25
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT II
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT KLIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULAR
(CONGESTIVE HEART FAILURE)
DISUSUN OLEH :
Nur Rizky Septiani (11080)
Puji Miftakhulya (11081)
AKADEMI KEPERAWATAN RUMKITPOLPUS
RADEN SAID SUKANTO JAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini Congestive Heart Failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal jantung kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat insiden dan prevalensinya. Risiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5-10% pertahun pada gagal jantung ringan yang akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Selain itu, gagal jantung merupakan penyakit yang paling sering memerlukan perawatan ulang di rumah sakit (readmission) meskipun pengobatan rawat jalan telah diberikan secara optimal (R. Miftah Suryadipraja).
CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh (Ebbersole, Hess, 1998). Risiko CHF akan meningkat pada orang lanjut usia(lansia) karena penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini dapat menjadi kronik apabila disertai dengan penyakit-penyakit seperti: hipertensi, penyakit katub jantung, kardiomiopati, dan lain-lain. CHF juga dapat menjadi kondisi akut dan berkembang secara tiba-tiba pada miokard infark.
Dalam makalah ini membahas CHF disertai penanganan dan asuhan Keperawatan gawat darurat klien dengan CHF.
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Agar mahasiswa mendapatakn pengetahuan mengenai penyakit Gagal Jantung Kongestif yang menyerang sistem kardiovaskuler dan dapat mengetahui bahwa bagaimana asuhan keperawatan gawat darurat pada klien dengan Gagal Jantung Kongestif menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Tujuan Khusus
Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan gagal jantung kongestif
Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan gagal jantung kongestif
Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gagal janutng kongestif
Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gagal jantung kongestif
Mampu melaksanakan evaluasi pada klien dengan gagal jantung kongestif
Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup dalam penulisan makalah ini adalah tentang asuhan keperawatan gawat darurat pada klien dengan gagal jantung kongestif di ruang IGD Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto Jakarta.
Metode Penulisan
Metode dalam penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif yaitu metode yang bersifat mengumpulkan data dan menarik kesimpulan dan kemudian disajikan dalam bentuk narasi dan metode kepustakaan diantaranya studi kepustakaan yaitu mengumpulkan buku-buku yang berhubungan dengan Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Klien Dengan Congestive Heart Failure (CHF).
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari lima bab yang disusun secara sistematika dengan urutan sebagai berikut : Bab satu: Pendahuluan, yang terdiri dari Latar belakang, Tujuan, Ruang lingkup, Metode penulisan, dan sitematika penulisan. Bab dua : Tinjauan Teori yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi yang terdiri dari perjalanan penyakit dan manifestasi klinis, penatalaksanaan medis, asuhan keperawatan gawat darurat klien dengan CHF. Bab tiga : Tinjauan Kasus. Bab empat : Pembahasan yang meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, evaluasi keperawatan. Bab lima : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Definisi
Gagal jantung Kongsetif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Smeltzer & Bare, 2001).
Etiologi
Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup ateroslerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit degeneratif atau inflamasi
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.
Hipertensi Sistemik atau pulmunal (peningkatan after load) meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katub semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif atau stenosis AV), peningkatan mendadak after load
Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar factor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (missal : demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan anemi juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolic dan abnormalita elektronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
Grade gagal jantung menurut New York Heart Association, terbagi dalam 4 kelainan fungsional :
Timbul sesak pada aktifitas fisik berat
Timbul sesak pada aktifitas fisik sedang
Timbul sesak pada aktifitas fisik ringan
Timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan / istirahat
Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit
Jantung yang normal dapat berespon terhadap peningkatan kebutuhan metabolisme dengan menggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi untuk mempertahankan kardiak output, yaitu meliputi :
Respon system saraf simpatis terhadap barroreseptor atau kemoreseptor
Pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuaikan terhadap peningkatan volume
Vaskontriksi arterirenal dan aktivasi system rennin angiotensin
Respon terhadap serum sodium dan regulasi ADH dan reabsorbsi terhadap cairan
Kegagalan mekanisme kompensasi dapat dipercepat oleh adanya volume darah sirkulasi yang dipompakan untuk melawan peningkatan resistensi vaskuler oleh pengencangan jantung. Kecepatan jantung memperpendek waktu pengisian ventrikel dari arteri coronaria. Menurunnya COP dan menyebabkan oksigenasi yang tidak adekuat ke miokardium. Peningkatan dinding akibat dilatasi menyebabkan peningkatan tuntutan oksigen dan pembesaran jantung (hipertrophi) terutama pada jantung iskemik atau kerusakan yang menyebabkan kegagalan mekanisme pemompaan.
Manifestasi klinis
Gagal jantung kiri :
Letargi dan diaforesis
Dispnea/orthopnea
Palpitasi (berdebar-debar)
Pernapasan cheyne stokes
Batuk (hemaptoe)
Ronkhi basah bagian basal paru
Terdengar BJ3 dan BJ4/irama gallop
Oliguria dan anuria
Pulsus altenarus
Gagal jantung kanan
Edema tungkai /kulit
Central Vena Pressure (CVP) meningkat
Pulsasi vena jugularis
Bendungan vena jugularis/JVP meningkat
Distensi abdomen, mual, dan tidak nafsu makan
Asites
Berat badan meningkat
Hepatomegali (lunak dan nyeri tekan)
Splenomegali
Insomnia
Penatalaksanaan Medis
Terapi Non Farmakologis
Istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
Oksigenasi
Dukungan diit : pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol atau menghilangkan oedema.
Terapi Farmakologis :
Glikosida jantung
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi jantung.Efek yang dihasillkan adalah peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diurisi dan mengurangi oedema.
Terapi diuretic, diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal. Penggunaan harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.
Terapi vasodilator, obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadasi tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Klien Dengan CHF
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Primer
Airway :Batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot pernafasan, oksigen.
Breathing :Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal
Circulation :Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub jantung, anemia, syok dll. Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung, irama jantung, nadi apical, bunyi jantung S3, gallop, nadi perifer berkurang, perubahan dalam denyutan nadi juguralis, warna kulit, kebiruan punggung, kuku pucat atau sianosis, hepar ada pembesaran, bunyi nafas krakles atau ronchi, oedema
Pengkajian Sekunder
Aktifitas/istirahat
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah, dispnea saat istirahat atau aktifitas, perubahan status mental, tanda vital berubah saat beraktifitas.
Integritas ego
Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung
Eliminasi
Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada malam hari, diare / konstipasi
Makanana/cairan
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB signifikan. Pembengkakan ekstremitas bawah, diit tinggi garam penggunaan diuretic distensi abdomen, oedema umum, dll
Hygiene
Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan kurang.
Neurosensori
Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.
Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah.
Interaksi social
Penurunan aktifitas yang biasa dilakukan
Diagnosa Keperawatan
Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya curah jantung, hipoksemiajaringan, asidosis, thrombus atau emboli.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret.
Kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume paru, hepatomegali, splenomegali.
Perencanaan Keperawatan
Diagnosa :
Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya curah jantung, hipoksemiajaringan, asidosis, thrombus atau emboli.
Intervensi :
Monitor frekuensi dan irama jantung
Observasi perubahan status mental
Observasi warna dan suhu kulit/membran mukosa
Ukur haluaran urin dan catat berat jenisnya
Kolaborasi : berikan cairan IV sesuai indikasi
Pantau pemeriksaan diagnostik dan lab. Missal EKG, elektrolit, GDA (PaO2, PaCO2 dan saturasi O2), dan pemeriksaan oksigen
Diagnosa :
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret.
Intervensi :
Catat frekuensi & kedalaman pernafasan, penggunaan otot Bantu pernafasan.
Auskultasi paru untuk mengetahui penurunan/tidak adanya bunyi nafas dan adanya bunyi tambahan missal krakles, ronchi
Lakukan tindakan untuk memperbaiki/mempertahankan jalan nafas misal batuk, penghisapan lender
Tinggikan kepala / mpat tidur sesuai kebutuhan / toleransi pasien
Diagnosa :
Kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air, peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein
Intervensi :
masukan/haluaran, catat penurunan, pengeluaran, sifat konsentrasi, hitung keseimbangan cairan
Observasi adanya oedema dependen
Timbang BB tiap hari
Pertahankan masukan cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler
Kolaborasi : pemberian diit rendah natrium, berikan diuretic
Diagnosa :
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume paru
Intervensi :
Monitor kedalaman pernafasan, frekuensi dan kespansi dada
Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot Bantu nafas
Auskultasi bunyi nafas dan catat bila ada bunyi nafas tambahan
Tinggikan kepala dan Bantu untuk mencapai posisi yang senyaman mungkin.
Kolaborasi pemberian oksigen dan pemeriksaan GDA.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini, penulis akan menyajikan asuhan keperawatan gawat darurat yang dilakukan pada Tn.P dengan Gagal Jantung Congestif. Pengkajian ini menggunakan format pemgkajian keperawatan gawat darurat. Pengkajian dilakukan pada saat klien datang ke ruang IGD pada tanggal 16 Maret 2014.
Identitas Klien
Kilen bernama Tn.P, umur 51 tahun, nomer rekam medik 665894, klien tinggal di Jalan Kelapa Rt 16/5 dengan diagnosa CHF.
Riwayat sebelum masuk RS:
Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak 3 hari SMRS, sesak pada saat aktivitas, riwayat penyempitan jantung, riwayat hipertensi sejak 10 tahun lalu terkontrol dan DM. Riwayat stroke tidak ada, nyeri ulu hati, posisi nyaman 2-3 bantal. Obat yang pernah dimakan adalah clopidogrel, simvastatin dan aspilet.
PRIMARY SURVEY
Airway :Tidak ada sumbatan jalan nafas, tidak ada trauma cervikal atau fraktur wajah.
Breathing :Frekuensi nafas 30x/menit, irama teratur, gerakan dada simetris, suara nafas vesikuler, tidak ada tanda jejas, hasil thorax foto kesan pembesaran pada jantung (cardiomegali).
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah memberikan posisi fowler, memberikan oksigen nasal 3 liter/menit, melakukan thorax foto
Circulation :Teraba nadi 109x/menit, teratur, denyutan kuat, tidak ada ketegangan pada vena cordis, tekanan darah 110/60 mmHg, suhu 36,1 C, ektremitas hangat, ada edema pada ekstremitas bawah, capirally refill kanan 3 detik dan kiri 2 detik, tidak ada perdarahan, kulit elastis, hasil EKG (terlampir).
Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah memberi posisi fowler, kolaborasi untuk pemberian cairan,pemasangan infus RL 7 tetes/menit, melakukan EKG, memberi injeksi furosemid 20 mg IV.
Disability :Jam 20.57 WIB, GCS 15 (E4 V5 M6), pada ekstremitas tidak terjadi fraktur, kondisi kulit tidak ada lesi, turgor elastis. Data lainnya mata klien sebelah kanan berkedip cepat. Klien mengetahui tentang penyakit jantungnya.
SECONDARY SURVEY
Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, tampak klien memegangi dada sebelah kiri, posisi klien duduk dengan 2-3 bantal. Klien mengatakan sesak 3 hari SMRS saat aktivitas dan nyeri pada dadanya.
Penyakit lain yang diderita/penyakit keluarga adalah hipertensi dan diabetes melitus.
Pemeriksaan fisik :
tingkat kesadaran compos mentis, GCS 15, pupil isokor, hasil tanda tanda vital tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 109x/menit, pernapasan 30x/menit, suhu 36,10C
Kepala/leher : tidak ada lesi, tidak ada fraktur, tidak ada distensi vena cordis
Mata : tidak simetris, mata sebelah kanan berkedip cepat
THT : tidak ada kelainan
Tulang Belakang : tidak ada kelainan
Auskultasi suara nafas vesikuler, pergerakan dada simetris
Jantung : tidak ada bunyi tambahan jantung
Abdomen : tidak ada tanda jejas, acites, bising usus 9x/menit.
Ekstremitas : hangat, ada edema pada bagian tungkai sebelah kanan.
Hasil pemeriksaan penunjang :
Laboratorium darah
Hemoglobin 13,9 g/dl (normal 13-16 g/dl)
Lekosit 8700 u/l (normal 5.000-10.000 u/l)
Hematokrit 43 % (normal 40-48 %)
Trombosit 201.000 /ul (normal 150.000-400.000/ul)
Ureum 42 mg/dl (normal 10-50 mg/dl)
Creatinine 1,0 mg/dl (normal 0,5-1,5 mg/dl)
GDS 183 mg/dl (normal < 200 mg/dl)
EKG
Foto Thorax
Therapy :
Spironolacton 1x50 mg
Rantin 2x50 mg
Lasix 3x20 mg
Diet Jantung minum 750 cc/hari
ANALISA DATA
NO.
DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
DS :
klien mengatakan sesak 3 hari SMRS saat beraktivitas, nyeri pada dadanya dan nyeri ulu hati, klien mengatakan mempunyai riwayat penyempitan jantung dan teratur minum obat.
DO :
Keadaan umum lemah
Kesadaran compos mentis
Hasil TTV
Tekanan darah 110/60 mmHg, Nadi 109x/menit, Pernapasan 30x/menit, Suhu 36,1 C
Tampak klien memegangi dadanya sebelah kiri
Posisi duduk klien fowler, disanggah 2-3 bantal
Capirally refill kanan 3 detik, kiri 2 detik
Tampak klien pucat dan berkeringat
Gambaran foto thorax adalah pembesaran pada jantung
Hasil laboratorium :
Hemoglobin 13,9 g/dl, Lekosit 8700 u/l, Hematokrit 43 %, Trombosit 201.000 /ul, Ureum 42 mg/dl, Creatinine 1,0 mg/dl, GDS 183 mg/dl
Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya curah jantung
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya curah jantung.
PERENCANAAN KEPERAWATAN :
Monitor frekuensi dan irama jantung
Observasi warna kulit dan suhu kulit/membran mukosa
Pantau tekanan tekanan darah
Kolaborasi pemberian obat
PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Mengobservasi tanda-tanda vital (pukul 20.56 WIB)
Hasil :Tekanan darah 110/60 mmHg, Nadi 109x/menit, Pernapasan 30x/menit,
Suhu 36,1 C
Memberikan oksigen nasal kanul 3 liter/menit (pukul 20.57 WIB)
Hasil :Klien terpasang oksigen 3 liter/menit, klien mengatakan sesak berkurang sedikit, tampak klien masih gelisah
Melakukan EKG (pukul 21.00 WIB)
Melakukan foto thorax (pukul 21.20 WIB)
Hasil : kesan adanya pembesaran pada jantung
Memasang infus RL 7 tetes/menit (pukul 21.28 WIB)
Hasil : terpasang infus RL 7 tetes/menit di tangan kiri, tetesan infus lancar
Mengambil darah vena untuk pemeriksaan laboratorium (pukul 21.30 WIB)
Hasil : darah diambil sebanyak 3 cc, hasil laboratorium Hemoglobin 13,9 g/dl, Lekosit 8700 u/l, Hematokrit 43 %, Trombosit 201.000 /ul, Ureum 42 mg/dl, Creatinine 1,0 mg/dl, GDS 183 mg/dl
Memberikan terapi injeksi furesemid 20 mg IV (pukul 22.00 WIB)
Hasil : obat furosemid 20 mg masuk melaui IV
Klien pindah ke ruang perawatan dan tindakan keperawatan dilanjutkan di ruang perawatan dengan :
Observasi tanda-tanda vital
Pemberian terapi sesuai program :
Spironolacton 1x50 mg
Rantin 2x50 mg
Lasix 3x20 mg
Diet Jantung minum 750 cc/hari
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang "Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada Tn.P dengan CHF" diruang IGD Rumah Sakit Bhayangkara Tk. I Raden Said Sukanto. Asuhan keperawatan ini dilaksanakan selama 1 jam pada tanggal 16 Maret 2014. Pada bab ini penulis mencoba menganalisa setiap masalah yang terdapat pada klien dengan membandingkan dengan teori yang ada. Adapun lingkup pembahasan mencakup tahap-tahap dalam proses keperawatan yaitu pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, evaluasi keperawatan.
Pengkajian Keperawatan
Pada pengkajian penulis mengumpulkan data klien melalui wawancara dengan klien dan keluarga, melakukan pemeriksan fisik secara bertahap, serta mendapatkan infrmasi dari perawat ruangan dan catatan medik klien.
Pada manifestasi klinis data yang ada pada teori tetapi tidak terdapat pada kasus adalah ketegangan vena cordis. Pada kasus tidak ditemukan ketegangan vena cordis.
Penatalaksanaan yang ada pada teori dan kasus sudah dilakuakan seperti pemeriksaanlaboratorium darah, EKG, foto thorax.
Diagnosa Keperawatan
Dalam diagnosa tidak ada kesenjangan dan sudah sesuai dengan teori yaitu penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya curah jantung. Diagnosa yang tidak muncul pada kasus adalah bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.
Perencanaan Keperawatan
Pada perencanaan keperawatan tidak terdapat kesenjangan antara kasus dan teori. Dalam merencanakan tujuan terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus yaitu pada kasus alokasi waktu tidak ditentukan karena berdasarkan penanganan segera dan waktu tidak terbatas.
Adapun faktor penunjang yang menyusun perencanaan yaitu sumber buku, catatan medik, dan catatan keperawatan. Sedangkan faktor penghambat yaitu semua perencanaan tidak dapat dilakukan sendiri karena keterbatasan waktu. Alternatif pemecahan masalah yang penulis lakukan yaitu dengan bekerjasama dengan perawat ruangan.
Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahap pelaksanaan pada teori dan kasus tidak ada kesenjangan. Tahap pelaksanaan dalam kasus sudah sesuai dengan teori. Adapun faktor pendukung dalam pelaksanaan adalah kerja sama dengan perawat rungan dan dukungan dari sikap klien dan keluarga dalam mengatasi masalah keperawatan.
Evaluasi Keperawatan
Pada tahap ini, penulis menilai sejauh mana tujuan keperawatan sudah tercapai dan masalah keperawatan sudah teratasi dan tindakan keperawatan dihentikan. Namun, pada kasus, untuk tindakan keperawatan dilanjutkan di ruangan karena membutuhkan perawatan lebih intensif sehingga masalah belum teratasi.
Adapun masalah keperawatan yang belum teratasi adalah penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya curah jantung. Untuk diagnosa pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume paru tidak terdapat pada kasus.
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini penulis akan menyimpulkan "Asuhan keperawatan gawat darurat pada klien dengan CHF" di ruang IGD Rumah Sakit Bhayangkara Tk.I Raden Said Sukanto Jakarta. Meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi keperawatan.
KESIMPULAN
Pada pengkajian ini ini penulis menyimpulkan data-data tentang klien melalui wawancara dengan klien dan keluarga, melakukan pemeriksaan fisik secara bertahap serta mendapatkan informasi dari perawat rungan dan catatan medik klien. Pada manifestasi klinis data yang ada pada teori tetapi tidak terdapat pada kasus adalah ketegangan vena cordis. Pada kasus tidak ditemukan ketegangan vena cordis.
Penatalaksanaan pada teori dan dilakukan pemeriksaan laboratorium darah, EKG, foto thorax.Hasil laboratorium Hemoglobin13,9 g/dl, Lekosit 8700 u/l, Hematokrit 201.000 /ul,Ureum42 mg/dl, Creatinine 1,0 mg/dl, GDS 183 mg/dl. Hasil poto torax kesan adanya pembesaran pada jantung.
Diagnosa keperawatan di teori yang tidak muncul dalam kasus ini yaitu bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.
Dalam perencanaan keperawatan tujuan dan tinjaun teori mengalami kesenjangan yaitu pada teori menggunakan alokasi waktu sedangkan pada kasus tidak dilakukan alokasi waktu karena keperawatan gawat darurat bersifat segera dan tidak dibatasi waktunya.Untuk melaksanakan tindakan keperawatan dikasus dilakukan semua oleh penulis. Alternative klien kerja sama dengan perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
Pada evaluasi keperawatan dapat disimpulkan adalah dari diagnosa yang muncul belum tercapai dan yindakan keperawatan dilanjutkan di Ruangan perawatan.
SARAN
Setelah kami menguraikan dan menyimpulkan, kami dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan yang ada, maka selanjutnya kami akan menyampaikan saran yang ditujukkan pada perawat ruangan, klien dan keluarga sebagai berikut :
Kerjasama dengan klien dan keluarga tetap dipertahankan dan ditingkatkan agar asuhan keperawatan yang diberikan pada klien akan lebih optimal
Untuk perawat supaya setiap kali melakukan tindakan keperawatan mendokumentasikan semua tindakan dan respon klien terhadap tindakan yang dilakukan agar dapat melakukan evaluasi secara akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer, Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Bruner & Suddart. Edisi 8. Jakarta: EGC