorkor
80-60
+
++
Marasmik kwarsiorkor
<60
+
++
d) Klasifikasi Klasifikasi menurut Depkes Depkes berdasark berdasarkan an WHO-N WHO-NCHS CHS indikator
Simpang baku ≥ 2 SD
Status gizi Gizi lebih
-2 SD sampai +2 SD
Gizi baik
<-2 SD sampai -3 SD
Gizi kurang
<-3 SD -2SD sampai +2 SD
Gizi buruk Normal
TB/U
-3SD
Pendek
BB/TB
≥ 2 SD
Gemuk
-2 SD sampai +@SD
Normal
<-2 SD sampai -3 SD
Kurus
BB/U
<- 3SD
Sangat kurus
Menurut Dr. Arisman setidaknya ada 4 faktor yang melatarbelakangi KEP yaitu 1) Masa Masala lah h sosial sosial dan dan eko ekonom nomii Kemiskinan merupakan salah satu determinan sosial ekonomi merupakan akar dari ketiadaan pangan, ketidakmampuan mengakses fasilitas kesehatan, serta menimbulkan kesalahan tenang kesalahan merawat bayi. Kesalahan mengerti tentang penggunaan bahan pangan. Potensi penurunan penurunan dalam makan nasi serta diperparah diperparah tentang cara menyapih anak. Serta distribusi pangan dalam keluarga terkesan masih timpang 2) Masa Masala lah h bio biolo logi gi Biologi menjadi latar belakang KEP antara lain malnutrisi ibu, baik sebelum atau selama hamil, hamil, penyakit infeksi infeksi (diare, (diare, campak, dan infeksi saluran saluran nafas yang kerap menghila menghilangka ngkan n nafsu nafsu makan makan kehila kehilangan ngan zat gizi gizi dalam dalam jumlah jumlah besar, besar, percep percepatan atan katabolisme), diet rendah energi atau protein, yang pada gilirannya akan menyebabkan bayi berat lahir rendah (bblr). (bblr). Bayi tersebut tersebut tidak akan mampu mampu mengejar mengejar kete ketert rtinn innga gala lanny nnya. a. Baik Baik kekur kekurang angan an bera beratt semas semasaa dala dalam m kandu kandunga ngan n maup maupun un kekurangan 3) Masa Masala lah h ling lingku kung ngan an Tempat tinggal yang berjejal dan tidak bersih menyebabkan infeksi sering terjadi, penyalahgunaan penyalahgunaan
anak
dan
ketidakberdayaan ketidakberdayaan kaum
ibu,
penelantaran penelantaran
lansia,
meng mengons onsum umsi si bahan bahan bukan bukan panga pangan n benca bencana na alam alam,, pera perang, ng, gangg gangguan uan sert sertaa hasil hasil distribusi pangan yang mengakibatkan bahan pangan rusak.
5. Perila Perilaku ku pen pence cegah gahan an
Tindaka Tindakan n penceg pencegahan ahan terhada terhadap p marasm marasmus us dapat dapat dilaksa dilaksanaka nakan n dengan dengan baik baik bila bila penyebab diketahui. diketahui. Usaha-usaha Usaha-usaha tersebut tersebut memerlukan memerlukan sarana dan prasarana prasarana kesehatan kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi. a. Pemberi Pemberian an air susu susu ibu (ASI) (ASI) sampai sampai umur 2 tahun tahun merupak merupakan an sumber sumber energi energi yang paling baik baik untuk bayi. b. Ditambah Ditambah dengan dengan pemberian pemberian makanan makanan tambahan tambahan bergizi bergizi pada umur 6 tahun ke atas atas
c. Pence Pencega gahan han penya penyaki kitt infeks infeksi, i, denga dengan n menin meningk gkat atkan kan keber kebersi sihan han lingk lingkung ungan an dan dan kebersihan perorangan d. Pemb Pember eria ian n imun imunis isas asi. i. e. Mengikuti Mengikuti program program keluarga keluarga berencana berencana untuk mencegah mencegah kehamilan kehamilan terlalu terlalu kerap. kerap. f. Penyulu Penyuluhan/ han/pend pendidik idikan an gizi tentang tentang pemberia pemberian n makanan makanan yang adekuat adekuat merupaka merupakan n usaha pencegahan jangka panjang. g. Pemanta Pemantauan uan (survei (surveillan llance) ce) yang teratu teraturr pada anak balita balita di daerah daerah yang endemis endemis kurang gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan. h. Penting Pentingnya nya Dete Deteksi ksi Dan Dan Inter Intervens vensii Dini. Dini. Mengingat penyebabnya sangat kompleks, pengelolaan gizi buruk memerlukan kerjasama yang komprehensif dari semua pihak. Bukan hanya dari dokter maupun tenaga medis, namun juga pihak orang tua, keluarga, pemuka masyarakat maupun agam agamaa dan peme pemeri rinta ntah. h. Langk Langkah ah awal awal penge pengelol lolaan aan gizi gizi buru buruk k adala adalah h meng mengat atasi asi kegawatan yang ditimbulkannya, dilanjutkan dengan “frekuen feeding” ( pemberian makan yang sering, pemantauan akseptabilitas diet ( penerimaan tubuh terhadap diet yang diberikan), pengelolaan infeksi dan pemberian stimulasi. Perlunya pemberian diet seimbang, cukup kalori dan protein serta pentingnya edukasi pemberian makan yang benar sesuai sesuai umur anak, anak, Pada daerah daerah endemis gizi gizi buruk perlu perlu distribusi distribusi makanan makanan yang memadai. Posyandu dan puskesmas sebagai ujung tombak dalam melakukan skrining / deteksi dini dan pelayanan pertama menjadi vital dalam pencegahan kasus gizi buruk saat saat ini. ini. Pengg Pengguna unaan an kartu kartu menuj menuju u sehat sehat dan dan pembe pemberi rian an maka makanan nan tamba tambahan han di posyandu posyandu perlu digalakka digalakkan n lagi. Tindakan Tindakan cepat pada pada balita balita yang 2x berturut-tur berturut-turut ut tidak naik timbangan berat badan untuk segera mendapat akses pelayanan dan edukasi lebih lanjut, lanjut, dapat dapat menjadi menjadi sarana sarana deteksi deteksi dan interv intervensi ensi yang efekti efektif. f. Termas Termasuk uk juga juga peningkatan peningkatan cakupan imunisasi imunisasi untuk menghindari menghindari penyakit yang dapat dicegah, serta propaganda propaganda kebersihan kebersihan personal personal maupun lingkungan. lingkungan. Pemuka masyarakat masyarakat maupun maupun agam agamaa akan akan sanga sangatt efekt efektif if jika jika mau mau memba membantu ntu dalam dalam pemb pember erian ian eduka edukasi si pada pada masyarakat, masyarakat, terutama dalam menanggulangi menanggulangi kebiasaan atau mitos-mitos mitos-mitos yang salah pada pemberian pemberian makan pada anak. Kasus gizi buruk mengajak mengajak semua komponen komponen bangsa untuk peduli, peduli, berrsama berrsama kita selamatkan selamatkan generasi generasi penerus penerus ini untuk menjadi menjadi
Indonesia yang lebih baik. Ruang Ruang lingkup lingkup Penanggu Penanggulang langan an Balita Balita Gizi Gizi buruk buruk dari dari tingkat tingkat Kabupa Kabupaten, ten, Puskes Puskesmas mas sampai sampai tingkat tingkat Rumah Rumah Tangga.D Tangga.Dalam alam Best Best Practic Practicee diuraik diuraikan an tentang tentang Prosedur Penjaringan Kasus Balita Gizi Buruk, Prosedur Pelayanan Balita GiziBuruk Puskesmas, Prosedur Pelacakan Balita Gizi Buruk dengan cara Investigasi, Prosedur Pelayanan Balita Gizi Buruk di Rumah Tangga, Prosedur Koordinasi Lintas Sektoral dalam Upaya Penanggulangan Gizi Buruk.
Faktor yang berpengaruh pada status gizi dan kesehatan
1. Ketahan Ketahanan an pang pangan an tingk tingkat at ruma rumah h tangga tangga Ketahan Ketahanan an pangan pangan di tingkat tingkat rumah rumah tangga tangga sangat sangat tergant tergantung ung dari dari cukup cukup tidakny tidaknyaa pangan dikonsumsi dikonsumsi oleh setiap anggota anggota rumah tangga untuk mencapai mencapai gizi baik dan hidup sehat.
2. Kebiasa Kebiasaan an makan makan dan dan peril perilaku aku hidu hidup p sehat sehat Kebiasaan makan dinilai berdasarkan perilaku anggota rumah tangga mengkonsumsi makanan makanan seharisehari-hari hari.. Penilai Penilaian an dilakuk dilakukan an dari berapa berapa kali konsums konsumsii sayur, sayur, buah, buah, makanan sumber hewani, dan nabati dalam seminggu. Laki-laki maupun perempuan mengkonsumsi mengkonsumsi sayuran pada umumnya lebih sering dibanding konsumsi konsumsi buah. Jika membedakan antara Kota dan Desa, konsumsi sayuran lebih sering dikonsumsi di Desa dibanding Kota, sedangkan jenis makanan lain hampir sama antara Kota dan Desa.
3. Kesehat Kesehatan an lingkung lingkungan an dan pelay pelayanan anan keseha kesehatan tan dasar dasar Masalah kesehatan lingkungan dan pelayanan kesehatan dasar merupakan determinan penting dalam bidang kesehatan. kesehatan. Berubahnya Berubahnya kondisi lingkungan lingkungan akan berdampak berdampak kepada berubahnya kondisi kesehatan masyarakat. Kecenderungan masalah lingkungan yang menjadi issue penting saat ini antara lain: terjadinya perubahan iklim, mulai berkurangnya berkurangnya sumber sumber daya alam, terjadinya pencemaran lingkungan baik terhadap terhadap air maupun udara.
4. Pendi ndidika dikan n
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat sehat.. Tingk Tingkat at pendi pendidik dikan an yang yang lebih lebih tingg tinggii akan akan memu memuda dahka hkan n sese seseora orang ng atau atau masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya gaya hidup hidup sehar seharii-har hari, i, khusus khususnya nya dala dalam m hal kese kesehat hatan an dan dan gizi. gizi. Tingk Tingkat at pendidikan, pendidikan, khususnya khususnya tingkat pendidikan pendidikan wanita mempengaruhi mempengaruhi derajat kesehatan. kesehatan. Angka melek huruf merupakan salah satu indikator penting yang juga akan membawa pengaruh pengaruh positif positif terhadap terhadap kesehatan kesehatan dan dan kesejahteraan kesejahteraan masyarak masyarakat. at.
KESIMPULAN
KEP yaitu Kurang Kalori Kalori Protein (KKP) ini ini terjadi ketika kebutuhan tubuh akan kalori, protein atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Pada umumnya KEP terdiri dari tiga bentuk yaitu : 1. Marasmus 2. Kwarsiorko orkor r 3. Mara Marasm smikik-kw kwar arsi sior orkor kor Masalah – masalah penyebab KEP 1) Masa Masala lah h sosia sosiall dan eko ekonom nomii 2) Masal asalah ah biol biolog ogii 3) Masal asalah ah lingk lingkun unga gan n Perilaku pencegahan i.
Pemberi Pemberian an air susu susu ibu (ASI) (ASI) sampa sampaii umur 2 tahun tahun merupa merupakan kan sumber sumber energi energi yang paling baik baik untuk bayi.
j.
Ditambah Ditambah dengan dengan pemberian pemberian makanan makanan tambahan tambahan bergizi bergizi pada umur 6 tahun ke atas atas
k. Pencega Pencegahan han penyakit penyakit infeksi, infeksi, dengan meningka meningkatkan tkan kebersi kebersihan han lingkunga lingkungan n dan kebersihan perorangan l.
Pemb Pember eria ian n imun imunis isas asi. i.
m. Mengikuti Mengikuti program program keluarga keluarga berencana untuk mencegah mencegah kehamilan kehamilan terlalu terlalu kerap. n. Penyulu Penyuluhan/ han/pend pendidik idikan an gizi tentang tentang pemberi pemberian an makanan makanan yang adekuat adekuat merupa merupakan kan usaha pencegahan jangka panjang. o. Pemanta Pemantauan uan (survei (surveillan llance) ce) yang teratu teraturr pada anak balita balita di daerah daerah yang endemis endemis kurang gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan. p. Pentingnya Pentingnya Deteksi Deteksi Dan Intervens Intervensii Dini.
DAFTAR PUSTAKA
•
Arisman. 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Kehidupan. Jakarta : EGC
•
Groverior, Mary b.2002. Nutriti b.2002. Nutrition on from science science to life life. Florida : Harcout college publishing publishing
•
Markum, AH.1991. Buku AH.1991. Buku Ajar Ajar Ilmu Kesehata Kesehatan n Anak jilid jilid 1. 1. Jakarta : FKUI
•
Olson, Robert. Dkk.2001. Present Dkk.2001. Present Knowledg Knowledgee In Nutrition Nutrition.Washington: .Washington: the nutrition Foundation inc.
•
Pipes, Peggi L. 1984. Nutriti 1984. Nutrition on in infancy infancy and childhoo childhood d . Misouri : times miror / mosby college publishing
•
Sediaotama, Achmad Djaeni.1985. Ilmu Djaeni.1985. Ilmu Gizi jilid 1. Jakarta : Dian Rakyat
•
Supriasa, I dewa, dkk.2001. Penilai dkk.2001. Penilaian an status status Gizi. Gizi. Jakarta : EGC.
•
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05_KarakteristikBalitaKEP.pdf/05_Karakteri stikBalitaKEP.html, stikBalitaKEP.html, diakses pada tanggal 19 Maret 2009 pukul 16.00
•
http://statusgizi.blogspot.com/2009/01/riwayat-alamiah-penyakit-gizi.html diakses pada tanggal tanggal 19 Maret Maret 2009 2009 pukul pukul 16.00 16.00
•
Malnutrition, Malnutrition, missed opportunities opportunities for diagnosis. oleh S antwi
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi? tool=pubmed&pubmedid=19274107 tanggal 19 Maret 2009 pukul 16.00
Disusun oleh: Indah Puspita Mujahidin Wirawan Nita Supriatiningsih Supriatiningsih Nurul Huda Sri Lesy Septiana
Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakulatas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2009