LAPORAN KEGIATAN MINI PROJECT
DETEKSI DINI DAN ALUR PENATALAKSANAAN HIPERTENSI DAN KRISIS HIPERTENSI DI PUSKESMAS KLECOREJO
Disusun oleh:
dr. Sandra Aldira
Pembimbing:
dr. Haryo Saptono
PUSKESMAS KLECOREJO KABUPATEN MADIUN PERIODE FEBRUARI 2018 – JUNI JUNI 2018
1
HALAMAN PENGESAHAN Laporan Kegiatan Mini Project ini diajukan oleh: dr. Sandra Aldira
Judul
: Deteksi Dini dan Alur Penatalaksanaan Hipertensi dan Krisis Hipertensi di Puskesmas Klecorejo
Telah
disetujui
sebagai
bagian
persyaratan
yang
diperlukan
untuk
kelengkapan tugas program internsip dokter periode Juni 2017- Juni 2018
Mengetahui, Kepala Puskesmas
Dokter Internsip
dr. Haryo Saptono
dr. Sandra Aldira
NIP. 197506052005011009 197506052005011 009
2
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................... 1 HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... 2 DAFTAR ISI ............................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 4 1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 4 1.3 Tujuan .................................................................................................................. 5 1.4 Manfaat ................................................................................................................ 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 6
2.1 Hipertensi............................................................................................................. 6 2.1.1 Definisi ....................................................................................................... 7 2.1.2 Epidemiologi .............................................................................................. 7 2.1.3 Faktor Risiko .............................................................................................. 8 2.1.4 Klasifikasi dan Manifestasi Klinis .............................................................. 9 2.1.5 Tatalaksana Farmakologi ...........................................................................10 2.1.6 Tatalaksana Non Farmakologi …................................................................13 BAB III BENTUK KEGIATAN ............................................. .................................15 BAB IV HASIL INTERVENSI DAN INDIKATOR KEBERHAS ILAN….........18 BAB V DISKUSI DAN PEMBAHASAN… .............................................................19 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN… ...............................................................20
DAFTAR PUSTAKA …............................................................................................22
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang memiliki prevalensi cukup tinggi di dunia maupun Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 didapatkan prevalensi hipertensi pada usia 18 tahun ke atas sebanyak 9,5% yang naik sekitar 2% dibandingkan dengan data Riskesdas 2007. Provinsi Jawa Timur adalah salah satu provinsi yang memiliki prevalensi stagnan dari tahun 2007.
Krisis hipertensi adalah bentuk kegawatdaruratan dalam bidang hipertensi. Seorang pasien tergolong dalam krisis hipertensi ketika memiliki tekanan darah sistolik di atas 180 mmHg dan diastolik di atas 110 mmHg. Krisis hipertensi dapat terbagi menjadi hipertensi urgensi dan hipertensi emergensi bergantung pada ada dan tidaknya kerusakan organ target.
Puskesmas Klecorejo merupakan salah satu faskes layanan primer di Kabupaten Madiun yang dilengkapi dengan fasilitas IGD dan rutin mendapatkan pasien dengan krisis hipertensi. Berdasarkan keterangan dari petugas kesehatan di Puskesmas Klecorejo, penanganan pasien dengan krisis hipertensi masih belum memiliki alur yang jelas sehingga beberapa pasien tidak terdiagnosis bahkan sebagian belum ditangani
dengan
baik.
Mengingat
krisis
hipertensi
merupakan
kasus
kegawatdaruratan yang memerlukan penanganan segera karena dapat mengakibatkan komplikasi yang serius hingga kematian, maka penulis mengangkat topik penanganan krisis hipertensi sebagai Quality Assurance (QA) di IGD Puskesmas Klecorejo. Dengan adanya QA ini diharapkan pasien krisis hipertensi yang datang di IGD Puskesmas Mejayan dapat dideteksi dan ditangani dengan baik
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah: 1. Belum tersedianya alur penanganan hipertensi dan krisis hipertensi di Puskesmas Klecorejo. 2. Belum adanya sosialisasi kepada petugas kesehatan di Puskesmas Klecorejo mengenai penanganan krisis hipertensi. 3. Belum tersedianya media promosi kesehatan mengenai tanda dan gejala serta deteksi dini krisis hipertensi di Puskesmas Klecorejo.
4
1.3 TUJUAN 1.3.1
Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas penanganan krisis hipertensi melalui penyelesaian berdasarkan penyebab masalah yang ditemukan. 1.3.2
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi masalah yang tedapat pada Puskesmas Klecorejo 2. Mengidentifikasi penyebab masalah yang telah ditentukan pada Puskesmas Klecorejo. 3. Mendapatkan pemecahan masalah berdasarkan penyebab masalah yang ditemukan pada Puskemas Klecorejo.
1.4 MANFAAT 1.4.1
Manfaat bagi Masyarakat
1. Masyararakat mendapat pelayanan yang lebih maksimal, terutama pada kasus krisis hipertensi. 2. Masyarakat dapat memperoleh informasi mengenai krisis hipertensi melalui media promosi di Puskesmas Klecorejo. 1.4.2
Manfaat bagi Puskesmas
1
Petugas Puskesmas memiliki alur penanganan krisis hipertensi sehingga dapat diterapkan oleh petugas kesehatan yang bertugas di IGD maupun balai pengobatan.
2
Petugas Puskesmas mendapatkan pelatihan mengenai definisi, deteksi dini, dan pengelolaan krisis hipertensi.
3
Puskesmas memiliki media promosi dalam bentuk flyer mengenai krisis hipertensi.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 HIPERTENSI
Tekanan darah tinggi ( hipertensi ) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Istilah “tekanan darah” berarti tekanan pada pembuluh nadi dari peredaran darah sistemik di dalam tubuh manusia. Tekanan darah di bedakan antara tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Hipertensi dapat di definisikan sebagai tekanan darah persisten di mana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg, pada populasi manula hipertensi di defenisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Brunner & Suddarth vol 2 : 896). Hipertensi menurut Manjoer dkk (2001) hipertensi adalah tekanan sistolik ≤ 140 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg atau bila pasien memakai obat anti hipertensi. Hipertensi (HTN) adalah peningkatan tekanan darah arteial abnormal yang langsung terus-menerus (Aplikasi Klinis Patofisiologi edisi 2:1). Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah pada waktu jantung menguncup (sistole). Adapun tekanan darah diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung mengendor kembali (diastole). Dengan demikian, jelaslah bahwa tekanan darah sistolik selalu lebih tinggi dari pada tekanan darah diastolik.tekanan darah manusia selalu berayun-ayun antara tinggi dan rendah sesuai dengan detak jantung. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,di mana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Pada pemeriksaan tekanan darah akan di dapat dua angka. Angka yang lebih tinggi di peroleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah akan di peroleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah di tulis
6
sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik,misalnya 120/80 mmHg, di baca seratus dua puluh per delapan puluh. Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampao usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan bahkan menurun drastis. Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak diobati akan menimbulkan kematian dalam waktu 3-6 bulan. Hipertensi ini jarang terjadi, hanya 1 dari setiap 200 penderita hipertensi. Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-an ak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada orang dewasa. Tekanan darah juga diperngaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi ahri dan paling rendah pada saat tidur malam hari. 2.1.1 Definisi
Krisis hipertensi merupakan suatu kondisi gawat darurat dimana tekanan darah meningkat dengan cepat sehingga berpotensi menimbulkan berbagai morbiditas maupun kematian. Maka dari itu kondisi ini memerlukan penanganan segerra berupa penurunan tekanan darah. Selanjutnya diperlukan evalua si untuk menilai fungsi organ untuk menentukan penanganan yang sesuai.
2.1.2 Epidemiologi
Krisis hipertensi adalah salah satu penyebab terbesar dari global burden of disease. Adanya hipertensi menyebabkan resiko penyakit kardiovaskular meningkat dua kali lipat, termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke iskemik dan hemoragik, gagal ginjal, dan penyakit arteri perifer. Penyakit kardiovaskular
7
menyebabkan sekitar 17 juta kematian setahun, dan hipertensi menyebabkan 45% kematian karena penyakit jantung dan 51% kematian dari stroke.
Di Indonesia, prevalensi hipertensi di Indonesia pada populasi di atas usia 18 tahun adalah 26.5%. Hipertensi sering disebut sebagai silent killer, dimana sering tidak menimbulkan gejala pada awalnya. Maraknya hipertensi disebut oleh WHO sebagai sebuah krisis kesehatan global, karena selain banyaknya mortalitas yang disebabkan hipertensi, kematian dan burden yang disebabkan oleh hipertensi juga akan menjadi beban negara secara ekonomi.
2.1.3 Faktor Risiko
Peningkatan tekanan darah disebabkan dan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti genetik dan gaya hidup. Faktor risiko yang berperan besar secara independen antara lain adalah obesitas dan kenaikan berat badan. Tingginya konsumsi NaCl juga merupakan faktor yang mempengaruhi kenaikan tekanan darah, beserta konsumsi alkohol, stress psikososial, dan gaya hidup yang sedentari.
Gambar 1. Faktor risiko peningkatan tekanan darah
8
2.1.4 Klasifikasi dan Manifestasi Klinis
DIAGNOSIS Dalam menegakan diagnosis hipertensi, diperlukan beberapa tahapan pemeriksaan
yang harus dijalani sebelum menentukan terapi atau tatalaksana yang akan diambil. Algoritme diagnosis ini diadaptasi dariCanadian Hypertension Education Program. The Canadian Recommendation for The Management of Hypertension 2014
Krisis hipertensi dibagi menjadi dua yaitu: 1. Hipertensi Urgensi
9
Kondisi peningkatan tekanan darah dimana tekanan darah sistolik ≥ 180 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg tanpa disertai kerusakan organ spesifik. Gejala yang dapat timbul pada pasien hipertensi urgensi adalah sakit kepala hebat, mimisan, dan kecemasan hebat. 2. Hipertensi Emergensi
Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah sehingga mengakibatkan kerusakan organ. Kriteria tekanan darah sama dengan hipertensi urgensi yaitu sistolik ≥ 180 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai gejala jejas organ target. Gejala jejas organ target yang d apat timbul adalah: a) Neurologi
b)
c)
d)
o
Stroke
o
Penurunan kesadaran
o
Hilang ingatan
o
Peningkatan tekanan intrakranial karena perdarahan intrakranial
Kardiovaskular o
Gagal jantung akut
o
Diseksi aorta
o
Angina
o
Edema paru
Ginjal o
Gagal ginjal akut
o
Hematuria
o
Proteinuria
Preeklamsia/eklamsia
2.1.5 Tatalaksana Farmakologi
Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2. Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan meminimalisasi efek samping, yaitu :
Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal
Berikan obat generik (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi biaya
Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun ) seperti pada usia 55 – 80 tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid
10
Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-i) dengan angiotensin II receptor blockers (ARBs)
Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi farmakologi
Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.
Algoritme tatalaksana hipertensi yang direkomendasikan berbagai guide lines memiliki persamaan prinsip, dan dibawah ini adalah algoritme tatalaksana hipertensi secara umum, yang disadur dari A Statement by the American Society of Hypertension and the International Society of Hypertension2013;
11
Tatalaksana farmakologi krisis hipertensi melihat berdasarkan kondisi pasien apakah krisis hipertensi urgensi atau sudah masuk kedalam kondisi krisis hipertensi emergensi. 1. Hipertensi Urgensi
Tekanan darah diturunkan menggunakan antihipertensi oral. Target tekanan darah normal dicapai dalam satu hingga dua hari. Setelah tekan an darah normal perlu diidentifikasi penyebab terjadinya hipertensi urgensi. Selain itu untuk mengontrol tekanan darahnya, perlu diberikan antihipertensi jangka panjang.
Tabel 1. Daftar Antihipertensi Hipertensi Urgensi
Obat
Dosis
Keterangan
Kaptopril
12,5 – 25 mg Dapat diulang setiap 15 menit. Merupakan drug of choice karena keamanan dan penurunan tekanan darah yang cepat.
Klonidin
75 – 150 ug
Dapat diulang setiap 1 jam.
Propanolol
10 – 40 mg
Dapat diulang setiap 30 menit.
Nifedipin
5 – 10 mg
Tidak
direkomendasikan
karena
menyebabkan
penurunan tekanan darah yang sangat cepat sehingga meningkatkan risiko iskemia serebral dan iskemia jantung.
2. Hipertensi Emergensi
Tekanan darah diturunkan menggunakan antihipertensi parenteral. Target penurunan tekanan darah tidak lebih dari 25% dari mean arterial pressure dalam waktu 1 jam. Dua hingga enam jam kemudian setelah tekanan darah stabil, diberikan antihipertensi lagi untuk menurunkan tekanan darah hingga mencapai 160/100 mmHg. Bila tekanan darah masih stabil, diturunkan sesuai target dalam 24-48 jam. Tekanan darah pada kasus hipertensi emergensi tidak boleh diturunkan secara mendadak karena dapat menyebabkan iskemia organ target. Pemantauan tekanan darah pada kasus hipertensi emergensi lebih baik dilakukan di intensive care unit (ICU), maka dari itu apabila ditemui pasien dengan hipertensi emergensi di layanan kesehatan sebaiknya dirujuk ke layanan kesehatan yang memiliki ICU.
12
Tabel 2. Daftar Antihipertensi untuk Hipertensi Emergensi
Obat
Dosis
Keterangan
Nikardipin
5 – 15 mg/jam
Diindikasikan pada kasus stroke, perdarahan
intracranial,
diseksi
aorta Nitrogliserin
5 – 100 ug/menit
Diindikasikan pada kasus edema paru dan sindrom coroner akut.
Klonidin
Nitroprusid
0,3 ug/kgBB/jam dlm 250 cc Dibutuhkan penyesuaian dosis pada Dx 5%
insufisiensi renal
0,25 – 10 ug/kgBB/menit
Pilihan
antihipertensi
terakhir
karena memiliki risiko toksisitas sianida Hidralazin
10 – 20 mg IV bolus
Dapat
diguankan
pada
kasus
preeklamsia dan eklamsia Fenoldopam
0,1 mg/kg/menit
Dapat
digunakan
pada
pasien
dengan gangguan fungsi ginjal
2.1.6 Tatalaksana Non Farmakologi
Berdasarkan JNC 8, tatalaksana hipertensi dimulai dari perubahan gaya hidup, yang jika gagal akan dilanjutkan ke tatalaksana farmakologik. Perubahan gaya hidup ini mencakup mengurangi berat badan, merubah diet, aktivitas fisik, dan mengurangi konsumsi alkohol.
Penurunan berat badan 4.5 kg sudah dapat menurunkan tekanan darah pada sebagian besar populasi overweight, walaupun berat badan ideal sebaiknya dapat dicapai. Salah satu pola diet yang dapat membantu menurunkan tekananan darah adalah DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension). DASH adalah pola diet yang kaya akan buah-buahan, sayur, dan produk dairy yang rendah lemak, disertai dengan rendahnya kadar kolesterol dan lemak. Pada penderita hipertensi, konsumsi garam juga harus dikurangi. Jumlah yang disarankan adalah kurang dari 2.4 gram natrium per harinya.
13
Pada pasien yang tidak memiliki keterbatasan bergerak, aktivitas fisik haris dilakukan minimal 30 menit sehari, "most days of the week". Jika pasien sering mengkonsumsi alkohol, maka konsumsi alkohol harus dibatasi hingga sekitar 1-2 porsi minuman sehari. Merokok juga harus dihentikan untuk mengurangi risiko kardiovaskular secara keseluruhan. Tabel 3. Jenis makanan dan jumlah sajian Jenis Makanan
Gandum
dan
produk
Jumlah sajian untuk
Sajian dalam diet 2000
kalori 1600-3100
kalori
gandum 6-12
7-8
(paling sedikit 3 jenis gandum utuh per hari) Buah-buahan
4-6
4-5
Sayur
4-6
4-6
Produk susu tidak berlemak atau 2-4
2-3
rendah lemak Daging, ikan, unggas
1,5-2,5
Kacang, biji-bijian, dan tumbuhan 3-6 per minggu
2 atau kurang 4-5 per minggu
kacang-kacangan Lemak dan makanan manis
2-4
terbatas
Dengan mengikuti perubahan gaya hidup tersebut, maka sebagian pasien tidak perlu mendapatkan intervensi farmakologi. Pada sebagian pasien, hanya dengan mengikuti pola diet DASH dengan 1600 mg natrium per hari, efeknya serupa dengan terapi farmakologis menggunakan satu obat.
14
BAB III BENTUK KEGIATAN
PELAKSANAAN NO
KEGIATAN
TUJUAN
SASARAN
Februari I
I
II
III
IV
Maret I
II
III
April IV
I
II
III
Mei IV
I
II
III
IV
SUMB ER DANA
METODE
PERENCANAAN
1. Identifikasi Masalah
- Menentukan masalah
yang terjadi yaitu : - Hipertensi termasuk dalam 10 penyakit terbesar di Puskesmas Klecorejo
i. Kepala Puskesmas Klecorejo
-
Diskusi dan Konsultasi
- Banyak
pasien hipertensi yang belum rutin mengonsumsi obat hipertensi
- Banyak
yang mengetahui bagaimana
pasien belum
15
memodifikasi gaya hidup sehat 2. Persiapan
- Menentukan
jadwal
pelaksanaan - Menyusun kerangka acuan kegiatan yang diajukan ke Kepala Puskesmas Klecorejo untuk persetujuan diadakan kegiatan.
II
PELAKSANAAN
TUJUAN
i. Kepala Puskesmas Klecorejo ii. Kader kesehatan
-
Februari
SASARAN I
Pengelompokan pasien pengidap hipertensi
Mengetahui berapa Pasien banyak pasien hipertensi yang hipertensi yang rutin berobat di poli berobat dan yang tidak umum rutin berobat puskesmas Klecorejo
PELAKSANAAN Maret April
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
SUMB ER DANA
Mei IV
I
II
III
Diskusi dan Konsultasi
METODE
IV
-
Anamnesis
16
III
EVALUASI Kontrol berkala
- Mengetahui
perkembangan
Dokter Internsip
-
Anamnesis
kondisi pasien sesudah dan sebelum pemberian obat hipertensi - Mengetahui
bagaimana efek obat hipertensi pada pasien
17
BAB IV HASIL INTERVENSI DAN INDIKATOR KEBERHASILAN
Pasien dengan:
Tekanan Darah Sistolik ≥ 180 mmHg Atau
Tekanan Darah Diastolik ≥ 110 mmHg
Pengukuran tekanan darah ulang setelah menunggu selama 5
menit di ruang tunggu
pasien
Tekanan darah ulangan
Tekanan darah ulangan
Sistolik ≥ 180 mmHg
Sistolik < 180 mmHg
Diastolik ≥ 110 mmHg
Diastolik < 110 mmHg
Kasus Krisis Hipertensi
Bukan Kasus Krisis Hipertensi
Ada salah satu / lebih gejala: Nyeri Kepala; Nyeri Dada; Sesak napas; Mimisan; Kejang pada ibu hamil; Kencing berkurang; Pandangan kabur, Kelemahan anggota gerak
Tidak Ada
Hipertensi Urgensi
Ada
Pasien dimonitoring di IGD selama maksimal 45 menit
Hipertensi Emergensi
Terapi: Captopril 25 mg per oral diulang maksimal 3 kali tiap 15 menit
Evaluasi tekanan darah tiap 15 menit setelah pemberian Captopril
Survey ABC + pasang IV + pasang
dan diastolik = 10% MAP (penurunan 10
O2 bila ada gangguan napas
s.d 20 mmHg) dalam 45 menit
Beri Captopril 1 x 25 mg bila
pasien bisa minum obat
Target penurunan tekanan darah sistolik
Langsung Rujuk ke IGD RS
Pasien diberi obat rawat jalan Captopril 2 x 25 mg ATAU Amlodipin 1 x 10 mg
Pasien kontrol ke BP esok hari untuk evaluasi tekanan darah 18
BAB V DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Triase memiliki tujuan sebagai pedoman bagi dokter dan perawat puskesmas untuk mengkaji secara cepat dan fokus dalam menangani pasien berdasarkan tingkat kegawat daruratan, trauma, atau penyakit dengan mempertimbangkan penanganan dan sumber daya yang ada. Sasaran pengobatan hipertensi untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler, cerebrovascular dan ginjal. Dengan menurunkan tekanan darah kurang dari 130/80 mmHg diharapkan komplikasi akibat hipertensi berkurang. Terapi non farmakologi antara lain mengurangi asupan garam, olah raga, menghentikan rokok dan mengurangi berat badan, dapat dimulai sebelum atau bersama-sama dengan obat farmakologi.
Diharapkan
dengan
diberikannya
obat
farmakologi,
risiko
kardiovaskuler, cerebrovascular dan ginjal dapat diturunkan. Setelah diberikan pengobatan farmakologis, pasien juga diharapkan untuk kontrol rutin kesehatannya agar kualitas hidup pasien stabil atau dapat meningkat.
19
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Tekanan darah tinggi ( hipertensi ) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Istilah “tekanan darah” berarti tekanan pada pembuluh nadi dari peredaran darah sistemik di dalam tubuh manusia. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,di mana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Krisis hipertensi merupakan suatu kondisi gawat darurat dimana tekanan darah meningkat dengan cepat sehingga berpotensi menimbulkan berbagai morbiditas maupun kematian. Maka dari itu kondisi ini memerlukan penanganan segerra berupa penurunan tekanan darah. Selanjutnya diperlukan evaluasi untuk menilai fungsi organ untuk menentukan penanganan yang sesuai. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang memiliki prevalensi cukup tinggi di dunia maupun Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 didapatkan prevalensi hipertensi pada usia 18 tahun ke atas sebanyak 9,5% yang naik sekitar 2% dibandingkan dengan data Riskesdas 2007. Provinsi Jawa Timur adalah salah satu provinsi yang memiliki prevalensi stagnan dari tahun 2007. Peningkatan tekanan darah disebabkan dan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti genetik dan gaya hidup. Faktor risiko yang berperan besar secara independen antara lain adalah obesitas dan kenaikan berat badan. Tingginya konsumsi NaCl juga merupakan faktor yang mempengaruhi kenaikan tekanan darah, beserta konsumsi alkohol, stress psikososial, dan gaya hidup yang tidak seimbang. Hampir semua consensus/ pedoman utama baik dari dalam walaupun luar negeri, menyatakan bahwa seseorang akan dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang. Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan darah, dan secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular. Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2.
20
Saran
1. Untuk Masyarakat Agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang upaya pencegahan terjadinya penyakit hipertensi dengan mengikuti penyuluhan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan terdekat agar dapat terhindar penyakit hipertensi secara dini. 2. Untuk Petugas Kesehatan Diharapkan bagi petugas kesehatan agar dapat lebih meningkatkan sosialisasi tentang penyakit tekanan darah tinggi dan memberikan penyuluhan tentang upaya mencegah kekambuhan penyakit hipertensi secara dini dan tindakan apa saja yang harus dilakukan jika tekanan darah meningkat serta menjelaskan pentingnya memeriksakan tekanan darah secara teratur ke pelayanan kesehatan terdekat. 3. Untuk Penderita Hipertensi Agar lebih rajin dalam memeriksakan tekanan darahnya ke pelayanan kesehatan terdekat atau rumah sakit serta mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan untuk mencegah kekambuhan penyakit hipertensi serta dapat termotivasi untuk menghindari hal-hal yang dapat menambah penyakit hipertensi menjadi lebih parah lagi misalnya menghindari makanan yang mengandung lemak seperti gorengan, daging kambing, santan, mengurangi konsumsi garam dapur, minuman yang mengandung kafein, alkohol, merokok, malas berolahraga, menjauhi stress, dan meminum obat secara rutin.
21
DAFTAR PUSTAKA
Arora. 2008. 5 langkah mencegah dan mengobati tekanan darah tinggi. Jakarta : Bhauana Ilmu Populer. Bustan. 2000. Epidemiologi Penyakit tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta Gunawan Lany. 2000. Hipertensi Tekanan darah tinggi. Yogjakarta : Kanisus Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius: FKUI Notoatmodjo, Soekidjo. 2002 Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Sarwono Warpadzi, Soeparman,dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam jilid VI. Jakarta : Balai Penerbitan FKUI. Wolf Harf Peter. 2006. Hipertensi. Jakarta : Buana Ilmu Populer
22