BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak tahun 1986, standar praktik keperawatan komunitas ditulis dalam suatu kerangka kerja proses keperawatan. Keperawatam kesehatan komunitas diinterpretasikan secara luas untuk mencakup sub-bidang keahlian tentang kesehatan masyarakat, kesehatan rumah, kesehatan kerja, sekolah keperawatan, dan praktisi perawatan dalam bidang asuhan primer. Proses keperawatan digunakan untuk mengkaji, merencanakan, mendiagnosis, mengintervensi, dan mengevaluasi individu, keluarga dan komunitas. Kolaborasi dengan keluarga sangat ditekankan. Oleh karena itu, praktik keperawatan kesehatan komunitas mengarahkan pelayanannya kepada individu, keluarga dan kelompok meski tanggug jawab dominannya tetap pada populasi secara keseluruhan (friedman dan Marilyn, 1998). Standar praktek keperawatan adalah acuan untuk praktik keperawatan yang harus dicapai oleh seorang perawat dan dikembangkan untuk membantu perawat melakukan
validasi
mutu
dan
mengembangkan
keperawatan.Dan
suatu
pernyataan yang menguraikan suatu kualitas yang diinginkan terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan untuk klien. Perawat sebagai profesi pelayanan kesehatan mempunyai tanggung jawab utama yaitu melindungi masyarakat / publik, profesi keperawatan dan praktisi perawat. Praktek keperawatan ditentukan dalam standar organisasi profesi dan system pengaturan serta pengendaliannya melalui perundang – undangan keperawatan (Nursing Act), dimanapun perawat itu bekerja. ( PPNI, 2000). Penerimaan dan pengakuan keperawatan
sebagai
pelayanan
professional
diberikan
dengan
perawat
professional sejak tahun 1983.
1
Oleh karena itu kita sebagai perawat yang mengedepankan profesionalitas harus mampu memenuhi standar praktek keperawatan yang telah di tetapkan tersebut agar mampu memelihara interaksi antara perawat dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi standar praktik keperawatan komunitas? 2. Apa tujuan standar praktik keperawatan komunitas? 3. Apa dasar hukum praktik keperawatan komunitas? 4. Jelaskan standar falsafah keperawatan komunitas? 5. Jelaskan standar pendokumentasian keperawatan komunitas? 6. Jelaskan standar evaluasi/penilaian keperawatan komunitas?
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa menulis makalah ini adalah untuk mendukung kegiatan belajar mengajar jurusan keperawatan khususnya pada mata kuliah keperawatan komunitas. 2. Tujuan Khusus
Atujuan mahasiswa dalam menyusun makalah ini agar mahasiswa / mahasiswi mengetahui bagaimana standar praktik dalam keperawatan komunitas. 1.4 Manfaat
Dengan mempelajari standar praktik dalam keperawatan komunitas maka kita semua dapat mengetahui serta memahami tentang bagaimana suatu proses dari sibuah system keperawatan komunitas.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Definisi Standar Praktik Keperawatan
Standart praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu pekerjaan seseorang perawat yang dianggap baik, tepat dan benar yg dirumuskan & digunakan sebagai pedoman pemberian keperawatan serta merupakan tolok ukur penilaian penampilan kerja perawat. Standar merupakan pernyataan yang sah, suatu model yang disusun berdasarkan kebiasaan atau kesepakatan mengenai apa yang memadai dan sasuai, dapat diterima, dan layak dalam praktek keperawatan. Standar pratek menguraikan apa yang harus di lakukan, mengidentifikasi tanggung jawab dan pelaksaan tanggung jawab tersebut. Standar praktek keperawatan bergantung pada tempat dan waktu, sehingga standar praktek keperawatan dapat berubah dari waktu ke waktu pada tempat yang berbeda. Keperawatan telah meningkat kemandiriannya sebagai suatu profesi. Sejumlah standar praktik keperawatan telah ditetapkan. Standar untuk praktik sangat penting sebagai petunjuk yang obyektif untuk perawat dalam memberikan peerawatan dan sebagai criteria untuk melakukan evaluasi asuhan, termasuk agar klien mendapatkan asuhan keperawatan yang berkualitas. Lebih lanjut, standar praktik sangat penting jika muncul masalah hokum. Apakah perawat telah melaksanakan tugas dengan semestinya pada kasus tertentu.ANA dan CNA telah mempublikasikan standar pratik keperawatan.
3
Standar CNA untuk praktik keperawatan, antara lain: 1. Praktik keperawatan memerlukan model konsep keperawatan yang menjadi dasar praktik 2. Praktik keperawatan memerlukan penggunaan proses proses keperawatan secara efektif. 3. Pratik keperawatan memelukan hubungan yang saling membantu untuk menjadi dasar interaksi antara klien-perawat. 4. Praktik keperawatan menuntut perawat untuk memenuhi tanggung jawab profesinya. Sedangkan standaar kinerja professional dan standar praktik keperawatan (ANA) antara lain, sebagai berikut: 1. Standar Kinerja Professional a. Perawat secara sistematis mengevaluasi kualitas dan keefektifan praktik keperawatan. b. Perawat mengevaluasi diri sendiri dalam praktik keperawatan yang dilakukannya, mengacu pada standar praktik professional, peraturan dan regulasi yang berlaku. c. Perawat memerlukan dan mempertahankan pengetahuan terkini dalam praktik keperawatan. d. Perawat berkontribusi dalam pengembangan professional dari rekanrekan, kolega dan orang lain. e. Keputusan dan tindakan perawat dilakukan atas nama klien yang ditentukan secara etis. f. Perawat berkolaborasi dengan klien dan orang terdekat, serta pemberi pelayanan kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien. g. Perawat menggunakan hasil penelitian di lahan praktik.
4
h. Perawat
mempertimbangkan
factor-faktor
yang
berkaitan
dengan
keamanan, keefektifan dan biaya dalam merencanakan serta memberikan perawatan pada klien.
2. Standar Proses Keperawatan No Standar
Elemen
1
1. Prioritas pengumpulan data ditentukan
Pengkajian Perawat mengidentifikasi dan
oleh
pengumpulan
kebutuhan klien saat ini.
data
tentang
status kesehatan klien
2. Data
kondisi
tetap
atau
kebutuhan-
dikumpulkan
dengan
tehnik-tehnik pengkajian yang sesuai. 3. Pengumpulan data melibatkan klien, orang-orang
terdekat
klien
dan
petugas kesehatan. 4. Proses pengumpulan data bersifat sistematis dan berkesinambungan. 5. Data-data
yang
relevan
didokumentasikan dalam bentuk yang mudah didapatkan kembali. 2
Diagnosa 1. Pe1. data
perawat yang
menganalisa 1. Diagnosa ditetapkan dari data hasil dikaji
menentukan diagnosa.
untuk
pengkajian. 2. Diagnosa
disahkan
dengan
klien,
orang-orang terdekat klien, tenaga kesehatan bila memungkinkan. 3. Diagnosa di dokumentasikan dengan cara yang memudahkan perencanaan perawatan.
5
2. Perawat
mengidentifikasi 1. Hasil diambil dari diagnosa.
hasil yang diharapkan secara individual pada klien.
2. Hasil-hasil didokumentasikan sebagai tujuan-tujuan yang dapat diukur. 3. Hasil-hasil dirumuskan satu sama lain sama klien, orang-orang terdekat klien dan petugas kesehatan. 4. Hasil harus nyata (realistis) sesuai dengan
kemampuan/kapasitas
klien
saat ini dan kemampuan potensial. 5. Hasil yang diharapkan dapat dicapai dsesuai dengan sumber-sumber yang tersedia bagi klien 6. Hasil
yang
diharapkan
meliputi
perkiraan waktu pencapaian. 7. Hasil yang diharapkan memberi arah bagi keanjutan perawatan. 3
Perencanaan
1. Rencana bersifat individuali sesuai
Perawat
menetapkan
suatu
dengan
rencana
keperawatan
yang
kondisi klien.
menggambarkan
intervensi
2. Rencana
kebutuhan-kebutuhan
tersebut
dan
dikembangkan
keperawatan untuk mencapai
bersama klien, orang-orang terdekat
hasil yang diharapkan.
klien dan petugas kesehatan. 3. Rencana
tersebut
menggambarkan
praktek keperawatan sekarang 4. Rencana tersebut didokumentasikan 5. Rencana tersebut harus menunjukkan kelanjutan perawatan.
6
4
Implementasi Perawat mengimplementasikan intervensi yang diidentifikasi dari rencana keperawatan.
1. Intervensi bersifat konsisten dengan rencana perawatan yang dibuat. 2. Intervensi diimplementasikan dengan cara yang aman dan tepat. 3. Intervensi didokumentasikan
5
Evaluasi Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap hasil yang telah dicapai.
1. evaluasiluasi bersifat sistematis dan berkesinambungan. 2. Respon
klien
terhadap
intervensi
didokumentasikan. 3. Keefektifan
intervensi
dievaluasi
dalam kaitannya dengan hasil. 4. Pengkajian terhadap data yang bersifat kesinambungan merevisi
digunakan
diagnosa,
hasil-hasil
untuk dan
rencana perawatan untuk selanjutnya, 5. Revisi diagnosa, hasil dan rencana perawatan didokumentasikan. 6. Klien, orang-orang terdekat klien dan petugas kesehatan dilibatkan dalam proses evaluasi
7
2.2 Tujuan Standar Praktik Keperawatan
Standar keperawatan adalah pernyataan deskriptif dari kualitas yang diinginkan terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan pada klien. Standar keperawatan dapat digunakan sebagai target atau ukuran untuk menilai penampilan perawat. Standar member arah dan bimbingan langsung kepada perawat dalam melaksanakna asuhan keperawatan. Dengan demikian, standar berguna untuk melindungi perawat dank lien dari keselahan dan untuk mengetahui apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tenaga medis/perawat lali atau salah. Menurut
Ann
Gillies
(1989)
mengidentifikasi
tujuan
dari
standar
keperawatan, antara lain sebagai berikut : 1. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. 2. Menurunkan biaya perawatan yang harus dikeluarkan; alasannya adalah: a. Apabila perawat yang telah ditetapkan pada standart setidak- tidaknya
kegiatan yg tdk perlu tidak akan terjadi. b. Permasalahan klien lebih cepat teratasi c. Hari rawat inap lebih efektif ( pendek)
3. Melindungi perawat dari kelalaian dalam melakukan tugas & melindungi klien dari tindakan yang tidak sesuai. Dengan demikian, standar asuhan keperawatan harus dapat menguraikan prosedur yang harus dilakukan dalam memberikan asuhan keperaw atan, sehingga kesalahn dan kelalaian dapat dihindarkan. Dengan adanya standar praktik, profesi keperawatan yang bertangguan jawab melindungi masyarakat atau kkomunitas dapat diwujudkan. Penyusunan pelaksanaan standar pratik mempunyai fungsi utama dalam organisasi, yaitu sebagai berikut: 1. Mempertahankan akuntabilitas aonggota dalam melaksanakan standar. 2. Mendidik masyarakat untuk menghargai standar serta individu yang tidak memenuhi standar atau tidak menikuti standar. 8
3. Menetukan dan meningkatkan standar. Perlu dipahami bersama bahwa standar keperawatan setiap negara berbeda dan bermacam-macam. Namun, secara umum komponen yang dapat dimasukkan dalam pratik keperawatan antara lain: a. Pengeetahuan tentang keperawatan harus dipahami dan dianalisis oleh setiap
perawat yang professional, yaitu pada konsep keperawatan. b. Akuntabilitas professional, baik independen maupun interdependen pada
setiap tahap proses keperawatan
2.3 Dasar Hukum Praktik Keperawatan
Di Indonesia dasar hukum yg digunakan dlm praktik keperawatan adalah : 1. Undang-Undang No 23 th 1992 : tentang kesehatan : a. Pasal 53 ayat 1 “ Tenaga kesh berhak memperoleh perlindungan hukum
dlm melaksanakan tugas sesuai dgn profesinya “ b. Pasal 53 ayat 2 & 4 “ Tenaga kesh dlm melaksanakan tugasny
berkewajiban utk mematuhi standart profesi dan menghargai hak pasien “ 2. Peraturan Pemerintah No 32 th 1996 a. Pasal
21 Ayat 1. “setiap tenaga kesh dlm melakukan tugasnya
berkewajiban utk mematuhi standart profesi tenaga kesh.” Ayat 2 “Standart profesi kesh sebagaimana dimaksud dlm ayat (1) ditetapkan oleh menteri. b. Pasal 22 Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dlm melakukqan tugas profesinya berkewajiban utk : 1) Menghormati hak pasien 2) Menjaga kerahasiaan identitas dan kesehatan pribadi pasien 3) Memberikan informasi yg berkaitan dgn kondisi dan tindakan yg akan
dilakukan 4) Membina persetujuan thd tindakan yang akan dilakukan
9
5) Membuat dan memelihara rekam medis.
c. Pasal 24 Perlindungan hukum diberikan kepada tenga kesehatan yang melakukan tugasnya sesuai dengan standart profesi kesehatan. 3. SK Menkes No 647 Tahun 2000 : Tentang registrasi dan praktek keperawatan Pasal 17 : ” Perawat dlm melakukan praktek keperawatan hrs sesuai dgn kewenagan yg diberian, berdasarkan pendidikan dan pengelaman serta dlm memebrikan pelayanan berkewajiban mematuhi standart p rofesi
2.4 Standar Falsafah Keperawatan Komunitas
Falsafah Keperawatan Komunitas Keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan pelayanan terhadap pengaruh lingkungan (bio, psiko, sisio, cultural dan spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan memberikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada falsafah atau paradigma keperawatan secara umum yaitu manusia atau kemanusiaan merupakan titik sentral setiap upaya pembangunan kesehatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan bertolak dari pandangan ini disusun falsafah atau paradigma keperawatan komunitas yang terdiri dari 4 komponen dasar, seperti yang diuraikan di bawah ini : a. Manusia Komunitas sebagai klien berarti sekumpulan individu/klien yang berada pada lokasi atau batas geografis tertentu yang memiliki nilai-nilai, keyakinan dan minat relatif sama serta adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai tujuan. Komunitas sebagai klien yang dimaksud termasuk kelompok beresiko tinggi antara lain; daerah terpencil, daerah rawan, daerah kumuh.
10
b. Kesehatan Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan dasar klien/komunitas. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan mengatasi stressor. c. Lingkungan Semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar klien, yang bersifatbiologis, psikologis, sosial cultural dan spiritual. d. Keperawatan Intervensi/tindakan yang bertujuan untuk menekan stressor atau meningkatkan kemampuan klien/komunitas menghadapi stressor melalui pencegahan primer, sekunder dan tersier. Falsafah keyakinan terhadap nilai – nilai yang menjadi pedoman untuk mencapai tujuan dan dipakai sebagai pandangan hidup. Falsafah kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut (Subekti,2005): 1. Pelayanan kesehatan terjangkau dan dapat diperoleh oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan. 2. Upaya promotif dan preventif adalah upaya tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. 3. Pelayanan kesehatan yang diberikan pada klien yang berlangsung secara berkelanjutan. 4. Perawat sebagai provider dan klien sebagai pelayanan kesehatan menjadi suatu hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan pelayanan kesehatan. 5. Pengembangan tenaga kesehatan masyarakat direncanakan dalam pelayanan kesehatan secara berkesinambungan. 6. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya. Masyarakat juga harus ikut mendorong, mendidik dan berpartisipasi secara aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.
11
Paradigma Keperawatan Komunitas
Komunitas dengan keluarga sebagai unit pelayanan dasar
Manusia
Keperawatan dengan tiga level pencegahan
Kesehatan (sehatsakit)
Lingkungan (fisik, biologis, psikologis, cultural dan spritual)
1. Manusia Manusia sebagai klien berarti sekumpulan individu atau klien yang memilki nilai, keyakinan, minat, dan interaksi satu sama lainn ya untuk mencapai tujuan. 2. Kesehatan Kesehatan adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan dasar klien atau komunitas. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan mengatasi stressor.
12
3. Lingkungan Semua factor internal dan eksternal atau pengaruh di sekitar klien yang bersifat biologis, psikologis, sosial, cultural, dan spiritual. 4. Keperawatan Intervensi bertujuan untuk menekan stressor atau meningkat kemampuan klien melalui upaya pencegahan primer, sekunder, dan tertier.
2.5 Standar Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Komunitas
Standar pendokumentasian perawat memerlukan sesuatu ketaerampilan untuk memenuhi standar dokumentasi. Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan tentang kualitas dan kwantitas dokumentasi yang mempertimbangkan secara adekuat dalam suatu situasi tertentu. Standar dokumentasi berguna untuk memperkuat pola pencatan dan sebagai pentunjuk atau pedoman praktik pendokumentasian dalam memberikan tindakan keperawatan.
Pengukuran kriteria: 1. Prioritas pengumpulan data ditentukan oleh kondisi dan kebutuhan klien 2. Data dikumpulkan menggunakan tehnik pengkajian yang sesuai 3. Pengelolaan disediakan kumpulan data melibatkan klien, orang laindan team kesehatanlain. 4. Proses pengumpulan data sistematis dan terus menerus 5. Data didokumentasikan dalam format yang tersedia.
13
Menurut ANA Standar {raktek Dokumentasi Keperawatan 1. Standar I Pengkajian: Perawat mengumpulkan data kesehatan pasien bahwa
Kriteria pengukuran: a. Pengumpulan data melibatkan pasien, keluarga dan pemberi perawatan lain jika sesuai. b. Prioritas aktifitas pengumpulan data ditentukan oleh kondisi pasien yang segera atau sesuai kebutuhan c. Data
yang
berhubungan
dikumpulkan
menggunakan
teknik
pengkajian dan instrumen yang tepat. d. Data yang releven didokumentasiakan dalam format yang dapat diperoleh kembali. e. Proses pengumpulan data bersifat sistematis dan berkelajutan. 2. Standar
II
Diagnosis:
perawat
menganalisis
data
pengkajian
dalam
menetapkan diagnosis.
Kriteria pengukuran: a. Diagnosis berasal dari data pengkajian b. Diagnosis
divalidasi
bersama
pasien,
keluarga
dan
pemberi
perawatan lain, jika memungkinkan dan sesuai. c. Diagnosis penetapan
didokumentasikan hasil
yang
dengan
diharapkan
cara dan
yang
memudahkan
memudahkan
rencana
perawatan. 3. Standar III Identifikasi Hasil: Perawat mengidentifikasi hasil individual yang diharapkan pada pasien
Kriteria Pengukuran: a. Hasil berasal dari diagnosis
14
b. Hasil dirumuskan bersama pasien, keluarga dan pemberi perawatan lain, jika memungkinkan dan sesuai. c. Hasil secara cultural sesuai dan realistic dalam hubungannya sengan keberadaan dan pontensi kemmapuan pasien. d. Hasil dapat dicapai dalam hubungannya dengan sumber yang tersedia untu pasien. e. Hasil mencakup prediksi waktu untuk pencapaian tujuan. f. Hasil member arahan untuk kontinuitas perawatan. g. Hasil didokumentasikan sesuai tujuan yang dapat diukur. 4. Standar
IV
Perencanaan:
Perawat
membuat
rencana
perwatan
yang
menentukan intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Kriteria pengukuran: a. Rencana perawatan individual pada pasien (misal: tepat-usia, sensitive secara cultural) kondisi atau kebutuhan pasien. b. Rencan perawatan memungkinkan kontinuitas perawatan. c. Prioritas perawatan ditetapkan d. Rencana perawatan di dokumentasikan.
5. Standar V Implementasi : perawat menginmplementasikan intervensi yang diidentifikasi dalam rencana perawatan.
Kriteria Pengungkuran: a. Intervensi konsisten dengan rencana perawatan. b. Intervensi diimplementasikan dengan cara yang aman tepat waktu dan sesuai . c. Intervensi didokumentasikan
15
6. Standar VI Evaluasi: perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil.
Kriteria pengukuran: a. Evaluasu bersifat sistematik berkelanjutan, dan berdasarkan kriteria. b. Pasien, keluarga, pemberi perawatan kesehatan lain, terlibat dalam proses evaluasi, jika tepat. c. Pengkajian data yang terus menerus digunakan untuk merevisi diagnosis, hasil, dan rencana perawatan, jika diperlukan d. Revisi diagnosis, hasil, dan rencana perawatan didokumentasikan. e. Efektivas intervensi dievaluasi berkaitan dengan hasil f. Respons pasien terhadap intervensi.
2.6 Standar Evaluasi/Penilaian
A. Pengertian Evaluasi Evaluasi adalah tindakan intelektual untk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,rencana tindakan,dan pelaksanaannya sudah berhasil di capai.Melalui evaluasi memungkinkan perawata
untuk
memonitor ”kealpaan
yang
terjadi
”
selama tahap
pengkajian,analisa,perencanaan dan pelaksanaan tindakan (Ignatavicius & Bayne,1994). Menurut Griffith & (Christensen (1986) evaluasi sebagai sesuatu yang di rencanakan ,dan perbandingan yang sistimatik pada status kesehatan Klien.Dengan mengukur perkembangan Klien dalam mencapai suatu tujuan,maka perawat bisa menentukan efektifitas tindakan keperawatan.
16
Meskipun valuasi di letakkan pada akhir proses keperawatan,evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Pengumpulan data perlu direvisi untuk enentukan apakah informasi yang telah di kumpulkan sudah mencukupi dan apakah perilaku yang di observasi sudah sesuai.Diagnosa juga perlu di evaluasi dalam hal keakuratan dan kelengkapannya.Tujuan dan intervensi di evaluasi adalah untuk menentukan apakah tujuan tersebut,dapat di capai secara efektif.
B. Tujuan Evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan.Hal ini bisa di laksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang di berikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan : 1. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (Klien telah mencapai tujuan yang di tetapkan). 2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan ( Klien mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan) 3. Meneruska rencana tindakan keperawatan (Klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan )
C. Proses Evaluasi Proses evaluasi terdiri dari dua tahap : 1. Mengukur Pencapaian tujuan Klien Perawat menggunakan ketrampilan pengkajian untuk mendapatkan data yang akan di gunakan dalam evaluasi.Faktor yang di evaluasi mengenai status kesehatan klien,yang terdiri dari bebrapa komponen,meliputi: KAPP ( Kognitif,Afektif,Psikomotor,Perubahan fungsi dan gejala yang spesifik).
17
a. Kognitif ( pengetahuan ) Tujuan mengidentifikasi pengetahuan yang spesifik yang di perlukan setelah klien di ajarkan tentang teknik-teknik tertentu.Lingkup evaluasi pada
kognitif
meliputi
pengetahuan
klien
terhadap
penyakitnya,mengontrol gejala-gejalanya, pengobatan, diet, aktifitas, persediaan ala-alat, resiko komplikasi, gejala yang harus dilaporkan, pencegahan, pengukuran dll. Evaluasi kognitif di peroleh melalui interview atau tes tertulis. b. Affektif ( status emosional ) Affektif klien cenderung ke penilaian yang subyektif dan sangat sukar di evaluasi.Hasil penilaian emosi di tulis dalam bentuk perilaku yang akan memberikan suatu indikasi terhadap status emosi klien.hasil tersebut meliputi ”tukar menukar perasaan tentang sesuatu ’,cemas yang berkurang ada kemauan berkomunikasi dan seterusnya. c. Psikomotor Psikomotor biasanya lebih mudah di evaluasi di bandingkan yang lainnya jika perilaku yang dapat di observasi sudah di identifikasikan pada tujuan (kriteria hasil ).Hal ini biasanya di lakukan melalui observasi secara langsung.Dengan melihat apa yang telah di lakukan Klien sesuai dengan yang di harapkan adalah suatu cara yang terbaik untuk mengevaluasi psikomotor Klien. d. Perubahan fungsi tubuh dan gejala. Evaluasi pada komponen perubahan fungsi tubuh mencakup beberapa aspek status kesehatan klien yang bisa di observasi.Untuk mengevaluasi perubahan fungsi tubuh maka perawat memfokuskan pada bagaimana fungsi
kesehatan
klien
berubah
setelah
di
lakukan
tindakan
keperawatan.Evaluasi pada gejala yang spesifik di gunakan untuk menentukan penurunan atau penigkatan gejala yang mempengaruhi
18
status kesehatan Klien.Evaluasi tersebut bisa di lakukan bisa di lakukan dengan cara observasi secara langsung,interview dan pemeriksaan fisik. 2. Penentuan Keputusan Pada Tahap Evaluasi Setelah data terkumpul tentang status keadaan klien,maka perawat membandingkan data dengan outcomes.tahap berikutnya adalah membuat keputusan
tentang
pencapaian
Klien
terhadap
outcomes.
Ada
3
kemungkinan keputusan pada tahap ini : a. Klien telah mencapai hasil yang di tentukan dalam tujuan.Pada keadaan ini perawat akan mengkaji masalah klien lebih lanjut atau mengevaluasi outcomes yang lain. b. klien masih dalam proses mencapai hasil yang telah di tentukan.Perawat mengetahui keadaan klien pada tahap perubahan kearah pemecahan masalah.Penambahan
waktu,resources,dan
intervensi
mungkin
di
perlukan sebelum tujuan tercapai. c. Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah di tentukan.Pada situasi ini,perawata harus mencoba untuk mengidentifikasi alasan mengapa keadaan atau masalah ini timbul.
D. Komponen Evaluasi Ada 2 (dua ) komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan, yaitu : 1. Proses (Formatif) Fokus tipe evaluasi ini adalah aktifitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan tindakan keperawatan.Evaluasi proses harus di lakukan segera setelah perencanaan keperawatan di laksanakan untuk membantu keefektifitasan terhadap tindakan.Evaluasi formatif terus menerus
di
laksanakan
sampai
tujuan
yang
telah
di
tentukan
tercapai.Metode pengumpulan data dalam evaluasi formatif terdiri dari analisa rencana tindakan keperawatan, open-chart audit, pertemuan 19
kelompok, interview, dan observasi dengan klien, dan menggunakan form evaluasi. Sistem penulisan pada tahap evaluasi ini bisa menggunakan sitem SOAP atau model dokumentasi lainnya. 2. Hasil (Sumatif) Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir tindakan perawatan klien. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara paripurna. Sumatif evaluasi adalah obyektif, fleksibel, dan efisien. Adapun metode penatalaksanaan evaluasi sumatif terdiri dari closed-chart audit, interview akhir pelayanan, pertemuan akhir pelayanan, dan pertanyaan kepada klien dan keluarga. Meskipun informasi pada tahap ini tidak secara langsung berpengaruh terhadap klien yang dievaluasi, sumatif evaluasi bisa menjadi suatu metode dalam memonitor kualitas dan evisiensi tindakan yang telah diberikan. Komponen evaluasi dapat di bagi menjadi 5 komponen menurut (Pinnell & Meneses, 1986) : 1. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi. 2. Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru. 3. Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standart 4. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan 5. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan
1) Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi. a. Kriteria. Kriteria
digunakan
sebagai
pedoman
observasi
untuk
mengumpulkan data dan sebagai penentuan kesahihan data yang terkumpul. Semua kriteria yang di gunakan pada tahap evaluasi di tulis sebagai kriteria hasil. Outcomes menandakan hasil akhir tindakan keperawatan. Sedangkan standar keperawatan digunakan
20
lebih luas sebagai dasar untuk evaluasi praktek keperawatan secara luas. Outcome criteria. Kriteria hasil didefenisikan sebagai standar untuk menjelaskan respon atau hasil dari rencana tindakan keperawatan. Hasil tersebut akan menjelaskan bagaimana keadaan klien ,setelah tindakan dilaksanakan. Kriteria akan dinyatakan dalam istilah behaviour (perilaku) sebagaimana disebutkan dalam bab terdahulu, supaya dapat diobservasi atau diukur dan kemudian dijelaskan dalam istilah yang mudah dipahami. Idealnya, setiap hasil dapat dimengerti oleh setiap orang yang terlibat dalam evaluasi. b. Standar Praktek Standar
pelayanan
keperawatan
dapat
digunakan
untuk
mengevaluasi praktek keperawatan secara luas. Suatu standar menyatakan apa yang harus dilaksanakan sebagai suatu model untuk kualitas pelayanan. Standar harus berdasarkan hasil penelitian, konsep teori, dan dapat di terima oleh praktek klinik keperawatan saat sekarang. Standar harus secara cermat disusun dan di uji untuk menetukan kesesuain dalam penggunaannya. Contoh pemakain standar dapat dilihat pada standar praktek keperawatan yang disusun oleh ANA. c. Evaluative question Untuk menentukan suatu kriteria dan standart, perlu digunakan pertanyaan evaluative sebagai dasar mengevaluasi kualitas pelayanan dan respon klien terhadap tindakan.
Pengkajian : apakah pengkajian dapat dilaksanakan kepada klien?
Diagnosa : apakah diagnosa disusun bersama dengan klien?
Perencanaan : apakah tujuan diidentifikasi dalam perencanaan?
21
Pelaksanaan : apakah klien diberitahu terhadap tindakan yang diberikan?
Evaluasi : apakah modivikasi tindakan keperawatan diperlukan?
2) Evaluasi dan Penilaian Mutu Pelayanan Keperawatan Komunitas Mutu layanan kesehata dapa diukur melalui 3 cara : a. Pengukuran Mutu Prospektif Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan sebelum layanan kesehatan diselenggarakan. Oleh karena itu pengukurannya akan ditujukan terhadap struktur atau input layanan kesehatan dengan asumsi bahwa layanan kesehatan harus memiliki sumber daya tertentu agar dapa menghasilakan suatu layanan kesehatan yang bermutu. Bagian – bagiannya sebagai berikut: 1. Pendidikan Profesi Kesehatan Ditujukan agar menghasilkan profesi layanan kesehatan yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang dapat mendukung layanan kesehatan yang bermutu. 2. Perizinan Merupakan salah satu mekanisme untuk menjamin mutu layanan kesehatan. Surat ijin kerja (SIK) dan surat ijin praktek (SIP) yang diberikan kepada perawat merupakan suatu pengakuan bahwa seorang perawat telah memenuhi syarat untuk melakukan praktek profesi keperawatan (NERS). Demikian pula dengan profesi kesehatan lain, harus mempnyai ijin kerja sesuai dengan profesimya. 3. Standardisasi
22
Dengan menetapkan standardisasi, seperti standardisasi peralatan, tenaga, gedung, sistem, organisasi, anggaran dll. Setiap fasilitas layanan kesehatan yang memiliki standar yang sama dapat menyelenggarakan layanan kesehatan yang sama mutunya. Contohnya:
standardisasi
layanan
rumah
sakit
akan
mengelompokan atau mengklasifikasikan rumah sakit kedalam berbagai kelas tertentu misalnya RSU kelas A, B, C dan D, Rumah sakit jiwa kelas A dan B. 4. Sertifikasi Merupakan selanjutnya dari perizinan. Pengakuan sebagai ners yang tergistrasi adalah contoh setifikasi. Di indonesia, perizinan seperti itu dilakukan oleh departemen kesehatan atau dinas kesehatan dengan rekomendasi dari persatuan perawat nasional indonesia (PPNI). 5. Akreditasi Merupakan pengakuan bahwa suatu institusi layanan kesehatan seperti RS telah memenuhi beberapa standar layanan kesehatan tertentu. Pengukuran mutu prospektif berfokus pada penilaian, sumber daya, bukan pada kinerja penyelenggaraan layanan kesehatan. b. Pengukuran Mutu Retrospektif Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan
setelah
penyelenggaraan
layanan
kesehatan
selesai
dilaksanakan. Pengukuran ini biasanya merupakan gabungan dari beberapa kegiatan seperti penilaian catatan keperawatan (nursing record), wawancara, pembuatan kuesioner, dan penyelenggaraan pertemuan. c. Pengukuran Mutu Konkuren
23
Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan
selama
layanan
kesehatan
dilangsungkan
atau
diselenggarakan. Pengukuran ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan kadang- kadang perlu dilengkapi dengan peninjauan pada
catatan
keperawatan
serta
melakukan
wawancara
dan
mengadakan pertemuan dengan klien, keluarga, atau petugas kesehatan.
E. Standar Perawat
Evaluasi
Praktik
Keperawatan
kesehatan
komunitas
melakukan
Menurut evaluasi
ANA status
(2004) kesehatan
komunitas. Adapun kriteria pengukuran bagi perawat kesehatan komunitas adalah sebagai berikut : 1. Mengkordinasikan
secara
sistematis,
berkelanjutan,
dan
evaluasi
berdasarkan kriteria hasil pelayanan dalam komunitas dan pemangku kepentingan lain. 2. Mengumpulkan data secara sistematis, menerapkan epidemiologi dan metode ilmiah untuk menentukan efektivitas intervensi keperawatan kesehatan komunitas dalam kebijakan, program, dan pelayanan. 3. Berpartisipasi dalam proses dan evaluasi hasil dengan aktivitas pemantauan (monitoring) program dan pelayanan. 4. Mengaplikasikan pengkajian data yang berkelanjutan untuk merevisi rencana, intervensi, dan aktivitas yang sesuai. 5. Mendokumentasikan hasil dari evaluasi termasuk perubahan atau rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas intervensi. 6. Menyampaikan evaluasi proses dan hasil yang dihasilkan kepada komunitas dan pemangku kepentingan lain berdasarkan hukum dan peraturan negara.
24
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zainidin, H. 2001. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional . Jakarta: Widya Medika 2008. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC Depkes RI, 1985. Tata Laksana Perawatan Kesehatan Masyarakat . Jakarta : Depkes RI Depkes RI.1998. Standar Praktik Keperawatan Bagi Perawat Kesehatan . Jakarta : Departemen Kesehatan Doenges, Marilyn e. 1998. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan: Alih bahasa, I Made Kariasa : editor, Setiawan. Jakarta: EGC DPP PPNI. 1996. Standar Praktik keperawatan. Jakarta : DPP PPNI Ferri Efendi, Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktek Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
25
Nursalam, 2001. Proses & Dokumentasi Keperawatan Konsep & Praktek. Edisi 1. Jakarta : Salemba Medika. Potter, P.A., dan Perry, A.G. (2009). Fundamental of Nursing. Seven Edition. (Terj. Andrina Ferderika). Jakarta: Salemba Medika. Priharjo, R. (1995). Praktik Keperawatan Profesional: Konsep Dasar dan Hukum. Jakarta: EGC.
26