BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdarahan intracerebral atau Intracerebral haemorrhage (ICH) adalah penyakit yang sering dengan insiden 11-23 kasus dari 100,000 pertahun. Walaupun termasuk 10-15% dari semua stroke, tetapi tetapi ICH adalah paling subtipe yang paling fatal yang bisa mengakibatkan kematian lebih dari 40%. Perdarahan intracranial dapat diklasifikasikan dari aspek anatomi dan aspek etiologi. Berdasarkan dari anatomi terdapat beberapa perdarahan seperti perdarahan parenkim, subarachnoid, subdural, epidural, perdarahan supra dan infratentorial. Berdasarkan aspek etilogi perdarahan primer atau spontan boleh dibedakan dengan perdarahan sekunder. Perdarahan primer merupakan perdarahan spontan yang mana disebabkan oleh penyakit hipertensi arteri.Perdarahan sekunder terjadi akibat trauma,tumor, dan akibat pengunaan obat. Perdarahan intracerebral adalah tipe stroke yang disebabkan oleh perdarahan yang disebabkan oleh perdaharahan dari jaringan otak itu sendiri. Stroke terjadi apabila jaringan otak kekurangan oksigen karena adanya gangguan pada suplai darah. ICH paling sering terjadi disebabkan oleh Hipertensi,arterivenous Malformasi (AVM), atau trauma kepala. Pengobatan harus difokuskan pada penghentian pendarahan, membersihkan hematom dan menurunkan tekanan pada otak. Perdarahan intraserebral (ICH) biasanya disebabkan oleh pecahnya arteri kecil di dalam jaringan otak (kiri). Darah yang terkumpul, hematoma atau darah bekuan menyebabkan peningkatan tekanan pada otak. Malformasi arteri (AVMs) dan tumor juga bisa menyebabkan perdarahan ke dalam jaringan otak (kanan). perdarahan intracerebral Spontan (non-traumatik) adalah penyebab semakin sering dan perdarahan subarachnoid adalah 15% dari semua jenis stroke dengan insiden 15-30/100000. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan intracerebral haemorrhage? haemorrhage? 2. Apa saja etiologi dari intracerebralhaemorrhage intracerebralhaemorrhage??
1
3. Bagaimana patofisiologi dari intracerebral haemorrhage? haemorrhage? 4. Apa saja tanda dan gejala intracerebral haemorrhage? haemorrhage? 5. Apa saja pemeriksaan penunjang dari intracerebral haemorrhage? haemorrhage? 6. Bagaimana penatalaksanaan intracerebral haemorrhage ? haemorrhage ? 7. Apa saja komplikasi dan outcome dari intracerebral haemorrhage? haemorrhage? 8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan intracerebral haemorrhage? haemorrhage?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian intracerebral haemorrhage 2. Untuk mengetahui etiologi intracerebral haemorrhage 3. Untuk mengetahui patofisiologi intracerebral haemorrhage 4. Untuk mengetahui tanda dan gejalaintracerebral gejalaintracerebral haemorrhage 5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang intracerebral haemorrhage 6. Untuk mengetahui penatalaksanaan intracerebral haemorrhage 7. untuk mengetahui komplikasi dan outcome dari intracerebral haemorrhage 8. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pasien dengan intracerebral.haemorrhage
2
BAB II PEMBAHASAN A. KONSEP DASAR MEDIS 1. Pengertian
Menurut Paula (2009)Perdarahan intracerebral adalahperdarahan yang terjadi pada jaringan otak biasanya akibatrobekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak. Intra secerebral haemorrhageadalah pendarahan dalam jaringan otak itu sendiri. Hal ini dapat timbul pada cidera kepala tertutup yang berat atau cidera kepala terbuka .intraserebral haemorrhage dapat timbul pada penderita stroke hemorgik akibat melebarnya pembuluh nadi (Corwin, 2009). Jadi kesimpulannya Intracerebral haemorrhageadalah perdarahan yang terjadi di otak yang disebabkan oleh pecahnya (ruptur) pada pembuluh darah otak. Perdarahan dalam dapat terjadi di bagian manapun di otak. Darah dapat terkumpul di jaringan otak, ataupun di ruang antara otak dan selaput membran yang melindungi otak. Perdarahan dapat terjadi hanya pada satu hemisfer (lobar intracerebral hemorrhage), atau dapat pula terjadi pada struktur dari otak, seperti thalamus, basal ganglia, pons, ataupun cerebellum (deep intracerebral hemorrhage).
2. EPIDEMIOLOGI
Di seluruh dunia insiden perdarahan intraserebral berkisar 10 sampai 20 kasus per 100.000 penduduk meningkat seiring dengan usia. Perdarahan intraserebral lebihsering terjadi pada pria daripada wanita, terutama yang lebih tua dari 55 tahun, dan dalam populasi tertentu, termasuk orang kulit hitam dan Jepang. Selama periode 20 tahun studi The National Health and Nutrition Examination Survey Epidemiologic menunjukkan insiden perdarahan intraserebral antara orang kulit hitam adalah 50 per
3
100.000, dua kaliinsiden orang kulit putih. Perbedaan dalam prevalensi hipertensi dan tingkat pendidikanberhubungan dengan perbedaan resiko. Peningkatan risiko terkait dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah mungkin terkait dengan kurangnya kesadaran akan pencegahan primer dan akses ke perawatan kesehatan. Insiden perdarahan intraserebral diJepang yaitu 55 per 100.000 jumlah ini sama dengan orang kulit hitam. Tingginya prevalensi hipertensi dan pengguna alkohol pada populasi Jepang dikaitkan denganinsiden. Rendahnya observasi kadar kolesterol serum pada populasi ini juga dapatmeningkatkan resiko perdarahan intraserebral. Usia rata-rata pada umur 53 tahun, interval 40 – 75 tahun. Insiden pada laki-laki sama dengan pada wanita. Angka kematian 60 – 90 %. 3. Anatomi
Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara berbagi neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak membentuk hanya sekitar 2% (sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh total, tetapi mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam darah arterial. Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu sekitar 15% dari darah total yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar berfungsi normal. Otak mendapat darah dari arteri. Yang pertama adalah arteri karotis interna yang terdiri dari arteri karotis (kanan dan kiri), yang menyalurkan darah ke bagian depan otak disebut sebagai sirkulasi arteri cerebrum anterior. Yang kedua adalah vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian belakang otak disebut sebagai sirkulasi arteri cerebrum posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri cerebrum anterior bertemu dengan sirkulasi arteri cerebrum posterior membentuk suatu sirkulus willisi. Ada dua hemisfer di otak yang memiliki masing-masing fungsi. Fungsi-fungsi dari otak adalah otak merupakan pusat gerakan atau motorik, sebagai pusat sensibilitas, sebagai area broca atau pusat bicara motorik, sebagai area wernicke atau pusat bicara sensoris, sebagai area visuosensoris, dan otak kecil yang berfungsi
4
sebagai pusat koordinasi serta batang otak yang merupakan tempat jalan serabutserabut saraf ke target organ. Jika terjadi kerusakan gangguan otak maka akan mengakibatkan kelumpuhan pada anggota gerak, gangguan bicara, serta gangguan dalam pengaturan nafas dan tekanan darah. Gejala di atas biasanya terjadi karena adanya serangan stroke 4. Etiologi
Intracerebral hemorrhage sangat sering terjadi ketika tekanan darah tinggi kronis melemahkan arteri kecil, menyebabkannya menjadi pecah. Penggunaan kokain dan ampetamin bisa menyebabkan tekanan darah yang sangat tinggi dan pendarahan untuk sementara waktu. Pada beberapa orang yang tua, protein tidak normal disebut amyloid yang menumpuk pada arteri otak. Penumpukan ini (disebut amyloid angiopathy) melemahkan arteri dan bisa menyebabkan pendarahan. Umumnya tidak banyak penyebabnya termasuk ketidaknormalan pembuluh darah yang ada ketika lahir, luka, tumor, peradangan pada pembuluh darah (vasculitis), gangguan pendarahan, dan penggunaan antikoagulan dalam dosis yang terlalu tinggi. Gangguan pendarahan dan penggunaan antikoagulan meningkatkan resiko sekarat dari intracerebral hemorrhage. Perdarahan intraserebral dapat disebabkan oleh : a. Hipertensi Hipertensi lama akan menimbulkan lipohialinosis dan nekrosis fibrinoid yang memperlemah dinding pembuluh darah yang kemudian menyebabkan ruptur intima dan menimbulkan aneurisma. Selanjutnya dapat menyebabkan mikrohematoma dan edema. Hipertensi kronik dapat juga menimbulkan sneurisma-aneurisma kecil (diameternya 1 mm) yang tersebar di sepanjang pembuluh darah, aneurisma ini dikenal sebagai aneurisma Charcot Bouchard . b. Cerebral Amyloid Angiopathy Cerebral Amyloid Angiopathy adalah suatu perubahan vaskular yang unik ditandai oleh adanya deposit amiloid di dalam tunika media dan tunika adventisia pada arteri kecil dan arteri sedang di hemisfer serebral. Arteri-arteri yang terkena biasanya adalah 5
arteri-arteri kortical superfisial dan arteri-arteri leptomening. Sehingga perdarahan lebih sering di daerah subkortikal lobar ketimbang daerah basal ganglia. Deposit amiloid menyebabkan dinding arteri menjadi lemah sehingga kemudian pecah dan terjadi perdarahan intraserebral. Di samping hipertensi, amyloid angiopathy dianggap faktor penyebab kedua terjadinya perdarahan intraserebral pada penderita lanjut usia. c. Arteriovenous Malformation d. Neoplasma intrakranial. Akibat nekrosis dan perdarahan oleh jaringan neoplasma yang hipervaskular. Perdarahan di putamen, thalamus, dan pons biasanya akibat ruptur a. lentikulostriata, a. thalamoperforating dan kelompok basilar-paramedian. Sedangkan perdarahan di serebelum biasanya terdapat di daerah nukleus dentatus yang mendapat pendarahan dari a.
cabang
serebelaris superior dan
a.
serecelaris inferior anterior.
Gambar 1. Lokasi tersering sumber perdarahan intraserebral 5. Patofisiologi
6
Kasus PIS umumnya terjadi di kapsula interna (70 %), di fossa posterior (batang otak dan serebelum) 20 % dan 10 % di hemisfer (di luar kapsula interna).Gambaran patologik menunjukkan ekstravasasi darah karena robeknya pembuluhdarah otak dan diikuti adanya edema dalam jaringan otak di sekitar hematom.Akibatnya terjadi diskontinuitas jaringan dan kompresi oleh hematom dan edema pada struktur sekitar, termasuk pembuluh darah otak dan penyempitan atau penyumbatannya sehingga terjadi iskemia pada jaringan yang dilayaninya, makagejala
klinis
yang
timbul
bersumber
dari
destruksi
jaringan
otak,
kompresi pembuluh darah otak / iskemia dan akibat kompresi pada jaringan otak lainnya
6. Pathways
Hipertensi, Cerebral Amyloid Angiopathy,Arteriovenous Malformation dll
Pecahnya pembuluh darah otak (perdarahan intracranial)
Penurunan kesadaran
Darah masuk ke dalam jaringan otak
Penatalaksanaan : Kraniotomi
Luka insisi pembedahan
Port d’entri Mikroorganisme
Resiko infeksi Sel melepaskan mediator nyeri : prostaglandin, sitokinin
Metabolisme anaerob
Darah membentuk massa atau hematoma Penekanan pada jaringan otak
Peningkatan Tekanan Intracranial
Fungsi otak menurun Gangguan aliran darah dan oksigen ke otak
7
Impuls ke pusat nyeri di otak (thalamus)
Vasodilatasi pembuluh darah
Kerusakan neuromotorik
Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral
Refleks menelan menurun
Kelemahan otot progresif Resiko aspirasi
Impuls ke pusat nyeri di otak
ADL dibantu Hambatan mobilitas fisik
Somasensori korteks otak : nyeri dipersepsikan
Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL
Nyeri
(Corwin, 2009) 7. Gejala klinis
a. Gejala awal pada perdarahan intra serebral,menurut Harsono ( 2006), yaitu: 1) Naiknya tekanan darah, sefalgia, sinkop sampai hilangnya daya ingat. 2) Fenomena sensorik dan motorik sejenak, perdarahan retina dan epistaksis. 3) Pada perdarahan lambat 24 – 48 jam akan menimbulkan gangguan neurologik pada klien hipertensi berat mengeluh nyeri kepala dan muntah. 4) Anggota gerak menjauhi dari lesi serebral dan kelumpuhan b. Berdasarkan letak perdarahan: 1) Pada perdarahan lobar dibagi empat, yaitu: a) Perdarahan oksipital : defisit medan penglihatan b) Perdarahan temporal kiri : Disfasia, nyeri telinga dan hemianopia c) Perdarahan Frontal : hemiparesis kontralateral dan sefalgia d) Perdarahan Prietal : Nyeri defisit sensorik dan hemiparesis ringan. 2) Perdarahan thalamus: terjadi afasia, hemiparesis dan hemiplegia: a) Sub thalamus : pupil hidrochepallus obstruktif b) Ventrikel : terjadi hidrochepalus obstruktif.
8
c) Perdarahan Putamen : hemiplegia, sefalgia, muntah, sampai penurunan kesadaran. d) Perdarahan Mesenchephalon: peningkatan tekanan intrakranial mendadak, menyebabkan koma. e) Perdarahan Pons : koma dalam keadaan tanpa peringatan nyeri kepala dan kematian 3) Prognosis buruk (5P) yaitu: a) Paralisis b) Pulsus Parsus c) Pinpoint pupil d) Pyreksia e) Periode respiration f) Perdarahan medulla oblongata. Ini jarang terjadi, bila haematoma sub epidermal dan bila lesi massa akan pulih kembali. 4) Perdarahan serebellum a) Gangguan okulomotor, gangguan keseimbangan b) Nistagmus / singulus c) Tidak dijumpai hemiparesis dan hemiplegia 5) Peringkat klinik klien berupa gejala berikut: a) Tingkat I : asimptomatik b) Tingkat II : nyeri kepala hebat, defisit neurologik, paralysis nervus kranialis. c) Tingkat III : somnolent dan defisit ringan d) Tingkat IV : stupor, hemiparesis, hemiplegia, rigiditas awal dan gangguan vegetatif. e) Tingkat V : koma, rigiditas desebrasi dan meninggal dunia. 8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dari Intra Cerebral Hematom menurut Sudoyo (2006) adalah sebagai berikut :
9
a. Angiografi b. Ct scanning c. Lumbal pungsi d. MRI e. Thorax photo f.
Laboratorium
g. EKG 9. Penatalaksanaan
Pendarahan intracerebral lebih mungkin menjadi fatal dibandingkan stroke ischemic. Pendarahan tersebut biasanya besar dan catastrophic, khususnya pada orang yang mengalami tekanan darah tinggi yang kronis. Lebih dari setengah orang yang mengalami pendarahan besar meninggal dalam beberapa hari. Mereka yang bertahan hidup biasanya kembali sadar dan beberapa fungsi otak bersamaan dengan waktu. Meskipun begitu, kebanyakan tidak sembuh seluruhnya fungsi otak yang hilang. Pengobatan pada pendarahan intracerebral berbeda dari stroke ischemic. Anticoagulant (seperti heparin dan warfarin), obat-obatan trombolitik, dan obat-obatan antiplatelet (seperti aspirin) tidak diberikan karena membuat pendarahan makin buruk. Jika orang yang menggunakan antikoagulan mengalami stroke yang mengeluarkan darah, mereka bisa memerlukan pengobatan yang membantu penggumpalan darah seperti : a. Vitamin K, biasanya diberikan secara infuse. b. Transfusi atau platelet. Transfusi darah yang telah mempunyai sel darah dan pengangkatan platelet (plasma segar yang dibekukan). c. Pemberian infus pada produk sintetis yang serupa pada protein di dalam darah yang membantu darah untuk menggumpal (faktor penggumpalan). Operasi untuk mengangkat penumpukan darah dan menghilangkan tekanan di dalam tengkorak, bahkan jika hal itu bisa menyelamatkan hidup, jarang dilakukan karena operasi itu sendiri bisa merusak otak. Juga, pengangkatan penumpukan darah bisa memicu pendarahan lebih, lebih lanjut kerusakan otak menimbulkan kecacatan
10
yang parah. Meskipun begitu, operasi ini kemungkinan efektif untuk pendarahan pada kelenjar pituitary atau pada cerebellum. Pada beberapa kasus, kesembuhan yang baik adalah mungkin. Menurut Corwin (2009) menyebutkan penatalaksanaan untuk Intra Cerebral Hematom adalah sebagai berikut : a. Observasi dan tirah baring terlalu lama. b. Mungkin diperlukan ligasi pembuluh yang pecah dan evakuasi hematom secara bedah. c. Mungkin diperlukan ventilasi mekanis. d. Untuk cedera terbuka diperlukan antibiotiok. e. Metode-metode untuk menurunkan tekanan intra kranium termasuk pemberian diuretik dan obat anti inflamasi. f. Pemeriksaan Laboratorium seperti : CT-Scan, Thorax foto, dan laboratorium lainnya yang menunjang. 10. Komplikasi Dan Outcome
Intraserebral hematom dapat memberikan komplikasi berupa; a. Oedem serebri, pembengkakan otak b. Kompresi batang otak, meninggal Sedangkan outcome intraserebral hematom dapat berupa : a. Mortalitas 20%-30% b. Sembuh tanpa defisit neurologis c. Sembuh denga defisit neurologis 11. KonsepAsuhanKeperawatan 1. Pengkajian a. Primary Survey (ABCDE)
1) Airway. Tanda-tanda objektif-sumbatan Airway a) Look (lihat) apakah penderita mengalami agitasi atau kesadarannya menurun. Agitasi memberi kesan adanya hipoksia, dan penurunan kesadaran memberi kesan adanya hiperkarbia. Sianosis menunjukkan 11
hipoksemia yang disebabkan oleh kurangnya oksigenasi dan dapat dilihat dengan melihat pada kuku-kuku dan kulit sekitar mulut. Lihat adanya retraksi dan penggunaan otot-otot napas tambahan yang apabila ada, merupakan bukti tambahan adanya gangguan airway. Airway (jalan napas) yaitu membersihkan jalan napas dengan memperhatikan kontrol servikal, pasang servikal kollar untuk immobilisasi servikal sampai terbukti tidak ada cedera servikal, bersihkan jalan napas dari segala sumbatan, benda asing, darah dari fraktur maksilofasial, gigi yang patah dan lain-lain. Lakukan intubasi (orotrakeal tube) jika apnea, GCS (Glasgow Coma Scale) < 8, pertimbangan juga untuk GCS 9 dan 10 jika saturasi oksigen tidak mencapai 90%. b) Listen (dengar) adanya suara-suara abnormal. Pernapasan yang berbunyi (suara napas tambahan) adalah pernapasan yang tersumbat. c) Feel (raba) 2) Breathing. Tanda-tanda objektif-ventilasi yang tidak adekuat a) Look (lihat) naik turunnya dada yang simetris dan pergerakan dinding dada yang adekuat. Asimetris menunjukkan pembelatan (splinting ) atau flail chest dan tiap pernapasan yang dilakukan dengan susah (labored breathing )
sebaiknya
harus
dianggap
sebagai
ancaman
terhadap
oksigenasi penderita dan harus segera di evaluasi. Evaluasi tersebut meliputi inspeksi terhadap bentuk dan pergerakan dada, palpasi terhadap kelainan dinding dada yang mungkin mengganggu ventilasi, perkusi untuk menentukan adanya darah atau udara ke dalam paru. b) Listen (dengar) adanya pergerakan udara pada kedua sisi dada. Penurunan atau tidak terdengarnya suara napas pada satu atau hemitoraks merupakan tanda akan adanya cedera dada. Hati-hati terhadap adanya laju pernapasan yang cepat-takipneu mungkin menunjukkan kekurangan oksigen.
12
c) Gunakan pulse oxymeter . Alat ini mampu memberikan informasi tentang saturasi oksigen dan perfusi perifer penderita, tetapi tidak memastikan adanya ventilasi yang adekuat. 3) Circulation dengan kontrol perdarahan a) Respon awal tubuh terhadap perdarahan adalah takikardi untuk mempertahankan cardiac output walaupun stroke volum menurun b) Selanjutnya akan diikuti oleh penurunan tekanan nadi (tekanan sistoliktekanan diastolik) c) Jika aliran darah ke organ vital sudah dapat dipertahankan lagi, maka timbullah hipotensi d) Perdarahan yang tampak dari luar harus segera dihentikan dengan balut tekan pada daerah tersebut e) Ingat, khusus untuk otorrhagia yang tidak membeku, jangan sumpal MAE (Meatus Akustikus Eksternus) dengan kapas atau kain kasa, biarkan cairan atau darah mengalir keluar, karena hal ini membantu mengurangi TTIK (Tekanan Tinggi Intra Kranial) f) Semua cairan yang diberikan harus dihangatkan untuk menghindari terjadinya koagulopati dan gangguan irama jantung. 4) Disability a) GCS setelah resusitasi b) Bentuk ukuran dan reflek cahaya pupil c) Nilai kuat motorik kiri dan kanan apakah ada parese atau tidak 5) Expossure dengan menghindari hipotermia. Semua pakaian yang menutupi tubuh penderita harus dilepas agar tidak ada cedera terlewatkan selama pemeriksaan. Pemeriksaan bagian punggung harus dilakukan secara logrolling dengan harus menghindari terjadinya hipotermi (America College of Surgeons ; ATLS) b. Secondary Survey 1) Kepala dan leher
13
Kepala. Inspeksi (kesimetrisan muka dan tengkorak, warna dan distribusi rambut kulit kepala), palpasi (keadaan rambut, tengkorak, kulit kepala, massa, pembengkakan, nyeri tekan, fontanela (pada bayi)). Leher. Inspeksi (bentuk kulit (warna, pembengkakan, jaringan parut, massa), tiroid), palpasi (kelenjar limpe, kelenjar tiroid, trakea), mobilitas leher. 2) Dada dan paru Inspeksi. Dada diinspeksi terutama mengenai postur, bentuk dan kesimetrisan ekspansi serta keadaan kulit. Inspeksi dada dikerjakan baik pada saat dada bergerak atau pada saat diem, terutama sewaktu dilakukan pengamatan pergerakan pernapasan. Pengamatan dada saat bergerak dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi, sifat dan ritme/irama pernapasan. Palpasi. Dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi, dan tactil vremitus (vibrasi yang dapat teraba yang dihantarkan melalui sistem bronkopulmonal selama seseorang berbicara) Perkusi. Perhatikan adanya hipersonor atau ”dull” yang menunjukkan udara (pneumotorak) atau cairan (hemotorak) yang terdapat pada rongga pleura. Auskultasi.
Berguna
untuk
mengkaji
aliran
udara
melalui
batang
trakeobronkeal dan untuk mengetahui adanya sumbatan aliran udara. Auskultasi juga berguna untuk mengkaji kondisi paru-paru dan rongga pleura. 3) Kardiovaskuler Inspeksi dan palpasi, area jantung diinspeksi dan palpasi secara stimultan untuk mengetahui adanya ketidaknormalan denyutan atau dorongan (heaves). Palpasi dilakukan secara sistematis mengikuti struktur anatomi jantung mulai area aorta, area pulmonal, area trikuspidalis, area apikal dan area epigastrik. Perkusi, dilakukan untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung. Akan tetapi dengan adanya foto rontgen, maka perkusi pada area jantung jarang dilakukan karena gambaran jantung dapat dilihat pada hasil foto torak anteroposterior. 4) Ekstermitas
14
Beberapa
keadaan
dapat
menimbulkan
iskemik
pada
ekstremitas
bersangkutan, antara lain : a) Cedera pembuluh darah. b) Fraktur di sekitar sendi lutut dan sendi siku. c) Crush injury. d) Sindroma kompartemen. e) Dislokasi sendi panggul. Keadaan iskemik ini akan ditandai dengan : a) Pusasi arteri tidak teraba. b) Pucat (pallor). c) Dingin (coolness). d) Hilangnya fungsi sensorik dan motorik. e) Kadang-kadang disertai hematoma, ”bruit dan thrill”. Fiksasi fraktur khususnya pada penderita dengan cedera kepala sedapat mungkin dilaksanakan secepatnya. Sebab fiksasi yang tertunda dapat meningkatkan resiko ARDS (Adult Respiratory Disstress Syndrom) sampai 5 kali lipat. Fiksasi dini pada fraktur tulang panjang yang menyertai cedera kepala dapat menurunkan insidensi ARDS.
2. DiagnosaKeperawatan
a) Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran darah dan oksigen ke otak b) Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan refleks menelan c) Penurunan kesadaran berhubungan dengan pecahnya pembuluh darah otak
15
d) hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Kelemahan otot progresif e) Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik.(ADL dibantu) f) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan invasi MO.
3. Intervensi
NO DIAGNOSA
TUJUAN
DAN
INTERVENSI
KRITERIA HASIL 1
Resiko Ketidakefektifan perfusi NOC
NOC
jaringan otak
Peripheral
Definisi: penurunan sirkulasi
circulation status
tissue
jaringan otak dapat menganggu
perfusion
Kriteria Hasil
Batasan karakteristik:
Massa
tromboplastin
parsial abnormal
Massa
protrombin
Management (manajemen sensasi perifer)
cerebral
kesehatan
:
sensation
Monitor adanya daerah
mendemonstrasikan
tertentu
status sirkulasi yang
peka
ditandai dengan:
panas,dingin,
tekanan
dan diastole dalam
Sekmen ventrikel kiri
rentang
akinektik
diharapkan
tajam,
Monitor
adanya
paretese
yang
Intruksikan untuk
keluarga
mengobservasi
Ateroklerosis aerotik
Diseksi arteri
oryostatik
kulit jika ada lesi atau
Fibrilasi atrium
hipertensi
laserasi
16
ada
terhadap
tidak
hanya
tumpul
systole
abnormal
yang
Miksoma atrium
Tumor otak
tanda peningkatan
Stenosis carotid
tekanan
Aneurisme serebri
intracranial
Koagulopati
tidak
ada
lebih
(mis
tanda-
(tidal
dari
Mendemonstrasikan
Koagulasi
kemampuan
intravaskulerdiseminata
yang ditandai dengan :
Embolisme
Trauma kepala
Hiperkolesterolemia
Hipertensi
Endocarditis infeksi
Kayup
sesuai
Sindrom sick sinus
Penyalahgunaan trombolitik
analgetik adanya
tromboplebitis
sensasi
dan
Membuat
Memperoleh
Membuat
benar (bypass
Monitor
Menunjukkan
keputusan dengan
kardiopulmonal, obat)
Kolaborasi pemberian
perubahan
Efek samping terkait terapi
kemampuan
penyebab
informasi
Monitor
kemampuan
benar
dan
mengenai
keputusan dengan
infark
leher
Diskusikan
orientasi
Neoplasma otak terjadi
dengan
konsentrasi
miokardium
perhatian
prostetik
Stenosis mitral
Baru
Berkomunikasi
pada
BAB
dengan jelas dan
mekanik
kognitif
gerakan
punggung
Kardiomiopati dilatasi
Batasi kepala,
15
Gunakan sarung tangan untuk proteksi
mmHg)
:anemia sel sabit)
Menunjukkan fungsi
sensori
motori
kranial
17
yang utuh : tingkat kesadaran membaik, ada
tidak
gerakan
–
gerakan involunter 2
Risiko
aspirasi
berhubungan
dengan gangguan aliran darah dan oksigen ke otak
3
Penurunan
kesadaran
berhubungan dengan pecahnya pembuluh darah otak 4
Hambatan
mobilitas
fisik NOC
definisi : keterbatasan pada
pergerakan fisik tubuh atau
NIC
Joint
management Exercise
:active
therapy
:
ambulation
satu atau lebih ekstremitas
Mobility level
secara mandiri dan terarah.
Self care : ADLs
sebelum atau sesudah
Batasan Karakteristik:
Transfer performance
latihan dan lihat respon
Kriteria Hasil
Penurunan waktu reaksi
Kesulitan
membolak-balik
posisi
Melakukan
aktivitas
sebagai pergerakan meningkatkan
lain
pengganti (mis. perhatian
pada aktivitas orang lain,
Klien
Monitoring vital sign
pasien saat latihan meningkat
Konsultasikan dengan
dalam aktivitas fisik
terapi
Mengerti tujuan dari
rencana
peningkatan mobilitas
sesuai
Memverbalisasikan
kebutuhan
perasaan meningkatkan kemampuan
18
dalam dan
Bantu
fisi
tentang ambulasi dengan
klien
meggunakan
untuk tongkat
saat berjalan dan cegah
mengendalikan
perilaku,
focus
pada
berpindah
terhadap cedera
Memperagakan
Ajarkan
pasien
atau
ketunadayaan/aktivitas
penggunaan alat bantu
tenaga kesehatan lain
sebelum sakit.
untuk
tentang ambulasi
Dyspnea
setelah
(walker)
mobilisasi
Kaji
kemampuan
beraktivitas
pasien
Perubahan cara berjalan
mobilisasi
Garakan bergetar
Keterbatasan
kemampuan
pemenuhan kebutuhan
melakukan
keterampilan
ADLs secara mandiri
Keterbatasan
kemampuan
melakukan
keterampilan
Keterbatasan
Damping
dan
dalam
dan
bantu
kebutuhan
rentang
bantu
penuhi ADLs
pasien.
pergerakan sendi
Tremor akibat pergerakan
Ketidakstabilan postur
Pergerakan lambat
Pergerakan
Berikan alat bantu jika klien memerlukan
posisi
Intoleransi aktivitas
Perubahan aktivitas
Ansietas
Indeks massa tubuh di atas
pasien
dan
merubah berikan
bantuan jika diperlukan
Factor yang berhubungan :
Ajarkan bagaimana
tidak
terkoordinasi
parentil ke-75 sesuai usia
pasien
pasien saat mobilisasi
motoric kasar
Latih
sesuai kemampuan
motoric halus
dalam
Gangguan kognitif
19
Kontraktur
Kepercayaan
budaya
tentang aktivitas sesuai usia
Fisik tidak bugar
Penurunan ketahanan tubuh
Penurunan kendali otot
Penurunan massa otot
Malnutrisi
Gangguan musculoskeletal
Gangguan
neuromuscular,
nyeri
Agens obat
Penurunan kekuatan otot
Kurang
pengetahuan
tentang aktivitas fisik
Kedaan mood depresif
Keterlambatan perkembangan
Ketidaknyamanan
Kaku sendi
Kurang
dukungan
lingkungan (mis. Fisik atau social)
Keterbatasan
ketahanan
kardiovaskular
Kerusakan
integritas
struktur tulang
Program pembatasan gerak
20
Keengganan
memulai
pergerakan
Gaya hidup monoton
Gangguan
sensori
perseptualmmmm0 5
Deficit perawatan diri mandi
NOC
NIC
:hambatan
Activity Intolerence
Self-care
kemampuan untuk melakukan
Mobility
Definisi
atau
menyelesaikan
mandi/aktivitas perawatan diri
:
untuk diri sendiri
Self
care
deficit
Sensori
perception,
Ketidakmampuan
untuk
mengakses kamar mandi
Ketidakmampuan
untuk
mengeringkan tubuh
Ketidakmampuan mengambil
menjangkau sumber air
Ketidakmampuan mengatur air mandi
Ketidakmampuan membasuh tubuh
Factor yang berhubungan :
Pertimbangkan
usia
pasien
tindakan
mempromosikan
pribadi
mempertahankan
aktivitas
ostomi untuk elimnasi.
diri
Perawatan
diri
:
kehidupan
sehari-hari
Ketidakmampuan
perawatan
Perawatan diri ostomi :
aktivitas
perlengkapan
mandi
aktivitas diri
Kriteria Hasil
ketika
mempromosikan
auditory disturbed
Batasan Karakteristik :
Pertimbangkan budaya pasien
hygiene
:
phisycal Bathing/hygiene
impaired
assistant
melakukan
aktivitas
perawatan
perawatan
Menentukan
jumlah
dan jenis bantuan yang
mampu
untuk
ketika
dibutuhkan
Tempat handuk, sabun, deodorant,
alat
fisik dan pribadi secara
pencukur,
dan
mandiri
aksesoris lainnya yang
atau
dengan
alat bantu
dibutuhkan disamping,
Perawatan diri mandiri :
tempat tidur atau di
mampu
kamar mandi
21
untuk
Gangguan kognitif
membersihkan
Penurunan motivasi
sendiri secara mandiri
pribadi
Kendala lingkungan
dengan atau tanpa alat
diinginkan
Ketidakmampuan
bantu
(mis.deodoran,
Perawatan diri hygiene
gigi,
Ketidakmampuan
:
sampo,
merasakan
mempertahankan
merasakan bagian tubuh
hubungan
Gangguan musculoskeletal
Gangguan neuromuscular
Nyeri
Gangguan persepsi
Ansietas berat
untuk
dan
sabun
sikat mandi,
lotion,
dan
Menyediakan
secara mandiri dengan
terapeutik
dengan
atau tanpa alat
memastikan
hangat,
Perawatan diri hygiene
santai,
oral : mampu untuk
pribadi, dan personal
atau tanpa alat bantu
Mampu
yang
diperlukan
untuk
Memfasilitasi
Memfasilitasi
gigi
diri
mandi
menurut
dan
kuku,
kemampuan
perawatan diri pasien
perlengkapan mandi Membersihkan
Memantau pembersihan
ke
menyediakan
Memantau
integritas
kulit pasien dan
mengeringkan tubuh Mengungkapkan secara verbal kepuasan tentang kebersihan tubuh dan
22
pengalaman
mandi pasien
mobilitas
kamar
yang
pasien menyikat,
mempertahankan
yang
lingkungan
secara mandiri dengan
artikel
penampilan yang rapi
merawat mulut dan gigi
Menyediakan
produk aromaterapi
kebersihan
special
mampu
tubuh
Memfasilitasi pemeliharaan yang
biasa
rutin pasien
tidur, isyarat sebelum tidur/alat peraga, dan
hygiene oral
benda-benda
asing
(mis.untuk anak-anak, cerita selimut/mainan, goyang, dot, sebuah buku untuk membaca atau bantal dari rumah
Mendorong orang tua / keluarga
partisipasi
dalam kebiasaan tidur
Memberikan
bantuan
sampai
pasien
sepenuhnya
dapat
mengasumsikan perawatan diri 6
Resiko Infeksi
NOC
NIC
:Mengalami
immune Status
peningkatan resiko terserang
knowledge : Infection (Kontrol infeksi)
Definisi
organisme patogenik.
control
Faktor-faktor resiko :
Penyakit kronis
Pengetahuan
yang
tidak
cukup
menghindari
Pertahanan
tubuh
yang tidak adekuat
primer
penularan
penyakit, yang
teknik
Batasi pengunjung bila perlu.
Intruksikan keluarga
serta
penatalaksanaannya,
23
Pertahankan isolasi.
Mendeskripsikan proses
factor
lingkungan
lain.
Klien bebas dari tanda
penularan
Bersihkan
Control
setelah dipakai pasien
mempengaruhi
pemanjanan pathogen
Risk control
dan gejala infeksi
-obesitas
untuk
Kriteria Hasil :
-Diabetes mellitus
Infection
kepada untuk
mencuci tangan saat berkunjung
dan
-Gangguan peristalsis
Menunjukkan
-Kerusakan integritas kulit
kemampuan
(pemasangan
mencegah
kateter
intravena,
prosedur
invasive) -Perubahan sekresi pH -Penurunan kerja siliaris -Pecah ketuban dini
setelah untuk timbulnya
meninggalkan pasien.
sabun
anti
miroba untuk mencuci
Jumlah leukosit dalam
tangan.
Cuci
tangan
setiap
Menunjukkan perilaku
sebelum dan sesudah
hidup sehat
tindakan keperawatan.
-Pecah ketuban dini
Gunakan
baju
dan
-Pecah ketuban lama
sarung tangan sebagai
-Merokok
alat pelindung.
-Stasis cairan tubuh -Trauma
jaringan
(mis.,trauma
Pertahankan lingkungan
destruksi
selama
jaringan)
Gunakan
infeksi
batas normal
berkunjung
aseptik
pemasangan
alat.
ketidak
adekuatan
Ganti letak IV perifer
pertahanan sekunder
dan line central dan
-Penurunan hemoglobin
dressing
-Imunosupresi
dengan
(mis.,imunitas didapat tidak
umum.
adekuat, agen farmaseutikal termasuk
imunosupresan,
steroid,
Gunakan intermiten
antibody
menurunkan
monoklonal,
sesuai petunjuk
kateter untuk infeksi
kandung kencing.
imunomudulator)
-Supresi respon inflamasi
Vaksinasi tidak adekuat
Pemajanan
Tingkatkan
intake
nutrisi.
terhadap
Berikan
terapi
antibiotik bila perlu
24
pathogen
Infection
Protection
meningkat
(proteksi
terhadap
-Wabah
infeksi)
Prosedur invasif
malnutrisi
lingkungan
Monitor
tanda
dan
gejala infeksi sistemik dan lokal.
Monitor
kerentanan
terhadap infeksi.
Batasi pengunjung.
Sering
pengunjung
terhadap
pnyakit
menular.
Pertahankan
teknik
asepsis pada pasien yang beresiko.
Pertahankan
teknik
isolasi k/p
Berikan kulit
perawatan pada
area
epidema.
Inspeksi kondisi luka / insisi bedah.
Dorong
masukan
nutrisi yang cukup.
Dorong
masukan
cairan.
25
Dorong istirahat.
Instruksikan
pasien
untuk
minum
antibiotic
sesuai
resep.
Ajarkan
cara
menghindari infeksi.
Laporkan
kecurigaan
infeksi.
Laporkan kultur positif.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Perdarahan intracerebral atau Intracerebral haemorrhage (ICH) adalah penyakit yang sering dengan insiden 11-23 kasus dari 100,000 pertahun. Walaupun termasuk 10-15% dari semua stroke, tetapi ICH adalah paling subtipe yang paling fatal yang
bisa
mengakibatkan kematian lebih dari 40%.
B. Saran
Pencegahan ICH dapat dilakukan dengan meminimalisir risiko terjadinya ICH dengan mencegah hipertensi yang berakibat fatal pada kejadian pecahnya pembuluh darah dan perdarahan intra cerebral.
26
DAFTAR PUSTAKA
Elizabeth J, Corwin. 2009. Buku patofisiologi. Jakarta. Aditya Media Nurarif, Amin Huda & Kusuma. 2013. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis & NANDA NIC NOC jilid 2. Jakarta:EGC Paula. 2009. asuhan keperawatan gawat darurat . Jakarta: TIM. Sudoyo. 2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam.Jakarta. Departemen ilmu penyakit dalam, Suharyanto.2009. Asuhan keperawatan pada klien dengan ganggua n sistem persyarafan. Jakarta.TIM. Suyono. 201. Buku Ajaran ilmu penyakit dalam. Jakarta.EGC.
27
28