BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan yang bersih merupakan manifestasi kesehatan. Lingkungan yang bersih dan sehat identik dengan lingkungan yang jauh dari unsur kotor dan pengganggu lainnya. Pengganggu ini tidak hanya datang dari sampah yang berserakan atau tempat yang kumuh, akan tetapi lingkungan yang bersih juga harus jauh dari unsur hewan pengganggu, vektor, maupun hewan lain yang akan menambah kekumuhan tempat tersebut dan menggu kesehatan misalnya jentik nyamuk. Upaya pengendalian hama serangga, tikus dan rayap baik dilingkungan perumahan, di sekolah, di kantor, di gedung bertingkat, rumah sakit, restoran, swalayan, museum, hotel, maupun di lingkungan industrial telah dilakukan dalam kurun waktu yang cukup lama. Pengendalian hama yang dilakukan selama ini lebih banyak dilakukan dengan mengandalkan penggunaan pestisida & rodentisida saja, sangat jarang pengendalian dilakukan secara komprehensive, yang melibatkan semua aspek yang mempengaruhi keberadaan atau tempat yang biasanya ditempati oleh hama tersebut.
Proses pengendalian vektor dan rodent di beberapa aspek perkantoran, perhotelan, perumahan dan salah satunya disekolah juga sudah dilakukan dalam kurun waktu yang lama.Pengendalian vector dan rodent di sekolah merupakan salah satu aspek yang penting untuk dilakukan karena sebagian banyak golongan masyarakat usia sekolah (6-18 tahun) merupakan bagian yang besar dari penduduk Indonesia (kurang lebih 29%), di perkirakan 50% dari jumlah tersebut adalah anak-anak. Vektor dan rodent tersebut sangat berpengaruh sebagai penyebab kesehatanpada manusia, untuk itu keberadaan vektor dan rodent tersebut harusdi tanggulangi, karena kita tidak mungkin membasmi sampai keakar-akarnyamelainkan kita hanya mampu berusaha mengurangi atau menurunkan populasinyakesatu tingkat tertentu yang tidak mengganggu ataupun membahayakan kehidupan manusia.Oleh karena itu kita perlu untuk menjaga kesehetan mereka agar tercipta generasi bangsa yang lebih baik dan terbebas akan rentannya serangan penyakit yang disebabkan oleh vector dan rodent.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa definisi vektor dan rodent?
b. Apa saja kah macam-macam vektor dan rodent?
c. Bagaimana cara pengendalian vektor dan rodent?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui definisi vektor dan rodent.
b. Mengetahui macam-macam vektor dan rodent.
c. Mengetahui cara pengendalian vektor dan rodent.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Vektor dan Rodent
2.1.1 Definisi Vektor
Vektor adalah arthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan.Bagi dunia kesehatan masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor yang dapat merugikan kehidupan manusia karena disamping mengganggu secara langsung juga sebagai perantara penularan penyakit, seperti yang sudah diartikan di atas (Nurmaini, 2001).
Menurut WHO (1993) vektor adalah seekor binatang yang membawa bibit penyakit dari seekor binatang atau seorang manusia kepada binatang lainnya atau manusia lainnya. Chandra (2006) menyebutkan bahwa vektor adalah organisme hidup yang dapat menularkan agen penyakit dari suatu hewan ke hewan lain atau manusia.
2.1.2 Definisi Rodent
Rodent adalah hewan pengerat yang memiliki gigi depan yang selalu tumbuh dan biasanya pada manusia bisa menyebabkan penyakit dan dapat digunakan sebgai hewan percobaan. Tikus adalah suatu jenis binatang pengerat yang perkembangbiakannya sangat cepat dan sering merugikan manusia karena dalam kehidupan sehari - harinya tikus sering merusak bahan makanan dan peralatan manusia baik di rumah, kantor, gudang, dsb. Tikus juga merusak kabel sehingga dapat menyebabkan terjadinya hubungan pendek yang bisa mengakibatkan terjadinya kebakaran.Selain itu tikus juga dapat menjadi penular penyakit seperti pes, leptospirosis bagi manusia.Oleh karena itu pengendalian tikus merupakan sesuatu hal yang penting dan perlu dilakukan agar tidak menimbulkan penyakit pada seseorang.
2.2 Macam Vektor dan Rodent
2.2.1 Macam-macam Vektor
Vektor hanya terdiri atas arthropoda, sedangkan tikus, anjing, dan kucing bertindak sebagai reservoar (Chandra, 2006). Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2011) menyebutkan bahwa tikus bertindak sebagai reservoar untuk penyakit seperti salmonelosis, demam gigitan tikus, trichinosis, dan demam berdarah Korea, sedangkan vektornya adalah pinjal, kutu, caplak, dan tungau yang merupakan arthropoda. Sumber lain menyebutkan bahwa tikus hanya sebagai binatang pengganggu (Nurmaini, 2001).
Ada dua jenis vektor yaitu vektor biologis dan vektor mekanis.Vektor disebut vektor biologis jika sebagian siklus hidup parasitnya terjadi dalam tubuh vektor tersebut.Vektor disebut sebagai vektor mekanis jika sebagian siklus hidup parasitnya tidak terjadi dalam tubuh vektor tersebut (Natadisastra dan Agoes, 2005).Contohnya lalat sebagai vektor mekanis dalam penularan penyakit diare, trakoma, keracunan makanan, dan tifoid, sedangkan nyamuk Anopheles sebagai vektor biologis dalam penularan penyakit malaria (Chandra, 2006).
2.2.2 Macam-macam Rodent
Hewan pengerat adalah salah satu ordo dari binatang menyusui. Bahasa Latinnya Rodentia. Ada sekitar 2000 sampai 3000 spesies binatang pengerat yang ditemukan di semua benua kecuali Antarktika. Hewan pengerat memiliki gigi depan yang selalu tumbuh dan harus diasah dengan menggerigiti sesuatu.Hewan pengerat telah digunakan manusia sebagai hewan percobaan, diambil kulitnya, untuk makanan, dan juga untuk mendeteksi ranjau.
a. Tikus
Tikus merupakan hewan yang memiliki susunan organ yang sama dengan mamalia yang lain sehingga tikus pun bisa terkena virus seperti halnya hewan lain namun yang membuat tikus got bagaikan kebal terhadap penyakit adalah kemampuannya dalam memilih makanan yg dia makan yaitu tikus got sanggup mengetahui kelayakan makanan yang dia makan, dan dia tidak akan memakan makanan yg dapat meracuni dirinya sendiri, hal ini terjadi karena tikus got selalu menghendus sebelum memakan makanannya dan kumis lembut disekitar moncongnyalah yg berperan sebagai sensor makanan. sensor tersebut mampu mendeteksi zat-zat beracun dan kemudian tikus hanya memakan bagian makanan yg tidak terkandung zat tersebut, itulah mengapa sampah di pemukiman tidak pernah habis dimakan tikus.
b. Tupai
Tupai adalah segolongan mamalia kecil yang mirip, dan kerap dikelirukan, dengan bajing. Secara ilmiah, tupai tidak sama dan jauh kekerabatannya dari keluarga bajing. Tupai adalah pemangsa serangga, dan dahulu dimasukkan ke dalam bangsa insektivora (pemakan serangga) bersama-sama dengan cerurut, sedangkan bajing dan bajing terbang termasuk bangsa Rodentia (hewan pengerat) bersama-sama dengan tikus.
c. Hamster
Hamster adalah hewan mamalia yang termasuk keluarga hewan pengerat yang mempunyai bermacam spesies dan hampir ada di tiap negara.Hamster seringkali digunakan sebagai hewan percobaan di laboratorium (karena reproduksi mereka yang cepat) bersama tikus dan hewan pengerat lainnya.hamster memiliki bentuk tubuh yang lebih bulat, berbulu (tikus nyaris tidak berbulu), memiliki aneka warna bulu, serta ekor pendek dan tertutup bulu. Dibandingkan marmut, jelas hamster memiliki ukuran tubuh yang jauh lebih kecil.
d. Landak
Landak adalah jenis hewan pengerat yang tidak bisa bergerak cepat dan memiliki tubuh yang relatif besar. dilihat dari parasnya Landak mirip dengan tikus namun tubuh landak lebih besar dan yang menjadi ciri khas satwa langka ini adalah bagian tubuhnya yang ditumbuhi rambut yang mengeras berupa duri panjang dan runcing, duri-duri pada bagian tubuh landak ini akan mengembang apabila dirinya merasa terancam, secara umum landak memiliki dua macam rambut yaitu rambut yang halus dan rambut yang mengeras seperti duri. Landak merupakan mamalia soliter dan banyak beraktifitas dimalam hari (nokturnal). Landang memiliki 2 telinga berukuran kecil, ekor pendek, 2 pasang kaki yang pendek, landak memiliki 4 jari pada setiap kaki depan dan 5 jari pada setiap kaki belakang.
2.3 Penyakit yang Ditularkan Vektor dan Rodent
2.3.1 Penyakit yang Ditularkan Vektor
Jenis penyakit yang ditularkan melalui vektor berdasarkan jenis vektornya ditunjukkan dalam Tabel 2.1
Tabel 2.1 Arthropod-borne diseasesberdasarkan jenis vektornya
No.
Vektor
Penyakit
1.
Nyamuk
Malaria, filariasis, demam kuning, demam berdarah dengue, encephalitis
2.
Lalat Rumah
Thypus abdominalis, salmonellosis, cholera, dysentry bacillary dan amoeba, tuberculosis, penyakit sampar, tularemia, anthrax, frambusia, conjunctivitis, demam undulans, trypanosomiasis, spirochaeta
3.
Lalat Pasir
Leishmaniasis, demam papataci, bartonellosis, demam phletobomus
4.
Lalat Tsetse
Trypanosomiasis, penyakit tidur
5.
Lalat Hitam
Oncheocerciasis
6.
Tuma Kepala, Tuma Badan, dan Tuma Kemaluan
Epidemic typhus, epidemic relapsing fever, demam parit
7.
Pinjal
Penyakit sampar, endemic thypus
8.
Kissing Bugs
Penyakit chagas
9.
Sengkenit
Rickettsia, penyakit virus seperti demam berdarah, penyakit bakteri dan spirochaeta
10.
Tungau
Penyakit tsutsugamushi, demam remiten, lymphadenitis, splenomegali
11.
Cyclops
Penyakit akibat parasit Diplyllobothrium latum, Dracunculusmendinensis, dan Gnasthostoma spinigerum
Sumber: Chandra, 2006
2.3.2 Penyakit yang Ditularkan Rodent
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), ada beberapa penyakit yang disebabkan oleh tikus, antara lain:
a) Murine Thypus
Penyakit ini disebabkan infeksi virus R. Typhi yang ditularkan pada manusia melalui kutu yang berasal dari tikus. Kutu dari tikus yang sudah terinfeksi virus ini bisa ditemukan sepanjang tahun di lingkungan tropis yang lembab, seperti Indonesia.
b) Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS)
Penyakit ini merupakan penyakit berbahaya yang disebabkan tikus yang terinfeksi melalui air seni, tinja, atau air liur. Penularannya dapat terjadi saat menghirup udara yang sudah tercemar hantavirus penyebab HOS.
c) Rat-Bite Fever (RBF)
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Streptobacillus moniliformis yang ditularkan melalui gigitan atau cakaran tikus. RBF juga bisa menular karena konsumsi makanan yang sudah tercemar kotoran tikus.
d) Salmonella enterica serovar Typhimurium
Penyakit ini menimbulkan gejala diare, kram perut, muntah-muntah, serta mual dan bisa berlangsung selama 7 hari. Pada anak-anak jika tidak ditangani dengan serius bisa berakibat fatal.
e) Leptospirosis
Penyakit ini ditimbulkan bakteria dari genus Leptospira. Jika dialami manusia banyak gejala yang timbul seperti demam tinggi, pusing, menggigil, kejang otot, muntah, mata merah, sakit pada otot perut, diare, serta ruam kulit. Jika tidak ditangani bisa menyebabkan kerusakan ginjal, meningitis, kegagalan fungsi hati, serta gangguan pernafasan.
2.4 Cara Transmisi Penyakit melalui Vektor
Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga dikenal sebagai arthropod-borne diseases atau sering juga disebut sebagai vektor-borne diseases. Ada 3 jenis cara transmisi arthropod-bome diseases, yaitu (Chandra, 2006):
a. Kontak Langsung
Arthropoda secara langsung memindahkan penyakit dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung. Contohnya adalah scabies (Chandra, 2006)
b. Transmisi Secara Mekanik
Arthropoda sebagai vektor mekanik membawa agen penyakit dari manusia berupa tinja, darah, ulkus superfisial, atau eksudat.Kontaminasi bisa hanya pada permukaan tubuh arthropoda tapi juga bisa dicerna dan kemudian dimuntahkan atau dikeluarkan melalui ekskreta (Chandra, 2006).Contohnya adalah Salmonella typhosa, Escherichia coli, dan Shigella.
c. Transmisi Secara Biologi
Agen penyakit mengalami perubahan siklus dengan atau tanpa multiplikasi di dalam tubuh arthropoda. Ada 3 cara transmisi biologis yaitu:
Propagative, agens penyakit tidak mengalami perubahan siklus, tetapi bermultiplikasi didalam tubuh vector. Contoh: plague bacilli pada pinjal tikus.
Cyclo-propagative, agens penyakit mengalami perubahan siklus dan bermultiplikasi didalam tubuh arthropoda. Contoh: parasit malaria pada nyamuk anopheles.
Cyclo-developmental, agens penyakit mengalami perubahan siklus, tetapi tidak bermultiplikasi didalam tubuh arthropoda. Contoh: parasil filarial pada nyamuk culex, dan cacing pita pada Cyclops.
Beberapa istilah dalam proses transmisi atrhropod-borne disease sebagai berikut (Chandra, 2006):
a. Inokulasi (inoculation)
Masuknya agen penyakit atau bibit yang berasal dari arthropoda kedalam tubuh manusia melalui gigitan pada kulit atau deposit pada membrana mucosa disebut sebagai inokulasi (Chandra, 2006).
b. Infestasi (infestation)
Masuknya arthropoda pada permukaan tubuh manusia kemudian berkembang biak disebut sebagai infestasi, contohnya scabies (Chandra, 2006).
c. Extrinsic Incubation Period dan Intrinsic Incubation Period
Waktu yang diperlukan untuk perkembangan agen penyakit dalam tubuh vektor disebut sebagai masa inkubasi ektrinsik, sedangkan waktu yang diperlukan untuk perkembangan agen penyakit dalam tubuh manusia disebut sebagai masa inkubasi intrinsik.Contohnya parasit malaria dalam tubuh nyamuk anopheles berkisar antara 10-14 hari tergantung dengan temperatur lingkungan.Masa inkubasi intrinsik dalam tubuh manusia berkisar antara 12-30 hari tergantung dengan jenis plasmodium malaria (Chandra, 2006).
d. Definitive Host dan Intermediate Host
Apabila terjadi siklus seksual dalam tubuh vektor atau manusia maka vektor atau manusia tersebut disebut sebagai host definitif, sedangkan apabila terjadi siklus aseksual maka disebut sebagai host intermediet.Contohnya parasit malaria mengalami siklus seksual dalam tubuh nyamuk dan siklus aseksual dalam tubuh manusia, maka nyamuk Anopheles adalah host definitif dan manusia adalah host intermediet (Chandra, 2006).
2.5 Tanda Keberadaan Tikus
Untuk mengetahui ada tidaknya tikus pada suatu tempat dan mencegah kemungkinan bahaya dari makanan yang tercemar oleh tikus adalah sebagai berikut :
a. Droping
Adanya kotoran tikus yang ditemukan di tempat/ruangan yang diperiksa. Tinja tikus mudah dikenal dari bentuk dan warna yang khas, tanpa disertai bau yang mencolok, tinja tikus yang masih baru lebih terang dan mengkilap serta lebih lembut (agak lunak), makin lama maka tinja akan semakin keras.
b. Run ways
Jalan yang biasa dilalui tikus dari waktu ke waktu disuatu tempat disebut run ways. Tikus mempunyai kebiasaan melalui jalan yang sama, bila melalui lubang diantara eternit rumah, maka jalan yang dilaluinya lambat laun menjadi hitam.
c. Grawing
Grawing merupakan bekas gigitan yang dapat ditemukan, tikus dalam aktivitasnya akan melakukan gigitan baik untuk makan maupun membuat jalan misalnya lubang dinding.
d. Borrow
Borrow adalah lubang yang terdapat pada sekitar beradanya tikus seperti dinding, lantai, perabotan dan lain-lain.
e. Rub Marks
Rub marks merupakan bekas gesekan yang biasanya terdapat pada sudut tembok, berupa bulu – bulu yang terlepas
f. Track Path
Track path adalah bekas telapak kaki tikus yang biasanya terdapat pada pipa kabel berupa lapisan lilin berwarna kehitaman
g. Voice
Ciri khas tikus selalu mengeluarkan suara yang mencicit adalah salah satu indikasi adanya tikus didaerah tersebut
h. Life and Death Rat
Di dalam rumah kadang kala ditemukan tikus yang telah mati ,disamping tikus yang sedang berlari-lari di dalam rumah.Dengan ditemukannya tikus yang telah mati atau yang masih hidup menunjukkan bahwa di dalam rumah di daerah tersebut terdapat tikus.
i. Nests
Sarang tikus terletak di dalam lubang pada dinding,pada pohon-pohonan,dan tanam-tanaman yang lain
j. Swing Marks
Swing marks merupakan bekas lompatan dari tikus
2.6 Pengendalian Vektor dan Rodent secara Umum
Pengendalian vektor dan rodent (binatang pengganggu) adalah upaya untuk mengurangi atau menurunkan populasi vektor atau binatang pengganggu dengan maksud pencegahan atau pemberantasan penyakit yang ditularkan atau gangguan (nuisance) oleh vektor dan binatang pengganggu tersebut.
Menurut World Health Organization (WHO), pengendalian vektor penyakit sangat diperlukan bagi beberapa macam penyakit karena berbagai alasan, yaitu:
a. Penyakit tadi belum ada obatnya ataupun vaksinnya, seperti hamper semua penyakit yang disebabkan oleh virus.
b. Bila ada obat ataupun vaksinnya sudah ada, tetapi kerja obat tadi belum efektif, terutama untuk penyakit parasiter
c. Berbagai penyakit di dapat pada banyak hewan selain manusia, sehingga sulit dikendalikan.
d. Sering menimbulkan cacat, seperti filariasis dan malaria.
e. Penyakit cepat menjalar, karena vektornya dapat bergerak cepat seperti insekta yang bersayap
Ada beberapa cara pengendalian vektor dan binatang pengganggu diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Pengendalian kimiawi
Cara ini lebih mengutamakan penggunaan pestisida/rodentisida untuk peracunan. Penggunaan racun untuk memberantas vektor lebih efektif namun berdampak masalah gangguan kesehatan karena penyebaran racun tersebut menimbulkan keracunan bagi petugas penyemprot maupun masyarakat dan hewan peliharaan. Sebagai ilustrasi, pada tahun 1960-an yang menjadi titik tolak kegiatan kesehatan secara nasional (juga merupakan tanggal ditetapkannya Hari Kesehatan Nasional), ditandai dengan dimulainya kegiatan pemberantasan vektor nyamuk menggunakan bahan kimia DDT atau Dieldrin untuk seluruh rumah penduduk pedesaan. Hasilnya sangat baik karena terjadi penurunan densitas nyamuk secara drastis, namun efek sampingnya sungguh luar biasa karena bukan hanya nyamuk saja yang mati melainkan cicak juga ikut mati keracunan (karena memakan nyamuk yang keracunan), cecak tersebut dimakan kucing dan ayam, kemudian kucing dan ayam tersebut keracunan dan mati, bahkan manusia jugs terjadi keracunan Karena menghirup atau kontak dengan bahan kimia tersebut melalui makanan tercemar atau makan ayam yang keracunan.
Selain itu penggunaan DDT/Dieldrin ini menimbulkan efek kekebalan tubuh pada nyamuk sehingga pada penyemprotan selanjutnya tidak banyak artinya. Selanjutnya bahan kimia tersebut dilarang digunakan. Penggunaan bahan kimia pemberantas serangga tidak lagi digunakan secara missal, yang masih dgunakan secra individual sampai saat ini adalah jenis Propoxur (Baygon). Pyrethrin atau dari ekstrak tumbuhan/bunga-bungaan.
Untuk memberantas Nyamuk Aedes secara missal dilakukan fogging bahan kimia jenis Malathion/Parathion, untuk jentik nyamuk Aedes digunakan bahan larvasida jenis Abate yang dilarutkan dalam air. Cara kimia untuk membunuh tikus dengan menggunakan bahan racun arsenic dan asam sianida. Arsenik dicampur dalam umpan sedangkan sianida biasa dilakukan pada gudang-gudang besar tanpa mencemai makanan atau minuman, juga dilakukan pada kapal laut yang dikenal dengan istilah fumigasi. Penggunaan kedua jenis racun ini harus sangat berhati-hati dan harus menggunakan masker karena sangat toksik terhadap tubuh manusia khususnya melalui saluran pernafasan.
Penggunaan bahan kimia lainnya yang tidak begitu berbahaya adalah bahan attractant dan repellent. Bahan Attractant adalah bahan kimia umpan untuk menarik serangga atau tikus masuk dalam perangkap. Sedangkan repellent adalah bahan/cara untuk mengusir serangga atau tikus tidak untuk membunuh. Contohnya bahan kimia penolak nyamuk yang dioleskan ke tubuh manusia (Autan, Sari Puspa, dll) atau alat yang menimbulkan getaran ultrasonic untuk mengusir tikus (fisika).
b. Pengendalian Fisika-Mekanika
Cara ini menitikberatkan kepada pemanfaatan iklim/musim dan menggunakan alat penangkap mekanis antara lain :
1) Pemasangan perangkap tikus atau perangkap serangga
2) Pemasangan jaring
3) Pemanfaatan sinar/cahaya untuk menarik atau menolak (to attrack and to repeal)
4) Pemanfaatan kondisi panas dan dingin untuk membunuh vektor dan binatang penganggu.
5) Pemanfaatan kondisi musim/iklim untuk memberantas jentik nyamuk.
6) Pemanfaatan suara untuk menarik atau menolak vektor dan binatang pengganggu.
7) Pembunuhan vektor dan binatang pengganggu menggunakan alat pembunuh (pemukul, jepretan dengan umpan, dll)
8) Pengasapan menggunakan belerang untuk mengeluarkan tikus dari sarangnya sekaligus peracunan.
9) Pembalikan tanah sebelum ditanami.
10) Pemanfaatan arus listrik dengan umpan atau attracktant untuk membunuh vektor dan binatang pengganggu (perangkap serangga dengan listrik daya penarik menggunakan lampu neon).
c. Pengendalian Biologis
Pengendalian secara biologis dilakukan dengan dua cara, yakni :
1) Memelihara musuh alaminya
Musuh alami insekta dapat berupa pemangsanya ataupun mikroba penyebab penyakitnya. Untuk ini perlu diteliti lebih lanjut pemangsa dan penyebab penyakit mana yang paling efektif dan efisien mengurangi populasi insekta. Untuk ni perlu juga dicari bagaimana caranya untuk melakukan pengendalian pertumbuhan pemangsa dan penyebab penyakit ini apabila populasi vektor sudah terkendali jumlahnya.
2) Mengurangi fertilitas insekta
Untuk cara kedua ini pernah dilakukan dengan meradiasi insekta jantan sehingga steril dan menyebarkannya di antara insekta betina. Dengan demikian telur yang dibuahi tidak dapat menetas. Cara kedua ini masih dianggapa terlalu mahal dan efisiensinya masih perlu dikaji.
2.6 Pengendalian Vektor dan Rodent di Sekolah
2.6.1 Pengendalian Vektor di Sekolah
Pengendalian Vektor Nyamuk
Pengendalian nyamuk bisa dilakukan dengan cara mekanis yaitu dengan menghilangkan sarang nyamuk, membersihkan container, tambak, membersihkan lingkungan, dan sebagainya. Selain itu, pengendalian vektor nyamuk bisa juga dilakukan dengan cara fisika yaitu dengan penyinaran radiasi dan pengendalian hayati dengan cara memakai predator atau parasit.
Pengendalian biologi merupakan pengendalian vector nyamuk dengan menggunakan bakteri pathogen B, thuringiensis. Cara ini adalah cara yang paling efektif dan potensial serta tidak mempunyai efek samping dengan menggunakan bakteri thuringiensis yang diisolasi di dalam habitat tanah dan biakan dalam media local air cucian beras terhadap larva nyamuk aedes aegepty n anopheles acoitus akan menurun secara signifikan.
Pengendalian cara terpadu merupakan cara pengendalian terhadap vector nyamuk yang melibatkan masyarakat dan pemerintah dlam hal ini lintas sektoral yaitu dengan melakukan beberapa kegiatan seperti secara rutin melakukan pembersihan lingkungan seperti jumat bersih di sekolah dan kegiatan penyemprotan atau pengasapan yang melibatkan masyarakat dalam pemerintah, dalam hal ini Dinas Kesehatan.
Pengendalian Vektor Lalat
Mengurangi atau menghilangkan tempat perindukan lalat
Dalam kondisi tertentu, lalat akan lebih sering berkumpul atau ditarik oleh makanan ikan dan tepung tulang, sirup gula, dan bau buah yang manis khususnya manga. Untuk mengurangi sumber yang menarik lalat tersebut, dapat dicegah dengan melakukan Kebersihan lingkungan sekolah, membuat saluran air limbah (SPAL), menutup tempat sampah.
Mengurangi sumber yang menarik bagi lalat.
Mencegah kontak antara lalat dengan kotoran yang mengandung kuman penyakit
Sumber kuman penyakit dapat berasal dari kotoran manusia, bangkai binatang, sampah basah,lumpur organik maupun orang sakit mata.
Melindungi makanan, peralatan makan dan orang yang kontak dengan lalat
Untuk melindungi makanan, peralatan makan dan orang yang kontak dengan lalat, dalam hal ini warga sekolah dapat dilakukan dengan makanan dan peralatan makan yang digunakan harus anti lalat, makanan di simpan di lemari makan, makanan perlu dibungkus, jendela dan tempat – tempat terbuka dipasang dengan sistem yang dapat menutupi sendiri, pintu masuk dilengkapi dengan anti lalat, penggunaan kelambu atau tudung saji, kipas angina elektrik dapat juga dipasang untuk menghalangi lalat masuk, memasang stik berperekat anti lalat sebagai perangkap.
Pemberantasan lalat secara langsung
Cara yang digunakan untuk membunuh lalat secara langsung adalah cara fisik, cara kimiawi, dan cara biologi. Cara peberantasan secara fisik adalah cara yang mudah dan aman tetapi kurang efektif apabila lalat dalam kepadatan yang tinggi. Cara ini hanya cocok untuk digunakan pada skala kecil, seperti di lingkungan sekolah dapat digunakan di dapur sekolah atau. Lalat dalam jumlah yang besar/ padat dapat ditangkap dengan alat ini.
Tempat yang menarik lalat untuk berkembang biak dan mencari makan adalah kontainer yang gelap, bila lalat mencoba makan itu terbang maka mereka akan tertangkap dalam perangkap yang diletakkan di mulut container yang terbuka itu. Cara ini cocok digunakan di luar ruangan seperti di halaman sekolah misalnya, sebuah model perangkap yang terdiri dari container plastik atau kaleng untuk umpan, tutup kayu atau plastic dengan celah kecil dan sangkar di atas penutup. Celah selebar 0,5 cm antara sangkar dan penutup tersebut memberi kelonggran kepada lalat untuk bergerak pelan menuju penutup. Kontainer harus terisi separuh dengan umpan yang akan luntur tekstur dan kelembabannya. Tak ada air tergenang di bagian bawahnya. Dekomposisi sampah basah dari dapur adalah yang paling cocok seperti sayuran hijau, sereal, dan buah – buahan. Setelah tujuh hari umpan akan berisi larva dalam jumlah yang besar dan perlu dirusak serta diganti. Lalat yang masuk ke dalam sangkar akan segera mati dan umumnya terus menumpuk sampai mencapai puncak serta tangki harus segera dikosongkan, perangkap harus ditempatkan di udara terbuka di bawah sinar cerah matahari, jauh dari keteduhan pepohonan.
2.6.3 Pengendalian Rodent di Sekolah
Ada beberapa meode yang dapat dilakukan untuk mengendalikan rodent (tikus), berikut pengendalian rodent yang dapat dilakukan di lingkungan sekolah.
a. Pengendalian Fisik - Mekanik
1) Trapping (pemasangan perangkap)
Trapping merupakan pengendalian rodent dengan cara membuat kandang yang bisa diletakkan di tempat yang biasanya dilewati oleh tikus, sehingga tikus bisa masuk dan terperangkap ke tempat tersebut. Di lingkungan sekolah , trapping biasanya diletakkan di bagian gudang peralatan sekolah dan dipasang oleh penjaga sekolah. Hal ini dilakukan oleh penjaga sekolah jika jumlah tikus yang ada sudah terlampau banyak.
2) Rat proofing
Untuk mengendalikan tikus disuatu lokasi diupayakan agar lokasi tersebut tertuup dari celah yang memungkinkan tikus masuk dari luar. Tikus bisa leluasa masuk lewat celah bawah pintu yang renggang, lewat pembuangan air yang tidak tertutup kasa, lewat shaft yang tidak bersekat atau lewat jalur kabel telepon dan listrik dari bangunan yang ada di sekitarnya.
Pintu ruang kelas, ruang guru, ataupun ruang administrasi dipasangkan plat logam pada bagian bawah pintu yang renggang setinggi 15 cm untuk mencegah tikus dari luar masuk melalui celah dari bawah pintu. Selain dipasang di lingkungan sekolah cara ini juga dapat diterapkan diberbagai gedung seperti perusahaan, lembaga pemerintahan, dan lain-lain.
3) Pengaturan Sanitasi
Pengelolaan sampah, menjaga kebersihan area, sistem tata letak barang digudang dengan susunan berjarak dari dinding dan tertata diatas palet, dan lain-lain dapat mengendalikan hama tikus. Hal tersebut dikarenakan tikus menyukai tempat-tempat yang kotor dan lembab. Melakukan sanitasi berarti menghilangkan tempat beristirahat, bersembunyi, berteduh dan berkembang biak bagi tikus, disamping juga menghilangkan makanan tikus.
Pengaturan sanitasi ini dapat dilakukan di lingkungan sekolah, misalnya :
a) Tong sampah sebaiknya dari bahan logam, bertutup rapat dan dibuat bertiang hingga keberadaannya bisa menggantung diatas tanah, agar tikus tidak dapat menjangkau sampah didalamnya.
b) Memotong ranting pohon yang menempel pada atap rumah atau bangunan apalagi jika ranting tersebut menghubungkan bangunan kita dengan bangunan tetangga.
c) Bersihkan rumput atau tanaman perdu yang berdekatan dengan bangunan, karena bisa dijadikan pelarian, sarang atau tempat sembunyi jika sewaktu-waktu tikus menghindar dari kejaran manusia/ predator.
d) Tutup dengan semen lubang-lubang masuk pada sarang tikus
4) Jasa Pelayanan Pembasmi Rodent
Banyaknya jasa layanan untuk pemberantasan rodent membuktikan bahwa keberadaan rodent sangatlah tidak menguntungkan. Jasa layanan yang diberikan biasanya dengan sistem peracunan yaitu dengan rodentisida antikoagulan yang dianggap aman pada hewan bukan sasaran maupun aman pada manusia. Jasa layanan yang ada juga memberikan layanan informasi atau konsultasi yang memberikan penjelasan bahwa pentingnya pengendalian rodent dalam usaha yang berorientasi pada konsep lingkungan sehat adalah guna melindungi dan memelihara seluruh asset maupun properti yang dimiliki sekolah.
5) Ultrasonic
Pemasangan alat ini pada gedung sekolah dapat dilakukan untuk mengendalikan hama tikus. Jika gedung sekolah bertingkat, dilakukan pada lantai yang paling atas kemudian berangsur-angsur hingga ke lantai paling bawah. Jika gedung sekolah tidak bertingkat, bisa juga pada ruangan terdalam hingga terluar, sehingga dengan sendirinya tikus terusir keluar tanpa ada yang tersisa dilantai sebelumnya atau ruangan terdalam, frekuensi yang digunakan harus dilakukan perubahan secara berkala agar frekuensi tidak mudah dikenali oleh tikus, umumnya area yang cukup luas memerlukan pemasangan beberapa alat sekaligus (100 m2 membutuhkan 2-3 alat).
b. Pengendalian Kimia
Pengendalian hama tikus secara kimia dapat dilakukan dengan cara rodentisida dan fumigasi. Namun kedua cara tersebut terlalu beresiko jika diterapkan di lingkungan sekolah. Pemasangan umpan rodentisida diletakkan diberbagai tempat, baik di dalam (biasanya umpan tersebut diletakkan di bawah rak atau lemari) maupun di luar gedung sekolah. Pemasangan umpan tersebut dikhawatirkan akan dijadikan mainan oleh siswa di sekolah tersebut, dan akan berakibat fatal jika siswa tersebut secara sengaja maupun tidak sengaja memakan umpan tersebut. Atau bisa juga setelah dia bersentuhan dengan umpan tersebut dia memakan makanan, maka dapat berakibat fatal juga.
Fumigasi adalah peracunan tikus dengan menggunakan bahan-bahan kimia yang dapat membunuh tikus atau dapat menggangu aktivitas untuk makan, minum, mencari pasangan, maupun reproduksinya. Fumigasi biasanya dilakukan dirumah, gudang, kapal laut, atau sarang tikus didalam tanah. Fumigant ini tidak hanya berbahaya bagi tikus dan ekstoparasitnya, tetapi juga berbahaya bagi manusia yang mengaplikasikannya serta manusia dan hewan lainyang berada di sekitar tempat berlangsungnya proses fumigasi tersebut. Ruangan yang akan difumigasi harus tertutup rapat dan tidak ada ventilasi yang terbuka yang menghubungkan antara udara didalam dengan udara diluarserta tidak boleh ada seorang pun yang ada didalam ruangan tersebut. Hal ini dimaksudkan karena bahan fumigant tesebut sangat berbahaya baik bagi tikus maupun manusia. Tentnya hal tersebut akan terlalu berisiko jika melakukan pengendalian kimia di sekolah.
c. Pengendalian Biologi
Pengendalian biologi susah untuk diterapkan di lingkungan sekolah, karena pengendalian biologi biasanya menggunakan hewan pemangsa untuk mengendalikan hama tikus. Pihak sekolah memiliki kemungkinan yang sangat rendah untuk merawat hewan pemangsa tikus seperti kucing, karena akan susah dala melakukan perawatannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Vektor adalah arthropoda yang membawa bibit penyakit dari suatu hewan ke hewan lain atau manusia.
Rodent adalah hewan pengerat yang memiliki gigi depan yang selalu tumbuh dan biasanya pada manusia bisa menyebabkan penyakit dan dapat digunakan sebgai hewan percobaan.
Ada dua jenis vektor yaitu vektor biologis dan vektor mekanis.Vektor disebut vektor biologis jika sebagian siklus hidup parasitnya terjadi dalam tubuh vektor tersebut.Vektor disebut sebagai vektor mekanis jika sebagian siklus hidup parasitnya tidak terjadi dalam tubuh vektor tersebut.
Terdapat beberapa jenis hewan yang termasuk dalam rodent antara lain tikus, tupai, hamster, dan landak.
Ada beberapa cara pengendalian vektor dan binatang pengganggu diantaranya adalah Kimiawi, Fisika - Mekanika, Biologis.
Nyamuk dan lalat merupakan vektor yang terdapat di sekolah yang dapat dikendalikan dengan berbagai cara seperti biologis, mekanis, dan kimiawi.
Ada beberapa meode yang dapat dilakukan untuk mengendalikan rodent (tikus), pengendalian rodent yang dapat dilakukan di lingkungan sekolah antara lain pengendalian Fisik – Mekanik ( trapping, rat proofing, pengaturan sanitasi, jasa pelayanan pengendalian rodent, ultrasonic ), Kimia, dan Biologis.