Mata Kuliah : Perencanaan, Kebijakan & Evaluasi Program Kesling
Kegiatan Pengendalian Vektor Kecoa Pada Kapal Yang Berlabuh Di Pelabuhan Paotere
Disusun Oleh: Hamdana Sri Wahyuingsih Teti Ervianti
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2013 A.
Pendahuluan Pelabuhan laut merupakan salah satu pintu masuk yang strategis bagi masuknya vektor penular penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah dari berbagai negara di dunia. Kemajuan teknologi bidang transportasi, perdagangan bebas maupun mobilitas penduduk antar negara mengakibatkan dampak negatif di bidang kesehatan yaitu percepatan perpindahan dan penyebaran vektor penyakit menular potensial wabah yang dibawa oleh alat angkut, orang maupun barang bawaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa penyebaran vektor melalui alat angkut adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri (Depkes RI, 2007a). Keberadaan vektor di atas kapal dapat mempengaruhi kondisi kesehatan para penumpang termasuk juga petugas dan anak buah kapal (ABK) karena vektor dapat menularkan penyakit kepada manusia. Vektor yang paling sering dijumpai di atas kapal adalah kecoa. Pada umumnya kecoa merupakan binatang malam. Pada siang hari mereka bersembunyi di dalam lubang atau celah-celah tersembunyi. Kecoa yang menjadi permasalahan dalam kesehatan manusia adalah kecoa yang sering berkembangbiak dan hidup di sekitar makhluk hidup yang sudah mati. Aktivitas kecoa kebanyakan berkeliaran di dalam ruangan melewati dinding, pipa-pipa atau tempat sanitasi. Kecoa dapat mengeluarkan zat yang baunya tidak sedap sehingga kita dapat mendeteksi tempat hidupnya. Jika dilihat dari kebiasaan dan tempat hidupnya, sangat mungkin kecoa dapat menularkan penyakit pada manusia. Kuman penyakit yang menempel pada tubuhnya yang dibawa dari tempat-tempat yang kotor akan tertinggal atau menempel di tempat yang dia hinggapi. Vektor jenis kecoa yang ada di atas kapal ini sering membawa mikroorganisme seperti Salmonella, Entamoeba histolitica yaitu kuman penyebab diare, typhoid/thypus, disentri, cholera dan virus hepatitis A (Aryatie, 2005). Pada kasus penyakit diare misalnya, data menurut Depkes RI (2006b), angka kesakitan diare di Indonesia pada tahun 2001 (301 kasus) meningkat
menjadi 374 per1000 penduduk pada tahun 2003. Sedangkan hasil wawancara terhadap 20 orang kapten kapal pada bulan Desember 2007 bahwa penyakit yang sering dikeluhkan para ABKnya adalah penyakit diare atau penyakit perut. Hal ini didukung oleh data kunjungan poliklinik tahun 2006/2007 yang dihimpun dari beberapa Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) kelas utama di seluruh Indonesia menunjukkan bahwa laporan penyakit diare di KKP Tanjung Priok (318 kasus), KKP Batam (77 kasus), KKP Makassar (205 kasus), KKP Surabaya (110 kasus), Semarang (84 kasus), Dumai (538 kasus) dan KKP Medan (72 kasus) (Simkespel, 2007). Untuk mewaspadai penyebaran masuknya vektor penular penyakit lewat
pelabuhan,
sesuai
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.356/Menkes/Per/IV/2008 telah ditetapkan bahwa KKP sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan ujung tombak Departemen Kesehatan RI yang berwenang mencegah dan mengendalikan vector penular penyakit yang masuk dan keluar pelabuhan dengan melakukan upaya pemutusan mata rantai penularan penyakit secara profesional sesuai standar dan persyaratan yang telah ditetapkan (Depkes RI, 2008) Pengendalian vektor penular penyakit di atas kapal merupakan salah satu upaya pemutusan mata rantai penularan penyakit. Survei awal yang dilakukan oleh petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan Medan pada tahun 2008 menunjukkan bahwa 83,3 % kapal yang datang melalui pelabuhan Belawan dikategorikan risiko tinggi karena di atas kapal dijumpai vektor penyakit. B.
Dasar Hukum 1. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
431/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Resiko Lingkungan di Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas Batas Dalam Rangka Karantina Kesehatan.
2. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
356/MENKES/PER/IV/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan 3. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor 34 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Tindakan Hapus Tikus dan Hapus Serangga Pada Alat Angkut di Pelabuhan, Bandar Udara, dan Pos Lintas Batas Darat C.
Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan umum Mengendalikan vektor kecoa dan menurunkan angka kejadian penyakit akibat vektor kecoa pada kapal barang yang berlabuh di Pelabuhan Paotere Makassar. 2. Tujuan khusus a. Meningkatkan pengetahuan Anak Buah Kapal (ABK) tentang vektor kecoa. b. Menekan jumlah vektor kecoa di kapal barang yang berlabuh di Pelabuhan Paotere Makassar. c. Memutus mata rantai penularan penyakit melalui vektor kecoa. d. Menurunkan kasus penyakit yang berhubungan dengan vektor kecoa di atas kapal barang. 3. Sasaran Sasaran adalah semua kapal barang yang berlabuh di Pelabuhan Paotere.
D.
Luaran Terlaksananya kegiatan pengendalian vektor kecoa pada kapal barang yang berlabuh di Pelabuhan Paotere Makassar.
E. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan a. Pelaksana kegiatan
Pelaksana kegiatan pengendalian vektor kecoa adalah Seksi Pengendalian Vektor dan Binatang Penular Penyakit Pelabuhan Paotere Makassar bekerja sama dengan Entomolog.
b. Penanggung jawab kegiatan Penanggung jawab kegiatan pengendalian vektor kecoa adalah Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Pelabuhan Paotere Makassar. F.
Kegiatan Yang Dilaksanakan a. Uraian Kegiatan Kegiatan Pengendalian Vektor Kecoa pada Kapal Barang yang Berlabuh di Pelabuhan Paotere meliputi penyuluhan pada Anak Buah Kapal (ABK) tentang vektor kecoa, survey kepadatan kecoa di atas kapal, dan apabila tingkat kepadatan kecoa pada kapal tergolong “tinggi” dan “sangat tinggi”, maka dilakukan disinseksi. Berikut ukuran interpretasi hasil survei tingkat kepadatan kecoa:
b. Batasan Kegiatan Kegiatan pengendalian vektor kecoa hanya dilakukan pada kapal barang yang berlabuh di Pelabuhan Paotere pada bulan Januari 2014. Peserta penyuluhan vektor kecoa adalah semua ABK kapal yang berlabuh,
sedangkan kapal yang di disinseksi hanya kapal yang telah di survey kepadatan kecoanya dan memiliki tingkat kepadatan kecoa yang tinggi. G. Jadwal Kegiatan a. Waktu pelaksanaan kegiatan Kegiatan Pengendalian Vektor Kecoa pada Kapal Barang yang Berlabuh di Pelabuhan Paotere direncanakan dilaksanakan pada
Bulan Januari
2014. b. Matrik pelaksanaan kegiatan
Waktu pelaksanaan (hari) No
Kegiatan
1
Tahap Persiapan
Penyusunan rencana kerja
2
3
I
II
III
IV
Pelaksanaan kegiatan Penyuluhan
Survey kepadatan kecoa
Disinseksi
Evaluasi
H. Anggaran Kegiatan Sumber dana dari APBD dan APBN, berupa biaya operasional untuk sekali kegiatan pengendalian vektor kecoa, yakni: No. Biaya Operasional
Jumlah
1
Biaya Tenaga/ Satuan Output
Rp. 5.000.000
3
Biaya Snack/ Satuan Output
Rp. 1.000.000
4
Alat dan bahan Desisensi
Rp. 20.000.000
4
Biaya tidak tetap/ Satuan Output
Rp. 500.000
Biaya Total
Rp. 26.500.000
Referensi: 1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 356/Menkes/Per/Iv/2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan 2. Anonim. Pengendalian Vektor. Universitas Sumatera Utara. 3. Anonim. Pedoman Pengendalian Kecoa Khusus di Rumah Saki. 4. Drs . Winarno MSc. 2009. Kebijakan Nasional Pengendalian Vektor.