19
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 2001 ).
Demam typhoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderungmeningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Sumber penularan penyakit demam tifoid adalah penderita yang aktif, penderita dalam fase konvalesen, dan kronik karier.
(http://sehat-jasmanidanrohani.blogspot.com/2011/01/thypoid-fever.html)
Demam typhoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan hidup umumnya adalah baik. Perbaikan sanitasi dan penyediaan sarana air yang baik dapatmengurangi penyebaran penyakit ini.
Penyebaran geografis dan musim : Kasus-kasus demam typhoid terdapat hampir di seluruh bagian dunia. Penyebarannya tidak bergantung pada iklim maupun musim. Penyakit itu sering merebak di daerah yangkebersihan lingkungan dan pribadi kurang diperhatikan.
Penyebaran usia dan jenis kelamin: Siapa saja bisa terkena penyakit itu tidak ada perbedaan antara jenis kelamin lelaki atau perempuan. Umumnya penyakit itu lebih sering diderita anak-anak. Orang dewasa seringmengalami dengan gejala yang tidak khas, kemudian menghilang atau sembuh sendiri.Persentase penderita dengan usia di atas 12 tahun seperti bisa dilihat pada tabel di bawahini. Usia persentase: 12 – 29 tahun 70 – 80 %, 30 – 39 tahun 10 – 20 %, > 40 tahun 5 – 10 %.
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum:
Tujuan umum dari penulisan laporan ini adalah diharapkan mahasiswa dapat menyelesaikan tugas laporan praktik lapangan dengan baik dan tepat waktu.
Tujuan khusus:
Meningkatkan pengetahuan tentang konsep dan teori keperawatan klien dengan penyakit Typhoid Fever.
Memberikan asuhan keperawatan secara tepat melalui dari tahap pengkajian, perumusan dari diagnosa keperawatan, pembuatan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi terhadp tindakan dan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
Menggunakan sebagai bahan dan teori yang didapat dengan khusus yang ada dilapangan.
Mengidentifikasi faktor penghambat dan penunjang dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Demam Typhoid diruang Malikussaleh Rumah Sakit Daerah TK.IV IM Lhokseumawe.
Manfaat Penulisan
Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit demam tifoid
Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan demam tifoid
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar
Definisi
Deman Typhoid adalah penyakit akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan segala deman, gangguaan pada saluran pencernaan.(Mansjoer, 2002,; 432)
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 2001 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. (www.sehat-jasmanidanrohani.blogspot.com)
Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Etiologi
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
Manifestasi Klinis
Masa tunas typhoid 10 – 14 hari
Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.
Minggu II
Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran
Kompikasi
Komplikasi intestinal
Perdarahan usus
Perporasi usus
Ilius paralitik
Komplikasi extra intestinal
Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik.
Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
Komplikasi pada hepar dan kandung empedu :
hepatitis, kolesistitis.
Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid.
Penataksanaan
Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.
Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
Diet.
Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
Obat-obatan.
Klorampenikol
Tiampenikol
Kotrimoxazol
Amoxilin dan ampicillin
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab tiga ini penulis akan membahas laporan kasus pada Ny. S dengan Demam Typhoid Diruang Malikussaleh Rumah Sakit Daerah TK.IV IM Lhokseumawe.
Pengkajian
Identitas Klien
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 33 tahun
A g a m a : Islam
Pendidikan : SLTA
Alamat : Asrama Kodim Lhokseumawe
Suku Bangsa : Aceh
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Ruangan Rawat : Malikussaleh
Dianosa medis : Demam Typoid
Tanggal Masuk : 27 Januari 2018
Tanggal Pengkajian : 29 Januari 2018
Riwayat Kesehatan Klien
Kesehatan Masa Lalu :
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit seperti maag dan malaria apalagi penyakit menular.
Riwayat Kesehatan Sekarang :
Klien mengatakan demam menggigil, nafsu makan berkurang, mual dan muntah, nyeri pada ulu hati saat bergerak.
P : Nyeri pada abdomen
Q : ditusuk-tusuk
R : Nyeri pada epigastrium
S : 6 (sedang)
T : Berkala tak menentu
Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit keturunan.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Klien lemah
Kesadaran : Compos Mentis
GCS = 15 E : 4 M : 5 V : 6
Tanda-tanda vital :
TD : 110/80 mmHg RR : 20 x/menit N : 102 x/menit
S : 38 0C BB : 46 kg
Pemeriksaan Persistem :
Sistem Pernafasan
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada massa dan sputum pergerakan paru kanan dan kiri normal dengan frekuensi 20 kali/ menit .
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, pada sinus prontalit maksilanus nyeri tekan tidak ada
Perkusi : Bunyi resonan pada lapang dada.
Auskultasi : Normal
Sistem Kardiovaskuler:
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada pembesaran dada kanan atau kiri
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, dengan frekuensi nadi 102 x/ menit
Perkusi : Tidak terdengar suara pekak
Auskultasi : Terdengar suara jantung S1 (lub) dan S2 (dub), Gallop (-), Murmur (-).
Sistem Persyarafan
Nervus olfaktorius : Penciuman Normal
Nervus optikus : Penglihatan klien normal dan jelas
Nervus okulomotorius. : Pergerakan bola mata klien normal dan klien tidak juling
Nervus trochlearis : Normal
Nervus trigeminus : Normal
Nervus abdusen : Sensasi wajah baik dan normal
Nervus fasialis : Gerakan otot wajah klien baik
Nervus vestibulokoklealis : Normal
Nervus glasofaringius : Rasa ; Normal
Nervus vagus : Reflek menelan baik
Nervus aksesorius : Gerakan otot baik
Nervus Hipoglosus : Gerakkan lidah baik
Sistem Pencernaan
Inspeksi : Bentuk mulut simetris, mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada abdomen atas atau bagian ulu hati skala 5
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus 20 x/m
Sistem Perkemihan
Inspeksi : Klien mengatakan bentuk alat kelaminnya normal.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada vesita urinaria
Sistem Pengindraan
Mata
Inspeksi : Bentuk simetris, konjungtiva berwarna merah muda penglihatan baik, tidak ada alat bantu penglihatan.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada massa dan sputum
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
Pendengar
Inspeksi : Bentuk simetris terdapat serumen, dengan pendengaran baik
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
Pengecap
Inspeksi : Mukosa bibir lembab, bibir simetris dan tidak terlihat bercak putih atau kotor.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada leher dan reflek menelan
Peraba
Inspeksi : Tidak ada kelainan
Palpasi : Klien bisa membedakan antara panas dan dingin
Data Penunjang (Laboratotium, Radiologi)
Jenis pemeriksaan
Hasil
Normal
WBC
Lym
MID
Gra
Lym %
6,2 k/ul
2,3 k/ul
0,3 k/ul
3,6 k/ul
37,8 %
4,0 – 12,0 k/ul
2,0 – 8,0 k/ul
1,6 – 5,0 k/ul
0,1 – 1,0 k/ul
50,0 – 80,0 k/ul
Pengobatan
RL : 20 tetes/menit
Cefotaxime : 3 x 1 gr/iv
Ranitidin : 3 x 4 gr/iv
Ondansetron : 3 x 1 gr/iv
Paracetamol : 3 x 1 tablet
Antrain : 2 x 1 amp/iv
Analisa Data
No
Data
Etiologi
Masalah
1
Ds : Klien mengatakan demam sudah 6 hari
TTV :
TD : 110/80 mmHg
RR : 20 x/menit
N : 102 x/menit
S : 38 0C
Do : Klien terlihat lemah dan gelisah
Proses perjalanan penyakit
Hipertermi
2
Ds : Klien mengatakan nyeri pada ulu hati
P : Nyeri pada abdomen
Q : ditusuk-tusuk
R : Nyeri pada epigastrium
S : 6 (sedang)
T : Berkala tak menentu
Do:
- Klien terlihat meringis
- Klien gelisah
Peningkatan asam lambung
Nyeriepigastrium
3
Ds : Klien mengatakan nafsu makan berkurang, terasa mual dan muntah
Do : - Klien tampak mengeluh dan meringis
- BB sebelum masuk 48 kg
- BB Sesudah masuk 46 kg
- Klien hanya menghabiskan 4-6 sendok makan
Anoreksia
Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukannya pengkajian dan analisa data, maka tahap selanjutnya perumusan diagnosa keperawatan adapun diagnosa yang muncul pada Ny. S dengan Demam Typoid diruangan Malikussaleh Rumah Sakit Daerah Tingkat IV.IM. 0701 Lhokseumawe adalah:
Hipertermi berhubungan dengan proses perjalanan penyakit
Do : Klien terlihat lemah dan gelisah
Ds : Klien mengatakan demam sudah 6 hari
TTV :
TD : 110/80 mmHg
RR : 20 x/menit
N : 102 x/menit
S : 38 0C
Nyeri epigastrium berhubungan dengan asam lambung yang meningkat
Ds : Klien mengatakan nyeri pada ulu hati
Do:
- Klien terlihat meringis
- Klien gelisah
Anoreksia berhubungan dengan perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Ds : Klien mengatakan nafsu makan berkurang, terasa mual dan muntah
Do :- Klien tampak mengeluh dan meringis
- BB sebelum masuk 48 kg
- BB Sesudah masuk 46 kg
- Klien hanya menghabiskan 4-6 sendok makan
Intervensi
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1
Hipertermi berhubungan dengan proses perjalanan penyakit
Do : Klien terlihat lemah dan gelisah
Ds : Klien mengatakan demam sudah 6 hari
TTV :
TD : 110/80 mmHg
RR : 20 x/menit
N : 102 x/menit
S : 38 0C
Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 jam diharapkan suhu tubuh klien normal dengan kriteria hasil :
- Suhu tubuh
36 0C
- Klien terlihat tenang
Berikan kompres hangat basah
Monitoring tetesan infuse 20 tetes per menit
Kolaborasi pemberian obat Piresik dan Antibiotik
Untuk menurunkan panas klien
Untuk membantu kebutuhan nutrisi tubuh
Untuk membantu menurunkan panas klien
2
Nyeri epigastrium berhubungan dengan asam lambung yang meningkat
DS : Klien mengatakan nyeri pada ulu hati
DO :
- Klien terlihat meringis
- Klien gelisah
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam. Diharapkan nyeri klien hilang dengan criteria hasil :
- Skala nyeri 1
- Klien terlihat santai
Kaji skala nyeri
Berikan posisi nyaman
Kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgesik
Untuk mengetahui tingkat skala nyeri
Untuk membantu mengurangi nyeri
Untuk mengurangi nyeri
3
Anoreksi berhubungan dengan perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
DS : Klien mengatakan nafsu makan berkurang, terasa mual dan muntah
DO : - Klien tampak mengeluh dan meringis
- BB sebelum masuk 48 kg
- BB Sesudah masuk 46 kg
- Klien hanya menghabiskan 4-6 sendok makan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
3 x 24 jam diharapkan klien tidak mual dan muntah dengan criteria hasil :
- Klien mau makan
- Klien terlihat lahap saat makan
Kaji pola nutrisi
Kolaborasi menganjurkan makan sedikit tapi sering
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat suplemen
Agar mengeathui porsi makan klien
Agar makan klien kembali normal
Agar pemberian gizi sesuai kebutuhan tubuh
Implementasi
No
Hari/Tanggal
No Dx
Implementasi (DAR)
1
29/01/2018
I
D : Klien mengatakan demam sudah 6 hari
A :Berikan kompres hangat basah
- Monitoring tetesan infuse 20 tetes per menit
- Kolaborasi pemberian obat anti piretik dan Antibiotik
R :
- Kompres hangat basah sudah diberikan
- Observasi tetesan infuse normal
- Pemberian obat sesuai dosis sudah diberikan
29/01/2018
II
D : Klien mengatakan nyeri pada ulu hati
A :
- Kaji skala nyeri
- Berikan posisi nyaman
- Kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgesic
R :
- Klien terlihat tenang dan nyaman
- Klien tidak gelisah
29/01/2018
III
D : Klien mengatakan nafsu makan berkurang, terasa mual dan muntah
A :
- Kaji pola nutrisi
- Kolaborasi menganjurkan makan sedikit tapi sering
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat suplemen
- BB klien 46 kg
R :
- Klien terlihat santai dan tenang
- Klien ridak mual lagi
- Klien bisa makan secukupnya
2
29/01/2018
I
D : Klien mengatakan demam , Suhu tubuh klien 38 0C
A : - Melanjutkan tindakan memberikan kompres hangat dingin
- Mengkolaborasikan pemberian obat piretik
R :
- Klien tidak demam lagi
- Klien terlihat santai
- Suhu tubuh 36 0C
29/01/2018
II
D : Klien mengatakan nyeri pada ulu hati
A :- Mengkaji skala nyeri
- Memberi posisi yang nyaman
- Mengkolaborasi pemberian obat analgesic
R :
- Skala nyeri klien 4-6 (sedang)
- Posisi semi fowler telah diberikan
- Klien merasa tenang
29/01/2018
III
D : Klien mengatakan masih belum ada nafsu makan dan tidak mual muntah lagi
A :
- Mengkaji pola nutrisi
- Mengkolaborasi makan sedikit tapi sering
- Menganjurkan klien untuk bayak minum air gula
R :
- Klien klien hanya menghabiskan 5-6 sendok saja
- Klien masih mual muntah
- BB klien 46 kg
30/01/2018
I
D : Klien mengatakan sudah tidak demam lagi, suhu tubuh klien 36 0C
A :
- Melanjutkan tindakan memberikan kompres hangat dingin
- Mengkolaborasikan pemberian obat anti piretik
R :
- Klien tidak demam lagi
- Klien terlihat santai
- Suhu tubuh 36 0C
II
D : Klien mengatakan masih nyeri pada ulu hati
- Mengkaji skala nyeri
- Memberi posisi yang nyaman
- Mengkolaborasi pemberian obat analgesic
R :
- Skala nyeri klien 4-6 (sedang)
- Posisi semi fowler telah diberikan
- Klien merasa tenang
III
D : Klien mengatakan sudah mau makan dan tidak mual muntah lagi
- Mengkaji pola nutrisi
- Mengkolaborasi makan sedikit tapi sering
- Menganjurkan klien untuk bayak minum air gula
R :
- Klien terlihat lahap saat makan
- Klien tidak mual muntah lagi
- BB klien naik jadi 47 kg
F. Evaluasi
No
Tanggal/jam
No Dx
Perkembangan (SOAPIE)
1
29/01/2018
I
S : Klien mengatakan demam sudah 6 hari
O :
- Klien terlihat lemah dan gelisah,
- S = 38 0C
A : Masalah teratasi
P : Intervensi ditentukan
I :
- Memberikan kompres hangat basah
- Memonitoring tetesan infuse 20 tetes per menit
- Mengkolaborasi pemberian obat Anti piretik dan Antibiotik
E :
- Klien terlihat tenang pada saat di kompres
- Tetesan infuse berjalan dengan lancer
- Klien terlihat nyaman dan santai
29/01/2018
II
S : Klien mengatakan tidak nyeri ulu hati
O :
- Klien terlihat santai
- Skala nyeri 6
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
I : - Kaji skala nyeri
- Berkolaborasi dalam pemberian obat analgesik
- Memberikan posisi yang nyaman
E: - Skala nyeri klien 6
- Obat piretik telah diberikan
29/01/2018
III
S : klien mengatakan mual muntah lagi dan tidak nafsu makan
O : - Klien terlihat lemah
- BB sebelum masuk 48 kg
- BB Sesudah masuk 46 kg
- Klien hanya menghabiskan 4-6 sendok makan
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
I :- - Mengkaji pola nutrisi
- Mengkolaborasi menganjurkan makan sedikit tapi sering
- Mengkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat suplemen
- Menganjurkan minum air gula secukupnya
E :
- Klien tampak lemah
- Klien nampak mual dan muntah
- Klien enakan saat diberi air gula
2
30/01/2018
I
S : Klien mengatakan masih demam
O :
- Klien terlihat pucat,
- S = 37 0C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
30/01/2018
II
S : Klien mengatakan tidak nyeri ulu hati
O :
- Klien terlihat santai
- Skala nyeri 6
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
30/01/2018
III
S : klien mengatakan kurang nafsu makan
O : - klien masih mual BB sebelum masuk 48 kg
- BB Sesudah masuk 46 kg
- Klien hanya menghabiskan 4-6 sendok makan
A : masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
3
30/01/2018
I
S : klien mengatakan sudah tidak demam lagi
O :
- klien terlihat tenang dan terbaring santai,
- S = 36 C
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
30/01/2018
III
S : Klien mengatakan tidak mual muntah lagi dan nafsu makan sudah ada
O:- Klien terlihat lahap pada saat makan
- BB Sesudah naik ± 47 kg
- Klien hanya menghabiskan makannya
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran. Penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella type A.B.C penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Cara pencegahan penyakit typoid yang dilakukan adalah cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipasteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas.
B. Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang penyakit typoid dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Brunners & Suddart, (2002), Buku Ajar Keperawatan, Edisi 8, Penerbit EGC, Jakarta.
Doengoes, Marilyn E., (2002), Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Tujuan Perawatan Pasien, Edisi III, EGC, Jakarta.
Evelyn C., Pearce, (2002), Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Nursalam, (2001), Proses Dokumentasi Keperawatan, Edisi I, Salemba Medika, Jakarta.
Pengertian Demam Tipoid. Diambil tanggal 8 Juni 2012 http://sehat-jasmanidanrohani.blogspot.com/2011/01/thypoid-fever.html
Definisi Typoid. Diambil pada tanggal 8 Juni 2012. Asuhan Keperawatan dengan Demam Tipoid. Diambil tanggal 9 Juni 2012. http://denfirman.blogspot.com/2010/06/asuhan-keperawatan-typoid.html
Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan. Diambil pada tanggal 9 Juni 2012. http://blogs.unpad.ac.id/haqsbageur/2010/03/26/anatomi-dan-fisiologi-sistem-pencernaan-manusia/
Sudoyo, Aru W., (2006) , Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV, Jilid III, FKUI, Jakarta.
Tarwono, Wartonah, (2004), Kebutuhan Dasar Manusi dan Proses Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.