LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK PRE-KLINIK PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES PAYUNG NEGERI
Nama Mahasiswa : NIM : Tanggal Praktek : Ruang Rawat : Murai I Diagnosa Medis : TYPOID ABDOMINALIS ABDOMINALIS 1. Definisi
Tipes atau thypus adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan terkadang pada aliran darah yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B dan C, selain ini dapat juga menyebabkan menyebabka n gastroenteritis (keracunan makanan) dan sept ikemia (tidak menyerang usus). Kuman tersebut masuk melalui saluran pencernaan, setelah berkembang biak kemudian menembus dinding usus menuju saluran limfa, masuk ke dalam pembuluh darah dalam waktu 24-72 jam. Kemudian dapat terjadi t erjadi pembiakan di sistem retikuloendothelial dan menyebar kembali ke pembuluh darah yang kemudian menimbulkan berbagai gejala klinis. Dalam masyarakat penyakit ini dikenal de ngan nama Tipes atau thypus, tetapi t etapi dalam dunia kedokteran disebut TYPHOID FEVER atau Thypus abdominalis, karena berhubungan dengan usus pada perut.
2. Etiologi
Penyabab penyakit ini adalah Salmonella typhi, Salmonella para typhii A, dan Salmonella paratyphiiB. Basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, mempunyai 3 macam antigen yaitu antigen O, antigen H, dan antigen VI. Dalam serum penderita terdapat zat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15 ± 41°C (optimum 37°C) dan pH pertumbuhan 6 ± 8.
3.
MANIFESTASI KLINIS DHF Gejala
klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan
penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan yang terlama 30 hari jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodomal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersamangat kemudian menyusul gejala klinis sbb: 1. Demam Berlangsung selama 3 minggu, bersifat febris remiten dan suhu tidak terlalu tinggi. Selama minggu pertama duhu berangsur-angsur meningkat, biasanya turun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Pada minggu ke-2 penderita terus demam dan minggu ke-3 penderita demamnya berangsur-angsur normal. 2. Gangguan pada saluran pencernaan Nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah putih kotor (coated tongue) ujung dan tepi kemerahan, perut kembung, hati dan limpa membesar. disertai nyeri pada perabaan 3. Gangguan kesadaran Kesadaran menurun walaupun tidak berapa dalam yaitu apatis sampai samnolen. Disamping gejala-gejala tersebut ditemukan juga pada penungggungdan anggota gerak dapat ditemukan roseola yaitu bintik-bintik kemerahan karena e mboli basil dalam kapiler kulit.
4. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik Penunjang
a. Pemeriksaan laboraturium 1.uji widal Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangkamenderita typoid.
2. Pemeriksaan darah tepi : leukopenia, trombositopeni, anemia
3. Pemeriksaan SGOT dan SGPT SGOT dan SGPT pada demam typoid sering kali meningkat. Tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typoid.
5.
Komplikasi DHF
a. Komplikasi intestinal : perdarahan usus, perforasi usus, ileus paralitik, b. Komplikasi ekstraintestinal : cardivaskuler (miokarditis), paru-paru (p neumonia, pleurolitis), ginjal (glomerulonefritis, pielonefritis),tulang (osteomilitis, artritis).
6. Penatalaksanaan medis Terdiri dari
3
bagian, yaitu :
1. Perawatan - Tirah baring absolut sampai minimal 7 har i bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. - Posisi tubuh harus diubah setiap dua jam untuk mencegah dekubitus - Mobilisasi sesuai dengan kondisi 2. Diet - Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan penyakitnya (mula-mula airlunak-makanan biasa) - Makanan mengandung cukup cairan, TKTP - Makanan harus menagndung cukup cairan, kalori, dan tinggi protein, tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang maupun menimbulkan banyak gas.
3.
Obat
a. Pembarian obat Antibiotik b. Pemberian obat Antiradang ( Anti inflamasi ) c. Pemberian obat anti piretik
d. Pemberian obat anti emetic
7.
Asuhan Keperawatan A. Pengkajian 1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengapa klien masuk rumah sakit dan apa keluhan utama klien,sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul.
2. Riwayat Kesehatan Sebelumnya Apakah klien pernah dirawat dengan penyakit yang sama atau penyakit lain yang berhubungan dengan penyakit system pencernaan, sehingga menyebabkan penyakit typhus abdominalis.
3. Riwayat Tumbuh Kembang Kelainan ± kelainan fisik atau kematangan dari perkembangan dan pertumbuhan seseorang yang dapat mempengaruhi keadaan penyakit,seperti ada riwayat pernah icterus saat lahir yang lama atau lahir premature,kelengkapan imunusasi,pada form yang tersedia tidak terdapat isian yang berkaitan dengan tumbuh kembang.
4. Pemeriksaan Fisik konjungtiva anemis,lidah khas (selaput putih kotor, ujung dan tepi kemerahan), nafas bau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah,hidung kadang terjadi epistaksis. Perut kembung (meteorismus), hepatomegali, splenomegali, nyeri tekan. Sirkulasi bradikardi, gangguan kesadaran Kulit bintik-bintik kemerahan pada punggung dan ekstremitas.
a. Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi ) b.d proses inflamasi (viremia) 2.
Gangguan
rasa nyaman : nyeri b.d proses patologis penyakit
3.
Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
4. Devisit volume cairan b.d mual, muntah 5. Resiko syok hipovolemik b.d peningkatan permeabilitas dinding plasma, perdarahan berlebihan, gangguan pembekuan darah 6. Resiko cedera : perdarahan lebih lanjut b.d trombositopenia
b. Rencana Intervensi 1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi ) b.d proses inflamasi (viremia) Intervensi Keperawatan
Rasional
Mandiri: Kaji saat terjadinya demam serta karakteristik maupun pola demam.
DBD di dahului oleh demam tinggi, terus-menerus berlangsung 2-7 hari.
Observasi tanda-tanda vital secara teratur dan laporkan segera bila disertai kejang.
Tanda vital sebagai acuan keadaan umum pasien.
Kompres hangat kuku bila suhu lebih dari 38º C dan bila lebih dari 39º C lakukan ³ tepid water sponge´.
Membantu menurunkan suhu tubuh melalui proses evaporasi atau penguapan panas tubuh.
Berikan cairan oral bila pasien masih bisa minum.
Mengimbangi pengeluaran cairan akibat peningkatan suhu tubuh.
Jelaskan pada keluarga penyebab demam dan cara melakukan kompres.
Keterlibatan keluarga sangat berarti dalam proses perawatan di rumah.
Kolaborasi: Kolaborasi pemberian terapi sesuai program medik : antipiretik atau parasetamol.
Pemberian dosis yang tepat merupakan terapi suportif penurunan suhu tubuh.
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d proses patologis penyakit Intervensi Keperawatan
Rasional
Mandiri: Kaji tingkat dan karakteristik nyeri.
Sebagai dasar untuk menetapkan
metode intervensi yang sesuai. Berikan posisi yang nyaman, lingkungan yang tenang dan alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri.
Posisi yang tepat dan lingkungan yang tenang, dapat mengurangi stressor nyeri.
Ajarkan teknik napas dalam, relaksasi dilakukan saat nyeri muncul.
Meningkatkan konsumsi O2 dapat mengurangi nyeri.
Berikan kesempatan pasien berinteraksi dengan keluarga atau teman.
Keluarga dapat memberikan support yang dapat membuat pasien tenang.
Kolaborasi: Kolaborasi pemberian analgesic sesuai indikasi dan program medik.
3.
Mengurangi nyeri.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d Anoreksia Intervensi Keperawatan
Rasional
Mandiri: Kaji keluhan mual, nyeri menelan dan muntah.
Sebagai dasar untuk menetapkan metode pemberian nutrisi.
Berikan makanan yang mudah ditelan (lunak) dan hidangkan selagi hangat.
Meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan.
Berikan makanan dalam porsi kecil dan sering.
Menghindari mual dan muntah akibat porsi makan yang besar.
Catat intake nutrisi dan cairan per 24 jam.
Mengetahui asupan nutrisi dan cairan pasien.
Kolaborasi: Kolaborasi pemberian antiemetik dan nutrisi serta cairan perparenteral (sesuai program medik).
Meningkatkan asupan nutrisi jika intake peroral tidak mencukupi.
4. Devisit volume cairan b.d mual, muntah Intervensi Keperawatan
Rasional
Mandiri: Palpasi nadi perifer, perhatikan pengisian kapiler, warna, atau suhu kulit dan observasi tanda-tanda vital setiap 15 menit.
Kekuraangan cairan menyebabkan gangguan perfusi dan kolaps sirkulasi
Pantau haluaran urin, ukur atau perkirakan kehilangan cairan dari semua sumber, missal muntah dan diaphoresis.
Sebagai dasar pemenuhan kebutuhan pengganti cairan yang hilang.
Catat balance cairan tiap 8 jam, Intake dan output.
Menentukan deficit atau overload cairan.
Penuhi kebutuhan cairan (sesuai program terapi) kristaloid atau koloid.
Cairan kristaloid memberikan perbaikan sirkulasi segera, koloid mengembalikan cairan-cairan ke dalam vaskuler.
Pantau peningkatan TD tiba-tiba atau nyata, gelisah, batuk, despneu, sputum banyak.
Perbaikan kekurangan cairan terlalu cepat dapat menurunkan system kardiopulmonal.
Waspada terhadap keamanan pasien, pasang restrain tempat tidur, observasi sering.
Kekurangan cairan menyebabkan penurunan perfusi serebral terjadi penurunan kesadaran, resiko terjatuh.
Kolaborasi: Siapkan pemberian obat-obatan inotropik atau vasoaktif sesuai program terapi.
Meningkatkan sirkulasi.
Bila diperlukan berikan trombosit atau PRC atau FFP sesuai program terapi.
Mengganti kehilangan komponen darah.
Awasi reaksi tranfusi.
Meminimalkan efek rekasi tranfusi.
5.
Resiko syok hipovolemik b.d peningkatan permeabilitas dinding plasma, perdarahan berlebihan, gangguan pembekuan darah Intervensi Keperawatan
Rasional
Monitor ketat (tiap 2 jam) tanda-tanda vital,
Dengan memonitor ketat, perawat
tingkat kesadaran,
dapat segera mengetahui terjadinya syok dan segera dapat ditanggulangi
Ukur keseimbangan cairan tiap 8 jam
Menentukan kebutuhan cairan
Pantau hb, ht, trombosit, leukosit setiap 4-6 jam
Menentukan tingkat kebocoran plasma
Lakukan penekan pada daerah tusukan selama 5
Mencegah perdarahan dari bekas
menit pada setiap pengambilan contoh darah.
suntikan.
Cegah pemberian suntikan IM Penuhi kebutuhan cairan (infus kristaloid)
Pemenuhan kebutuhan cairan yang
sesuai protokol tatalaksana pemberian cairan
cepat yang tidak dapat dipenuhi peroral
Lakukan pengukuran lingkar perut (pada pasien
Menunjukkan kemungkinan
anak) bila didapatkan tanda distensi abdomen
kebocoran plasma kedalam peritoneum
Kolaborasi pemasangan NGT, untuk kumbah
Mempersiapkan selang untuk
lambung jika didapatkan tanda perdarahan
mengosongkan lambung dari
saluran cerna
akumulasi darah.
Lakukan bilasan lambung dengan cairan Nacl
Membersihkan dan membantu
0,9% bila terjadi perdarahan masif dari saluran
menghentikan perdarahan.
cerna Bila diperlukan berikan trombosit/PRC/FFP
Mengganti kehilangan komponen
sesuai program terapi
darah yang membantu proses pembekuan darah
10. Awasi adanya reaksi transfusi dan munculnya perdarahan baru
10. Agar pasien mendapatkan bantuan segera dan transfusi dihentikan
6.
Resiko cedera : perdarahan lebih lanjut b.d trombositopenia Intervensi Keperawatan
Rasional
Siapkan dan pantau pemeriksaan Hb, Ht,
Penurunan jumlah trombosit
trombosit, leukosit tiap 12 jam (sesuai program
meningkatkan kemungkinan
medik)
terjadinya perdarahan spontan
Observasi tanda-tanda vital secara teratur dan
Tanda vital sebagai acuan keadaan
laporkan segera adanya tanda perdarahan
umum pasien sebagai dasar
spontan
tindakan yang akan dilakukan
Anjurkan pasien tirah baring
Aktivitas yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan
Monitor adanya perdarahan lebih lanjut seperti:
Deteksi diri terhadap perdarahan
hematemesis, melena, epistaksis
sebagai pencegahan lebih lanjut.
Cegah terjadi perlukaan & traumatik: gunakan
Mengurangi resiko terjadinya
sikat gigi lunak, lakukan tekanan 5-10 menit
perdarahan
selesai mengambil darah, tidak memberikan suntikan IM
DAFTAR PUSTAKA Doenges., dkk. (1999). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien (M. Kariasa & N. M. Sumarwati, Terj.). Edisi 3. Jakarta: EGC. (Naskah asli dipublikasikan pada tahun 1993), Arif, mansjoer (1999). Kapita selekta kedokteran. Jakarta : EGC. Brunner & Sudarth. (2002) buku ajar keperawatan Medikal Bedah. Edisi, 8. Jilid 2. Jakarta : E GC