BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian
Temu putih (Curcuma (Curcuma zedoaria) zedoaria ) adalah tanaman obat tradisional indoneisa. Temu putih (Curcuma ( Curcuma zedoaria) zedoaria) tumbuh liar di Sumatra (Gunung Dempo), di hutan jati Jawa Timur, banyak dijumpai di Jawa Barat dan Jawa Tengah, di ketinggian sampai 1000 dpl. Tanaman ini sering dianggap sebagai kunyit putih. Sering pula ia disangka sebagai temu mangga. Padahal tanaman yang dipercaya mampu ³membunuh´ sel-sel kanker itu adalah temu putih. Tanaman ini masuk dalam spesies tumbuhan familia Zingeberaceae (tumbuhan semak yang berumur tahunan). Temu putih yang akhir-akhir ini banyak dibicarakan orang, dapat tumbuh hingga 1000m dpl, di lahan seperti hutan jati dan tanah penggembalaan. Dalam buku Chinese Medicinal Herb of Taiwan, Taiwan, temu putih memang telah lama dikenal dapat melancarkan sirkulasi darah, antiradang, dan bersifat frimbilonitik bersifat frimbilonitik (melumatkan (melumatkan bekuan darah). Herbal yang satu ini tampaknya spesial untuk mengobati penyakit yang terkait dengan kanker dan wanita. Di antara penyakit yang bisa diobati dengan tanaman ini adalah, kanker mulut rahim, kista rahim, nyeri haid, tumaor rahim, pelega perut dan jamu bagi ibu yang melahirkan.
K omponen
utama Rimpang Temu Putih adalah Zedoarin dan kurkumin.
Zat-zat tersebut ternyata bersifat anti neoplastik, (merusak pembentukan ribosoma pada sel-sel dan jaringan liar) dengan cara meningkatkan pembentukan jaringan fibroblas di sekeliling jaringan tumor/kanker, lalu membentuk lapisan limposit dalam sel-sel/jaringan tumor/kanker dan membungkusnya, sehingga sel-sel/jaringan-jaringan tersebut tidak dapat berkembang, dan memudahkan untuk mengobati penyakit tersebut. Temu putih adalah suatu tanaman yang pada umumnya ditanam sebagai tanaman obat. Dapat ditemukan tumbuh liar pada tempat-tempat terbuka yang tanahnya lembab, pada ketinggian 0-1.000 m dpl. Sosok tanaman ini mirip dengan temulawak tetapi dapat dibedakan dari rimpangnya. Temu putih banyak ditemukan di Indonesia seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatra, Ambon, Hingga Irian. Selain itu, temu putih juga dibudidayakan di India, Banglades, Cina, Madagaskar, Filipina, dan Malaysia. Pada masa kini temu putih telah banyak dikenal oleh masyarakat. Temu putih termasuk tanaman tahunan. Temu putih mempunyai nama latin Curcuma zedoria. Temu putih sudah banyak menyembuhkan banyak penyakit. Dalam tradisi pengobatannya, rimpang temu putih lebih banyak digunakan. Daun temu putih biasa digunakan sebagai bumbu masak karena rasanya hampir mirip dengan serai. Sebagai salah satu contoh tanaman yang mempunyai efek dalam pengobatan secara tradisional adalah Curcuma zedoaria (Berg) Roscoe atau dikenal dengan nama lokal: Temu Putih. Tanaman temu putih mengandung
zat berkhasiat antara lain : kurkuminoid, minyak atsiri, zat pati, damar, mineral, lemak, saponin, dan flavonoid. Tanaman temu putih sering dimanfaatkan sebagai obat stimultan, obat cacing, karminatif, diuretik, anti diare, anti piretik dan kanker dengan cara direbus atau diseduh bahkan dalam bentuk campuran serbuk kering atau simplisia. Tanaman tahunan ini tingginya dapat mencapai 2 m. Batangnya merupakan batang semu yang dibentuk dari pelepah-pelepah daun yang tumbuh dari rimpangnya. Daun tunggal, bertangkai panjang. Batang sesungguhnya berupa rimpang yang bercabang di bawah tanah, berwama coklat muda coklat tua, di dalamnya putih atau putih kebiruan, memiliki umbi bulat dan aromatik. Daun tunggal, pelepah daun membentuk batang semu, berwarna hijau coklat tua, helaian 2-9 buah, bentuk memanjang lanset 2,5 kali lebar yang terlebar, ujung runcing-meruncing, berambut tidak nyata, hijau atau hijau dengan bercak coklat ungu di tulang daun pangkal, 43-80 cm atau lebih. Bunga majemuk susunan bulir,diketiak rimpang primer, tangkai berambut. Daun pelindung berjumlah banyak, spatha dan brachtea; rata-rata 3-8 x l,5-3,5cm.
K elopak
3 daun, putih atau kekuningan, bagian tengah merah
atau coklat kemerahan, 3 -4 cm. Mahkota: 3 daun, putih kemerahan, tinggi rata-rata 4,5 cm. Bibir bibiran membulat atau bulat telur terbalik, ujung 2 lobe, kuning atau putih, tengah kuning atau kuning jeruk, 14-18 x 14-20 mm. Benang sari 1 buah, tidak sempuma, bulat telur terbalik, kuning terang, 12-16 x 10-115 mm, tangkai 3 5 x 2-4 mm, kepala sari putih, 6 mm. Buah: berambut, rata-rata
2 cm. Waktu berbunga Agustus - Mei. Helaian daun berbentuk runcing, tetapi rata, pertulangan menyirip, berwarna hijau dengan sisik kiri-kanan, ibu tulan g daun terdapat semacam pita memanjang berwarna merah gelap atau lembayung panjang 25-70 cm, lebar 8-15 cm. Dalam masyakat tradisi penyembuhan masyarakat tradisional temu putih hanya dibakar lalu diperas dan diminum, tetapi untuk hasil yang maksimal rimpang temu putih rebus. Untuk pemakaian luar, gunakan minyak asiri atau air pemerasan rimpang segarnya untuk pemakaian lockl, seperti luka memar, berbagai macam kelainan kulit. Abu dari rimpangnya bisa ditaburkan pada luka, borok, dan tubuh yang terkilir (keseleo).
K arena
kasiat nya yang luar biasa itulah dewasa
ini temu putih telah banyak dibudidayakan oleh sebagian besar masyarakat. Bahkan diluar Negri sudah dibuat obat fitofarmaka, seperti Leilipien, Pao K wun
Tan yang bahan utamanyaa adalah temu putih.
Temu putih berbunga majemuk berbentuk bulir yang tandannya keluar langsung dari rimpang. Panjang tandan 20-25 cm, bunga mekar secara bergiliran dari kantong-kantong daun pelindung yang besar. Mahkota bunga berwarna putih dengan garis tepi merah tipis. Rimpang induk bentuknya jorong membulat dan mengluarkan rimpang cabang yang cukup banyak dan tumbuh kearah samping, ukurannya lebih kecil, bentuknya memanjang dan mudah dipatahkan. Dari rimpangnya keluar akar-akar yang kaku dan pada ujungnya terdapat kantong air. Warna rimpangnya putih dengan hati yang berwarna kuning muda. Bentuk buah bundar, berserat, segitiga, kulitnya lunak dan tipis. Biji bentuknya lonjong, berselaput, ujungnya bewarna putih.
Daun rasanya seperti serai sehingga bisa digunakan untuk memasak ikan. Rimpang muda dapat ditambahkan kedalam salad. Perbanyakan dengan rimpang dan pemisahan anak.
C. Sifat dan K asiat Rimpang temu putih rasanya sangat pahit, pedas dan sifatnya hangat, berbau aroamatik, dengan afinitas ke meridian hati dan limpa. Temu putih termasuk tanaman obat yang menyehatkan darah dan menghilangkan sumbatan, melancarkan sirkulasi vital energi (qi) dan menghilangkan nyeri. Rimpang temu putih berkasiat antikanker, anti radang (antiflogistik), melancarkan aliran darah, fibrinolitik, tonik pada saluran cerna, peluru haid (emenagong), dan peluru kentut. Dalam masayarakat temu putih biasanya digunakan sebagai obat kudis, radang kulit, pencuci darah, perut kembung, dan gangguan lain pada saluran pencernaan serta sebagai obat pembersih dan penguat (tonik) sesudah nifas. K andungan K imia
Rimpangan temu putih mengandung 1-2,5% minyak menguap dengan komposisi utama sesquiterpene. Minyak menguap t ersebut mengandung lebih dari 20 komponen seperti curzerenone (zedoarin) yang merupakan komponen terbesar, curzerene, pyrocurcuzerenone, curcumin, curcumemone, epicurcumenol, curcumol (curcumenol), is ocurcumenol, procurcumenol, edehydrocurdone, furanodienone, isofuranodienone, furanodiene, zederone, dan curdione. Selain itu mengandung flavonoid, sulfur, gum, resin, tepung,
dan
sedikit
lemak.
Curcumol
dan
curdione
berkasiat
antikanker.
Rimpang temu putih mengandung zat wama kuning kurkumin (diarilheptanoid). K ornponen minyak atsiri dari rimpang Cucrcuma zedoaria terdiri dari: turunan Guaian ( K urkumol,
K urkumenol,
Isokurkumenol,
Prokurkumenol, K urkurnadiol), turunan Germakran ( K urdion, Dehidrokurdion); S eskuiterpen furanoid dengan kerangka eudesman (K urkolon).
K erangka
Germakran (Furanodienon, Isofuranodienon, Zederon,
Furanodien, Furanogermenon); kerangka Eleman ( K urserenon identik dengan edoaron, Epikurserenon, Isofurano germakren); Asam-4-metoksi sinamat (bersifat fungiStatik). Dari hasil penelitian lain ditemukan kurkumanolid A, kurleumanolid B, dan kurkumenon.'0)
D. Bagian yang Digunakan Bagian
tanaman
yang
digunakan
adalah
rimpangnya.
Setelah
dibesihkan, rebus rimpang, lalu jemur sampai kering. Setelah akarnya dibuang, iris rimpang tipis-tipis untuk disimpan.
E. Indikasinya adalah sebagai berikut : Rimpang digunakan untuk pengobatan : 1) Nyeri sewaktu haid (dismenore) 2)
Tidak datang haid (anemore) karena tersumbatnya aliran darah
3)
Pembersihan darah setelah melahirkan
4)
Memulihkan gangguan pencernaan makanan (dispepsi), seperti rasamual dan kembung karena banyak gas
5)
Sakit perut, rasapenuh dan sakit di dada akibat tersumbatnya energi vital
6)
Pembesaran: hati (hepatomegali), Limpa (splenomegali)
7)
Luka memar, sakit gigi, radang tenggorok, batuk
8)
K anker
9)
Meningkatkan efektivitas pengobatan radiasi dan kemoterapi pada
serviks, vulva, dan kulit
penderita kanker
A. Cara Pemakaian Untuk obat yang diminum, rebus rimpang temu putih kering (3-10 g). Untuk pemakaian luar, gunakan minyak asiri atau air pemerasan rimpang segarnya untuk pemakaian local, seperti luka memar, berbagai macam kelainan kulit. Abu dari rimpangnya bisa ditaburkan pada luka, borok, dan tubuh yang terkilir (keseleo).
Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian
Pada penelitian di Cina, temu putih selain dapat menyembuhkan kanker serviks, juga
meningkatkan
khasiat
radioterapi
guna
membunuh
sel
kanker
Infus Rimpang temu putih 30% pada kelinci yang telah diberikan karbon
tetraklorida dapat mempercepat turunya enzim SGOT, SGPT, dan Gamma GT pada serum kelinci (Agus Hewijanto, Fakultas Farmasi, WIDMAN, 1990)
In
vitro,
minyak
menguap
menghambat
pertumbuhan
Streptococcus
hemoltyticus, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Salmonella typhi, danVibrido cholarae.
Minyak menguap juga mempunyai efek antitrombotik yang kemungkinan disebabkan oleh kurkumin
Pemberian ekstrakenatol dari rimpang temu putih pada tikus dan mencit yang
hamil muda mempunyai efek abortivum, juga mempunyai efek antiimplantis pada anjing
F. Manfaat utama temu putih : 1. Hepatoprotektor (melindungi fungsi hati) 2. Anti mikroba (antibakteri) 3. Anti radang 4. Anti kanker 5. Antioksidan