BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Hipertensi adalah masalah kesehatan yang cukup serius di seluruh dunia. Disamping angka kejadiannya yang meningkat secara terus-menerus, hipertensi juga dapat menyebabkan beberapa komplikasi yang yang berakibat fatal dari menurunkan kualitas hidup penderita hingga dapat menyebabkan kematian. Menurut World Health Organization (WHO) (2005), hipertensi merupakan faktor risiko dari tingginya angka kejadian penyakit kardiovaskular di seluruh dunia. Secara global, tingginya tekanan darah diperkirakan menjadi penyebab 7,1 juta kematian atau sekitar 13% dari kesuluruhan penyebab kematian. Sekitar 62% penyakit serebrovaskular dan 49% penyakit jantung iskemik disebabkan oleh hipertensi. Bahkan di dunia, hipertensi menjadi beban finansial yang cukup besar, baik bagi masyarakat maupun sistem kesehatan dan menghabiskan banyak sumber daya. Hingga saat ini, angka kejadian hipertensi di seluruh dunia cukup tinggi, dan memiliki kecenderungan untuk mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 1980 jumlah penderita hipertensi ditemukan sebanyak 600 juta penderita dan mengalami peningkatan menjadi hampir 1 miliar pada tahun 2008 (WHO, 2013). Laporan statistik kesehatan dunia 2012 menyebutkan bahwa satu dari tiga orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi. Di Indonesia sendiri pada tahun 1995, satu dari sepuluh orang berusia diatas 18 tahun mengalami hipertensi. Sedangkan pada tahun 2007, prevalensi kejadiannya meningakat menjadi satu dari tiga orang berusia di atas 18 tahun mengalami hipertensi. Presentase kejadian hipertensi di Indonesia adalah sebesar 31,7% dari penduduk Indonesia, dan diketahui bahwah 76,1% dari keseluruhan penderita hipertensi tidak menyadari mengalami hipertensi (Kemenkes, 2013). Di Provinsi Kalimantan Timur prevalensi kejadian hipertensi adalah sebesar 31,3% dan prevalensi kejadiannya di Kota Bontang adalah sebesar 27,2% dari keseluruhan penduduk (RISKESDAS, ( RISKESDAS, 2007). Sedangkan untuk di wilayah kerja puskesmas Bontang Utara II, yang meliputi dua kelurahan yaitu kelurahan loktuan dan guntung, prevalensi hipertensi masing-masing adalah sebesar 12% dan 28%. Paling banyak dialami pada
kelompok usia antara 45-54 tahun dan paling banyak terjadi pada jenis kelamin perempuan. Kejadian hipertensi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam penelitian yang dilakukan Agnesia (2012), melaporkan bahwa faktor yang menyebabkan hipertensi adalah umur karena semakin lanjut usia semakin berisiko terkena hipertensi. Faktor lain yang berpengaruh adalah faktor genetik, obesitas dan kebiasaan merokok. Sedangkan dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Ade dkk (2009), melaporkan bahwa kejadian hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: usia >45 tahun (89,1%), berjenis kelamin wanita (56,5%), faktor keturunan (65,2%), merokok (56,5%), dan pola asupan garam (65,2%). Dalam hal ini, pemerintah Indonesia sudah melakukan upaya-upaya untuk mengatasi kejadian hipertensi ini antaranya adalah mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini hipertensi secara aktif (skrining), meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan deteksi dini melalui kegiatan posbindu Penyakit Tidak Menular (PTM), meningkatkan akses pasien terhadap pengobatan hipertensi melalui revitalisasi Puskesmas untuk pengendalian PTM (Kemenkes, 2012). Upaya menurunkan konsekuensi timbulnya penyakit hipertensi di butuhkan deteksi awal dan manajemen kesehatan yang efektif. Kegiatan identifikasi faktor risiko diharapkan mampu mendeteksi kasus hipertensi secara efektif (Anggraini, dkk., 2008). Mengingat pentingnya tugas tenaga kesehatan Puskesmas dalam menanggulangi kasus PTM di masyarakat terutama kasus hipertensi, penulis bermaksud melaksanakan mini project mengenai program kelas hipertensi. Melalui upaya tersebut diaharapkan Puskesmas menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat serta melakukan pelayanan yang lebih holistik terutama terhadap t erhadap kasus-kasus hipertensi dalam masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: a. Kasus hipertensi di Indonesia melalui hasil RISKESDAS tahun 2013 masih tinggi dan termasuk lima besar penyakit terbanyak yang diderita.
b. Pemerintah berupaya menurunkan angka kasus hipertensi dengan berbagai program yang ditekankan pada revitalisasi peran Puskesmas dan pemberdayaan masyrakat. c. Puskesmas Bontang Utara 2 belum memiliki program yang secara khusus ditujukan untuk kasus hipertensi secara menyeluruh. 1.3 Tujuan Program
a.
Menekan angka komplikasi pada pasien hipertensi usia produktif dengan edukasi perubahan gaya hidup dan kepatuhan minum obat
b.
Melakukan pemberdayaan masyarakat dengan pembentukan kader hipertensi yang dilatih oleh tenaga kesehatan dari Puskesmas
c.
Membuat program khusus hipertensi yang terintegrasi dengan program lain yang sudah berjalan di puskesmas seperti POSBINDU Penyakit Tidak Menular (PTM).
1.4 Manfaat Program
a.
Bagi Puskesmas : Membantu Puskesmas dalam menjalankan program PROLANIS terutama Hipertensi melalui optimalisasi pemberdayaan masyarakat.
b.
Bagi Dokter Internship : sebagai sarana bagi Dokter untuk belajar melakukan pembinaan terhadap masyarakat sebagai bekal menjalankan Profesi kedepannya.
c.
Bagi Masyarakat : Meningkatkan kepedulian masyarakat tentang penyakit Hipertensi pada usia produktif.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi, juga dikenal sebagai tekanan darah tinggi, adalah masalahkesehatan masyarakat yang mendunia. Dimana Hipertensi dapat meningkatkanrisiko terhadap Penyakit Jantung, Stroke, Gagal Ginjal Kronik, kematianPremature, dan kecacatan (WHO, 2013). Hampir semua consensus/ pedoman utama baik dari dalam walaupun luarnegeri, menyatakan bahwa seseorang akan dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik = 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik = 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang. Tekanan darah sistolik merupakan pengukuran utama yang menjadi dasar penentuan diagnosis hipertensi.
Adapun pembagian derajat keparahan hipertensi pada seseorang
merupakan salah satu dasar
penentuan tatalaksana hipertensi. (Pedoman Tatalaksana
Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular, 2015)
2.2 Klasifikasi Hipertensi 2.2.1 Berdasarkan Etiologi
a. Hipertensi Primer atau Esensial Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI), Hipertensi primer atau esensial adalah jenis yang paling umum dari Hipertensi. JenisHipertensi ini cenderung terjadi pada seseorang selama bertahun-tahun seumurhidupnya (NHLBI,2015). Hipertensi
esensial
didefinisikan
sebagai
Hipertensiyang
tidak
diketahui
penyebabnya. Hipertensi esensial sendiri merupakan 95%dari seluruh kasus Hipertensi (Yogiantaro,2010). Hipertensi esensial dapat diklasifikasikan sebagai benigna dan maligna.Hipertensi benigna bersifat progresif lambat, sedangkan Hipertensi malignaadalah suatu keadaan klinis dalam penyakit Hipertensi yang bertambah beratdengan cepat sehingga dapat menyebabkan kerusakan berat pada berbagai organ. Organ sasaran utama keadaan ini adalah jantung, otak, ginjal, mata. Hipertensimaligna bisa diartikan sebagai Hipertensi berat dengan tekanan diastolic lebihtinggi dari 120 mmHg (Price dan Wilson, 2006). b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder disebabkan oleh kondisi medis lain atau penggunaan obat-obatan tertentu. Jenis ini biasanya sembuh setelah penyebabnyadiobati atau dihilangkan (NHLBI, 2015). Hipertensi sekunder adalah Hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain atau kelainan organik yang jelas diketahui dan meliputi 2-10% dari seluruhpenderita Hipertensi (Madhur,2014).Jenis Hipertensi sekunder sering sekali dapat diobati. Apapun penyebabnya tekanan arteri naik karena terjadi peningkatan curah jantung,peningkatan resistensi pembuluh sistemik atau keduanya. Peningkatan curahjantung sering sekali di sertai penambahan volume darah dan aktivasineurohumonal di jantung (Klabunde, 2015). Hipertensi sekunder sudah diketahuipenyebabnya seperti disebabkan oleh penyakit ginjal (parenkim ginjal),renovaskular, endoktrin (gangguan aldosteronisme primer), kehamilan(preeklampsia), sleep apnea, dan obat – obatan (Widyanto dan Triwibowo, 2013).
2.2.2 Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik (TDS) dan Tekanan Darah Diastolik (TDD) Berdasarkan The Seventh Report of The Joint National Committee onPrevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC7 ) tahun 2004 klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadikelompok normal, pra-Hipertensi, Hipertensi derajat 1 dan derajat 2.
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi
2.3 Gejala Klinis Hipertensi
Sebagian besar penderita Hipertensi tidak memiliki gejala sama sekali. Ada kesalahan pemikiran yang sering terjadi pada masyarakat bahwa penderita hipertensi selalu merasakan gejala penyakit, tetapi kenyataanya adalah justrukebanyakan penderita Hipertensi tidak merasakan adanya gejala penyakit samasekali. Hipertensi terkadang menimbulkan gejala
seperti sakit kepala, sesak napas,pusing, nyeri dada, palpitasi, dan pendarahan di hidung. Gejala-gejala tersebutberbahaya jika diabaikan, tetapi bukan merupakan pertanda pasti dari penyakitHipertensi. Hipertensi merupakan tanda peringatan yang serius dimana dibutuhkan perubahan gaya hidup. Hipertensi dapat membunuh secara diam- diam( silent killer ) dan sangat penting bagi semua orang untuk mengetahui tekanandarahnya (WHO, 2013).
2.4 Epidemiologi Hipertensi 2.4.1 Distribusi dan Frekuensi
a. Berdasarkan Orang Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan semakin meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan Hipertensi kemungkinan besarakan bertambah, dimana baik Hipertensi sistolik maupun kombinasi Hipertensisistolik dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang berusia > 65tahun (Yogiantoro, 2010). Berdasarkan data Health, United States (HUS), 2014, dimana dariseluruh warga USA pada 2009- 2012, orang dewasa berusia ≥ 20 tahun denganHipertensi (didiagnosis dan tidak terdiagnosis) 47,4% penderita Hipertensiberlanjut menderita tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol. Dan didapatkandata penderita Hipertensi berdasarkan jenis kelamin, pada laki-laki 62,0% danpada perempuan 44,7% (HUS, 2015). Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention (CDC),penderita Hipertensi di USA menurut data karakteristik umur dengan kasustertinggi pada kelompok umur ≥ 75 tahun yaitu 66,7% laki-laki dan 78,5% perempuan dan kasus terendah pada kelompok umur 20- 34 tahun yaitu 11,1% laki-laki dan 6,8% perempuan (CDC, 2015). Dan didapatkan data penderita Hipertensi berdasarkan ras dan etnis di USA,sebagai berikut :
Tabel 2.2 Hipertensi Berdasarkan Ras dan Etnis Di USA
Di Asia, kawasan Asia Tenggara, pada tahun 2010 terdapat 36% orang dewasa yang menderita Hipertensi (Yuliantari, 2014). Penelitian di Taiwan olehLu FH pada tahun 2000 menunjukkan prevalensi penderita Hipertensi usia diatas65 tahun 60,4% (laki-laki 59,1% dan perempuan 61,9%) yang sebelumnya 31,1 %(laki-laki 29,4% dan perempuan 33,1%) dan
yang
telah
terdiagnosis
adalah
29,3%(laki-laki
29,7%
dan
perempuan
28,8%)
(Kuswardhani,2007). Prevalensi Hipertensi pada umur ≥18 tahun di Indonesia yang pernahdidiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat Hipertensi sendiri sebesar 9,5%. Prevalensi Hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada umur≥18 tahun sebagian besar (63,2%) kasus Hipertensi di masyarakat tidakterdiagnosis. Penderita Hipertensi di Indonesia menurut data karakteristikkelompok umur dengan kasus tertinggi pada kelompok umur ≥ 75 tahun yaitu63,8% dan kasus terendah pada kelompok umur 15- 24 tahun yaitu 8,7%. Danberdasarkan data di Indonesia, penderita Hipertensi tertinggi pada perempuan(28,8%) dibandingkan dengan laki- laki (22,8%) (Kemenkes RI, 2013).
b. Berdasarkan Tempat Hipertensi menyerang baik populasi dari negara yang berpendapatanrendah dan negara yang berpendapatan menengah dimana sistem penanganankesehatannya lemah. Pada tahun 2008 di seluruh dunia kurang lebih 40% dariorang dewasa berusia ≥ 25 tahun telah didiagnosis menderita Hipertensi.Diketahui penderita Hipertensi yang berusia ≥ 25 tahun tertinggi di daerah Afrikadengan prevalensi 46% , sedangkan prevalensi terendah di Amerika 35%.
Secarakeseluruhan,
negara-negara
berpendapatan
tinggi
memiliki
prevalensi
penderitaHipertensi yang lebih rendah (WHO, 2013). Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi Hipertensi pada penduduk umur ≥ 18 pada tahun 2007 di Indonesia menurut provinsi, prevalensiHipertensi te rtinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat(20,1%). Sedangkan pada tahun 2013 prevalensi tertinggi di Provinsi BangkaBelitung (30,9%), dan Papua yang terendah (16,8%) (Kemenkes, 2014).Berdasarkan karakteristik tempat tinggal, prevalensi Hipertensi lebih tinggi diperkotaan (26,1%), dibandingkan di perdesaan (25,5%) (Kemenkes RI, 2013).
c. Berdasarkan Waktu Penderita
penyakit
Hipertensi
berdasarkan
waktu
berbeda
setiap
tahunnya.
Berdasarkan data orang dewasa berusia ≥ 20 tahun prevalensi penderitaHipertensi di USA pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan tahun 1999- 2002(30,0%), meningkat di tahun 2003- 2006 (31,3%), dan menurun kembali di tahun2009-2012 (30,0%) (HUS, 2015). Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi Hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia adalah sebesar 31,7%.Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 5,9%(dari 31,7% menjadi
25,8%). Penurunan ini bisa terjadi karena berbagai macamfaktor, seperti alat pengukur tensi yang berbeda dan masyarakat yang sudah mulaisadar akan bahaya penyakit Hipertensi (Kemenkes RI, 2014).
2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi
a. Umur Usia cenderung menjadi faktor risiko yang sangat kuat. Angka kejadian (prevalensi) Hipertensi pada orang usia muda masa kuliah berkisar 2-3%,sementara prevalensi Hipertensi pada manula berkisar 65% atau lebih (Townsend,2010). Tekanan darah cenderung naik seiring bertambahnya usia, risiko untukmeningkatnya penyakit Hipertensi akan lebih tinggi juga seiring bertambahnyausia (CDC, 2015). Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh karenainteraksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah jugaakan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalanoleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehinggapembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanandarah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurangpada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolikmeningkat sampai dekade kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderungMenurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik.Pengaturan tekanan darah yaitu refleks baroreseptor pada usia lanjutsensitivitasnya sudah berkurang. (Kumar et al, 2005).
b. Kurang Olahraga / Aktivitas Fisik Olahraga teratur adalah suatu kebiasaan yang memberikan banyak keuntungan seperti berkurangnya berat badan, tekanan darah, kolesterol sertapenyakit jantung. Dalam kaitannya dengan Hipertensi, olahraga teratur dapatmengurangi kekakuan pembuluh darah dan meningkatkan daya tahan jantung danparu-paru sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Widyanto dan Triwibowo,2013).
c. Faktor Genetik dan Riwayat Keluarga Hipertensi esensial merupakan penyakit multifaktorial yang dipengaruhi faktor genetik dan lingkungan. Pengaruh genetik ini sangat bervariasi, dilaporkansekitar 15% pada populasi tertentu sampai dengan 60% pada populasi lainnya.Peranan faktor genetik pada
etiologi Hipertensi didukung oleh penelitian yangmembuktikan bahwa Hipertensi terjadi di antara keluarga terdekat walaupundalam lingkungan yang berbeda. Dibuktikan pula bahwa kecenderunganHipertensi lebih besar pada kembar monozigot dibandingan dizigot. Demikianjuga dalam keluarga, hubungan antara tekanan darah orang tua lebih erat dengananak biologis dibandingkan anak adopsi. Dibandingkan subyek yang tanpariwayat Hipertensi, subjek dengan dua atau lebih anak turunan pertama ( firstdegree relatives) mempunyai kecenderungan mengalami Hipertensi empat kalipada umur 40 tahun, tiga kali pada umur sebelum 50 tahun, dan dua kali padaumur sebelum 60 tahun, sedangkan Hipertensi yang terjadi pada umur 70 tahunbiasanya tidak mempunyai komponen genetik (Bakri dan Lawrencce, 2008).
d. Berat Badan / Obesitas Seseorang lebih berisiko mengalami pra-Hipertensi maupun menderita Hipertensi jika memiliki berat badan berlebih atau obesitas. Istilah “berat badanberlebih” dan "obesitas" merujuk pada berat badan yang lebih besar dari apa yangdianggap sehat untuk tinggi badan tertentu (NHLBI, 2015). Hubungan antara pengurangan berat badan dan pengurangan tekanan darah tampaknya saling berhubungan. Pengurangan 1 kg berat badan dapatmengurangi tekanan darah sebesar 2 atau 1 mmHg. Penurununan tekanan darahkarena penurunan berat badan terkait juga dengan penurunan massa lemakvisceral. Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung untukmemompa darah. Berat badan berlebihan menyebabkan bertambahnya volumedarah dan perluasan sistem sirkulasi. Makin besar massa tubuh, makin banyak pula suplai darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan nutrisi ke jaringantubuh. Hal ini mengakibatkan volume darah yang beredar melalui pembuluh darahakan meningkat sehingga tekanan pada dinding arteri menjadi lebih besar (Frisoli et al , 2011).
e. Asupan Natrium Diet yang terlalu tinggi natrium dan terlalu rendah kalium dapat meningkatkan risiko terserang Hipertensi. Makan terlalu banyak unsur natriumdalam garam dapat meningkatkan tekanan darah. Sebagian besar natrium kitadapatkan berasal dari makanan olahan dan makanan restoran. Tidak cukup makankalium juga bisa meningkatkan tekanan darah. Zat kalium dapat ditemukan padamakanan seperti pisang, kentang, kacang-kacangan, dan yogurt (CDC, 2014).
f. Konsumsi Alkohol (Minuman Keras) dan Merokok Hipertensi akan meninggi jika meminum alkohol lebih dari tiga kali dalam sehari. Dan mengkonsumsi alkohol sedang (moderate) diperkirakan punya efekprotektif (Bustan, 2015). Merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah menjadi tinggi. Kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan jantung, dan stroke.Karena itu, kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan ketika memiliki tekanandarah tinggi, merupakan kombinasi yang sangat berbahaya yang akan memicupenyakit- penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah (Irianto, 2015).
g. Stress Stress terjadi karena ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi mental, fisik, emosional, dan spiritual seseorang. Kondisi tersebut pada suatu saatakan mempengaruhi kesehatan fisik seseorang. Hubungan stress denganHipertensi, diduga terjadi melalui saraf simpatis. Peningkatan aktivitas sarafsimpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu).Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetaptinggi (Widyanto dan Triwibowo, 2013).
h. Jenis Kelamin Sebelum usia 55 tahun laki- laki lebih mungkin menderita Hipertensi dibandingkan perempuan. Setelah usia 55 tahun, perempuan lebih mungkinmenderita Hipertensi dibandingkan laki- laki (NHLBI,2015). Laki-laki cenderung mengalami tekanan darah tinggi dibandingkan dengan perempuan. Rasio terjadinya Hipertensi antara pria dan perempuan sekitar 2,29untuk kenaikan tekanan darah sistol dan 3,6 untuk kenaikan tekanan darahdiastole. Laki- laki cenderung memiliki gaya hidup yang dapat meningkatkantekanan darah dibandingkan perempuan. Tekanan darah laki- laki mulaimeningkat ketika usianya berada pada rentang 3550 tahun. Kecenderungan seorang perempuan terkena Hipertensi terjadi pada saat menopause karena faktor hormonal (Widyanto dan Triwibowo, 2013).
i. Suku Orang berkulit hitam lebih sering menderita Hipertensi daripada orang berkulit putih, Hispanik, orang Asia, orang Kepulauan Pasifik, orang Indian, danorang Alaska (CDC,2015).
Orang kulit hitam (black ) lebih banyak daripada kulit putih ( white),sementara itu ditemukan variasi antar suku di Indonesia; terendah di lembahBaliem Jaya, Papua (0,6%), dan tertinggi di Sukabumi (suku Sunda), Jawa Barat(28,6%) (Bustan, 2015).
2.5 Patofisiologi
Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang reflek kardio vascular melalui system saraf termasuk system control yang bereaksi segera. Kestabilan tekanan darah jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ terutama ginjal. 1) Perubahan anatomi dan fisiologi pembuluh darah Aterosklerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai dengan penebalan dan hilangnya elastisitas arteri. Aterosklerosis merupakan proses multifaktorial. Terjadi inflamasi pada dinding pembuluh darah dan terbentuk deposit substansi lemak, kolesterol, produk sampah seluler, kalsium dan berbagai substansi lainnya dalam lapisan pembuluh darah. Pertumbuhan ini disebut plak. Pertumbuhan plak di bawah lapisan tunika intima akan memperkecil lumen pembuluh darah, obstruksi luminal, kelainan aliran darah, pengurangan suplai oksigen pada organ atau bagian tubuh tertentu. Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam pengontrolan pembuluh darah jantung dengan cara memproduksi sejumlah vasoaktif local yaitu molekul oksidanitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endothelium banyak terjadi pada kasus hipertensi primer. 2) Sistem renin-angiotensin Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. a. Meningkatkan sekresi Anti-Diuretic Hormone (ADH) dan rasa haus. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan keluar tubuh (anti diuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan
dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstra seluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
3) Sistem saraf simpatis Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah kekorda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh dara
Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhitekanandarah
2.6 Komplikasi Hipertensi
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ- organ target yang umumditemui pada pasien Hipertensi adalah : penyakit jantung, penyakit menyerangotak, penyakit ginjal, penyakit arteri perifer, dan retinopati (Yogiantoro, 2010).
Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit Hipertensi yang tidakterkontrol dapat menyebabkan peluang tujuh kali lebih besar terkena stroke, enamkali lebih besar terkena congestive heart failure, dan tiga kali lebih besar terkenaserangan jantung (Rahajeng dan Tuminah, 2009). Hipertensi dapat meyebabkankomplikasi lain seperti DM, kolesterol yang tinggi, kelebihan berat badan atauobesitas, dan gangguan kognitif lain (WHO, 2013). a. Penyakit Jantung Hipertensi adalah suatu kondisi di mana tekanan pembuluh darah secara terusmenerus meningkat. Semakin tinggi tekanan dalam pembuluh darahsemakin sulit untuk jantung memompa darah ke dalam pembuluh darah. Jikadibiarkan tidak terkendali, Hipertensi bisa menyebabkan serangan jantung danpembengkakan jantung yang pada akhirnya menjadi penyakit gagal jantung(WHO, 2013) Hipertensi dapat mengganggu saluran pernapasan sehingga menyebabkan beberapa penyakit saluran pernapasan sering disebut dengan Hipertensi pulmonal.Hipertensi pulmonal terjadi ketika tekanan di dalam pembuluh darah yang menujujantung ke paru-paru terlalu tinggi. Jantung memompa darah dari ventrikel kananke paru-paru untuk mendapatkan oksigen. Karena darah tidak melakukanperjalanan yang jauh, tekanan di sisi jantung dan di arteri membawa darah dariventrikel kanan ke paru-paru biasanya rendah dan jauh lebih rendah dari tekanandarah sistolik atau diastolik. Ketika tekanan dalam arteri ini terlalu tinggi, arteri paru-paru dapat mempersempit pembuluh darah dan kemudian darah tidakmengalir sehingga menghasilkan darah yang kurang banyak mengandung oksigen(CDC, 2014). b. Gangguan Pada Otak (Stroke) Tekanan yang tinggi pada pembuluh darah otak mengakibatkan pembuluh sulit meregang sehingga darah yang ke otak kekurangan oksigen, biasanya initerjadi secara mendadak dan menyebabkan kerusakan otak. Gangguan penyakityang bisa terjadi adalah serangan iskemik otak sementara (transient ischaemicattack ). Tekanan di dalam pembuluh darah juga bisa menyebabkan darahmerembes keluar dan masuk ke dalam otak. Hal itu dapat menyebabkan stroke (WHO, 2013).
Hipertensi dianggap sebagai faktor risiko utama stroke. Dikemukakan bahwa penderita dengan tekanan diastolik di atas 95 mmHg mempunyai risiko duakali lebih besar untuk terjadinya infark otak dibandingkan dengan tekanandiastolik kurang dari 80 mmHg, sedangkan kenaikan sistolik lebih dari 180mmHg mempunyai risiko tiga kali terserang stroke iskemik dibandingkan merekayang bertekanan darah kurang dari 140 mmHg (Bustan, 2015). c. Gangguan Pada Ginjal Fungsi ginjal akan lebih cepat mengalami kemunduran jika terjadi Hipertensi berat. Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam ginjalmenyempit dan akhirnya menyebabkan pembuluh darah rusak. Akibatnya fungsikerja ginjal menurun hingga dapat mengalami penyakit gagal ginjal. Diketahuibahwa diabetes dan Hipertensi bertanggung jawab terhadap proporsi ESRD (endstagerenal disease) yang paling besar (Price dan Wilson, 2006). d. Gangguan Pada Mata Komplikasi Hipertensi pada mata dapat berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan, diantaranya adalah oklusi arteriretina cabang, oklusi vena retina cabang , oklusi vena retina sentral , oklusi arteriretina sentral , dan terjadinya makroaneurisma pada arteri. Iskemik sekunder oklusivena retina cabang dapat menyebabkan neovaskularisasi dari retina, pre retinaldan perdarahan vitreus, pembentukan epiretinal membran, dan tractional retinaldetachment . Hipertensi dan diabetes melitus secara bersamaan dapatmenyebabkan retinopati yang lebih berat (Skuta et al , 2010). e. Diabetes Mellitus (DM) DM adalah gangguan kesehatan berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan ataupun resistensi insulin.Salah satu faktor risiko penyakit DM terutama DM tipe 2 adalah penyakitHipertensi. Dua pertiga penderita DM menderita Hipertensi (Bustan, 2015).
2.6 Manajemen Pengendalian Hipertensi 2.6.1 Menurut Level Upaya Pencegahan
Upaya pencegahan Hipertensi perlu dilakukan secara komprehensif, mulai dari upaya primordial hingga rehabilitasi, yaitu pencegahan primordial, promosikesehatan, proteksi spesifik (kurangi konsumsi garam sebagai salah satu faktorrisiko), diagnosis dini (pemeriksaan check-up), pengobatan tepat, dan rehabilitasi(upaya perbaikan dampak lanjut Hipertensi yang tidak bisa diobati) (Bustan,2015).
2.6.2 Terapi Non Farmakologis
Terapi non farmakologis dalam mengatasi Hipertensi ditekankan pada berbagai upaya berikut (Widyanto dan Triwibowo, 2013) : a. Mengatasi obesitas dengan menurunkan berat badan berlebih. b. latihan fisik (olahraga) secara teratur. c. Pemberian kalium dalam bentuk makanan dengan konsumsi buah dan sayur. d. Mengurangi asupan garam dan lemak jenuh. e. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alcohol. f. Menciptakan keadaan rileks.
Diet untuk Hipertensi. Salah satu bentuk diet untuk Hipertensi yang terkenal adalah DASH ( Dietary Approaches to Stop Hypertension) yang terutamaberisi komponen gizi berserat tinggi (sayur dan buah) (Bustan, 2015). DASH merupakan salah satu rencana pola makanan sehat yang terbukti membantu orang menurunkan tekanan darah yang dimilikinya, denganmengonsumsi makanan rendah
garam (natrium) dan tinggi kalium dapatmenurunkan tekanan darah yang kita miliki (CDC, 2014). Pada dasarnya komponen DASH sama dengan makan sehat lainnya, hanyasaja DASH ditandai dengan proporsi yang tinggi sayur dan buah- buahan, lemakyang rendah, protein tanpa lemak. Jumlah kalori disesuaikan dengan berat badan,jika obesitas akan dikurangi kalorinya. Selain itu dianjurkan juga penurunanmasukan kadar natrium. Penurunan rata- rata natrium masyarakat dari 3.300 mgke 2.300 mg per hari dapat mengurangi kasus Hipertensi (Bustan, 2015).
2.6.3 Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis dilakukan dengan menggunakan obat anti Hipertensi. Dan secara khusus
diharapkan
mempunyai
biovailabilitas
yang
tinggi
dankonsisten
sehingga
efektivitasnya dapat diperkirakan ( predict-able), mempunyaiwaktu paruh ( plasma elimination half-life) yang panjangsehingga diharapkanmempunyai efek pengendalian tekanan darah yang panjang pula, danmeningkatkan survival dengan meurunkan risiko gagal jantung dan mengurangi serangan balik (recurrent ) infark miokard (Widyanto dan Triwibowo, 2013). Obat anti Hipertensi : Diuretika, penyekat Beta ( Beta-blocker ), Antagoniskalium, Inhibitor ACE ( Anti Converting Enzym), obat anti Hipertensi sentral(simpatokolitika), obat penyekat Alpha ( Alpha-blocker ), dan Vasodilatator (Bustan, 2015).
BAB 3 KERANGKA KONSEP
BAB 4 Pemecahan Masalah
4.1 Intervensi Pemecahan Masalah Berdasarkan Penyebab Masalah
No Sebab Masalah 1. Man: - Belum ada kader khusus hipertensi di PKM BU2 - Banyak penemuan kasus hipertensi di usia produktif 2. Method: - Belum ada program khusus yang menangani hipertensi secara holistik dan terintegrasi 3. Material: - Belum ada sarana untuk pencatatan dan pengontrolan kondisi medis dan pengobatan pasien hipertensi secara khusus
Intervensi Pemecahan Masalah 1. Man: - Pembentukan kader hipertensi - Melakukan pelatihan pada kader hipertensi yang telah dibentuk 2. Method : - Melaksanakan kelas hipertensi untuk usia produktif - Melaksanakan senam bersama khusus hipertensi
3. Material: - Pembuatan buku Hipertensi untuk masing-masing pasien.
4.2 Perincian Intervensi Pemecahan Masalah I.
Kelas Hipertensi Uraian Kegiatan : 1. Kegiatan dilakukan seminggu setelah jadwal POSBINDU rutin. 2. Pelaksana kegiatan adalah kader POSBINDU dan tenaga kesehatan Puskesmas Bontang Utara 2. 3. Bentuk kegiatan adalah - Pendaftaran dan pencatatan pada buku Hipertensi - Pengukuran IMT dan timbang BB - Pengukuran Tekanan darah dan nadi oleh petugas - Pengobatan dan pemberian resep oleh dokter - Edukasi dan konseling oleh kader - Senam Hipertensi 4. Volume kegiatan : sebulan 2 kali di 2 kelurahan. 5. Biaya kegiatan :
o
Gaji kader 100.000 x 21 x 12bulan = 25.200.000 Konsumsi untuk peserta 50.000 x 50 x 2 x 12bulan = 60.000.000
o o o
II.
III.
Pembuatan buku Hipertensi 50.000 x 50x2 = 5.000.000 Instruktur senam Hipertensi 300.000 x 2 x 12bulan = 7.200.000 Souvenir untuk peserta 50.000 x 20 = 1.000.000 Total = 98.400.000
Pelatihan Kader 1. Kegiatan dilakukan diwaktu yang akan ditentukan kemudian. 2. Kegiatan dilakukan di Puskesmas Bontang Utara 2. 3. Pelaksana kegiatan adalah tenaga kesehatan. 4. Bentuk kegiatan adalah - Pretest - Penyampaian materi berupa presentasi - Posttest dalam bentuk simulasi, edukasi dan konseling - Monitoring dan evaluasi tahunan 5. Volume kegiatan : setahun sekali 6. Rincian biaya : - Pengadaan tensi digital untuk kader = 850.000 x 21 = 17.850.000 - Konsumsi untuk kader 50.000 x 30 = 1.500.000 - Fotokopi handout materi pelatihan 10.000 x 21 = 210.000 - Baju kader 100.000 x 21 = 2.100.000 - Konsumsi monev 50.000 x 30 = 1.500.000 - Fotokopi handout monev 10.000 x 21 = 210.000 Total = 23.370.000 Senam Bersama 1. Kegiatan dilakukan diwaktu yang akan ditentukan kemudian. 2. Kegiatan dilakukan di tempat yang akan ditentukan kemudian. 3. Pelaksana kegiatan adalah kader, tenaga kesehatan dan individu faktor resiko. 4. Bentuk kegiatan adalah - Senam aerobic berskala 1 kelurahan - Senam dilakukan pagi hari dengan durasi 45 menit - Senam dipimpin oleh instruktur yang terlatih - Setelah kegiatan, akan dilakukan pengundian doorprize untuk 5 – 6 orang pemenang - Jadwal Loktuan = - Jadwal Guntung = - Volume kegiatan = setahun dua kali 5. Rincian biaya : - Dana operasional = 3.000.000 x 4 = 12.000.000 - Instruktur professional = 750.000 x 2 instruktur x 2 kelurahan x 2 kali setahun = 6.000.000 - Kaos panitia = 150 kaos x 100.000 = 15.000.000 - Konsumsi peserta = 5.000.000 / paket x 4 kegiatan = 20.000.000
-
Doorprize = 1 paket x 4 kegiatan / tahun Total = 51.000.000 + 4 paket doorprize
Total kegiatan keseluruhan = 172.770.000 + 4 paket doorprize
DAFTAR PUSTAKA
Bakri, S., dan Lawrence, G., 2008. Genetika Hipertensi. Dalam Hipertensi dan Ginjal. Cetakan Pertama. Medan : USU Press Bustan, M. N., 2015. Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular.Cetakan Pertama. Jakarta : PT. Rineka Cipta BPS, 2012. Badan Pusat Statistik Kota Medan.( http://www.medankota.bps.go.id ) diakses 12 April 2018 CDC, 2015. High Blood Pressure. ( http://www.cdc.gov/bloodpressur/facts.htm) diakses 12 April 2018 Frisoli, Tiberio M., Schnieder, Roland E., Grodzicki, Tomasz , and Messerki,Franz H., 2011.
Beyond
Salt
:
Lifestyle
Modifications
and
Blood
Pressure.(http://eurheartj.oxfordjournals.org ) diakses 12 April 2018 Gibney, M.J., BM,. Kearney. MJ., Arab,L. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. HUS, 2015. Health, United States, 2014 with Special Feature on Adults Aged 55-64. United States : U.S. Department of Health and Human Services. Ilma, D., 2014. Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Rawat Inap Di Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Yogyakarta PeriodeJanuari-Desember 2013 Skripsi Mahasiswa Farmasi UGM Irianto, K., 2015. Memahami Berbagai Macam Penyakit. Cetakan Pertama.Bandung : Alfabeta Kemenkes RI., 2012. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan PenyakitTidak Menular. Jakarta. ___________, 2013. Riskesdas 2013. Jakarta : Lembaga Penerbitan BadanPenelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. ___________, 2014. Infodatin Hipertensi. Jakarta : Pusat Data dan InformasiKementrian Kesehatan RI. ___________, 2015. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta Klabunde, R., 2015. Konsep Fisiologi Kardiovaskular, Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Kumar, V., Abbas, A.K., Fasto, N., 2005. Hypertensive Vascular Disease. InRobn and Cotran Pathologic Basic Disease, 7 edition. Philadelpia :Elsevier Saunders.
Kuswardhani,
T.,
2007.
Penatalaksanaan
Hipertensi
pada
Lansia.(http://journal.unud.ac.id/abstrak/penatalaksanaan.hipertensi.pada.lansia.pdf /depkes) diakses 12 April 2018 Madhur, Meena S., 2014. Hypertension. (http://emedicine. medscape. com/article/ 241381 ) diakses 12 April 2018 Manurung, M., 2014. Karakteristik Penderita Hipertensi Dengan KomplikasiRawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Kabupaten DeliSerdang Tahun 2014 Skripsi Mahasiswa FKM USU MedanMozzaffarian, D, Benjamin, Emelia J., Go, Alan S., Arnett, Doma K., Blaha, Michael J., Chrusman, M., Das, Sandeep R., Ferranti, Sarah de, et al , 2016. Executive Summary : Heart Disease and Stroke Statistic – 2016 Update. Greenville Avenue Dallas : American Heart AssociationNair, M.dan Peate I., 2014. Dasar- Dasar Patofisiologi Terapan. Cetakan Pertama.Jakarta : Bumi Medika NHLBI, 2015. High Blood Pressure. ( http://nhlbi.nih.gov/health/healthtopics/ topics/hbp ) diakses 12 April 2018 Perhimpunan Hipertensi Indonesia, 2015. Hari Hipertensi Sedunia 17 Mei 2015. (http://www.inash.or.id ) diakses 25 Februari 2016 Price, Sylvia A. dan Wilson, Lorraine M., 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis ProsesProses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Cetakan Pertama. Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC Rahajeng, E. dan Tuminah, S., 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. (http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/70 0/699 ) diakses 12 April 2018 Seventh Report of The Joint National Committee on Prevebtion, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC7), 2004. UnitedStates : U.S. Department of Health and Human Services Sianipar, A., 2014. Karakteristik Penderita Hipertensi dengan Komplikasi yangDirawat Inap di Puskesmas Tanjung Balai Karimun Tahun 2010- 2012.Skripsi Mahasiswa FKM USUMedan Siswanto, dkk, 2014. Suvei Konsumsi Makanan Individu Studi Diet Total. Cetakan Pertama. Jakarta : Lembaga Penerbitan Badan Penelitian danPengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Skuta, G.L., Cantor, L.B., Weiss, J.S. 2010. American Academy ofOphthalmology. 20092010. Retina And Vitreous. Basic and Clinical.
Townsend, Raymond R., 2010. 100 Tanya- Jawab Mengenai Tekanan DarahTinggi (Hipertensi). Cetakan Pertama. Jakarta : Indeks Trisnawati S.K., 2013. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012(http://lp3m.thamrin.ac.id) diakses 17 Juli 2016 WHO, 2001. Laporan Pakar Komisi Pengendalian Hipertensi. Bandung : ITB ____, 2011. Noncommunicable diseases in the South-East Asia Region: Situation and response 2011. New Delhi : World Health Organization ____, 2013. A Global Brief Hypertension. Switzerland : WHO. (http://www.who.int ) diakses 12 April 2018 ____, 2014. Global Status Noncommunicable Diseases . Switzerland : WHO. (http://www.who.int ) diakses 17 Maret 2016 _____, 2016. Global Health Observatory data repository. Switzerland : WHO. ( http://apps.who.int/gho/data/view.main.2464 ) diakses 12 April 2018 Widyanto, Faisalado C. dan Tribowo, C., 2013. Trend Diseases. CetakanPertama. Jakarta : CV. Trans Info Media Yuliantari, W., Ni, Arta, Sang K., 2014. Perbedaan Pengaruh EkstrakMentimun dan Air Jahe Terhadap Tekanan Darah Lansia denganHipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
II
Denpasar
Barat
Tahun
2014.
(http://ojs.unud.ac.id/index.php/coping/article/view/10817/8159 ) diakses 12 April 2018 Yogiantoro, M., 2010. Hipertensi Esensial.Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi Kelima. Cetakan Kedua. Jakarta : Pusat PenerbitanIlmu Penyakit Dalam