MAKALAH ANALISIS JURNAL STASE KEPERAWATAN ANAK “PERBEDAAN PENURUNAN SUHU TUBUH ANTARA PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT DENGAN TEPID SPONGE BATH PADA ANAK DEMAM”
Oleh : KELOMPOK 1. FAUZI DWI SEPTIAN 2. YULIA NUR CAHYANI 3. INTAN NURDIANA 4. FISKA AFIFAH 5. PUTRI SEPTIANA
I4B017035 I4B017040 I4B017006 I4B017039 I4B017042
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM PROFESI NERS 2017
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam adalah peningkatan suhu tubuh dari variasi suhu normal seharihari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus. Demam terjadi pada oral temperature >37,2°C (Dinarello & Gelfand, 2005). Demam biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamur, atau parasit), penyakit autoimun, keganasan, ataupunobat-obatan (Kaneshiro & Zieve, 2010). Resiko kejadian demam pada anak terhadap penyakit serius tergantung pada usia anak. Pada neonatus yang terkena demam mempunyai resiko yang lebih besar terkena penyakit serius dibandingkan dengan anak dengan umur yang lebih tua. Hal ini dikarenakan dua alasanya itu infeksi pada neonatus yang berbeda dari Infeksi pada anak pada umumnya dan kemampuan system imun neonatus yang Belum mampu mengatasi infeksi (Graneto, 2010). Di Asia, sekitar 10-15% anak-anak mengalami demam yang berhubungan dengan gejala-gejala atau tanda dari suatu penyakit (Graneto, 2010). Di Sumatera Utara, penyakit yang paling banyak diderita adalah infeksi saluran pernapasan atas yang salah satu gejalanya adalah demam. Selain infeksi saluran pernapasan atas, masih banyak penyakit lain yang diderita masyarakat seperti malaria, demam berdarah dengue, demam chikungunya, dan lain-lain yang juga salah satu gejalanya adalah demam (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2009). Salah satu penanganan demam adalah dengan memberikan obat-obatan. Salah Satu diantara obat yang dapat mengatasi demam adalah parasetamol. Selain dengan farmakologis juga dapat dengan non famakologis dengan pemberian kompres air hangat dan tepid sponge bath pada anak demam. Di ruang anak RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo sendiri, untuk penanganan demam pada anak sudah baik, yaitu menggunakan obat antipiretik dan menggunakan kompres air hangat. Namun, penanganan demam menggunakan water tepid sponge bath masih jarang dilakukan. Sementara berdasarkan analisis jurnal, ditemukan hasil bahwa water tepid sponge bath lebih efektif untuk mengurangi demam dengan didampingi
dengan pemberian antipiretik dibandingkan hanya menggunakan kompres air hangat saja. B. Tujuan Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan penurunan suhu tubuh antara pemberian kompres air hangat dengan tepid sponge bath pada anak demam Tujuan Khusus 1. Mengetahui peerbedaan penurunan suhu tubuh antara pemberian kompres air hangat dengan tepid sponge bath pada anak demam 2. Mengetahui gambaran penurunan suhu tubuh antara pemberian kompres air hangat dengan tepid sponge bath pada anak demam C. Manfaat Penelitian 1. Bagi perawat Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penurunan suhu tubuh antara pemberian kompres air hangat dengan tepid sponge bath pada anak demam 2. Bagi Ruangan Anak Dapat menjadi
masukan untuk memberikan penyuluhan tentang
penurunan suhu tubuh antara pemberian kompres air hangat dengan tepid sponge bath pada anak demam
BAB II ANALISIS JURNAL A. Landasan Teori Tepid sponge sering direkomendasikan untuk mempercepat penurunan suhu tubuh, akan tetapi saat tepid sponge akan terjadi penurunan suhu tubuh yang menginduksi vasokonstriksi periferal, menggigil, produksi panas metabolik dan menimbulkan ketidaknyamanan pada anak (Corrard, 2002). Kompres tepid sponge merupakan sebuah teknik kompres hangat yang menggabungan teknik kompres blok pada pembuluh darah supervisial dengan teknik seka (Alves, 2008). Kompres tepid sponge ini hampir sama dngan kompres air hangat biasa, yakni mengompres pada lima titik (leher, 2 ketiak, 2 pangkal paha) ditambah menyeka bagian perut dan dada atau diseluruh badan dengan kain. Manfaat diberikan kompres tepid sponge, yaitu dapat memberikan rasa nyaman, teknik tepid sponge lebih efektif untuk mempercepat penurunan suhu tubuh dibanding dengan kompres hangat, dan adanya perbedaan penurunan suhu tubuh antara kompres hangat dengan teknik tepid sponge sebesar 0,2°C. Tahap-tahap pelaksanaan tepid sponge (Rosdahl & Kowalski, 2008) meliputi: 1. Tahap persiapan a. Jelaskan prosedur dan demonstrasikan kepada keluarga cara tepid sponge b. Persiapan alat meliputi ember atau waskom tempat air hangat (26°C - 35°C), lap mandi 6 buah, handuk mandi 1 buah, selimut mandi 1 buah, perlak besar 1 buah, termometer, selimut hipotermi atau selimut tidur 1 buah. 2. Pelaksanaan a. Beri kesempatan klien untuk enggunakan urinal sebelum tepid sponge b. Ukur suhu tubuh klien dan catat. Catat antipiretik yang telah diminum klien untuk menurunkan suhu tubuh
c. Buka seluruh pakaian klien. Letakkan lap mandi di dahi, aksila, dan pangkal paha. Lap ekstremitas selama 5 menit, punggung dan pantat selama 10-15 menit. Lap tubuh klien selama 20 menit. Pertahankan suhu air (26°C - 35°C). d. Hentikan prosedur jika klien kedinginan atau menggigil atau segera setelah suhu tubuh klien mendekati normal (37,5°C per oral). Selimuti klien dengan selimuti tidur. Pakaikan klien baju yang tipis dan mudah menyerap keringat. e. Catat suhu tubuh dan tingkat rasa nyaman klien sebelum dan setelah prosedur. B. Resume Jurnal 1.
Judul jurnal: Perbedaan Penurunan Suhu Tubuh Antara Pemberian Kompres Air Hangat Dengan Tepid Sponge Bath Pada Anak Demam
2.
Penyusun: Arie Kusumo Dewi
3.
Latar belakang Demam diartikan sebagai kenaikan suhu tubuh di atas normal. Menurut Robert dan Edward, dalam Purwoko (2002), ada sekitar 0,05 % kejadian hipertermia pada anak di Indonesia. Di Jawa Timur, kejadian demam di Puskesmas dan beberapa Rumah Sakit masingmasing 4000 dan 1000 kasus perbulan, dengan angka kematian 0,8%. Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh bila anak mengalami demam. Ada beberapa macam kompres yang bisa diberikan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu kompres air hangat dan tepid sponge bath. Kompres air hangat dapat menurunkan suhu tubuh melalui proses evaporasi. Dengan kompres air hangat menyebabkan suhu tubuh di luar akan hangat sehingga tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu di luar cukup panas, akhirnya tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan suhu pengatur
tubuh,
dengan
suhu
di
luar hangat
akan
membuat
pembuluh darah tepi di kulit melebar dan mengalami vasodilatasi sehingga
pori
pori
kulit akan
membuka
dan
mempermudah
pengeluaran panas, sehingga akan terjadi penurunan suhu tubuh. Menurut penelitian Djuwariyah, (2010) kompres air hangat efektif untuk menurunkan suhu tubuh sebesar 0,710C (p<0,0001). Kompres tepid sponge adalah sebuah tehnik kompres hangat yang menggabungkan
tehnik
supervisial dengan tehnik
kompres blok pada pembuluh darah
seka. Pemberian
tepid
sponge
bath
memungkinkan aliran udara lembab membantu pelepasan panas tubuh dengan cara konveksi. Suhu tubuh lebih hangat daripada suhu udara atau suhu air memungkinkan panas akan pindah ke molekul molekul udara melalui kontak langsung
dengan
permukaan kulit (Guyton, 2007).
Menurut penelitian Maling, (2012) bahwa suhu tubuh pada pasien anak setelah
pemberian
kompres
tepid sponge rata-rata
dapat
mengalami penurunan sebesar 1,40 C dalam waktu 20 menit.
4. Metode Desain
penelitian
ini
adalah
quasy eksperiment dengan
rancangan pre test dan post test design. Populasinya merupakan anak usia 1-7 tahun yang mengalami demam di ruang Hijr Ismail RSI A Yani Surabaya pada bulan Januari-Februari 2014 sebesar 116 anak dengan sampel 90 anak diambil dengan teknik Simple random sampling. Responden dibedakan menjadi tiga kelompok berdasarkan kemiripan suhu tubuh pada awal pengukuran (pre test). Pre test pada masingmasing kelompok berupa pengukuran suhu tubuh awal di ketiak dengan menggunakan termometer digital. Kelompok pertama yaitu responden yang mengalami peningkatan suhu tubuh >38
oC
diberikan
tindakan kompres air hangat selama ± 10 menit, kelompok kedua yaitu responden yang mengalami peningkatan suhu tubuh
>38
oC
diberikan
tindakan tepid sponge bath ± 10 menit. Sedangkan pada kelompok ketiga adalah kelompok kontrol yang tidak diberikan tindakan kompres air hangat maupun tepid sponge bath. Selang 30 menit kemudian, masing-masing kelompok diberikan post test berupa pengukuran suhu tubuh akhir di ketiak dengan menggunakan termometer digital.
Kegiatan penelitian ini dilakukan 1x dalam sehari yaitu sore hari (15.00–16.00). Data hasil pengukuran suhu tubuh di tabulasi dengan dilihat selisih antara pengukuran suhu tubuh saat pre test dengan post test, kemudian dianalisis dengan uji statistik anova 1 arah untuk mengetahui perbedaan penurunan suhu tubuh antara pemebrian kompres air hangat dengan tepid sponge bath dengan derajat kemaknaan p<0,005.
5. Hasil
Berdasarkan tabel di atas diketahui nilai sig, (p) pada anova (F) sebesar 0,000 p<0,005 maka disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara penurunan suhu pada kelompok penggunaan kompres air hangat, kelompok pemakaian tepid sponge bath, dan kelompok kontrol.
6. Pembahasan Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa
kompres
air hangat dapat menurunkan suhu tubuh melalui proses evaporasi. Penelitian ini didukung oleh penelitian Djuwariyah, (2010) yang mengemukakan bahwa kompres air hangat efektif untuk menurunkan suhu tubuh sebesar 0,710C (p<0,0001). Adanya rerata penurunan suhu tubuh setelah dilakukan pemberian kompres air hangat kurang dari 1 derajat celcius, menunjukkan bahwa penurunan suhu ini tidak secara drastis yang akan membuat mekanisme penyesuaian tubuh yang baik.
Seperti pada kompres air hangat, tepid sponge bath bekerja dengan cara mengirimkan impuls ke hipotalamus bahwa lingkungan sekitar sedang dalam keadaan panas. Keadaan ini akan mengakibatkan hipotalamus berespon dengan mematok set poin suhu tubuh yang lebih tinggi dengan cara menurunkan produksi dan konservasi panas tubuh (Guyton, 2007). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa penurunan suhu tubuh dengan metode tepid sponge bath pada suhu tubuh diatas 39oC memberikan selisih penurunan suhu yang lebih besar daripada peningkatan suhu tubuh di bawah 39oC (Widanti, Fatimah & Mardiyah, 2004). Berdasarkan
hasil
penelitian dapat
disimpulkan
bahwa
pemberian tepid sponge bath lebih efektif dalam menurunkan suhu tubuh anak dengan demam dibandingkan dengan kompres air hangat. Hal ini disebabkan adanya seka tubuh pada teknik tersebut akan mempercepat
vasodilatasi
pembuluh darah perifer di sekujur tubuh
sehingga evaporasi panas dari kulit ke lingkungan sekitar akan lebih cepat dibandingkan hasil yang diberikan oleh kompres air hangat yang hanya mengandalkan reaksi dari stimulasi hipotalamus. Jumlah luas waslap yang kontak dengan pembuluh darah perifer yang berbeda antara teknik kompres air hangat dengan tepid sponge bath akan turut memberikan perbedaan hasil terhadap penurunan suhu tubuh pada kelompok perlakuan tersebut. C. Jurnal Pendukung Pada jurnal utama pemberian tepid water sponge lebih efektif menurunkan demam dibandingkan dengan menggunakan kompres hangat. Hal ini disebabkan adanya seka tubuh pada teknik tersebut akan mempercepat vasodilatasi pembuluh darah perifer di sekujur tubuh sehingga evaporasi panas dari kulit ke lingkungan sekitar akan lebih cepat dibandingkan hasil yang diberikan oleh kompres air hangat yang hanya mengandalkan reaksi dari stimulasi hipotalamus. Jumlah luas waslap yang kontak dengan pembuluh darah perifer yang berbeda antara teknik kompres air hangat dengan tepid
sponge bath akan turut memberikan perbedaan hasil terhadap penurunan suhu tubuh pada kelompok perlakuan tersebut. Hal tersebut sejalan dengan jurnal penelitian Setiawati (2009), yang menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok anak usia pra sekolah dan sekolah yang diberikan tepid water sponge dengan yang tidak diberikan, ada kecenderungan bahwa pemberian antipiretik yang disertai tepid sponge mengalami penurunan suhu yang lebih besar dan peningkatan rasa nyaman yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pemberian antipiretik saja. Penelitian lain yang mendukung yaitu penelitian yang dilakukan oleh Bella & Nurlaila (2017), penelitian tersebut menggambarkan penerapan tindakan tepid water sponge untuk mengurangi demam pada anak di RSUD Dr. Soedirman Kebumen. Menggunakan design kuantitatif jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan studi kasus, subyek studi kasus yaitu klien berusia 1-10 tahun yang dirawat di ruang anak RSUD Dr. Soedirman Kebumen dengan suhu tubuh ≥ 38oC. Analisis data dan penyajian data yang digunakan dalam studi kasus ini yaitu teks yang bersifat naratif dan tabel distribusi frekuensi. Berdasarkan hasil tersebut menunjukan bahwa suhu tubuh klien sebelum dilakukan tindakan tepid water sponge 38,1oC. Suhu tubuh segera setelah selesai dilakukan tindakan tepid water sponge 37,8oC, suhu tubuh setelah 15 menit tindakan selesai 37,5oC, suhu tubuh setelah 30 menit tindakan selesai 37,0oC. Tepid water sponge dapat mengurangi suhu tubuh klien yang menderita demam. Pemberian seka dengan air hangat akan mempercepat pelebaran pembuluh darah perifer yang akan memfasilitasi perpindahan panas dari tubuh ke lingkungan sekitar dan dapat mempercepat penurunan suhu tubuh. Kesimpulan pada penelitian tersebut adalah penerapan tindakan tepid water sponge dapat mengurangi suhu tubuh pada anak, dibuktikan dengan pengukuran suhu tubuh sebelum dilakukan penerapan tindakan tepid water sponge dan setelah tindakan tepid water sponge dapat turun sebanyak 1,1oC. Penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (2015), dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian antipiretik disertai tepid sponge terhadap
penurunan suhu tubuh dan kenyamanan anak. Desain yang digunakan adalah quasi experimental pre-posttest non equivalen control group. Jumlah sampel 50 responden dengan karakteristik umur rata-rata usia sekolah sebanyak 64%, 86% anak didampingi oleh orang tua, 58% anak dirawat di ruangan dengan alat pendingin ruangan. Suhu air hangat berkisar 30o-35oC. Pengukuran dilakukan dengan melihat penurunan suhu tubuh dan tingkat kenyamanan sebelum intervensi dan 60 menit setelah intervensi. Kesimpulan didapatkan tidak ada perbedaan yang bermakna dalam penurunan suhu tubuh antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p=0.21), serta tidak ada perbedaan yang bermakna dalam tingkat rasa nyaman antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p=0.21) setelah 60 menit intervensi. Walaupun secara statistik tidak ada perbedaan bermakna, tetapi kelompok yang mendapat antipiretik disertai tepid sponge mengalami penurunan suhu yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang mendapat antipiretik saja. Implikasi keperawatan yang dapat direkomendasikan adalah pemberian antipiretik disertai tepid sponge dapat dijadikan intervensi untuk menurunkan demam dan meningkatkan rasa nyaman pada anak terutama pada anak usia sekolah.
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada jurnal menunjukkan bahwa kompres hangat dan tepid sponge bath terbukti efektif untuk mengurangi demam pada anak. Namun teknik tepid sponge bath lebih efektif untuk mempercepat penurunan suhu tubuh dibanding dengan kompres hangat. Sehingga teknik tepid sponge bath dapat digunakan sebagai terapi pendamping pada terapi farmakologi yang telah didapatkan. Selain itu, juga dapat menyediakan terapi yang sederhana dengan biaya yang murah dan efektif untuk menurunkan suhu pada demam anak. B. Saran Hasil penelitian tentang pemberian kompres hangat dan tepid sponge bath pada anak diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan diaplikasikan pada lahan rumah sakit sebagai tambahan terapi yang sudah ada.
DAFTAR PUSTAKA Alves, J.G.B., Almeida, C.D.C.M, 2008, Tepid Sponge Plus Dipyrone Versus Dipyrone Alone For Reducing Body Temperature In Febrile Children. Sao Paulo Medical Journal, 126(2), 107-111. Bandung, Artikel Penelitian, Vol. 5 No. IX Oktober 2003-Februari 2004, Hal 75-85. Bella, A. S., Nurlaila, 2017, Penerapan Tindakan Tepid Water Sponge Untuk Mengurangi Demam Pada Anak Di RSUD Dr. Soedirman Kebumen, Karya Tulis Ilmiah, STIKES Muhammadiyah Gombong, Kebumen. Corrard, F., 2002, Ways to reduce fever, new luke-warm water bath still indicated ? Arch Pediatic, 9(3), 311-315. Djuwariyah, Sodikin & Mustiah, 2010, Efektifitas Penurunan Suhu Tubuh Menggunakan Kompres Air Hangat Dan Kompres Plester Pada Anak Dengan Demam
Di
Ruang
Khantil Rumah
Sakit
Umum
Daerah
Banyumas, dari http://www.jurnalkesehatan samodrailmu/ Diakses 22 Desember 2017 Guyton & Hall, 2007, Buku Saku Fisiologi Kedokteran, Edisi 11, EGC, Jakarta. Kurniawati, 2015, Pengaruh Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Dan Kenyamanan Pada Anak Yang Mengalami Demam (PDF Download Available).
Available
from:
https://www.researchgate.net/publication/308152971_Pengaruh_Tepid_Spo nge_Terhadap_Penurunan_Suhu_Tubuh_Dan_Kenyamanan_Pada_Anak_Y ang_Mengalami_Demam [accessed Dec 22 2017]. Maling, Haryani & Arif, 2012, Pengaruh Kompres
Tepid
Sponge Hangat
Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Umur 1-10 Tahun Dengan Hipertermia, dari http://googlescholar.com/ Diakses Diakses 22 Desember 2017. Rosdahl, C.B., & Kowalski, M.T., 2008, Textbook of basic nursing, Ed. 9. Philadelphia : Wolters Kluwer Health- Lipiincott Williams & Wilkins.
Widyanti, Fatimah & Mardhiyah, 2004, Gambaran Pemeliharaan Suhu Tubuh Pada Anak Tifoid Melalui Metode Tepid Sponge Dan Kompres Dingin Dengan Kombinasi Antipiretik Di Ruang A.1 Perjan Rs Hasan Sadikin