MATA Kelopak Mata dan Lakrimal
Kelopak Mata adalah lipatan jaringan yang mudah digerakkan melindungi mata. Dalam kelopak ada otot orbikularis okuli (N. Kranialis VII) sirkular kasar yang berfungsi memejamkan mata & otot levator palpebra (N. Kranialis III) mengangkat kelopak mata. Ada empat jenis kelenjar dalam kelopak mata antara lain kel. Meibom, kel Moll, kel Zeis, dan kelenjar lakrimal lakrimal minor (Krause & Wolfring).
Kel. Meibom adalah kelenjar sebasea panjang di dalam lempeng tarsus yang tidak berhubungan dengan folikel bulu mata. Terdapat ± 25 kelenjar di kelopak mata atas, dan ± 20 kelenjar pada kelopak bawah menghasilkan substansi sebasea lapisan minyak (tear film) yang berfungsi mencegah cepatnya penguapan air mata. Kelenjar Zeis adalah modifikasi modifikasi kelenjar sebasea yang berhubungan dengan folikel-folikel bulu mata.
Kelenjar Moll adalah rongga-rongga berbentuk tabung kecil tak bercabang dan permulaan berbentuk spiral dan bukan bentuk glomerulus spt kelenjar umumnya.
Kelenjar lakrimal aksesori (Krause & Wolfring) terdapat dibawah konjungtiva palpebra memasok cairan ke kantong konjungtiva dan kornea.
Kelopak mata mendapat perdarahan perdarahan dari a. oftalmik, oftalmik, a. zigomatik, dan a. angular. angular. Aliran limfe menuju ke kel. preaurikular, parotis dan submaksila.
Madarosis atau bulu mata rontok dapat terjadi pada akibat pengobatan epinefrin kronik, sindrom Vogt-Koyanagi-Harada, kelainan endokrin (hipertiroidisme), radang kelopak mata (blefaritis, herpes zoster, infeksi jamur), dan beberapa jenis penyakit kulit.
Trikiasis adalah inversi dari bulu mata, sehingga mengenai kornea. E/ blefaritis, trauma, tarsus pada trakoma, kontraksi jaringan parut dikonjungtiva. Therapi : epilasi (pencabutan beberapa silia yang salah letak dengan forceps silia) tidak berhasil elektrokoagulasi dari folikel rambut
biasanya diikuti dengan enteropion (tarsotomy).
Enteropion atau kelopak mata tertekuk ke dalam. Suatu keadaan meilpatnya kelopak mata bagian tepi atau margo palpebra kearah dalam trikiasis (bulu mata yang mengarah ke dalam sehingga menyentuh kornea). Enteropion dibagi menjadi 2 enteropion senil (spastis) degenerasi perlekatan fasial kelopak mata bawah dan juga terlepasnya aponeurosis dari tarsus kelopak mata bawah, mengenai palpebra inferior; dan enteropion sikatriks karena pembentukan jaringan ikat pada konjungtiva tarsalis dan palpebra, mengenai palpebra superior. Therapi dengan plastic surgery (tarsotomi ). DD/ Ekteropion, Trikiasis, Simbleparon. Komplikasi : Ulkus kornea.
Tarsotomi (dari wheeler) o
Palpebra didesinfeksi dengan asam pikrin 2 %
o
Anestesi local
o
Jahitan kendali (teugel) pada margo palpebra dekat kantus internus dan eksternus
o
Pasang klem palpebra palpebra dibalik
o
Insisi dari konjungtiva palpebra dan tarsus dari margo palpebra 1
o
Tarsus distal dilepaskan dari dasar kulitnya
o
Memasang jahitan U dari konjungtiva palpebra masuk ke tarsus proksimal, ke depan tarsus distal dan tembus diantara silia di margo palpebra. Jahitan dilakukan di 3 tempat.
o
Benang ditarik dengan hati-hati, sehingga tarsus proksimal terselip antara tarsus distal dan kulit.
o
Masukkan pentil karet ke dalam benang jahitan kemudian baru diikat supaya margo palpebra tidak rusak
o
Kendali digunting, klem dibuka
o
Beri salep antibiotic, perban. Penderita kembali pada hari ke 4 untuk membuka jahitan
Ekteropion atau melipatnya palpebra keluar. Suatu kelainan posisi kelopak mata dimana tepi kelopak mata membeber atau mengarah keluar sehingga bagian dalam kelopak atau konjungtiva tarsalis berhubungan langsung dengan dunia luar. E/ karena relaksasi otot orbicular (proses menua atau paralisis N VII), congenital, paralitik, sikatrik. DD/ Enteropion. Ada 5 macam ekteropion yaitu ekteropion sikatrik (E/luka bakar, luka kecelakaan, ulkus palpebra), ekteropion mekanis (E/konjungtivitis menahun, blefaritis yang disertai hipertrofi), ekteropion senilis (relaksasi dari kulit dan m. orbikularis okuli), ekteropion paralitik (paralise N VII akibat morbus Hansen, lues), ekteropion spastic (kontraksi dari m. riolani konjungtivitis pada anak-anak yang disertai blefarospasme). Th/ Plastic surgery (tarsorafi lateral ekteropion senilis, dimana margo palpebra superior dan inferior di kantus eksternus dipotong bersama dengan folikel rambutnya). Komplikasi : lagopthalmus (kelopak mata tidak dapat menutup bola mata dengan sempurna), konjungtivitis, keratitis terpajan, ulkus kornea.
Lagoftalmus dimana palpebra tidak dapat menutup dengan sempurna. E/ congenital, ekteropion, paralise N VII, eksolftamus goiter, protrusion bulbi, koma. Therapi menurut penyebabnya, tarsorafi medialis (penyatuan temporer dari margo palpebra superior dan inferior bagian medial).
Hordeolum adalah peradangan supuratif akut pada kelenjar kelopak mata. E/ Staphylococcus dan Morax. Ada 2 yaitu hordeolum eksterna dan interna. DD/ Kalazion, Abses, Konjungtivitis adenovirus, granuloma pyogenik, selulitis preseptal. Therapi : kompres hangat 3-4 kali sehari 1015 menit kalau stadium infiltratif, salep mata bila tidak membaik insisi, antibiotic sistemik. Komplikasi : selulitis palpebra, granuloma.
Pembeda Definisi Ukuran Arah penonjolan Therapi
Hordeolum Interna Peradangan pada kelenjar Meibom
Hordeolum Eksterna Peradangan pada kelenjar Zeis atau Moll + +++ Mengarah ke konjungtiva tarsalis Mengarah ke daerah kulit kelopak Insisi pada daerah fluktuasi pus, Insisi sejajar dengan margo tegak lurus pada margo palpebra palpebra 2
Kalazion adalah radang granulomatosa kelenjar meibom kronis yang steril, ditandai dengan pembengkakan lokal kelopak mata atas atau bawah. K/ Benjolan pada kelopak, tidak heperemi, tidak ada nyeri tekan dan ada pseudoptosis. DD/ Hordeolum Interna (kel preaurikel membesar, dan ada nyeri), kista dermoid, hemangioma. Therapi : insisi kuretase. Komplikasi : gangguan visus.
Blefaritis adalah radang yang kronis pada pinggir kelopak mata yang disertai pembentukan skuama dan krusta. E/ Staphylococcus, Ptirosporum ovale, dan Alergi. K/ iritasi, pedih, gatal pada pinggir kelopak mata, krusta, bersisik, madarosis, ketombe, ada kemerahan. DD/ konjungtivitis alergi, dermatitis alergi. Therapi : salep steroid, sampo, antihistamin, anti alergi (tetes mata antazolin). Komplikasi : Ekteropion, trikiasis, madarosis.
Ptosis adalah keadaan dimana dimana kelopak mata atas tidak dapat diangkat diangkat atau terbuka (normalnya ± 2 mm dibawah limbus) sehingga celah kelopak mata menjadi lebih kecil. E/ congenital (sindrom marcus gun), miogenik (terbukanya aponeurosis levator atau disinsersi), neuro (sindrom horner), traumatic, mekanik. DD/ pseudoptosis (bila terdapat suatu kelainan pada kelopak sehingga kelopak tidak mudah bergerak atau diangkat), ptosis ok miastenia gravis. Therapi : operasi m. levator palpebra superior. Komplikasi : paralise m levator.
Aparatus lakrimalis terdiri dari bagian sekretoir (kelenjar lakrimalis dan duktus lakrimalis) dan ekskretoir (kelenjar aksesori, pungtum, kanalikulus, kantong lakrimalis, duktus nasolakrimalis, dan meatus inferior). Kelenjar lakrimalis terletak di fossa lakrimal os frontalis & di bawah konjungtiva forniks superior, bagian temporal (menghasilkan air mata). Tes Anel untuk mengetahui fungsi eksekresi & tes schrimer untuk mengukur produksi air mata.
Aliran air mata : dari dari kelenjar lakrimalis lakrimalis mengalir membasahi permukaan kornea
maupun
konjungtiva bulbi dan palpebra kanalikulus lakrimalis lewat pungtum lakrimal (lubang bulat dengan garis tengah ± 0,5 mm baik pada pinggir kelopak mata atas maupun bawah; garis tengah ± 1 mm dan panjangnya 8 mm) dan bergabung membentuk kanalikulus komunis (sebelum muara kantong lakrimal) kantong lakrimalis duktus nasolakrimalis meatus nasi inferior
konka inferior ditelan. Aliran air mata karena adanya gaya kapiler dalam kanalikulus,
gravitasi dan gerakan memompa kantong lakrimal otot orbikularis okuli.
Dakriosistitis adalah infeksi pada kantong lakrimalis. Biasanya terjadi pada bayi dan dewasa usia > 40 tahun. Pembeda Onset Etiologi Gejala
Dakriosistitis akut
Dakriosistitis kronis
akut Staphylococcus aureus, Streptococcus beta-hemolyticus Epifora (keluar air mata akibat gangguan ekskresi air mata), kotoran, tanda radang ≫, bengkak, nyeri tekan sakus, kantung ditekan keluar secret mukopurulen
kronis Streptococcus pneumonia (candida albicans; langka) Epifora (keluar air mataakibat gangguan ekskresi air mata), kotoran, tanda radang ≪, kantung ditekan keluar cairan mukoid
3
Tes Anel DD/ Therapi
Komplikasi
Buntu, pus + Hordeolum, selulitis, abses palpebra Kompres hangat, salep, AB dosis tinggi, analgetik
Selulitis orbita
Buntu, Seropurulen + Sinusitis maksilaris op. Konservatif, infeksi dacriosistorinotomi (ada 2 macam : external approach dari TOTI, & internal approach dari WEST) dakriosistektomi (eksterpasi dari sakus lakrimalis) Eksaserbasi akut, ulkus kornea
Refraksi
Bayangan retina difokuskan difokuskan oleh 2 elemen elemen lensa, yaitu kornea (43 dioptri) dan lensa (lensa (lensa akuos, lensa lensa, lensa badan kaca 19 dioptri)
Pungtum remotum adalah titik terjauh yang dapat dilihat dengan nyata tanpa akomodasi. Pungtum proksimum adalah titik terdekat yang dapat dilihat dengan akomodasi maksimal
Visus atau tajam penglihatan merupakan kemampuan mata untuk melihat benda. Tajam penglihatan normal rata-rata bervariasi antara 6/4 hingga 6/6. Tajam penglihatan maksimum di daerah ovea. Pemeriksaan tajam penglihatan sebaiknya dilakukan pada jarak 5 atau 6 meter, karena jarak ini mata akan melihat benda dalam keadaan istirahat atau tanpa akomodasi. Pemeriksaan visus menggunakan snellen chart, apabila pasien tidak bisa melihat huruf terbesar dari snellen dilakukan uji hitung jari yang orang normal dapat melihat jari terpisah dalam jarak 60 meter. Sedangkan uji lambaian tangan visus 1/300. Bila hanya bisa melihat sinar 1/ . ~
Bila tidak mengenal sinar 0 (buta total). Pada bayi pemeriksaan visus dengan melihat reflex fiksasi. Normalnya bayi dapat berfiksasi pada umur 6 minggu, sedangkan kemampuan mengikuti sinar pada usia 2 bulan. Uji pinhole penglihatan lebih baik kelainan refraksi. Pada penderita ambliopia tajam penglihatan huruf tunggal lebih baik daripada huruf ganda. Tajam penglihatan pada anak secara kuantitatif dapat dilihat pada usia 2 tahun dan mencapai penglihatan normal pada usia 5 t ahun.
Buta menurut WHO ada 5 kategori
(Ilmu Penyakit Mata FKUI;70)
Definisi : visus atau tajam penglihatan < 3/60
setelah dikoreksi.
o
Kategori 1 : rabun atau tajam t ajam penglihatan < 6/18
o
Kategori 2 : rabun, tajam penglihatan < 6/60
o
Kategori 3 : buta (tajam penglihatan < 3/ 60, lapangan pandangan < 10 derajat)
o
Kategori 4 : buta (tajam penglihatan <1/60, lapangan pandangan < 5 derajat)
o
Kategori 5 : buta dan tidak t idak ada persepsi sinar
Emetropia (tidak ada kelainan refraksi), Ametropia (ada kelainan refraksi) myopia, hypermetropia, astigmatism.
Miopia : sinar sejajar yg datang dari tak terhingga masuk ke dalam bola mata dibiaskan di depan retina. E/ sumbu mata yang terlalu panjang, pembiasan terlalu kuat spasme akomodasi. K/
4
kabur melihat jauh, astenopia (mata terasa sakit, pusing, cepat mengantuk dan berair), visus < 6/6. Ada beberapa bentuk miopia : 1. Menurut penyebabnya : *myopia refraktif bertambahnya indeks media penglihatan (korneakeratoklonus, keratoglobus, keratitis, TIO ↑; lensa luksasi, subluksasi, katarak imatur; DM), **myopia aksial panjangnya sumbu bola mata (jarak anterior dan posterior normalnya 23 mm)
2. Menurut derajat beratnya : * ringan (miopia kecil daripada -0,25 s/d -3 dioptri), ** miopia sedang (miopia lebih antara -3 s/d -6 dioptri), ***berat atau tinggi (myopia lebih dari -6 dioptri). 3. Menurut perjalanan : *stasioner (myopia yang menetap setelah dewasa ± 20 tahun), **progresif (myopia yang bertambah terus pada usia dewasa bertambah panjang sumbu bola mata ± sampai umur 25 tahun), ***maligna (berjalan progresif ablasi retina dan kebutaan) Therapi : Koreksi dengan kacamata sferis negatif, eye surgery (radial keratotomy, laser excimer & LASIK,). Komplikasi : ablatio retina, am bliopia, pseudoproptosis, eksotropia.
Hipermetropia : sinar yang sejajar dari tak terhingga masuk ke dalam bola mata, dibiaskan di belakang retina. E/ pembiasan yang lemah, sumbu mata terlalu pendek. K/kabur melihat jauh dan dekat, astenopia, sakit kepala, visus 6/6, BMD lebih sempit, pupil kecil. Ada beberapa bentuk hipermetropia : 1. Menurut penyebabnya : *hipermetropia aksialis (akibat bola mata pendek mikroftalmia, retinitis sentralis, ablatio retina), ** hipermetropia refraktif (indeks bias yang kurang , sklerosis, afakia, DM), *** hipermetrop kurvatur (lengkung kornea atau lensa kurang). 2. Menurut bentuknya : *hipermetropia manifest (yang dapat dikoreksi dengan kacamata positif maksimal visus normal), hipermetropia absolute (kelaianan refraksi yang tidak diimbangi dengan akomodasi kacamata positif untuk melihat jauh), hipermetropia fakultatif (kelaianan yang dapat diimbangi dengan akomodasi ataupun dengan kacamata positif), hipermetropia laten (kelainan tanpa siklopegia diimbangi seluruhnya dengan akomodasi), hipermetropia total (yang ukurannya didapatkan setelah diberikan siklopegia). Koreksi dengan kacamata sferis positif, eye surgery (radial keratotomy, laser excimer & LASIK,). Komplikasi : ambliopia, esotropia, glaucoma.
Astigmatisme : kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar dari tak terhingga dibiaskan oleh mata tanpa akomodasi pada retina tidak pada satu titik. K/ kabur melihat jauh, benda seperti goyang, sakit kepala, astenopia, visus < 6/6, tes plasido ireguler. 1. Jenis astigmatisme : myopia astigmatisme simplex, myopia astigmatisme kompositum (sillinder -, sferis -), hipermetropia astigmatisme simplex, hipermetropia astigmatisme kompositum (silinder +, sferis +), astigmatisme mixtus (silinder +, sferis -). 2. Bentuk astigmatisme : astigmatisme regular (kekuatan pembiasan bertambah atau berkurang perlahan secara teratur dari satu meridian ke meridian berikutnya), astigmatisme irregular (tidak mempunyai 2 meridian saling tegak lurus
5
Pemeriksaan dengan cakram plasido kelengkungan kornea, juring atau kipas astigmatisme pemeriksaan subjektif ada dan besarnya kelainan refraksi astigmatisme. Therapi : koreksi dengan lensa silinder, eye surgery. Presbiopia : kelainanan penurunan akomodasi lensa karena kekakuan dari lensa yang
disebabkan factor usia. Dimulai pada umur > 40 tahun. E/penurunan respon akomodasi, penurunan elastisitas lensa. K/ melihat atau membaca dekat, cepat pusing kalau membaca, mengantuk mudah berair atau lelah. Therapi : + 1 dioptri (40 tahun), 1, 5 dioptri (45 tahun), 2 dioptri (50 tahun), 2,5 dioptri (55 tahun), + 3 dioptri (≥ 60 tahun).
Umum
Lensa adalah suatu stuktur cembung ganda, avaskular, tidak berwarna, hampir bening, dengan tebal 4 mm dan diameter 9 mm. Pada lensa terdapat kapsul lensa (membrane semipermiabel
air masuk dan elektrolit), epitel subkapsul, inti dan kortek. Inti dan
kortek tersusun atas lamella-lamela panjang dan konsentris. Lensa bergantung ditempatnya oleh ligament suspensorium (zonulla Zinn). Fungsi utama adalah memfokuskan sinar pada retina. Komposisi lensa : ± 65 % air, 35 % protein (kandungan protein tertinggi dalam jaringan tubuh). Kadar kalium
≫
di lensa daripada jaringan lain.
Di dalam lensa tidak ada serabut rasa sakit, pembuluh darah maupun saraf.
Konjungtiva merupakan membran mukosa yang tipis dan melapisi permukaan belakang kelopak mata (konjungtiva palpebra), dan permukaan depan sclera (konjungtiva bulbi). Ada 3 tempat yaitu konjungtiva palpebra, bulbi, dan fornik. Terdiri atas epitel (2-5 lapis sel; sel superficial & sel basal) dan stroma (lap. adenoid
limfoid dan lap. fibrosa
jarigan ikat). Inervasi Inervasi cabang NV1. Vaskularisasi Vaskularisasi a. siliaris siliaris anterior dan palpebra. palpebra.
Kemosis adalah edema konjungtiva. E/ radang konjungtiva, trikiasis, rangsangan oleh benda asing, eksoftalmus, alergi, trauma, glaucoma kongestif akut.
Simblefaron : perlekatan antara konjungtiva palpebra, bulbi, dan konjungtiva forniks. Ada 3 macam : simblefaron partial anterior (konjungtiva palpebra dengan konjungtiva bulbi), simblefaron partial posterior (antara konjungtiva forniks), simblefaron total.
Hiperemi konjungtiva akibat bertambahnya asupan pembuluh darah ataupun berkurangnya pengeluaran darah.
Mata merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada peradangan akut (konjungtivitis
pembuluh darah superficial yang melebar, keratitis
pleksus a. konjungtiva permukaan melebar, atau iridosiklitis
pembuluh darah
arteri perikornea yang lebih dalam melebar)
Pada konjungtiva terdapat pembuluh darah : a. konjungtiva posterior bulbi, a. siliar anterior atau episklera (a. episklera
konjungtiva
iris dan badan siliar, a. perikornea
kornea, a. episklera di atas sclera bola mata).
Injeksi konjungtival adalah melebarnya pembuluh darah arteri konjungtiva posterior. Terjadi karena mekanis, alergi, atau infeksi konjungtiva. Sifat CVI : mudah digerakkan 6
dari dasarnya; pada radang konjungtiva pembuluh darah ini didapatkan pada fornik; ukuran pembuluh darah makin besar ke perifer; warnanya pembuluh darah merah segar; dengan adrenalin (1:1000) injeksi akan lenyap sementara; gatal; tidak ada fotofobia; pupil ukuran normal.
Injeksi siliar atau perikornea adalah melebarnya pembuluh darah perikornea (a. siliar anterior). Terjadi karena radang kornea, ulkus kornea, benda asing di kornea, radang uvea, glaucoma, endoftalmitis, atau panoftalmitis. Sifat PCVI : berwarna lebih ungu dibanding dengan CVI; pembuluh darah tidak tampak; tidak ikut serta dengan pergerakan konjungtiva; ukuran sangat halus dan paling padang pada sekitar kornea; tidak menciut bila diberi epinefrin atau adrenalin; hanya lakrimasi; fotofobia; sakit tekan dalam disekitar kornea; pupil ireguler (iritis) dan lebar (glaucoma)
Kornea merupakan 1/6 pembungkus bola mata bagian anterior, berbentuk kaca arloji, bening, transparan, avasculer. Fungsinya membrane pelindung, jendela (tempat berkas sinar masuk ke dalam mata), 70 % pembiasan sinar (48,2 dioptri). Tebal (0,65 mm perifer, 0,54 mm tengah), diameter 11,6-12 mm. Kornea terdiri dari 6 lapisan (epithelium,
basement
membrane,
bowman’s
membrane,
stroma,
descemet’s
membrane, endothelium). 90 % ketebalan kornea adalah stroma. Nutrisi kornea berasal dari limbus, cairan mata, dan air mata. Persarafan sensorik kornea berasal dari N V1.
Retina merupakan membrane yang tipis, halus dan tidak berwarna, tembus pandang. Yang terlihat merah pada fundus adalah warna koroid. Ada beberapa lapisan dari retina antara lain (dari dalam ke luar) : 1. Membrane limitans interna, 2.lapisan serabut saraf (axon dari ganglion), 3. Lapisan sel ganglion, 4. Lapisan plexiform dalam, 5. Lapisan nuclear dalam, 6. Lapisan plexiform luar, 7. Lapisan nuclear luar, 8. Membrane limitans eksterna, 9. Lapisan batang dan kerucut, 10. Lapisan epitel pigmen.
Aliran humor aqueous dimulai dari tempat terbentuknya (badan siliar) posterior chamber mengalir menuju
anterior chamber (melewati celah di pupil). Kemudian
humor aqueous keluar dari mata menuju venous system
trabecular meshwork
schlem’s canal
plexus of collective channels (Trabecular outflow). Sebagian lagi
meninggalkan mata melalui pembuluh darah uvea dan sclera (uveosclera outflow/non trabecular outflow)
DD/ Mata Merah Pembeda
Konjungtivitis
Kornea Penglihatan Secret Fler Pupil
Jernih N + N
Keratitis / ulkus kornea Fluoresin +++/
7
Iritis akut
Glaucoma akut
presipitat
Edema N
Tekanan Vaskularisasi Injeksi Pengobatan
N a.konj posterior konjungtiva antibiotik
Uji
bakteri
N a.siliar Siliar Antibiotic, siklopegik, bdh Sensibilitas
Pleksus siliar siliar Steroid, siklopegik Infeksi fokal
N+++ Episklera Episklera Miotika, diamox tonometri
Mata Merah dengan Penglihatan Normal dan Tidak Kotor
Pterigium merupakan membran berbentuk segitiga dengan puncak di daerah kornea dan basis di konjungtiva bulbi, di fisura palpebra. Dapat terjadi di bagian nasal atau temporal, tetapi kebanyakan di nasal. K/ baru banyak mengandung pembuluh darah (warna merah)
membrane yang tipis berwarna putih dan stasioner. E/ iritasi kronis
dari angin, debu, sinar UV, asap atu benda asing. Biasanya terdapat pada petani dan pelaut (terpapar angin dan debu). Stadium dari pterigium ada 3 : I (benjolan di tepi kornea atau limbus), II (pertengahan antara tepi kornea dengan puncak kornea), III (sampai puncak kornea atau menutupi pupil). DD/Pseudopterigium. Therapi : bila masih kecil antiinflamasi atau vasokontriksi, stadium II atau III
indikasi operasi eksterpasi
(post operasi diberi steroid, antibiotic, analgetik; cegah rekuren
mitomicine. Indikasi
operasi menurut Ziegler : pterigium tumbuh progresif, mengganggu visus, pergerakan bola mata terganggu, mendahului operasi besar, dan kosmetik.
Pseudopterigium : perlekatan konjungtiva bulbi dengan kornea, akibat adanya ulkus menahun, sebagai reaksi tubuh untuk mempercepat penyembuhan. Letaknya pada daerah konjungtiva yang terdekat dengan proses ulkus kornea. Sonde dapat dimasukkan dibawahnya, dan bila konjungtiva dilepaskan maka kornea akan kembali sempurna.
Pinguekula adalah bercak kekuningan yang menonjol yang terletak bagian temporal atau nasal yang merupakan stadium awal dari pterigium. Biasanya bagian nasal dari kornea. Ini disebabkan oleh pembentukan jaringan elastic kuning dengan hialin oleh karena rangsangan debu, sinar matahari, dan angin. Therapi bila kosmetik tidak mengganggu dibiarkan saja, jika mengganggu dieksisi.
Hematom subkonjungtiva/ekimosis : bercak merah muda atau tua, besar atau kecil tanpa disertai tanda peradangan. E/ keadaan dimana pembuluh darah rapuh (umur, hipertensi, arteriosklerotik, konjungtivitis hemoragik, anemia, pemakaian antikoagulan, batuk rejan), trauma langsung atau tak langsung, fraktur basis kranii (hematom kacamata). Therapi : tidak perlu, karena akan diserap dengan spontan dalam 1-3 minggu.
Episkleritis : reaksi radang jaringan ikat vascular yang terletak antara kojungtiva dan permukaan sclera. E/ reaksi hipersensitivitas terhadap penyakit sistemik (TB, 8
rheumatoid arthritis, lues, SLE). Umumnya mengenai satu mata & perempuan usia pertengahan dengan bawaan penyakit reumatik. Berupa benjolan setempat, batas tegas, warna merah ungu di bawah konjungtiva. Therapi fenilefrin 2, 5 % (vasokonstriktor), (vasokonstriktor), berat kortikosteroid atau salisilat.
Skleritis : peradangan pada sclera karena kelaianan atau penyakit sistemik. E/ penyakit jaringan ikat, herpes, sifilis, dan gout, TB, bakteri (pseudomonas), (pseudomonas), sarkoidosis, hipertensi, benda asing, asing, dan pasca bedah. Biasanya bilateral, pada pada perempuan perempuan lebih sering. Terlihat benjolan berwarna sedikit lebih biru jingga & konjungtiva kemotik, diberikan fenilefrin peradangan (sclera, episklera, konjungtiva) tidak menghilang. Therapi : antiinflamasi steroid atau NSAID. Penyulit : keratitis perifer, glaucoma, granuloma
subretina,
uveitis,
ablasi
retina
eksudatif,
proptosis,
katarak,
&
hipermetropia Mata Merah dengan Penglihatan Normal dan Kotor
Konjungtivitis : radang konjungtiva atau radang selaput lender yang menutupi belakang kelopak atau bola mata. E/ bakteri (hiperakut pneumokokus & H. aegyptikus; subakut lakunata), virus (akut
N.
gonore & N. Meningitidis; akut
H. influenza; kronik
pharyngoconjungtival
S.
aureus & M.
fever, epidemic keratokonjungtivitis,
herpes simplex konjungtivitis, new castle disease konjungtivitis, akut hemoragik konjungtivitis; kronik varicella zoster blepharoconjungtivitis), klamidia (k. trakhomatis trakoma;
k. okulgenitalis
inclusion konjungtivitis), jamur, alergi (hayfever
konjungtivitis, vernal keratokonjungtivitis, phyltecnulosis, keratokonjungtivitis sicca), toksik. Pembeda K. Bakterial K. Viral Gejala klinis Ngeres seperti + + ada benda asing Kotoran Mengucur/sedikit sedikit Airmata sedang mengucur Gatal sedikit sedikit Sakit tenggorokan jarang Sewaktudan panas yg waktu menyertai Tanda klinis Injeksi mencolok sedang konjungtiva Hemoragi + + Kemosis ++ +/9
K. Alergik
K. Toksik
+
+
sedikit sedang mencolok -
sedikit Sedang -
Ringan-sedang
Ringan-sedang
++
+/-
Eksudat Pseudomembran Papil Folikel Nodus preaurikuler Panus Pewarnaan kerokan dan eksudat
Purulen atau mukopurulen +/- (c.dipth, strep) +/+ (purulen)
Jarang, serous
-
+/-
Berserabut, (lengket) putih -
+ ++
+ -
+ (medikasi) -
Bakteri, PMN
- (kec, vernal) monosit
eosinofil
-
-
Menurut gambaran klinik dapat dibedakan : 1. Konjungtivitis katarrhalis : *akut/pink eye
E/
pneumokokus/streptokokus
pneumonia, H. aegyptius, stafilokokus aureus, streptokokus viridians. K/ akut, hiperemi, mukopurulen, subkonjungtiva bleeding. Therapi tetes/salep AB. **subakut
E/ H. influenza, E. coli, coli, proteus Spp. K/ berair, hiperemi, hiperemi, eksudat agak cair cair atau
mirip kapas (flocculent). Therapi tetes/salep AB. ***kronik/blefarokonjungtivitis E/stafilokokus aureus, M. lakunata (M. axcenfield). K/ secret
sedikit, konjungtivitis
angularis (M. lakunata). Therapi tetes/salep AB. 2. Konjungtivitis purulenta
E/
gonore, non gonore (pneumokokus, streptokokus,
meningokokus, stafilokokus, inclusion conjungtivitis. K/ secret purulen (putih seperti nanah).
Pembagian
menurut
umur
:
*oftalmia
neonatorum
(1-3
hari),
**konjungtivitis gonore infantum (> 10 hari), *** konjungtivitis adultorum (dewasa). Pada orang dewasa dibagi 3 stadium : Pembeda
Infiltratif
Supuratif/purulenta
Onset Palpebra
1-3 hari Bengkak, hiperemi, tegang + Serous, kadang ada darah
2-3 minggu Bengkak, hiperemi, tidak begitu tegang +/Secret kental dan secret keluar mendadak (kalau palpebra dibuka) CVI ++, kemosis
Pseudomembran Sekret
Konjungtiva CVI ++, kemosis bulbi Dx/ dengan pemeriksaan secret dengan methylen blue
Konvalesen/ penyembuhan 2-3 minggu Sedikit bengkak, hiperemi Jauh berkurang
CVI +, tidak kemotik diplokokus dalam sel
leukosit. Therapi penicillin e.d 15.000 IU/ml (PP inj 3 juta IU + 10 ml aquabidest = 300.000 IU/ml ambil 1 cc + 20 cc aquabidest 15.000 IU/ml).
10
3. Konjungtivitis phylctenulosa : reaksi hipersensitifitas lambat terhadap protein mikroba (TB, kandida, stafilokokus). K/lesi kecil 1-3 mm, merah, keras hiperemi local, flikten konjungtiva dan limbus (tidak ada sikatrik), kalau kornea (sikatrik). Histologis : infiltrasi limfosit di subepitel & PMN. Therapi : steroid. 4. Konjungtivitis membranacea membranacea & konjungtivitis konjungtivitis pseudomembran pseudomembran Membranacea Merupakan reaksi nekrosa dan koagulasi jaringan konjungtiva Permukaannya tidak rata Bila diangkat timbul perdarahan Terdapat pada difteri, streptokokus β hemolitikus, steven Johnson syndrome Therapi : berdasarkan penyebab
Pseudomembran Merupakan endapan dari eksudat atau secret pada konjungtiva Permukaan rata Bila diangkat tidak timbul perdarahan Terdapat pada konjungtivitis gonore, pneumokokus, epidemic keratokonjungtivitis, keratokonjungtivitis, inclusion konjungtivitis
5. Konjungtivitis folikularis non trakoma : a. Konjungtivitis folikularis akuta -
Inclusion konjungtivitis (sevisitis), penularan
E/ K. okulogenitalis. Laki (uretritis), wanita
kontak langsung (genital), tak langsung (kolam
renang). K/ merah, pseudoptosis, secret
≫,
papil & folikel +, bayi (3 bl
folikel negative). Lab : inclusion bodies, Therapi : oral (bayi
mg/kgBB/hari selama 14 hari, dewasa
eritromisin 40
tetra 1-1,5 gr/hari selama 3
minggu), topical, therapy partner. -
Keratokonjungtivitis epidemika
E/ adenovirus adenovirus 8, 9, & 37, bilateral. K/
merah, nyeri berair, sensasi kornea N
setelah 14 hari : fotofobia, keratitis
ep, kekeruhan subepitel, nyeri preaurikuler, folikel, SCB & pseudomembran. Tes fluoresin negative. Sembuh 3-4 minggu, anak lebih berat dari dewasa, penularan kontak langsung (e.d), alat-alat. Therapi : SA 1%, AB -
Demam
faringokonjungtiva
demam
38,3-40°
C,
faringitis,
bilateral/unilateral, anak atau dewasa. E/ Adenovirus 3,4,7, khas
limfoadenopati preaurikuler (tidak nyeri). Therapi : -, AB -
Keratokonjungtivitis herpetika : *herpes simplex (tipe 1; unilateral; anakanak; K/ merah, iritasi, secret mucus, nyeri, fotofobia, adenopati preaurikuler—nyeri +, folikel, pseudomembran; Komplikasi
keratitis
herpes simplex/dendrite; Therapi IDU 0,1 % @ 1jam 1 tts siang hari & @ 2 jam 1 tts malam hari, keratitis + acyclovir e.o 3 % 5x/hari atau tab 5 x 400 mg/hari selama 7 hari), **varisela-zoster (kronik, konjungtivitis + erupsi vesikuler; K/ adenopati preaurikuler enteropion, trikiasis; Therapi
selam 10 hari, antibiotic. 11
nyeri negative, papil; Komplikasi
local—acyvlovir e.o, oral—5 x 800 mg/hari
-
Konjungtivitis hemoragik akut
E/ enterovirus 70, inkubasi 8-48 jam,
sembuh 5-7 hari. K/ konjungtivitis, folikel +, SCB, adenopati preaurikuler, epithelial keratitis. Komplikasi : uveitis anterior, penularan
kontak
langsung, alat-alat. Therapi : -. AB -
Konjungtivitis New Castle
jarang, pada peternak unggas, ada folikel pada
tarsus superior dan inferior, adenopati preaurikuler (nyer negative). Therapi : -, AB b. Konjungtivitis folikularis kronik : ditandai dengan benjolan kecil warna kemerahan pada lipatan retrotarsal. Terdapat pada inklusi konjungtiva, trakoma, moluskum kontangiosum, reaksi kimia atau toksik. c. Konjungtivitis folikularis toksik/alergi
E/ pemakaian pilokarpin yang lama,
moluskum contangiosum (margo palpebra mengeluarkan toksin), alergi. K/ gatal, lakrimasi, merah, khemosis, secret spt benang (ropy discharge) sedikit. Therapi menurut penyebabnya : alergi (vasokonstriktor 1 : 1000) d. Folikulosis : kelaianan konjungtiva non radang yang tersebar luas, bilateral, tidak ganas, dan ada hipertropi folikel. Anak lebih banyak dari dewasa. Sembuh 2-3 tahun 6. Konjungtivitis vernal : akibat reaksi hipersensitivitas tipe 1 pada kedua mata dan sifatnya rekuren. Laki-laki ≫ wanita. E/ alergi, anak muda (5-10 tahun). Ada 2 bentuk limbal (seperti lilin besar
tantras dot/bintik putih di limbus) dan palpebra (ada papil
cobble stone appearance). K/ sangat gatal, secret seperti benang (ropy
discharge). Therapi : steroid/NSAID, sedang & berat
disodium kromoglikat,
kompres es. 7. Konjungtivitis folikularis trakoma trakoma
Trakoma
Keratokonjungtivitis sika dengan sindrom sindrom sjogreen sjogreen (dry eyes)
keadaan keringnya
permukaan kornea dan konjungtiva yang diakibatkan berkurangnya fungsi air mata. Autoimun, sindrom sjogreen (keratokonjungtivitis sika, xerostomia, arthritis), wanita menopause. Dimana terjadi infiltrasi limfosit dan sel plasma pada kelenjar lakrimal. K/ hiperemi, nyeri, secret (filament), air mata me↓ (schimmer test respon kertas
schimmer < 5 mm), tes fluoresin +. Therapi : artificial tear, obliterasi puncta.
Defisiensi vitamin A
SLE
Mata Merah dengan Penglihatan Turun Mendadak
Keratitis : peradangan pada kornea
infeksi : eksogen (dari luar); endogen (dari dalam
tubuh), perkontinuatum (dari jaringan sekitar mslnya konjungtivitis, skleritis). E/ Bakteri
12
(strep, diplo, pneumo, pseudomonas, GO, TBC), Fungi (aspergilus, candida, nocardia), defisiensi vitamin (xeropthalmia), virus (adenovirus, herpes zoster, simpex, varicella), hipersensitifitas, exposure, neuroparalitik. K/ Trias keratitis (lakrimasi, fotofobia, blefarospasme) visus menurun, nyeri/sakit, PCVI ++, infiltrate, ulcerative +/-
test
flouresin, kronis (neovascularisasi profunda/superior). Pembagian ada menurut kausa , menurut tempat (keratitis superficial dan profunda) dan menurut prof salim (keratitis superficial dan profunda). Pembagian menurut tempatnya dibagi lagi menjadi : 1. Keratitis superficial : peradangan sampai membrane bowman, dan kalau sembuh tidak menimbulkan berkas. a. Keratitis epithelia tes fluoresin +, pada: -
KPS ulseratif (E/ stafilokokus, pneumokokus; didahului konjungtivitis kataralis; terjadi pada 1/3 bagian bawah kornea)
-
herpes simplex (herpes simplex tipe 1 herpes simplex tipe 2 primer
dewasa pada kulit, mukosa, otak;
anak-anak pada alat kelamin. Dibedakan (1) Infeksi
6 bulan-6 tahun, tahun, belum terbentuk terbentuk antibody, antibody, berupa erupsi pada
kulit / anogenital atau vesikel pada palpebra; kelainan primer dimata antara lain : konjungtivitis folikularis, KPS yang berkembang menjadi liniaris, keratitis dendritikus; K/ kel. Preaurikuler
≫,
sembuh atau infeksi laten. (2)infeksi
kekambuhanantibodi +, kelainan pada epitel dan stroma : ulkus dendritik, keratitis intertisialis, KPS ulseratif; sensibilitas kornea menurun. Penyulit pada keratitis herpes simplex : hipopion, perforasi kornea. Therapi IDU —5 iodo 2dioxyuridin—cendrid, zovirax zalf, SA 1 %, AB tetes, Anti viral) -
herpes zoster menyerang ganglion gasseri melalui ramus oftalmikus. Timbul vesikel di kulit frontal, hidung. Kelainan di kornea; dimana sensibilitas kornea menurun, tetapi nyeri (anesthesia dolorosa); infiltrate bulat subepitel bersatu
membentuk disiformis; odem pada lipatan dari membrane
descemet. Therapi IDU—5 iodo 2dioxyuridin—cendrid, zovirax zalf, SA 1 %, AB tetes, Anti viral Keratitis epithelia tes fluoresin -, pada KPS dari fuchs (radang akut mengenai satu atau 2 mata, dimulaii dari konjungtivitis kataral, infeksi traktus respiratorius atas 4 hari kemudian infiltrate titik-titik pada permukaan membrane bowman; hilang tanpa bekas setelah 2-3 minggu; E/belum jelas, virus, bacteri, nutrisi; therapy SA 1 %, AB) b. Keratitis subepitel tes fluoresin -, pada : -
keratitis numularis dari dimmer (E/ virus; infiltrate subepitel bulat dan ditengah jernih seperti halo; kalau sembuh menimbulkan sikatrik; therapy SA 1 %, AB + kortikosteroid)
13
-
keratitis disiformis dari Westhof/sawah keratitis (E/virus; infiltrate subepitel bulat tengah lebih padat pada pinggir; umur 15-30 tahun; perjalanannya berbulan-bulan; therapy SA 1%, AB)
c. Keratitis stromal tes fluoresin +, keratitis neuroparalitik, keratitis lagoftalmus 2. Keratitis profunda : peradangan sampai stroma, jika sembuh meninggalkan sikatrik (nebula, macula, dan leukoma).
a. Keratitis interstisial
E/ lues congenital, TB.
Umur 5-15 tahun; umumnya
bilateral. K/injeksi silar; fotofobi, lakrimasi, neovaskularisasi profunda, salmon patch (warna korneaa bercampur antara warna putih infiltra dengan warna merah tua pembuluh darah), mutton fat deposit (keratik presipitat yang besarbesar). Therapi SA 1%, keratoplasti b. Keratitis sklerotikans
K/sakit, fotofobi, ada skleritis. Merupakan penyulit dari
skleritis, yang letaknya temporal, berwarna merah, sedikit menonjol dan disertai nyeri tekan. c. Keratitis disiformis
E/ herpes simplex K/ sensibilitas kornea menurun, tidak
ada neovaskularisasi, sembuh dengan sikatrik.
Ulkus kornea adalah diskontinuitas dari jaringan kornea, test fluoresin +. Biasanya dimulai dengan kerusakan epitel kornea sehingga resistensi epitel menurun mikrooraganisme masuk
infeksi dan kehilangan jaringan kornea (kecuali kuman GO
dan diphteri—masuk ke jaringan kornea tanpa kerusakan epitel). Faktor predisposisi : trauma, gangguan nutrisi, exposure, operasi, endogen. Perjalanan ulkus: meluas ke jar sekitar (konjungtivitis, skleritis), masuk ke jar bola mata (endoftalmitis, panoftalmitis), perforasi (desmetocele proplaps
TIO tiba-tiba naik pada batuk/ngedan
sinekia anterior (melekat dengan kornea)
perforasi
iris
jika sembuh timbul leukoma
adheren). Therapy kausal (test bakteriologis dan sensitivitas), local (atropine, AB), sistemik (AB, vit C dosis tinggi).
Komplikasi : iritis, iridosiklitis, endoftalmitis,
panoftalmitis, glaucoma sekunder, desmetocele, staphyloma kornea.
Keratomikosis
Ulkus ateromatosis
Glaukoma akut
Uveitis anterior
Sindrom Voght Koyanagi-Harada
Endoftalmitis
Oftalmia simpatika
Panoftalmitis
Penglihatan Turun Mendadak tanpa Mata Merah
14
Neuritis optic
Neuritis Intraokular atau papilitis
Neuritis retrobulbar
Iskemik optic neuropati akut
Ablasi retina
Obstruksi vena retina sentralis
Oklusi arteri retina sentralis
Perdarahan badan kaca
Ambliopia toksis
Okulopati iskemik
Retinopati serosa sentral
Amaurosis fugaks
Uveitis posterior
Penglihatan Turun Perlahan tanpa Mata Merah
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat keduanya. Katarak dapat disebabkan oleh berbagai factor seperti fisik; kimia; penyakit predisposisi; genetic dan gangguan perkembangan; infeksi virus di masa pertumbuhan; usia. Penglihatan seperti berasap, lensa keruh dan pupi berwarna putih atau abu-abu. Pemeriksaan yang dilakukan adalah slit lamp, funduskopi kalau memungkinkan. Klasifikasi katarak menurut terjadinya : o
Fase perkembangan (katarak congenital dan juvenil) Katarak congenital adalah katarak yang terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. E/ infeksi rubella pada trimester 1 dan pemakaian obat selama kehamilan. Pupil pada katarak congenital akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria. Visus pada katarak setelah dilakukan ekstraksi tidak bisa 5/5 karena macula lutea belum sempurna (ambliopia sensoris). Komplikasi : nistagmus & strabismus. Terdapat pada bayi dengan ibu menderita penyakit rubella, galaktosemia, homosisteinuri, DM, hipoparatiroid, toksoplasmosis, histoplasmosis, inklusi sitomegalik atau penyakit herediter lain. Therapi : operasi (disisio lensa, ekstraksi liniar, ekstraksi dengan aspirasi) dilakukan bila reflek fundus tidak tampak & katarak total. Operasi dilakukan pada usia 2 bulan atau lebih muda (2 bulan-2 tahun). Katarak juvenil merupakan katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Kelanjutan dari katarak congenital. Therapi: disisi lensa, ekstraksi katarak ekstrakapsuler + IOL. 15
o
Degeneratif (katarak senilis) Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Jenis katarak yang terbanyak (90% dari semua katarak). Perubahan lensa yang terjadi pada usia lanjut antara lain : kapsul (menebal & kurang elastic, presbiopia, lamel kapsul berkurang, terlihat bahan granular); epitel (makin tipis, epitel pada ekuator bertambah besar dan berat, bengkak & vakuolisasi mitokondria yang nyata); serat lensa (lebih ireguler, kerusakan sel serat pada korteks, brown sclerotic nucleus protein nucleus, korteks tidak berwarna
menghalangi
sinar
UV merubah
fotooksidasi). Katarak
senilis ada 4 stadium antara lain : Pembeda Kekeruhan
Cairan lensa
Insipien Ringan, Belum ada gangguan visus Pada bagian perifer berupa spokes of wheel (jari-jari roda) & korteks anterior Normal
Iris BMD Sudut BMD Shadow test Penyulit
Normal Normal Normal Negatif -
Letak kekeruhan
o
Imatur Sebagian, pe↓ visus Terdapat pada bagian posterior & belakang nucleus lensa Bertambah (air masuk) Terdorong Dangkal Sempit Positif Glaucoma
Komplikasi (katarak komplikata
Matur Seluruh, pe↓ visus (1/3001/∼) Lensa keruh seluruhnya, reflek fundus (-)
Hipermatur Masif , pe↓ visus Lensa keruh seluruhnya, korteks lensa mencair nucleus turun Berkurang (air + masa lensa keluar Tremulans Dalam Terbuka Pseudopos Uveitis + Glaukoma
Normal
Normal Normal Normal Negatif -
local & sistemik). Lokal misalnya uveitis,
glaucoma, myopia maligna, ablation retina, retinitis pigmentosa, tumor intra ocular,
dll.
Sistemik
misalnya
penyakit
endokrin
(DM,
hipoparatiroid,
galaktosemia, & miotonia distrofi), dan keracunan obat (tiotepa iv, steroid local atau sistemik lama, oral kontraseptik & miotika antikolinesterase). o
Trauma(katarak traumatika). Trauma fisik : trauma tembus ataupun tak tembus dapat merusak kapsul lensa. Klasifikasi katarak menurut Buratto ada 5 grade yaitu : I (nucleus lunak, visus >
6/12), II (nucleus dengan kekerasan ringan, visus 6/12), III (nucleus dengan kekerasan menengah, visus 6/30-3/60), IV (nucleus keraskuning kecoklatan, visus 3/60-1/60), V
16
(nucleus sangat keras
black katarak, visus < 1/60). Therapi pada katarak adalah
operasi. Indikasi operasi katarak : social (pe↓ visus mengganggu p ekerjaan) & medis ( bila fundus tak terlihat, sudah menimbulkan kebutaan, menimbulkan penyulit dioperasi
setelah penyulit ditangani). Operasi katarak ada 3 yaitu ICCE/EKIK (Ekstraksi
Katarak Intra Kapsuler
seluruh
lensa bersama kapsul diambil lewat insisi limbus
superior yang lebarnya 140-160 °); ECCE/EKEK (Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler mengeluarkan
lensa melalui kapsul anterior yang dirobek dengan meninggalkan
kapsul posterior); Phacoemulsification
teknik ekstrakapsuler dengan menggunakan
vibrasi ultrasonic untuk mengambil inti dan kortek melalui insisi limbus yang kecil (35mm). Teknik operasi SICS + IOL sbb : o
Preoperasi (pemeriksaan visus; tes anel
tidak boleh ada infeksi; TIO
tidak
boleh ada glaucoma perdarahan yang hebat; fungsi retina harus baik; keadaan umum baik
tensi, vital sign, tidak boleh ada hipertensi, DM, batuk menahun,
sakit jantung). Batas tekanan darah sebelum operasi 150/90 mmHg. Pemeriksaan Lab (reduksi urine, kadar glukosa), Biometri (mengukur kekuatan lensa), Administrasi (persetujuan tindakan). Sebelum operasi pasien dicukur bulu matanya dan diberikan pantocain, midriatikum, efrisel 10 %. o
Operasi
Desinfeksi lapangan operasi
Pasang doek steril, spekulum
Anestesi local (subconjungtiva, parabulber) atau sistemik (anak & dewasa yang tidak kooperatif)
Fiksasi m. rektus superior
Insisi konjungtiva (membuat flap subkonjungtiva)
Kauterisasi (untuk menghentikan perdarahan)
Membuat grooving di limbus (tunel ke limbus)
Insisi ke dua (korneo-sklera) visco elastic
Kapsulotomi anterior (teknik can opened merobek dari arah 0-360°, dilakukan pada ECCE & SICS; envelope
merobek
dari arah jam 12
dibuat garis, dilakukan pada katarak hipermatur; CCC/Continous Curvalinier Capsuloreksis
merobek secara kontinyu, dilakukan pada
phaco, SICS, ECCE)
Ekspresi lensa (keluarkan nucleus menuju BMD
visco, kalau nucleus
tebal dan besar lebarkan insisi nucleus dikeluarkan)
Aspirasi dan irigasi sisa korteks (irigasi dengan menggunakan RL atau yang paling baik Balance Salt Solution, irigasi tidak boleh terlalu banyak
oedem kornea) visco
17
Insersi IOL
putar IOL dan visco (membuat COA lebih dalam &
melindungi endotel kornea)
Dibuat jahitan korneo-sklera
Suntikan AB + kortikosteroid subkonjungtiva
lepas fiksasi dan
speculum o
Tetes/salep antibiotika bebat mata
Post operasi, berikan therapi analgetik. Kontrol 1 hari setelah operasi dan diberikan kombinasi antibiotik dan steroid (cytrol) 6 kali sehari. Berikutnya control tiap minggu selama sebulan, 2 minggu pada bulan berikutnya atau atas petunjuk dokter. Operasi sembuh dalam 2 bulan jika perawatan dan pengobatan yang baik serta gizi seimbang.
Glaukoma berasal dari kata glaukos yang berarti hijau kebiruan, memberikan kesan warna pupil penderita glaucoma. Definisi adalah meningkatnya tekanan intraokuler yang tinggi dengan segala akibatnya yaitu penggaungan dan atropi saraf optic serta defek lapang pandangan yang khas. Ada 3 faktor yang mempengaruhi dari tekanan intraokuler : rata-rata produksi humor aqueous dari badan siliar; adanya resistensi dari aliran humor aqueous pada trabekula-sistem kanal shlemm; tekanan dari vena episklera. Tekanan intraokuler normalnya 12-20 mmHg. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan no 2 di Indonesia. Pemeriksaan pada pasien glaucoma. *Pemeriksaan tekanan intraokuler dengan tonometri digital, schiotz, atau aplanasi goldman. Pada tonometri digital
paling
mudah, tidak cermat, menggunakan telunjuk, konversi (N = normal, N+1 atau N-1 dst). Tonometri schiotz
penderita berbaring tanpa bantal, tetes pantokain 1-2%, pasien
melihat ke atas, letakkan tonometer di puncak kornea, lihat skala pada tonometer konversi berdasarkan tabel disesuaikan dengan berat timbangan (5,5 g, 7,5 g, 10 g atau 15 g). Tonometri aplanasi lebih cermat karena tidak dipengaruhi oleh kekakuan sclera. Kontraindikasi pemeriksaan TIO : **Gonioskopi cara untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan. Pemeriksaan gonioskopi dilakukan dengan menggunakan gonioslens, dilakukan di kamar gelap, mata diberi anastesi local, pasien duduk menaruh dagu di slit lamp, goniolens diletakkan di permukaan kornea, disatukan sinar pada prisma goniolens dengan pandangan, melalui prisma dilihat bagian sudut bilik mata : garis schwalbe (bagian akhir dari membrane descemet; trabekulum (anyaman penyaring aqueous dari sudut bilik mata; saluran schlem (lingkaran penampung aqueous setelah trabekulum); sclera spur (akhir dari sclera, tempat insersi m. siliaris); badan siliar. Nilainya adalah derajat 0 (tidak terlihat struktur sudut dan terdapat kontak kornea dengan iris/ sudut tertutup); 1 (tidak terlihat ½ bagian jalinan trabekulum sebelah belakang, garis schwalbe terlihat
sudut sangat sempit); 2 (sebagian kanal schlem
18
terlihat
sclera spur
sudut sempit); 3 (bagian belakang kanal schlem masih terlihat termasuk
Oftalmoskopi
sudut terbuka sedang); 4 (bila badan siliar terlihat
sudut terbuka).***
yang harus diperhatikan adalah papil (penggaungan atau atrofi)
karena TIO ↑ (gangguan perdarahan, menekan bagian tengah optic). Penggaungan
terjadi bila diameter papil > 0,3 , diameter vertical lebih besar dari diameter horizontal. **** Perimetri/kampimetri untuk melihat luas lapang pandangan penderita. Lapang pandangan sentral seluas 30° dengan layar hitam Byerrum, titik buta fisiologis (15-20° temporal dari titik fiksasi). Lapang pandangan perifer dengan kampimetri atau perimetri, normalnya superior 55°; nasal 60° ; inferior 70° ; temporal 90°. Klasifikasi Vaughen untuk glaucoma adalah sebagai berikut : o
Glaukoma primer
Glaukoma sudut terbuka
Glaukoma sudut tertutup/sempit
Pembeda Anamnesis
o
Serangan
Glaukoma sdt tertutup Mata merah, kelopak mata bengkak, nyeri mendadak, me↓ visus mendadak Decade 5, akut
Tipe penderita BMD Sudut BMD Halo Papil Tekanan Kampus Pengobatan Prognosis
Emosional Dangkal Sempit + serangan Ekskavasi bila lanjut Naik bila provokasi + bila lanjut Dini, iridektomi Dini, baik
Glaukoma sdt terbuka Sifatnya tenang, tidak memberikan keluhan
Decade 6, kronis progresif Arteriosklerotik Normal Biasa terbuka +, dini Variasi diurnal tinggi Bjerrum, konstriksi Obat, bila gagal filtrasi Sedang/buruk
Glaukoma congenital
Primer atau infantile adalah suatu glaucoma perkembangan yang timbulnya pada usia tahun pertama
o
Glaucoma yang menyertai kelainan congenital lainnya
Glaukoma sekunder
Perubahan lensa dislokasi lensa (akibat cedera, bisa ke depan atau ke belakang), intumesensi lensa (sejumlah cairan masuk ke lensa sehingga lensa membengkak 19
glaukoma
katarak
sudut tertutup), glaucoma
fakolitik (korteks lensa mencair
keluar, protein menimbulkan sel
radang menyumbat trabekel glaucoma), sindrom eksfoliasi (terlihat endapan pada permukaan lensa, jonjot siliar, zonula, permukaan belakang iris & pada jalinan trabekel yang bebas; biasanya berusia > 65 tahun)
Kelaianan uvea
uveitis (peradangan pada traktus uvea), tumor
(melanoma yang berasal dari uvea tumbuh cepat TIO me↑), sindrom iridokorneaendotel (atropi dari jaringan iris yang progresif lambat)
Trauma perdarahan massif dalam BMD (luka tembus atau benturan perobekan iris atau badan siliar
perdarahan massif BMD TIO
tinggi &
gumpalan darah menyumbat outflow dari humor aqueous), robekan kornea atau limbus (robekan BMD kempis sudut BMD tertutup oleh perlekata iris kornea), benturan yang menyebabkan pergeseran akar iris ke belakang dan mendalamnya sudut BMD.
Bedah
penjalaran
epitel ke dalam BMD (proses penyembuhan yang
kurang baik), BMD kempis post operasi katarak (cairan mata lolos karena luka tidak menutup sempurna)
Rubeosis iridis
pembuluh
darah sentral tersumbat (pembuluh darah
kecil tumbuh pada permukaan dalam iris & ke dalam sudut BMD) o
Steroid
Glaukoma absolute merupakan stadium akhir dari glaucoma, dimana terjadi kebutaan total (visus 0) akibat TIO. Pada stadium ini tanda kongestif tidak ada, pupil sangat lebar (warna kehijauan, tak bergerak pada penyinaran), iris (atrofi, tipis, kelabu), BMD dangkal, TIO sangat tinggi, fundus penggaungan dan atrofi dari papil saraf optic. Therapi adalah enukleasi bulbi.
Therapi : parasimpatomimetik/miotikum parasimpatomimetik/miotikum memperbesar outflow (pilokarpin 2-4 % 6 tetes sehari), simpatomimetik (mengurangi produksi humor aqueous, epinefrin 0,5-2% 2 tetes sehari), beta blocker
menghambat produksi humor aqueous
(Timolol maleat 0,25-0,5 % 1-2 tetes sehari; ES
hipotensi, halusinasi, kambuhnya
asma, payah jantung kongestif), caqrbon anhydrase inhibitor
menghambat
produksi humor aqueous (asetazolamide;diamox, glaupax, 250 mg 4dd 1 tab; ES anoreksi, muntah, mengantuk, trombositopeni, granulositopeni, kelainan ginjal). Tindakan operasi dilakukan bila (TIO tidak dapat dipertahankan 22 mmHg, lap pandang terus mengecil, tidak mampu membeli obat, tidak tersedia obat). Operasinya antara lain iridektomi perifier, laser trabeculoplasty, bedah filtrasi (trabekulektomy), siklokriotomi, goniotomi, ultrason untuk pengobatan. Batas TIO untuk melakukan operasi adalah 30 mmHg.
20
Retinopati
Retinitis pigmentosa
Strabismus
Tumor Mata
Trauma Mata
Obat-obat Mata
21