LAPORAN PENDAHULUAN KEP DAN FEBRIS
A. KONSEP DASAR PENYAKIT I. KEKURANGAN ENERGI PROTEIN (KEP) 1. Pengertian
Kurang Energi Protein (KEP)/Kurang Kalori Protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kebutuhan gizi/AKG. (Mansjoer, 2000) KEP (Kekurangan energi protein) adalah salah satu keadaan dimana tubuh mengalami defisiensi zat gizi yaitu kalori (zat tenaga) dan protein (zat pembangun). Keadaan umumnya umumnya pada anak dibawah usia lima tahun. (Mulyati, sri 1993) KEP (kurang energi protein) adalah gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan protein dan/atau kekurangan energi dengan manifestasi klinis (KEP berat) dalam tipe-tipe yakni : kwashiorkor, marasmus, atau tipe campuran (marasmik-kwashiorkor). (Sudaryat Suraatmaja & Soetjiningsih, 2000) KEP merupakan keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari, sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi, yang pada umumnya terjadi pada anak di bawah lima tahun.
2. Anatomi dan Fisiologi
System pencernaan terdiri dari mulut, faring, osefagus, gaster, usus halus, usus besar, rectum dan anus. Sistem ini berfungsi menyediakan nutrisi bagi kebutuhan sel melalui proses ingesti, digesti, dan absorbsi, serta eliminasi bagi makanan yang tidak dapat dicerna oleh tubuh. (Syarifudin, 1997) Proses ingesti terjadi saat makanan berada dilingkungan mulut yaitu saat mengunyah yang yang dilakukan oleh koordinasi koordinasi otot rangka dan sistem saraf sehingga makanan menjadi halus dan saat yang sama makanan bercampur dengan saliva sehingga makanan menjadi licin dan mudah ditelan. (Syarifudin, 1997)
Digesti adalah perubahan fisik dan kimia dari makanan dengan bantuan enzim dan koenzim yang pengeluarannya diatur oleh hormone dan saraf. sehingga zat-zat makanan dapat di absorbsi kedalam aliran darah. proses digesti dimulai dari mulut dan berakhir di usus halus. (Syarifudin, 1997) Eliminasi adalah pengeluaran sisa pencernaan dari tubuh melalui anus. zat-zat makanan yang diserap oleh tubuh dimetabolisme oleh sel sehingga menghasilkan energi, membentuk jaringan, hormone, dan enzim. Makanan dapat bergerak dari saluran cerna sampai ke anus.karena adanya peristaltic yang berasal dari kontraksi ritmis dari usus yang diatur oleh system saraf otonom dan saraf enteric. (Syarifudin, 1997) Energi diperlukan oleh tubuh untuk pertumbuhan, meabolisme, utilisasi bahan makanan, dan aktivitas. Protein dalam diet dapat memberi energi untuk keperluan tersebut dan juga untuk menyediakan asam amino bagi sintesis protein sel, dan hormone maupun enzim untuk mengatur metabolisme. met abolisme. (Solihin, 2000) Suplai energi bagi pemeliharaan sel lebih diutamakan daripada suplai protein bagi pertumbuhan. Maka bilamana jumlah energi dalam makanan makanan sehari-hari tidak cukup, sebagian masukan protein makanan akan dipergunakan sebagai energi, hingga mengurangi bagian yang diperlukan bagi pertumbuhan. Bahkan jika masukan energi dan protein jauh dari cukup, proses katabolisme akan terjadi terhadap otot-otot untuk menyediakan glukosa bagi energi dan asam-amino untuk sintesis protein yang sangat esensial. (Solihin, 2000) Jumlah protein dan energi yang diperlukan untuk pertumbuhan yang mormal tergantung dari pada kualitas zat gizi yang dimakan, seperti bagaimana mudah zat tersebut dapat dicerna (digestibility), diserap (absorbability), distribusi asam amino proteinnya, dan factor-faktor lain, seperti umur, berat badan, aktivitas individu, suhu lingkungan, dan sebagainya. (Solihin,2000)
3. Etiologi
a. Penyebab KEP dibedakan menjadi dua, yaitu : 1)
Penyebab langsung Yaitu masukan makanan yang kurang baik dari gizi makro berupa karbohidrat, protein, lemak dan gizi mikro berupa vitamin A, B dan Fe maupun
penyakit atau kelainan yang diderita anak misalnya penyakit penyakit
infeksi, malabsorbsi, dll.
2)
Penyebab tidak langsung Faktor ekonomi, faktor fasilitas, perumahan, dan sanitasi, faktor pendidikan dan pengetahuan, faktor fasilitas pelayanan kesehatan dan faktor pertanian, dll.
b. Penyebab KEP bervariasi, sehingga derajat KEP bervariasi dari yang paling ringan sampai yang berat : 1)
KEP ringan dan sedang, merupakan keadaan patologik akibat kekurangan energi dalam waktu yang cukup lama, meskipun masukan protein dan zat gizi lainnya mungkin mencukupi. Bila hasil penimbangan BB pada KMS terletak pada pita warna kuning diatas garis merah atau BB/U 70% - 80% (Baku median WHO-NCHS).
2)
Marasmus, dimulai dengan mengurangnya energi hingga hilangnya sub kutan yang berlanjut dengan menyusutnya jaringan otot serta organ lainnya, baik morfologi maupun fungsinya (dikatakan anak marasmik hidup dari tubuhnya sendiri).
3)
Kwashiorkor terjadi akibat tubuh selalu kekurangan protein dalam diit dan lebih banyak mendapat diit kaya karbohidrat (energi relatif cukup)
4)
marasmic-kwashiorkor merupakan peralihan yang terjadi dari kwashiokor menjadi
marasmus
atau
sebaliknya,
bergantung
pada
diit
yang
diperolehnya. c. Secara garis besar ditandai dengan tiga tingkatan 1)
KEP Ringan : Bila hasil penimbangan BB pada KMS terletak pada pita warna kuning diatas garis merah atau BB/U 70% - 80% (Baku median WHO-NCHS).
2)
KEP Sedang : Bila hasil penimbangan BB pada KMS berada dibawah garis merah (BGM) atau BB/U 60% - 70% (Baku median WHO-NCHS).
3)
KEP Berat : bila hasill penimbangan BB/U < 60% (Baku median WHO NCHS) pada KMS tidak ada garis pemisah antara KEP berat dan KEP ringan.
4. Tanda dan Gejala
KEP berat secara klinis terdapat 3 tipe yaitu kwashiorkor, marasmus dan marasmus-kwashiokor. KEP ringan atau sedang disertai edema yang bukan karena penyakit lain disebut KEP berat tipe kwashiorkor.
a. KEP berat tipe kwashiorkor
Edema, umumnya seluruh tubuh dan terutama pada kaki (dorsum pedis)
Wajah membulat dan sembab (moon face)
Pandangan mata sayurambut tipis, kemerahan seperti warna rambt jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok
Perubahan status mental: cengeng, rewel, kadang apatis
Pembesaran hati
Otot mengecil (hypotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis), dimulai dengan titik menjadi ptechie kemudian menghitam dan mengelupas maka terdapat bagian-bagian merah yang dikelilingi oleh batas-batas yang masih hitam
Sering disertai : infeksi, anemia, diare
Pertumbuhan anak terganggu
Gejala gastrointestinal yaitu anorexia hebat sehingga berbagai makanan ditolak.
Kadar albumin serum rendah, kadar globulin normal/kadang meninggi sehingga perbandingan albumin-globulin terbalik dan kadar kolesterol rendah.
b. KEP berat tipe marasmus
Tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit
Wajah seperti orang tua
Cengeng, rewel
Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampe tidak ada
Perut cekung
Sering disertai penyakit kronik, diare kronik
Atrofi otot
c. KEP berat tipe marasmus-kwashiokor Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik kwashiokor dan marasmus, dengan BB/U < 60% baku median WHO-NCHS disertai edema yang tidak mencolok.
5. Fatofisiologi
Pada kwashiorkor yang klasik, gangguan metabolic dan perubahan sel menyebabkan edema dan perlemakan hati. Kelainan ini merupakan gejala yang menyolok. Pada penderita defisiensi protein, tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori yang cukup dalam dietnya. (Abdoeerahman, 1985) Namun kekurangan protein dalam diet akan menimbulkan kekurangan berbagai asam amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis. Oleh karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dari dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke otot. Berkurangnya asam amino dalam serum merupakan penyebab kurangnya pembentukan albumin oleh hepar, sehingga kemudian timbul edema. (Abdoerrahman, 1985) Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan lipoprotein-beta sehingga transport lemak dari hati kedepot lemak juga terganggu dan akibatnya terjadi akumulasi lemak dalam hepar. (Abdoerahman,1985) Pada keadaan marasmus yang mencolok adalah pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan menghilangnya lemak dibawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian merupakan proses fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan, tubuh memerlukan energi yang dapat dipenuhi oleh makanan yang diberikan, sehingga harus didapat dari tubuh sendiri, sehingga cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut. (Abdoerrahman, 1985) Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi, akan tetapi juga untuk memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya seperti asam amino untuk komponen homeostatik. Oleh karena itu marasmus berat, kadang-kadang masih ditemukan asam amino yang normal, sehingga hati masih dapat membentuk cukup albumin. (Abdoerrahman, 1985)
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Antropometri BB menurut umur, TB menurut umur, LLA(lingkar lengan atas) menurut umur, BB menurut TB, LLA menurut TB
b. Biopsy hati Ditemukan perlemakan yang kadang-kadang demikian hebatnya sehingga sel hati valkual lemak besar. c. Pemeriksaan serum
Pemeriksaan albumin serum menurun
Glukosa darah rendah
Asam amino essensial plasma menurun
Kolesterol serum rendah
Kadar kalium dan magnesium menurun sehingga menimbulkan gangguan metabolik pada otot, ginjal dan pancreas
Penurunan nilai komponen serum dari nilai normal menunjukkan gangguan nutrisi.
d. Pemeriksaan Hb Untuk mengetahui kekurangan zat besi, sering terjadi pada anak balita. e. Pemeriksaan urine Meliputi pemeriksaan nitrogen dan urine kreatinin. Jika kadar nitrogen urea rendah menujukkan adanya penurunan pengambilan intake protein sedang bila terjadi peningkatan urine creatinin menunjukkan peningkatan urine creatinin menunjukkan peningkatan intake protein otot.
7. Komplikasi
a. Noma atau stomatitis ganggrainosa merupakan pembusukan mukosa mulut yang bersifat progresif hingga dapat menembus pipi, bibir,dan dagu. b. Xeroftalmia c. Penyakit infeksi lain. (Solihin, 2000) d. Dehidrasi sedang dan berat e. Defisiensi vit. A f. Anemia berat. (Sudaryat Suratmaja, 2000)
8. Penatalaksanaan
Petunjuk dari WHO tentang pengelolaan KEP berat dirumah sakit dengan menetapkan 10 langkah tindakan pelayanan melalui 3 fase (stabilisasi, transisi dan rehabilitasi) dan dilamjutkan dengan fase „follow up‟ sebagai berikut :
a.
Fase Stabilisasi
Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa
Energi : 100 kkal/kgBB/hari
Protein : 1-1,5 g/kgBB/hari
Cairan : 130 ml/kgBB/hari (bila sembab berat: 100ml/kgBB.hari)
Teruskan ASI pada anak menetek
Bila selera makan bak dan tidak sembab pemberian makan bias dipercepat
Pantau dan catat : jumlah cairan yang diberikan, yang tersisa; jumlah cairan yang keluar seperti muntah, frekuensi buang air, timbang BB/hari. (Sudrajat Suratmaja, 2000)
b.
Fase Transisi
Pemberian energi masih sekitar 100 kkal/kgBB/hari
Pantau frekuensi nafas dan denyut nadi
Bila nafas meningkat > 5 kali/menit dan nadi >25 kali/menit dalam pemantauan tiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian formula
c.
Setelah normal bisa naik kembali
Fase Rehabilitasi
Beri makan/formula WHO, jumlah tidak terbatas dan sering TKTP
Energi : 150-220 kkal/kgBB/hari
Protein : 4-6g/kgBB/hari
ASI diteruskan, tambahkan makanan formula; secara perlahan kepada keluarga
Pemantauan : kecepatan pertambahan BB setiap minggu (timbang BB setiap hari sebelum makan)
d.
Tindakan Khusus 1. Hipoglikemia : berikan bolus 50 ml glukosa 10% atau sukrosa secara
oral/sonde nasogastrik 2. Hiponatremia : pakaikan anak selimut/letakan anak dekat lampu 3. Dehidrasi : cairan resomal/pengganti 5 ml/kgBB. (Sudrajat Suratmaja,
2000)
II. FEBRIS 1. Pengertian
Febris/ demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkardian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior. (Isselbacher, 1999) Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 380 C atau lebih.Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,80C.Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 400C disebut demam tinggi (hiperpireksia). (Julia, 2000) Demam adalah kenaikan suhu tubuh karena adanya perubahan pusat termoregulasi hipotalamus (Berhman, 1999). Seseorang mengalami demam bila suhu tubuhnya diatas 37,8ºC (suhu oral atau aksila) atau suhu rektal. (Donna L. Wong, 2003)
2. Klasifikasi Demam
a. Demam septik Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik. b. Demam remiten Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik. c. Demam intermiten Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana. d. Demam kontinyu Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e. Demam siklik Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
3. Etiologi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain (Julia, 2000). Menurut Guyton (1990), demam dapat disebabkan
karena
kelainan
dalam
otak
sendiri
atau
zat
toksik
yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi. Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium.serta penunjang lain secara tepat dan holistik. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lian yang menyertai demam. Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3 derajat celcius dan tetap belum didapat penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara intensif dengan menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala demam antara lain : a.
Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C – 40 C)
b.
Kulit kemerahan
c.
Hangat pada sentuhan
d.
Peningkatan frekuensi pernapasan
e.
Menggigil
f.
Dehidrasi
g.
Kehilangan nafsu makan Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung,
anoreksia dan somnolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari 37,5 ºC-40ºC, kulit hangat, takichardi, sedangkan batasan karakteristik minor yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan, menggigil/merinding perasaan hangat dan dingin, nyeri dan sakit yang spesifik atau umum (misal: sakit kepala verigo), keletihan, kelemahan, dan berkeringat. (Isselbacher. 1999, Carpenito. 2000)
5. Fatofisiologi
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi ada peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai peningkatan set point(Julia, 2000). Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap infeksi atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non infeksi). Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas.Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akanmerangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi
zat
asing
tersebut
dengan
meningkatkan
proteolisis
yang
menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh. (Sinarty, 2003) Sedangkan sifat-sifat demam dapat berupa menggigil atau krisis/flush. Menggigil, bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat
normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan, zat pirogen atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu baru. Krisis/flush, bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak disingkirkan, termostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendah, mungkin malahan kembali ke tingkat normal. (Guyton, 1999)
6. Komplikasi
a. Dehidrasi : demam mengakibatkan terjadinya peningkatan penguapan cairan tubuh b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang.
7. Penatalaksanaan
a. Secara Fisik Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau.Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak yang akan berakibat rusaknya sel – sel otak.
Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak – banyaknyaMinuman yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es karena justru akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat keluar. Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan). Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam
kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping itu lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh. b. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus.
Antipiretik
berguna
untuk
mencegah
pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk pemberian antipiretik :
Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol
Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½ sendokteh sirup parasetamol
Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup parasetamol.
III. Tumbuh Kembang Anak
1. Pengertian Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak dari konsepsi sampai
maturitas/dewasa
yang
dipengaruhi
oleh
faktor
bawaan
dan
lingkungan. Ini berarti bahwa tumbuh kembang anak sudah terjadi sejak di dalam kandungan dan setelah kelahiran merupakan suatu masa dimana
mulai saat itu tumbuh kembang anak dapat dengan mudah dipahami. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler, yang berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. (Depkes RI, 2005) Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan syaraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromusculer, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh. 2. Tahap-tahap tumbuh kembang Walaupun terdapat variasi yang sangat besar, akan tetapi setiap anak akan melalui suatu "milestone" yang merupakan tahapan dari tumbuh kembang anak dan setiap tahapan mempunyai ciri-ciri tersendiri. adapun tahap-tahap tumbuh kembang anak (Cecily, 2002) : 1) Masa pranatal
Masa mudigah / embrio
: Konsepsi – 8 minggu
Masa janin / fetus
: 9 minggu – lahir
2) Masa bayi
Masa neonatal
: 0 – 28 hari
Masa neonatal dini
: 0 – 7 hari
Masa neonatal lanjut
: 8 – 28 hari
Masa pasca neonatal
: 29 hari – 1 tahun
Masa prasekolah
: 1 – 6 tahun
3) Masa sekolah
Masa praremaja
Masa remaja
: 6 – 10/20 tahun : 6 – 10 tahun
Masa remaja dini : Wanita, usia 8-13 tahun
Masa remaja lanjut : Wanita, usia 13-18 tahun dan Pria, usia 1520 tahun
Menurut Sigmund Freud, periodesasi perkembangan dibagi 5 fase :
1) Fase oral (0-1 tahun) Anak memperoleh kepuasan dan kenikmatan yang bersumber pada mulutnya. Hubungan sosial lebih bersifat fisik, seperti makan atau minum susu. Objek sosial terdekat adalah ibu, terutama saat menyusu. 2) Fase anal (1-3 tahun) Pada fase ini pusat kenikmatannya terletak di anus, terutama saat buang air besar. Inilah saat yang paling tepat untuk mengajarkan disiplin pada anak termasuk toilet training. 3) Fase falik (3-5 tahun) Anak memindahkan pust kenikmatannya pada daerah kelamin. Anak mulai tertarik dengan perbedaan anatomis antara laki-laki dan perempuan. Pada anak laki-laki kedekatan dengan ibunya menimbulkan gairah sexual perasaan cinta yang disebut Oedipus Complex. Sedangkan pada anak perempuan disebut Electra Complex. 4) Fase laten (5-12 tahun) Ini adalah masa tenang, walau anak mengalami perkembangan pesat pada aspek motorik dan kognitif.. Anak mencari figure ideal diantara orang dewasa berjenis kelamin sama dengannya. 5) Fase genital (12 ke atas) Alat-alat reproduksi sudah mulai masak, pusat kepuasannya berada pada daerah kelamin. Energi psikis (libido) diarahkan untuk hubungan-hubungan heteroseksual. Rasa cintanya pada anggota keluarga dialihkan pada orang lain yang berlawan jenis. Menurut Erik H. Erikson perkembangan anak dibagi dalam 8 tahap : 1) Masa oral-sensorik yaitu masa kepercayaan vs ketidakpercayaan. Tahap ini berlangsung pada masa oral, kira-kira terjadi pada umur 0-1 atau 1 ½ tahun. Tugas yang harus dijalani pada tahap ini adalah menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan tanpa harus menekan kemampuan untuk hadirnya suatu ketidakpercayaan. 2) Masa
anal-muskular
yaitu
kebebasan
vs
perasaan
malu-malu
atau
ragu-ragu. Pada tahap kedua adalah tahap anus-otot (anal-mascular stages), masa ini biasanya disebut masa balita yang berlangsung mulai dari usia 18 bulan sampai 3 atau 4 tahun. Tugas yang harus diselesaikan pada masa ini adalah
kemandirian (otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan raguragu. 3) Masa genital-locomotor yaitu inisiatif vs rasa bersalah Tahap ketiga adalah tahap kelamin-lokomotor (genital-locomotor stage) atau yang biasa disebut tahap bermain. Tahap ini pada suatu periode tertentu saat anak menginjak usia 3 sampai 5 atau 6 tahun, dan tugas yang harus diemban seorang anak pada masa ini ialah untuk belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu melakukan kesalahan. 4) Masa laten yaitu ada gairah vs rendah diri Tahap keempat adalah tahap laten yang terjadi pada usia sekolah dasar antara umur 6 sampai 12 tahun. Salah satu tugas yang diperlukan dalam tahap ini ialah mengembangkan kemampuan bekerja keras dan menghindari perasaan rasa rendah diri. 5) Masa remaja yaitu identitas vs kekaburan peran Tahap kelima merupakan tahap adolesen (remaja), yang dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. melalui tahap ini orang harus mencapai tingkat identitas ego, dalam pengertiannya identitas pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan bagaimana cara seseorang terjun ke tengah masyarakat. 6) Masa dewasa yaitu kemesraan vs keterasingan yaitu pada masa dewasa awal yang berusia sekitar 20-30 tahun. Adalah ingin mencapai kedekatan dengan orang lain dan berusaha menghindar dari sikap menyendiri. 7) Masa dewasa muda yaitu generativitas vs kehampaan Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. salah satu tugas untuk dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi). 8) Masa kematangan yaitu integritas ego vs kesedihan Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Yang menjadi tugas pada usia senja ini adalah integritas dan berupaya menghilangkan putus asa dan kekecewaan.
Tabel 1. Ringkasan Kemajuan Perkembangan Anak dari Lahir Sampai 5 Tahun (Sacharin, 1996) Umur
Sampai 1 bulan
Motorik/Sensorik
1-3 bulan
3-4 bulan
5-9 bulan
9-10 bulan
Sosial
Manipulatif
Reflek-reflek primitif Dapat enghisap Menggenggam, Memberikan respon terhadap suara-suara mengejutkan Menegakkan kepala sebentar, Mengadakan gerakan-gerakan merangkak jika tengkurap Mengangkat kepala dari posisi tengkurap dalam waktu yang singkat. Memalingkan kepala ke arah suara.
Berguling dari sisi ke sisi ketika terlentang. Memalingkan kepala pada orang yang berbicara.
Duduk dari posisi berbaring Berpindah Merangkak.
Merangkak dengan baik menarik badan sendiri untuk berdiri Dapat berjalan dengan dibimbing.
Memberikan respon senyum
Tersenyum.
Bersuara jika diajak bicara .
Memperlihatkan kegembiraan dengan berlagak dan tersipusipu.
Bervokalisasi suara-suara bergumam, suaraseperti "da", "ma".
1 tahun
Bahasa
Mengenal dan menolak orang asing Meniru Berteriak untuk menarik perhatian.
Menurut perintah sederhana meniru orang dewasa. Memperlihatkan berbagai emosi.
Ngoceh dan bervokalisasi Mengatakan kata-kata seperti da-da, mam- mam.
Mengucapkan kata-kata tunggal
Mulai mengamati tangan sendiri Mampu untuk memegang kerincingan.
Mulai memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya. Mampu memanipulasi benda-benda.
Memungut benda diantara jari jari dan ibu jari.
Memegang gelas untuk minum.
Umur
1½ tahun
Motorik/Sensorik
Berjalan tanpa ditopang Menaiki tangga atau peralatan rumah tangga (kursi)
Sosial
2 tahun
3 tahun
Ingin bermain dekat anak-anak lain. Meminta minum. Mengenal gambargambar binatang. Mengenal beberapa bagian tubuhnya
Bahasa
Mulai bernain dengan anakanak lain
Berlari bebas Melompat Mengendari sepeda roda tiga.
Mengetahui nama dan jenis kelaminnya sendiri dapat diberi pengertian Bermain secara konstruktif dan imitatif.
Mengetahui banyak hurufhuruf dari alphabet Mengetahui lagu kanakkanak Dapat menghitung sampai 10.
4-5 tahun
Mampu berlari Memanjat Menaiki tangga Membuka pintu.
Telah menggunakan 20 kata-kata yang dapat dimengerti.
Manipulatif
Mencoretcoret, Membalik balik halaman, Bermain dengan balok-balok bangunan ecara konstruktif.
Mulai menggunakan dua atau tiga kata secara bersamaan
Berpakaian sendiri, tidak mampu untuk mengikat atau memasang kancing.
Berbicara dengan kalimatkalimat pendek.
Menggambar lingkaran Menggambar gambargambar yang dapat dikenal.
Bernyanyi Berdendang
3. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang 1) Keturunan Jenis kelamin dan determinan keturunan lain secara kuat mmpengaruhi hasil akhir pertumbuhan dan laju perkembangan untuk mendapatkan hasil akhir tersebut. Terdapat hubungan yang besar antara orangtua dan anak dalam hal sifat seperti tinggi badan, berat badan, dan laju pertumbuhan.
2) Neuroendokrin Beberapa hubungan fungsional diyakini ada diantara hipotalamus dan system endokrin yang memengaruhi pertumbuhan.Kemungkinan semua hormone memengaruhi pertumbuhan dan beberapa cara. Tiga hormonhormon pertumbuhan, hormone tiroid, dan endrogen. Tampak bahwa setiap hormone
yang
mempunyai
pengaruh
bermakna
pada
pertumbuhan
memanifestasikan efek utamanya pa periode pertumbuhan yang berbeda. 3) Nutrisi Nutrisi mungkin merupakan satu-satunya pengaruh paling pentng pada pertumbuhan. Faktor diet mengatur pertumbuhan pada semua tahap perkembangan, dan efeknya ditujukan pada cara beragam dan rumit. 4) Hubungan Interpersonal Hubungan dengan orang terdekat memainkan peran penting dalam perkembangan, terutama dalam perkembangan emosi, intelektual, dan kepribadian. luasnya rentang kontak penting untuk pembelajaran dan perkembangan kepribadian yang sehat. 5) Tingkat Sosioekonomi Riset
menunjukkan
bahwa
tingkat
sosioekonomi
keluarga
anak
mempunyai dapak signifikan pada pertumbuhan dan perkembangan. 6) Penyakit Banyak penyakit kronik dan Gangguan apapun yang dicirikan dengan ketidakmampuan untuk mencerna dan mengabsorbsi nutrisi tubuh akan member efek merugikan pada pertumbuhan dan perkembangan. 7) Bahaya lingkungan Bahaya dilikungan adalah sumber kekhawatiran pemberi asuhan kesehatan dan orang lain yang memerhatikan kesehatan dan keamanan. Bahaya dari residu kimia ini berhubungan dengan potensi kardiogenik, efek enzimatik, dan akumulasi. (Baum dan Shannon, 1995) 8) Stress pada masa kanak-kanak Stress adalah ketidakseimbagan antara tuntutan lingkungan dan sumber koping individu yang menggangggu ekuiibrium individu tersebut. ( mastern dkk, 1998) Usia
anak,
temperamen
situasi
hidup,
dan
status
kesehatan
mempengaruhi kerentanan, reaksi dan kemampuan mereka untuk mengatasi
stress. Koping adalah tahapan khusus dari reaksi individu terhadap stressor. Strategi koping adalah cara khusus anak mengatasi stersor ang dibedakan dari gaya koping yang relative tidak mengubah karakteristik kepribdian atau hasil koping. ( Ryan-wengger, 1992) 9) Pengaruh media masa Terdapat peningkatan kekhawatiran mengenai berbagai pengaruh media pada perkembangan anak. (Rowitz, 1996)
IV. Dampak Hospitalisasi
1) Pengertian Menurut Wong (2000), hospitalisasi adalah suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di RS, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Perasaan yang sering muncul pada anak adalah cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah. Penyebab timbul reaksi hospitalisasi pada anak (Wong, 2000) :
Menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialaminya
Rasa tidak aman dan nyaman
Perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan
2) Reaksi anak terhadap hospitalisasi a. Masa bayi ( 0 - 1 tahun )
Perpisahan dengan orang tua : gangguan pembentukan rasa percaya dan kasih sayang.
Terjadi stranger anxiety ( usia 6 bulan ) : cemas apabila berhadapan dengan orang asing dan perpisahan.
Reaksinya : menangis, marah, banyak melakukan gerakan.
b. Masa toddler ( 2 – 3 tahun )
Sumber stress yang utama : cemas akibat perpisahan
Respon : tahap protes, putus asa dan pengingkaran
Tahap protes : menangis kuat, menjerit memanggil orang tua atau menolak perhatian yang diberikan orang lain
Tahap putus asa : menangis berkurang,anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat bermain dan makan, sedih dan apatis
Tahap pengingkaran : mulai menerima perpisahan,membina hubungan secara dangkal, anak mulai terlihat menyukai lingkungannya
c. Masa prasekolah
Perawatan di RS : anak untuk berpisah dari lingkungan yang dirasakannya aman, penuh kasing sayang dan menyenagkan.
Reaksi terhadap perpisahan : menolak makan, sering bertanya, menagis secara perlahan dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan.
d. Masa sekolah
Timbul kecemasan : berpisah dengan lingkungan yang dicintainya Kehilangan kontrol karena adanya pembatasan aktivitas
Kehilangan kontrol : perubahan peran dalam keluarga, kehilangan kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau pergaulan sosial, perasaan takut mati dan adanya kelemahan fisik
Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri : ekspresi baik secara verbal maupun nonverbal : anak sudah mampu mengkomunikasikannya, sudah mampu mengontrol perilaku jika merasa nyeri : menggigit bibir/menggigit dan memegang sesuatu dengan erat.
e. Masa remaja
Timbul perasaan cemas : harus berpisah dengan teman seba yanya
Pembatasan aktivitas di RS : anak kehilangan kontrol terhadap dirinya dan menjadi tergantung pada keluarga atau pertugas kesehatan.
Reaksi yang sering muncul : menolak perawatan atau tindakan yang dilakukan, anak tidak mau kooperatif dengan petugas kesehatan atau menarik diri dari keluarga, sesama pasien dan petugas kesehatan.
Perasaan
sakit
:
respon
anak
bertanya-tanya,
menarik
diri
dari
lingkungannya / menolak kehadiran orang lain. 3) Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi anak a. Perasaan cemas dan takut
Perasaan cemas dan takut : mendapat prosedur menyakitkan
Cemas paling tinggi : menunggu informasi tentang diagnosa penyakit anaknya.
Takut muncul : takut kehilangan anak pada kondisi sakit terminal
Perilaku : sering bertanya/bertanya tentang hal yang sama secara berulangulang pada orang yang berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang dan marah.
b. Perasaan sedih
Muncul pada saat anak dalam kondisi terminal
Perilaku : isolasi, tidak mau didekati orang lain, tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan.
c. Perasaan frustasi
Putus asa dan frustasi : anak yang telah dirawat cukup lama dan tidak mengalami perubahan, tidak adekuatnya dukungan psikologis.
Perilaku : tidak kooperatif, putus asa, menolak tindakan, menginginkan pulang paksa.
V. Pathway KEP
Penyebab Primer
Penyebab sekunder Faktor sosial ekonomi, faktor fasilitas pelayanan kesehatan, faktor rumah dan sanitasi lingkungan, faktor pertanian, faktor pendidikan dan pengetahuan, dll
Intake nutrisi kurang (karbohidrat, lemak, protein, vit. A, B dan Fe) Penyakit/kelainan yang diderita anak : penyakit infeksi dan malabsopsi, dll.
KEP
Hipo albuminemia
Sumber kalori tubuh menurun
Tekanan osmotik menurun
Tekanan osmotik menurun
Transudasi cairan dari intravaskulerl ke interstitial
Pembentukan komponen imunitas tubuh terganggu
Imunitas tubuh menurun
Produkisi ATP menurun
Kelemahan fisik
Gg. aktifitas Resiko tinggi infeksi Kebutuhan tubuh akan sumber kalori dan protein meningkat
Edema
Gg. Pemenuhan kebutuhan nutrisi Gg. Keseimbangan
Gg. Integritas kulit
cairan Gg. tumbang
B. DAMPAK PENYAKIT TERHADAP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
1. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit Respon tubuh terhadap proses inflamasi terjadi peningkatan suhu tubuh (hipertermia), kehilangan cairan tubuh melalui evaporasi meningkat, terjadi defisit volume cairan tubuh. 2. Kebutuhan Nutrisi Intake nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara intake nutrisi dengan peningkatan kebutuhan metabolisme. 3. Kebutuhan Aktifitas Sumber kalori kurang, produksi ATP menurun, terjadi kelemahan fisik yang mengakibatkan terjadinya keterbatasan dalam beraktifitas. 4. Kebutuhan Rasa Aman Kurangnya pengetahuan keluarga tentang pengelolaan penyakit merupakan faktor yang memicu timbulnya kecemasan pada keluarga. Dan penurunan status gizi akan mempengaruhi status imunitas sehingga anak menjadi rentan terhadap infeksi. 5. Pertumbuhan dan Perkembangan Kekurangan kalori dan protein, menyebabkan tubuh kekeurangan zat tenaga dan pembangun sehingga akan mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
C. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian
a. Identitas 1. Data umum meliputi : ruang rawat, kamar, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medis, perawat yang mengkaji, nomor medical record. 2. Identitas klien dan keluarga klien meliputi : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, agama, suku bangsa dan alamat. 3. Ayah meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan alamat 4. Ibu meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan alamat saudara kandung meliputi: umur, jenis kelamin dan pendidikan b. Riwayat Kesehatan 1. Keluhan Utama Keluhan utama penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Provocative, yaitu penyebab/hal-hal yang mendahului sebelum terjadi keluhan utama.
Qualitas/quantitas, yaitu seberapa berat keluhan dirasakan, bagaimana rasanya seberapa sering terjadinya.
Region/radiasi, yaitu lokasi keluhan utama tersebut dirasakan/ditemukan, daerah/area penyebaran sampai kemana.
Severity scale, yaitu skala keperawatan/tingkat kegawatan sampai seberapa jauh. Pada pasien bronchopnemonia biasanya sesak dirasakan sangat berat diikuti oleh demam tinggi dan kejang sampai terjadi penurunan kesadaran.
Timing, yaitu kapan keluhan tersebut mulai ditemukan/dirasakan.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu Meliputi penyakit yang pernah dialami (apa kapan dirawat/tidak dimana, reaksi anak), pernah dirawat (dimana, kapan, berapa lama, bagaimana reaksi anak), pengobatan yang pernah diberikan (jenis, berapa lama, dosis), tindakan medis (operasi, vena pungtie dan lain-lain) alergi atau tidak. 4. Riwayat Kesehatan Keluarga Meliputi keluarga inti, ayah, ibu, nenek, kakek, parnan, bibi dan lainlain, penyakit yang pernah diderita/masih diderita penyakit menular, penyakit keturunan dan lain-lain. 5. Riwayat Kehamilan a. Pre Natal Meliputi penyakit ibu selama hamil, perdarahan, makanan pantangan, pemeriksaan kehamilan.
Trisemester I (0-12 minggu) tiap 4 minggu (7 kali pemeriksaan)
Trisemester II (13-24 minggu) : tiap 2 minggu (7 kali pemeriksaan)
Trisemester III (25-36 minggu) : tiap minggu sampai bayi lahir imunisasi TT 2 kali selama kehamilan
b. Intra Natal Meliputi : bayi waktu lahir ditolong siapa, jenis persalinan, Apgar score, berat badan lahir, adakah proses kelahiran yang lama, perdarahan, posisi janin waktu lahir.
c. Post Natal Meliputi kesehatan ibu yang buruk pada masa post natal, kesehatan bayi, kelainan congenital, infeksi, hipo/hipertermin nutrisi (colostrums) segera setelah lahir, menunggu asi keluar diganti pasi, pantangan makanan ibu. 6. Riwayat Tumbuh Kembang Meliputi kejadian penting pada perkembangan masa kanak-kanak seperti tengkurap, berjalan, imunisasi dan lain-lain. 7. Riwayat Psikologis a. Pola interaksi, meliputi dengan orang tua, teman dan orang lain b. Pola kognitif, meliputi kemampuan berfikir, berbahasa dan intelegensi c. Pola emosi, meliputi bila marah, sedih, takut, gembira dan lain-lai n d. Konsep diri meliputi penilaian atau pandangan terhadap dirinya; harga diri, bodi image, ideal diri / cita-cita hal yang terbaik, dan aktualisasi diri. e. Pola pertahanan diri, meliputi bagaiman keluarga menghadapi masalah yang dihadapi. (Anastasia anne, 2006) 8. Riwayat Sosial Yang harus dikaji adalah pola kultural atau norma yang berlaku, rekreasi, lingkungan tempat tinggal klien dan keadaan ekonomi. 9. Kebiasaan Sehari-hari Meliputi pola nutrisi, eliminasi, istirahat, aktifitas seperti bermain dan personal hygiene. c. Pemeriksaan fisik 1. Keadaan umum.
Pada klien KKP umumnya lemah, kompos mentis, bersifat cengeng atau rewel dan apatik, dapat disusul dengan terjadinya stupor, koma dan kematian biasanya sering dijumpai pada pasien dengan KKP type kwashiorkor. (Nelson, 1994). 2. TTV.
Suhu = Sub normal, nadi lambat, metabolisme basal menurun sehingga ujung tangan dan kaki dingin, sianosis dan TD lebih rendah, BB dan TB lebih rendah dari normal.
3. Rambut dan kepala.
Rambut kusam, kering, kaku, jarang dan warna hitam menjadi merah, coklat mapun putih. Rambut alispun berubah demikian, wajah terlihat seperti bulan (Moonface) dikarenakan mengalami oedema. 4. Thoraks. Atrofil pada otot jantung, cardiac output menurun, waktu sirkulasi memanjang, brakikardi, hypotensi. Umumnya tangan dan kaki klien terasa dingin dan pucat disebabkan insufisiensi sirkulasi yang timbul. 5. Abdomen.
Inspeksi Perut membulat dan tegang karena mengalami diare.
Auskultasi Hyperplastik karena malabsorbsi usus.
Perkusi Terdengar suara hypertimpani.
Palpasi Ditemukan adanya pembesaran hati, sampai batas hati setinggi pusat.
6. Anus Dengan seringnya mendapatkan tekanan, terutama bila tekanan tersebut terusmenerus dan disertai kelembaban oleh keringat maka timbul crozy pavement dermatos atau merupakan bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi hitam. 7. Muskuloskeletal. Mengalami atrofi pada otot. Gejalanya klien tampak lemah karena terjadinya penurunan otot, maturasi tulang terhambat karena defisiensi vitamin D, calsium dan phosphor. 8. Sistem integument. Rambut dan kulit kusam, kering, kaku, kemerahan, dan mudah rontok.
2.
Diagnosa Keperawatan Yang Sering Muncul
1)
Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan edema
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan protein. DO : kulit dan membrane mukosa kering, edema, anemia, rambut mudah tercabut, tipis dan kusam,
3)
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema (perpindahan cairan dari intravaskuler ke intertisial). DO: kulit kering bersisik, rambut dan kuku mudah patah, pruritis, kulit kemerahan
4)
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan kondisi tubuh yang lemah. DO : feses encer, kulit kendor, anoreksia
5)
Resiko tumbang anak terganggu
3. Intervensi keperawatan
1)
Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan edema Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .....x 24 jam menurunkan edema dan mencegah komplikasi. dengan kriteria hasil :
Memperlihatkan penurunan edema perifer dan sacral
Wajah tidak sembab
Intervensi : a. Pantau kulit terhadap luka tekan R/ Edema rentan terhadap perlukaan b. Dengan perlahan cuci antara lipatan kulit dan keringkan dengan hati-hati R/ Lipatan kulit lebih lembab dan mudah iritasi c. Hindari plester bila mungkin R/ Untuk menghindari perlukaan d. Ubah posisi sedikit setiap 24 jam R/ Untuk mencegah lecet dan dekubitus e. Jaga ekstrimitas yang mengalami edema R/ Ektrimitas sering digunakan sehingga rentan terhadap perlukaan dan infeksi f. Kaji masukan diet dan kebiasaan yang menunjang retensi cairan R/ Untuk menghindari peningkatan akumulasi cairan g. Instruksikan anak untuk menghindari celana kaos/korset R/ Celana kaos/korset bias menyebabkan iritasi dan perlukaan h. Lindungi kulit yang edema dari cedera R/ Cedera pada edema bias menyebabkan infeksi
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan protein. DO : kulit dan membrane mukosa kering, edema, anemia, rambut mudah tercabut, tipis dan kusam. Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ....x24 jam mencukupi kebutuhan nutrisi dan mencegah komplikasi dengan criteria hasil :
Kulit dan membrane mukosa lembab,
Edema berkurang,
Rambut tidak mudah tercabut
TTV normal
Intervensi : a. Tentukan kebutuhan kalori harian dan adekuat, konsul pada ahli gizi R/ Kalori yang masuk harus sesuai dengan kebutuhan b. Timbang setiap hari, pantau hasi laboraorium R/ Untuk mengetahui perubahan secara dini terhadap fungsi tubuh c. Beri dorongan untuk makan dengan orang lain R/ Untuk meningkatkan selera makan d. Berikan kesenangan suasana makan R/ Untuk meningkatkan selera makan e. Bantu untuk istirahat sebelum makan R/ Untuk mencegah kelelahan, istirahat setelah tidur bisa merangsang muntah f. Ajarkan untuk menghindari bau makanan yang merangsang muntah R/ Untuk mencegah muntah g. Pertahankan kebersihan mulut dan gigi R/ Untuk mencegah komplikasi normal h. Tawarkan makan porsi kecil tapi sering R/ Makanan porsi kecil tapi sering meningkatkan pemasukan kalori i. Atur agar mendapat nutrient yang berkalori dan berprotein R/ Nutrisi yang bekalori dan berprotein dapat mengembalikan fungsi tubuh
3)
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema (perpindahan cairan dari intravaskuler ke intertisial). DO: kulit kering bersisik, rambut dan kuku mudah patah, pruritis, kulit kemerahan. Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam .... x 24 jam mengembalikan kelembaban kulit dan mencegah komplikasi dengan criteria hasil :
Kulit lembab dan elastis,
Rambut
Kuku tidak mudah patah,
Kulit tidak gatal-gatal.
Intervensi : a. Catat perubahan pada kulit R/ Perubahan kulit bisa menandakan adanya sindrom-sindrom seperti crazy pavement dermatosis. b. Bersihkan kuli yang mengalami penekanan dan keringkan R/ Kulit yang mengalami penekanan bisa menyebabkan luka dan infeksi. c. Ganti segera pakaian yang basah R/ Untuk mencegah iritasi d. Ubah posisi setiap 2 jam R/ Mencegah penekanan e. Berikan pendidikan mengenai kebersihan diri dan fungsi zat gizi R/ Agar sepulang dari rumah sakit, keluarga dapat mengasuh anak dengan mandiri. 4)
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan kondisi tubuh yang lemah. DO : feses encer, kulit kendor, anoreksia. Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ....x24 jam mengembalikan fungsi hati dan mencegah komplikasi dengan criteria hasil :
Klien dapat menunjukkan status hidrasi yang kuat Nafsu makan meningkat
Turgor kulit normal
Bebas dari proses infeksi nosokomial selama di rumah sakit
Memperlihatkan pengetahuan tentang factor resiko yang berkaitan
Intervensi : a. Pantau terhadap tanda infeksi (mis; letargi, kesulitan makan, muntah, ketidak stabilan suhu, dan perubahan warna tersembunyi) R/ Pemantauan lebih dini bisa mengurangi resiko b. Identifikasi individu yang beresiko terhadap infeksi nosokomial R/ Infeksi nosokomial adalah yan g didapat dari proses perawatan dirumah sakit c. Kaji status nutrisi R/ Nutrisi yang cukup bisa meningkatkan daya tahan tubuh d. Kurangi organisme yang masuk ke dalam indivdu dengan cuci tangan, teknik aseptic R/ Untuk menghindari resiko infeksi nasokomial e. Lindungi individu yang mengalami deficit imun dari infeksi; batasi alat invasive f. Dorong dan pertahankan masukan kalori dan protein dalam diet. R/ Untuk mempertahankan daya tahan tubuh g. Berikan pengetahuan kepada keluarga mengenai penyebab, resiko, dan kekuatan penularan dari infeksi R/ Untuk meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga untuk mencegah infeksi 5)
Resiko tumbang anak terganggu Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .....x24 jam mempertahankan fungsi tubuh yang ada, menunjukkan pertumbuhan yang tepat dengan seusianya. Intervensi : a. Kaji tingkat perkembangan anak dalam seluruh area fungsi menggunakan alat-alat pengkajian yang spesifik (mis; table pengkajan brazelton, DDST perangkat skrining perkembangan denver) R/ Untuk mengetahui status perkembangan anak sesuai usia b. Berikan waktu bermain yang cukup dan ajarkan permainan baru sesuai dengan tingkat perkembangan R/ Bermain dapat merangsang system motorik dan sensorik anak
c. Bicarakan dengan anak mengenai perawatan yang diberikan R/ Anak menjadi tidak trauma dengan tindakan yang diberikan d. Sering bicara dengan anak tentang perasaan, ide-ide, kepedulian terhadap kondisi atau perawatan R/ Memberi kesempatan pada anak menuangkan perasaanya e. Berikan kesempatan untuk berinterasi dengan teman seusianya R/ Interaksi dengan anak membantu mempertahankan kehidupan social f. Berikan asupan nutrisi dan kalori sesuai dengan kebutuhan R/ Nutrisi dan kalori yang cukup membantu proses pertumbuhan dan perkembangan