1. Buat satu paparan tentang manajemen Konsep Pelayanan Keperawatan Kritis dari lingkungan sampai sumber daya manusianya . JAWAB : 1) Konsep Dasar Pelayanan Keperawatan Kritis Keperawatan kritikal adalah suatu bidang yang memerlukan perawatan pasien yang berkualitas tinggi dan komprehensif. Untuk pasien yang kritis waktu adalah vital .Proses keperawatan memberikan suatu pendekatan yang sistematis, dimana perawat keperawatan kritis dapat mengevaluasi masalah pasien dengan cepat. Kritis adalah penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-hati terhadap suatu kondisi krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan keluar. Keperawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang secara khusus menangani respon manusia terhadap masalah yang mengancam hidup. Seorang perawat kritis adalah perawat profesional profesional yang bertanggung jawab untuk menjamin pasien yang kritis dan akut beserta keluarganya keluarganya mendapatkan mendapatkan pelayanan pelayanan keperawatan keperawatan yang optimal. Proses keperawatan adalah susunan metode pemecahan masalah yang meliputi pengkajian , analisa perencanaan, implementasi dan evaluasi . The American Associaton Of Crtical Care Nurses (AACN) menyeusun standar proses keperawatan sebagai asuhan keperawatan kritikal. Standar proses AACN ditunjukan pada tabel di bawah ini Tabel 1- 1 Standar Proses American Associaton Of Critical Care Nurses Keperawatan kritis harus menggunakan proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan . 1. Data akan dikumpulkan secara terus- menerus pada semua pasien yang sakit kritis dimanapun tempatnya. 2. Identifikasi masalah / kebutuhan pasien dan prioritas harus didasarkan pada data yang dikumpulkan. 3. Rencana asuhan keperawatan yang tepat harus diformulasikan. 4. Rencana asuhan keperawatan harus diimplementasikan menurut prioritas dari identifikasi masalah/kebutuhan. masalah/kebutuhan. 5. Hasil dari asuhan keperawatan harus dievaluasi secara terus-menerus Dari American Association Of Critical Care Nurses: Standards Of Nursing care of the critically, ed 2, san mateo, calif,1989,Appleton & lange,hlm 6-13
Konsep Pelayanan Kritis Kosep pelayanan kiritis terdiri dari 1. Tujuan Untuk mempertahankan mempertahankan hidup (maintaining life). life). 2. Pengkajian Komponen kunci dan pondasi proses keperawatan adalah pengkajian. Pengkajian membuat data dasar dan merupakan proses dinamis. Suatu pengkajian yang mendalam memungkinkan perawat kritikal untuk mendeteksi perubahan cepat, melakukan intervensi dini dan melakukan asuhan. Terdapat Tiga Fase dasar untuk pengkajian : 1) Pengkajian Awal : Pengkajian yang dibuat dengan cepat selama pertemuan pertama dengan pasien, yang meliputi ABC : Airway, Breathing dan Circulation. 2) Pengkajian Dasar : Pengkajian lengkap pada pasien dimana semua sistem dikaji. 3) Pengkajian Terus-menerus Terus-menerus : Suatu pengkajian ulang secara terusmenerus yang dibutuhkan pada status perubahan pasien yang sakit kritis. Status pasien akan mengatur waktu dan kedalaman kedalaman pengkajian. Terdapat bermacam bermacam- macam tipe pendekatan pengkajian dua pendekatan yang paling penting digunakan digunakan yakni ; 1) Pendekatan dari kepala sampai ujung kaki (head to toe) : Pendekatan dari kepala samapai kaki merupakan pendekatan simetris yang sistematis dimulai dengan kepala dan diakhiri dengan kaki. 2) Pendekatan sistem tubuh : mengkaji masing-masing masing-masing tubuh secara bebas . banyak perawat kritikal menggunakan menggunakan suatu kombinasi pendekatan dimana pendekatan dimana pendekatan dari kepala sampai kaki dan pendekatan sistem tubuh terintegrasi yakni, perawat memulai pengkajian dengan kepala dan mengevaluasi sistem neurologi, kemudian mengkaji dada dan meliputi sistem kardiovaskular dan sistem pernafasan.
Pendekatan ini memberikan suatu perkembangan yang logis untuk pengkajian. Pengkajian menghasilakan data dasar. Data dasar ini dirumuskan dari riwayat keperawatan, pengkajian fisik dan sumber lain dari pengkajian data. 3. Diagnosa keperawatan Ditegakkan untuk mencari perbedaan serta mencari tanda dan gejala yang sulit diketahui untuk mencegah kerusakan/ gangguan yang lebih luas. 4. Perencanaan keperawatan Ditujukan pada penerimaan dan adaptasi pasien secara konstan terhadap status yang selalu berubah. 5. Intervensi Ditujukan terapi gejala-gejala yang muncul pertama kali untuk pencegahan krisis dan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama sampai dapat beradaptasi dengan dengan tercapainya tingkat kesembuhan kesembuhan yang lebih tinggi atau terjadi kematian. 6. Implementasi Perencanaan dimasukkan dalam tindakan selama fase ini implementasi . ini merupakan fase kerja aktual dari proses keperawatan. 7. Evaluasi Dilakukan secara cepat, terus menerus dan dalam waktu yang lama untuk mencapai keefektifan masing-masing tindakan/ terapi, secara terus-menerus menilai kriteria hasil untuk mengetahui perubahan perubahan status pasien. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pasien kritis prioritas pemenuhan kebutuhan tetap mengacu pada hirarki kebutuhan dasar Maslow dengan tidak meninggalkan meninggalkan prinsip holistik.
2) Lingkungan keperawatan keperawatan kritis :
Respon individu dan keluarga terhadap pengalaman keperawatan kritis
Penyakit kritis adalah kejadian dramatis emosional yang dialami pasien dan keluarganya. Untuk beberapa situasi tertentu persiapan dari segi psikologis perlu dilakukan. Perawat kritis berada di posisi yang paling tepat untuk memahami kondisi yang dialami pasien dan keluarganya dan membantu mereka untuk beradaptasi dengan situasi yang ada. Gejala fisik dari penyakit kritis yang mengancam jiwa, seperti nyeri tingkat akhir atau perdarahan biasanya disertai dengan respon psikologis dari pasien dan keluarganya, keluarganya, seperti: 1. Cemas 2. Takut 3. Panik 4. Marah 5. Perasaan bersalah 6. Distres spiritual Respon psikologis tersebut dapat memperburuk gejala-gejala fisik yang diderita pasien.
Kecenderungan trend dan trend dan isu keperawatan kritis
Perkembangan yang pesat di bidang teknologi dan pelayanan kesehatan cukup berkontribusi dalam membuat orang tidak lagi dirawat dalam jangka waktu lama di rumah sakit. Pasien yang berada di unit perawatan kritis dikatakan lebih sakit dibanding sebelumnya. Sekarang ini banyak pasien yang dirawat di unit kritis untuk waktu 5 tahun sudah dapat menjalani rawat jalan di rumah masing-masing. Pasien unit kritis yang ada sekarang ini tidak mungkin bertahan hidup di masa lalu dikarenakan buruknya sistem perawatan kritis yang ada. Sudah direncanakan direncanakan di beberapa rumah sakit akan adanya unit kritis yang lebih besar dan kemungkinan mendapatkan pelayanan perawatan kritis di rumah atau tempat-tempat alternatif lainnya. Perawat kritis harus tetap memantau informasi terbaru dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki untuk mengelola metode dan teknologi perawatan terbaru. Seiring dengan perkembangan perawatan yang dilakukan pada pasien semakin kompleks dan banyaknya metode ataupun teknologi
perawatan baru yang diperkenalkan, diperkenalkan, perawat kritis dipandang perlu untuk selalu meningkatkan pengetahuannya. 3) Sumber Daya Manusia : Isu etik dan legal pada keperawatan kritis Perawat ruang intensif/kritis harus memberikan pelayanan keperawatan yang mencerminkan pemahaman akan aspek etika dan legal keperawatan yang mencerminkan pemahaman pemahaman akan aspek etika dan legal kesehatan. kesehatan. Perawat ruang kritis harus bekerja sesuai dengan aturan yang ada (standar rumah sakit/standar pelayanan maupun asuhan keperawatan). Etik ditujukan untuk mengukur perilaku yang diharapkan dari manusia sehingga jika manusia tersebut merupakan suatu kelompok tertentu atau profesi tertentu seperti profesi keperawatan, maka aturannya merupakan suatu kesepakatan dari kelompok tersebut yang disebut kode etik. Status pekerjaan sebagai seorang perawat rumah sakit ataupun bagian dari staf paramedik tidak membuat membuat perawat bisa menghindari tanggung jawab dan kewajiban mematuhi hukum dalam setiap tindakan/pelayanan keperawatan yang dilakukan. Kumpulan hukum/peraturan keperawatan yang telah dikembangkan dikenal sebagai standar pelayanan keperawatan. Standar pelayanan keperawatan ditentukan dengan pengambilan pengambilan keputusan atas tindakan profesional yang paling tepat dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada. Sumber :
Pengkajian Keperawatan Kritis.edisi 2.Laura A.Talbot RN,C,Phd, Mary Meyers-Marquadt,RN,BSN,CCRN.1997.EGC halaman 1-3
http://teguhtriyono76.blogspot.com/2012/09/konse http://teguhtriyono76.blogsp ot.com/2012/09/konsep-perawatanp-perawatankritis.html diakses pada hari sabtu 25 mei 2013 15:46 WIB
2. Kembangkan Manajemen rencana asuhan keperawatan berdasarkan pendekatan asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan) pada kasus : Pneumothorax, Pneumothorax, ESRD , Edema Paru dan stroke disertai EBP ( pilih Salah Satu ) 1. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Edema Paru a) Pengkajian
a. Data demografi Nama
:
Umur
:
Jenis kelamin
:
Status
:
Keluhan utama
:
Pada
Pasien
dengan
penyakit
pernafasan biasanya meliputi satu dari lima tanda atau gejala utama yakni : nyeri dada, dispneu , batuk sputum atau hemoptisis. Riwayat yang rinci berhubungan dengan tiap bagian yang memberikan data dasar yang komprehensif pada perencanaan keperawatan pasien Riwayat penyakit sekarang
: Pengkajian sistem pernapasan seperti
menanyakan tentang perjalanan sejak timbul keluhan hingga klien meminta pertolongan. Misalnya : sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama dan berapa kali keluhan timbul, apa yang sedang dilakukan ketika keluhan ini terjadi , kedaan apa yang memperberat atau memperingan keluhan, adakah usaha mengatasi keluhan ini sebelum meminta pertolongan, berhasil atau tidakkah usaha tersebut dan sebagainya. Setiap keluhan utama harus ditanyakan kepada klien sedetail-detailnya, dan semuanya diterangkan pada riwayat penyakit sekarang. Pada umunya, beberapa hal yang harus diunkapkan pada setiap gejala adalah lama timbulnya (durasi) : lokal penjalarannya : terutama untuk nyeri : sifat keluhan (karakter) : berta ringannya : mula timbul ( onset) faktor-faktor yang memeperingan atau memperberat dan gejala yang menyertainya. Riwayat penyakit dahulu :
Perawat
menanyakan
tentang
penyakit-
penyakit yang pernah dialami sebelumnya. Misalnya : Apakah klien pernah dirawat sebelumnya, dengan penyakitnya apa, apakah pernah mengalami sakit yang berat dan sebagainya. Pengobatan yang lalu dan riwayat alergi ada beberapa obat yang diminum oleh klien pada masa lalu yang masih relevan seperti obat anti tubercolosis (OAT). Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu. Selain itu, juga harus menanyakan alergi obat dan tanyakan reaksi alergi apa yang timbul. Sering kali klien mengacaukan suatu alergi.
Riwayat diet yang dikonsumsi penderita seperti banyaknya asupan garam dalam pemenuhan nutrisi sehari-hari ,ketidak mampuan /ketidak mauan dalam pemenuhan nutrisi protein dan riwayat diet alergi / pantangan makan berpengaruh terhadap keluhan dalam sistem pernapasan Keadaaan umum
: Klien sadar penuh (composmentis) GCS 15
b. Pemeriksaan fisik 1) Breathing Napas pasien terasa sesak serta batuk-batuk. Pasien tampak batuk batuk mengeluarkan darah dan berbusa. RR 36x/m, sat O2 83%. Thorax foto menggambarkan adanya cairan di dalam paru 2) Blood Pasien mmpunyai riwayat penyakit jantung sejak 4 tahun yang lalu. Tekanan
darah
90/60mmHG,
HR
125x/m.
Thorax
foto
menggambarkan adanya pembesaran jantung. Hb 10.3, lekosit 17.000. trombosit 273.000, hematokrit 44 3) Brain Kesadaran klien komposmentis GCS 15 4) Blader Tidak terdapat gangguan pada sistem perkemihan 5) Bowel Tidak terdapat gangguan pada sistem pencernaan 6) Bone Tidak terdapat gangguan di sistem muskuloskeletal c. Pemeriksaan diagnostik Saturasi O2 83%. Hasil laboratorium HB 10.3, lekosit 17.000, hematokrit 44, trombosit 273.000. thorax foto menggambarkan adanya cairan pada area paru dan pembesaran jantung. b) Analisa Data No. 1.
Data
Etiologi
Masalah
— Subyektif :
Gagal jantung kiri
Gangguan
↓
pertukaran gas
sesak nafas
— Obyektif
Ketidakseimbangan staling force
:
hiperventilasi,
laju
↓
pernafasan meningkat
Cairan berpindah ke interstitial
(36x/menit), SaO2 83
↓
%.
Akumulasi
cairan
berlebih
(transudat/eksudat) ↓ Alveoli terisi cairan ↓ Gangguan pertukaran gas
2.
— Subyektif : sesak nafas
— Obyektif
:
Gagal jantung kiri
Pola
↓
tidak efektif
Ketidakseimbangan staling force
hiperventilasi,
batuk ↓
mengeluarkan
darah
dan
nafas
berbusa,
laju
Cairan berpindah ke interstitial ↓
pernafasan meningkat
Akumulasi
cairan
(36x/menit).
(transudat/eksudat)
berlebih
↓ Cardiac output ↓ ↓ O2 jaringan ↓ ↓ B1 Breath ↓ Pengambilan O2 ↑ ↓ Takipnea, dipsnea, ronchi ↓ Pola nafas tidak efektif
3.
— Subjektif
:
mengatakan malam
terakhir
klien tiga ini
Batuk – batuk
Gangguan pola
↓
tidur
Mengeluarkan darah dan berbusa
tidak bisa tidur
↓
— Objektif :
Gangguan rasa nyaman
-
RR : 36x/menit,
↓
-
N : 125x/menit,
Gangguan pola tidur
-
TD
:
90/60mmHg. -
Klien
tampak
sering menguap. 4.
— Subjektif :
Akumulasi
cairan
berlebih
(transudat/eksudat)
sesak nafas.
Toleransi aktifitas
↓
— Objektif : -
Batuk-batuk,
Cardiac output ↓
-
RR : 36x/menit,
↓
-
N : 125x/menit,
O2 jaringan ↓
-
TD
:
90/60mmHg.
↓ B6 Bone ↓ Kelelahan ↓ Intoleransi aktifitas
5.
Subjektif : -
Pemasangan
Objektif :
(ventilator)
-
-
-
klien
terpasang
bantu
nafas
Resiko infeksi
↓
ventilator
Area invasi
Klien
M.O
terpasang
alat
endotrakheal
↓
lekosit = 17.000
Resiko tinggi infeksi
c) Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan distensi 2. Gangguan Pola nafas berhubungan dengan penaikan pengambilan oksigen 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor internal : sesak nafas
tinggi
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan 5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan area invasi mikroorganisme sekunder terhadap pemasangan selang endotrakeal
d) Intervensi Keperawatan No
Diagnosa
Tujuan
1.
Gangguan pertukaran
Setelah
Gas
berhubungan
keperawatan selama 2x24 jam
distensi
klien tidak mengalami gangguan
dengan
kapiler pulmonar
Intervensi dilakukan
tindakan
pertukaran gas dengan criteria : -
Tidak terjadi sianosis
-
Tidak sesak
-
RR normal (16-20 × /
1. Berikan HE pada pasien tentang penyakitnya
-
partial
2. Atur posisi pasien semi fowler
3. Bantu pasien untuk melakukan
pressure
of
4. Pemberian oksigen secara adequat dapat mensuplai dan
hipoksia 5. Dyspneu, sianosis merupakan tanda terjadinya gangguan nafas
(PaO2): 75-100 mm Hg
-
partial
pressure
carbon
5. Observasi tanda – tanda vital
of
dioxide
oxygen content (O2CT):
6. Pengobatan
oxygen
saturation
(SaO2): 94-100% bicarbonate
(HCO3):
22-26 mEq/liter
yang
diberikan
berdasar
membantu dalam proses terapi keperawatan 6. Kolaborasi dengan tim medis dalam memberikan pengobatan
15-23%
disertai dengan kerja jantung yang menurun timbul takikardia dan capilary refill time yang memanjang/lama.
(PaCO2): 35-45 mm Hg
-
imobilisasi
memberikan cadangan oksigen, sehingga mencegah terj adinya
-
-
respirasi dapat berjalan dengan lancer
reposisi secara sering
oxygen
-
kooperatif dalam memberikan terapi 2. Jalan nafas yang longgar dan tidak ada sumbatan proses
4. Berikan terapi oksigenasi
BGA normal:
1. Informasi yang adekuat dapat membawa pasien lebih
3. Posisi yang berbeda menurunkan resiko perlukaan akibat
menit) -
Rasional
indikasi
sangat
-
2.
pH: 7.35-7.45
Gangguan Pola nafas
Setelah
berhubungan dengan
keperawatan selama 2x24 jam
penaikan
Pola
pengambilan oksigen
dengan kriteria hasil: -
dilakukan
nafas
kembali
tinakan 1. Berikan HE pada pasien tentang penyakitnya
kooperatif dalam memberikan terapi
efektif
2. Jalan nafas yang longgar dan tidak ada sumbatan proses 2. Atur posisi semi fowler
respirasi dapat berjalan dengan lancar.
Tidak terjadi hipoksia
3. Sianosis
atau hipoksemia -
Tidak sesak
-
RR normal (16-20 × / menit)
-
-
1. Informasi yang adekuat dapat membawa pasien lebih
merupakan
salah
satu
tanda
manifestasi
ketidakadekuatan suply O2 pada jaringan tubuh perifer . 3. Observasi tanda dan gejala sianosis
4. Pemberian oksigen secara adequat dapat mensuplai dan
memberikan cadangan oksigen, sehingga mencegah terjadinya 4. Berikan terapi oksigenasi
hipoksia.
Tidak terdapat kontraksi
5. Dyspneu, sianosis merupakan tanda terjadinya gangguan nafas
otot bantu nafas
disertai dengan kerja jantung yang menurun timbul takikardia
Tidak terdapat sianosis
dan capilary refill time yang memanjang/lama. 5. Observasi tanda-tanda vital
6. Ketidakmampuan tubuh dalam proses respirasi diperlukan
intervensi yang kritis dengan menggunakan alat bantu pernafasan (mekanical ventilation). 7. Pengobatan
yang
diberikan
berdasar
membantu dalam proses terapi keperawatan 6. Observasi timbulnya gagal nafas.
7. Kolaborasi
dengan
tim
medis
indikasi
sangat
dalam memberikan pengobatan 3.
Gangguan pola tidur Setelah
dilakukan
tindakan
1. Tentukan
kebiasaan
tidur
berhubungan dengan
keperawatan selama 2x24 jam
biasanya dan perubahan yang
faktor
gangguan pola tidur teratasi
terjadi.
internal
:
sesak nafas
dengan criteria hasil : -
Melaporkan
dalam pola tidur atau istirahat -
peningkatan
rasa
sejahtera dan segar -
Klien
dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru.
tidak
Setelah
dilakukan
ansietas
yang
berhubungan
dapat
berkurang.
energi dan siap untuk tidur malam hari. Namun kelanjutan aktivitas yang dekat dengan waktu tidur dapat bertindak
pasien
sebagai stimulasi yang memperlambat tidur
berhenti
beraktivitas
dan
4. Membantu menginduksi tidur.
5. Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur / istirahat 4. Intruksikan tindakan relaksasi
selama periode transisi dari rumah ke lingkungan baru.
5. Kolaborasi pemberian
Catatan : hindari penggunaan kebiasaan karena obat ini
sedatif
sesuai indikasi. aktifitas
dan
ringan selama siang hari. Jamin
beberapa jam sebelum tidur.
menguap.
Intoleransi
stres
tampak
mengantuk
4.
lama,
3. Aktivitas siang hari dapat membantu pasien menggunakan
3. Dorong beberapa aktivitas fisik
Mengungkapkan
tepat 2. Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan
2. Buat rutinitas tidur baru yang perbaikan
1. Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang
tindakan
1. Catat/
menurunkan waktu tidur REM.
dokumentasi
frekuensi
1. Dengan pencatatan secara bertahap dapat mengetahui
berhubungan dengan
keperawatan selama 2x24 jam
jantung, irama, dan perubahan
apakah klien mengalami peningkatan dan penurunan
kelelahan
Toleransi
tekanan darah sebelum, selama
tekanan darah dan perubahan irama jantung
aktivitas
pasien
meningkat dengan criteria : -
Frekuensi
jantung
normal -
TD dalam batas normal
dan
sesudah
aktifitas
sesuai
indikasi
2. Istirahat dapat mempercepat proses penyembuhan klien
2. Tingkatkan aktivitas
istirahat,
pada
dasar
batasi nyeri/
yaitu
120/90
sesuai
perhitungan MAP -
Kulit hangat
-
Dapat
respon hemodinamik 3. Batasi
3. Membatasi
pengunjung
atau
kunjungan pasien
sendiri
tanpa
dibantu
terhadap
klien
dapat
meminimalisir keadaan istirahat klien 4. Aktifitas secara bertahap agar penyakit jantung tidak
melakukan
aktifitas
kunjungan
terjadi secara signifikan. 4. Jelaskan bertahap
pola
peningkatan
dari
azktivitas
5
Resiko tinggi infeksi
Setelah
berhubungan dengan
keperawatan selama 2x 24 jam
area
klien tidak mengalami resiko 2. Observasi tanda-tanda vital.
invasi
dilakukan
tindakan 1. Berikan HE pada pasien tentang
mikroorganisme
infeksi dengan criteria hasil :
sekunder
terhadap
- Pasien
selang
kontak
pemasangan endotrakeal
mampu
mengurangi
dengan
pemasangan
area
kondisi yang dialaminya
kooperatif dalam memberikan terapi 2. Meningkatnya suhu tubuh dpat dijadikan sebagai indicator
terjadinya infeksi 3. Observasi
daerah
pemasangan
selang endotrakheal
aseptik
4. Meminimalkan organisme yang kontak dengan pasien dapat
menurunkan resiko terjadinya infeksi
o
- Suhu normal (36,5 C)
5. Pengobatan
- Tidak adanya tanda – tanda 5. Kolaborasi infeksi
3. Kebersihan area pemasangan selang menjadi factor resiko
masuknya mikroorganisme
selang 4. Lakukan tehnik perawatan secara
endotrakeal
1. Informasi yang adekuat dapat membawa pasien lebih
dengan
tim
medis
dalam memberikan pengobatan
yang
diberikan
berdasar
membantu dalam proses terapi keperawatan
indikasi
sangat