LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEMAM TYPOID
OLEH :
NAMA
:
DIANA RATNAWATI
NIM
:
91331291491.0010
PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI TIN GGI ILMU IL MU KESEHAT KESE HATAN AN AVICENNA KENDARI 2014
LAPORAN PENDAHULUAN DEMAM TYPOID 1. Pe!e"#$%
Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari tujuh hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran. Demam typoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakteremia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi nodus peyer di distal ileum. Disebabkan salmonella thypi, ditandai adanya demam 7 hari atau lebih, gejala saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Demam typoid adalah penyakit infeksi bakteri hebat yang di awali di selaput lendir usus, dan jika tidak di obati secara progresif akan menyerbu jaringan di seluruh tubuh. 2. E#$&'&!$
Menurut Arif Mansjoer etiologi dari demam typoid adalah Salmonella typhi, sedangkan demam paratipoid disebabkan oleh organisme yang termasuk dalam spesies salmonella enteretidis bioseratife para typhi B, salmonella enteretidis bioseratife . !uman"kuman ini lebih dikenal dengan nama salmonella paratyphi A, salmonella schottmueller dan salmonella hirscfeldii. 3. P%#&($)$&'&!$
!uman salmonella thypi masuk bersama makanan# minuman setelah berada di dalam usus halus mengadakan in$asi ke jaringan limfoid usus halus %terutama plak peyer& dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah menyebabkan keradangan dan nekrosis setempat kuman lewat pembuluh darah limfe masuk ke darah %bakterimia primer& menuju organ retikuloendotelial system %'(S& terutama hati dan limfa. Di tempat ini kuman difagosit oleh sel"sel fagosit '(S dan kuman yang tidak difagosit berkembang biak. )ada akhir masa inkubasi *"+ hari kuman kembali masuk ke darah menyebar keseluruh tubuh %bakteremia sekunder& dan sebagian kuman masuk ke organ tubuh terutama limpa, kandung empedu yang selanjutnya kuman tersebut di keluarkan kembali dari kandung empedu ke rongga usus dan menyebabkan reinfeksi di usus. Dalam masa bakteremia ini kuman mengeluarkan endotoksin yang susunan kimia nya sama dengan somatik antigen %lipopolisakarida&, yang semula diduga bertanggung jawab terhadap terjadinya gejala"gejala dari demam typoid. . Demam typoid disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya yang merangsang sintesis dan pelepasan at pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. Selanjut at pirogen yang beredar di darah mempengaruhi pusat termoregulasi di hipotalamus yang mengakibatkan timbulnya gejala demam.
4. T%*% *% Ge+%'%
-ejala"gejala yang timbul ber$ariasi. Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya, yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis. )ada pemeriksaan fisik hanya didapatkan peningkatan suhu badan. Dalam minggu kedua gejala"gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardi relatif, lidah typoid %kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta tremor&, hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan kesadaran berupa samnolen koma, sedangkan reseolae jarang ditemukan pada orang ndonesia. Menurut /gastiyah demam typoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Masa tunas 01"21 hari, yang tersingkat 3 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 41 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis yang biasanya ditemukan, yaitu5 a. Demam )ada kasus yang khas, demam berlangsung 4 minggu bersifat febris remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur"angsur naik setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali. b. Gangguan Pada Saluran Pencernaan )ada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah"pecah %ragaden&. 6idah tertutup selaput putih kotor %coated tongue&, ujung dan tepinya kemerahan. )ada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung. ati dan limpa membesar disertai nyeri dan peradangan. c. Gangguan Kesadaran 8mumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen. 9arang terjadi supor, koma atau gelisah %kecuali penyakit berat dan terlambat mendapatkan pengobatan&. -ejala lain yang juga dapat ditemukan, pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseol, yaitu bintik"bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada minggu pertama demam, kadang"kadang ditemukan pula trakikardi dan epistaksis. d. Relaps 'elaps %kambuh& ialah berulangnya gejala penyakit demam typoid, akan tetapi berlangsung ringan dan lebih singkat. :erjadi pada minggu kedua setelah suhu badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps terjadi karena terdapatnya basil dalam organ"organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh at anti. ,. K&-'$/%)$ Menurut /gastiyah komplikasi pada demam typoid dapat terjadi pada usus halus, umumnya jarang terjadi bila terjadi sering fatal diantaranya adalah5
a. Perdarahan Usus Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan benidin. Bila perdarahan banyak terjadi melena dan bila berat dapat disertai perasaan nyeri perut dengan tanda"tanda renjatan. b. Perforasi Usus :imbul biasanya pada minggu ke"4 atau setelah itu dan terjadi pada bagian distal ileum. )erforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara dirongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara diantara hati dan diafragma. )ada foto rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak. c. Peritonitis Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus halus. Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang %defense musculair& dan nyeri tekan. !omplikasi di usus halus, terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis %bakterimia& yaitu meningitis, kolesistitis, ensefalopati dan lain"lain, terjadi karena infeksi sekunder yaitu Bronkopneumonia. Dehidrasi dan asidosis dapat timbul akibat masukan makanan yang kurang dan respirasi akibat suhu tubuh yang tinggi. . Pe-e"$/)%% Pe+%!
Menurut Da$id ;$edoff pemeriksaan khusus yang diperiksa adalah5 a. 9umlah leukosit %biasanya terdapat leukopenia&. b. Selama minggu pertama, biakan darah positif pada +1< penderita. c. Biakan tinja menjadi positif pada minggu kedua dan ketiga. d. Biakan sum"sum tulang sering berguna bila biakan darah negatif. e. :iter agglutinin %tes widal terhadap antigen somatic %;& dan flagel %A& meningkat selama minggu ketiga, positif semua dan kadang"kadang negatif semua bisa mungkin terjadi pada tes widal&. Menurut 'achmat 9uwono bahwa pemeriksaan 6aboratorium melalui5 1. Pemeriksaan leukosit )emeriksaan leukosit ini tidaklah sering dijumpai, karena itu pemeriksaan jumlah leukosit ini tidak berguna untuk diagnosis demam typoid. 2. Pemeriksaan SGO dan SGP S-;: dan S-): seringkali meningkat, tetapi kembali ke normal setelah sembuhnya demam typoid. !enaikan S-;: dan S-): ini tidak memerlukan pembatasan pengobatan. !. "iakan darah Biakan darah positif memastikan demam typoid, tetapi biakan darah negatif tidak menyingkirkan demam typoid. #. U$i %idal 8ji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi %aglutinin&. Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella typhi terdapat dalam serum pasien demam typoid, juga pada orang yang pernah ketularan salmonella typhi dan juga para orang yang pernah di$aksinasi terhadap demam typoid.
. Pe%#%'%/)%%% Me*$)
Menurut opstead pengobatan mengatasi kuman Salmonella typhi yaitu ceftria=one, ciproflo=acin, dan oflo=acin. Sedangkan alternatif lain yaitu trimetroprin, sulfametoksaol, ampicilin dan cloramphenicol. )engobatan demam typoid terdiri atas 4 bagian, yaitu5 1. Pera%atan )asien demam typoid perlu dirawat di 'umah Sakit untuk isolasi, obser$asi dan pengobatan. )asien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 03 hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah perdarahan usus. Mobilisasi pasien dilakukan seca ra bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien. 2. Diet Di masa lampau, pasien demam typoid diberi bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. )emberian bubur saring tersebut dimaksudkan untuk menghindari komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus, karena ada pendapat bahwa usus perlu di istirahatkan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa %pantang sayuran dengan selai kasar& dapat diberikan dengan aman pada pasien demam typoid. !. Obat ;bat"obatan antimikroba yang sering dipergunakan, ialah5 a. !loramfenikol Dosis hari pertama 3 kali 2*1 mg, hari kedua 3 kali *11 mg, diberikan selama demam dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 3 kali 2*1 mg selama * hari kemudian. b. :iamfenikol Dosis dan efektifitas tiamfenikol pada demam typoid sama dengan kloramfenikol. !omplikasi hematologis pada penggunaan tiamfenikol lebih jarang dari pada kloramfenikol. Dengan tiamfenikol demam pada demam typoid turun setelah rata"rata *"> hari. c. Ampicilin dan Amo=ilin (fektifitas keduanya lebih kecil dibandingkan dengan kloramfenikol. ndikasimutlak penggunaannya adalah klien demam typoid dengan leukopenia. Dosis 7*"0*1 mg#kg berat badan, digunakan sampai 7 hari bebas demam. d. !ontrimoksaol %kombinasi trimetroprin dan sulfametaksaol& (fektifitas nya kurang lebih sama dengan kloramfenikol. Dosis untuk orang dewasa 2 kali 2 tablet sehari digunakan sampai 7 hari bebas demam turun setelah *"> hari. e.Sepalosporin generasi ketiga Beberapa uji klinis menunjukkan bahwa sepalosporin generasi ketiga antara lain sefoperaon, cefria=one, cefota=im efektif untuk demam typoid.
f. ?luorokinolon ?luorokinolon efektif untuk demam typoid, tetapi dosis dan lama pemberian yang optimal belum diketahui dengan pasti. Selain dengan pemberian antibiotik, penderita demam typoid juga diberikan obat"obat simtomatik antara lain5 a. Antipiretika tidak perlu diberikan secara rutin setiap klien demam typoid karena tidak berguna. b. !ortikosteroid !lien yang toksit dapat diberikan kortikosteroid oral atau parenteral dalam pengobatan selama * hari. asilnya biasanya sangat memuaskan, kesadaran klien menjadi baik, suhu badan cepat turun sampai normal, tetapi kortikosteroid tidak boleh diberikan tanpa indikasi, karena dapat menyebabkan perdarahan intestinal dan relaps# . P"&!&)$)
)rognosis demam typoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan tubuh, jumlah dan $irulensi salmonella, serta cepat dan tepatnya pengobatan. Angka kematian pada anak"anak 2,>< dan pada orang dewasa 7,3< rata"rata *,7 <@. Sedangkan menurut /gastiyah, umunya prognosis demam typoid pada anak baik, asal pasien cepat berobat. Mortalitas pada pasien yang dirawat adalah ><. )rognosis menjadi tidak baik bila terdapat gambaran klinis yang berat seperti5 a. Demam tinggi %hiperpireksia& atau febris continue. b. !esadaran sangat menurun %supor, koma atau delirium&. c. :erdapat komplikasi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis perforasi.
ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TEPOID
1. Pe!/%+$% Kee"%%#%
a. &kti'itas dan (stirahat. -ejala5 !elemahan, kelelahan, malaise, merasa gelisah dan ansietas, pembatasan akti$itas# kerja sehubungan dengan proses penyakit. b. Sirkulasi
:anda5 :akikardi %respon demam, proses inflamasi dan nyeri&, bradikardi relatif, hipotensi termasuk postural, kulit#membran mukosa turgor buruk, kering, lidah kotor. c. (ntegritas )go -ejala5 Ansietas, gelisah, emosi, kesal misal perasaan tidak berdaya# tidak ada harapan. :anda5 Menolak, perhatian menyempit. d. )liminasi -ejala5 Diare#konstipasi. :anda5 Menurunnya bising usus#tak ada peristaltik meningkat pada konstipasi#adanya peristaltik. e. *akanan+cairan -ejala5 Anoreksia, mual dan muntah. :anda5 Menurunnya lemak subkutan, kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk, membran mukosa pucat. f. ,-giene :anda5 !etidakmampuan mempertahankan perawatan diri, bau badan. g. -eri+ ken-amanan -ejala5 epatomegali, Spenomegali, nyeri epigastrium. :anda5 /yeri tekan pada hipokondilium kanan atau epigastrium. h. Keamanan penglihatan kabur, gangguan mental delirium# psikosis. "31 -ejala5 )eningkatan °
°
suhu tubuh 4 i. (nteraksi Sosial -ejala5 Menurunnya hubungan dengan orang lain, berhubungan dengan kondisi yang di alami. $. Pen-uluhan+ Pembela$aran -ejala5 'iwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus. 2. D$%!&)$) Kee"%%#% Diagnosis !eperawatan yang muncul menurut /A/DA %2110"2112& yaitu5 a. ipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi. b. ntoleransi akti$itas berhubungan dengan keharusan istirahat ditempat tidur# tirah baring. c. 'esiko defisit $olume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang, mual, muntah#pengeluaran yang berlebihan, diare, panas tubuh. d. !etidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang akibat mual, muntah, anoreksia atau output yang berlebihan akibat diare. e. Diare berhubungan dengan peradangan pada dinding usus halus. f. /yeri akut berhubungan dengan inflamasi pada usus halus.
g. !urang pengetahuan tentang kondisi penyakit, kebutuhan pengobatan dan prognosis berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat.
3. Pe"e5%%% Kee"%%#% a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi. (nter'ensi/ 0& Monitor suhu tubuh minimal tiap 2 jam. Rasional 5 Mengetahui perubahan suhu, suhu 4,+"30,0 menunjukkan proses inflamasi.
2& 9elaskan upaya untuk mengatasi hipertermi dan bantu klien# keluarga dalam melaksanakan upaya tersebut, seperti5 dengan memberikan kompres dingin pada daerah frontal, lipat paha dan aksila, selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh, tingkatkan intake cairan dengan perbanyak minum. Rasional 5 Membantu mengurangi demam. 4& ;bser$asi tanda"tanda $ital %:ekanan darah, Suhu, /adi dan 'espirasi& setiap 2"4 jam. Rasional 5 :anda"tanda $ital dapat memberikan gambaran keadaan umum klien. 3& Monitor penurunan tingkat kesadaran. Rasional 5 Menentukan inter$ensi selanjutnya untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. *& Anjurkan keluarga untuk membatasi akti$itas klien. Rasional 5 8ntuk mempercepat proses penyembuhan. >& !olaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian obat antipiretik dan antibiotik. Rasional 5 ;bat antiperitik untuk menurunkan panas dan antibiotik mengobati infeksi basil salmonella typhi. b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keharusan istirahat di tempat tidur/ tirah baring. (nter'ensi/ 0& Berikan bantuan untuk pemenuhan kebutuhan sehari"hari berupa makanan, minuman, ganti baju dan perhatikan kebersihan mulut, rambut, genetalia dan kuku. Rasional 5 )emberian bantuan pada klien dapat menghindari timbulnya komplikasi yang berhubungan dengan pergerakan yang melanggar program tirah baring.
2& 6ibatkan keluarga dalam pemenuhan AD6. Rasional 5 )artisipasi keluarga sangat penting untuk mempermudah proses keperawatan dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
4& 9elaskan tujuan tirah baring untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses penyembuhan Rasional 5 stirahat menurunkan mobilitas usus juga menurunkan laju metabolisme dan infeksi. c. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang, mual, muntah/ pengeluaran yang berlebihan, diare, panas tubuh. (nter'ensi/ 0& Monitor status hidrasi %kelembaban membran mukosa, turgor kulit, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik& jika diperlukan. Rasional 5 )erubahan status hidrasi, membran mukosa, turgor kulit menggambarkan berat ringannya kekurangan cairan.
2& Monitor tanda"tanda $ital Rasional 5 )erubahan tanda $ital dapat menggambarkan keadaan umum klien. 4& Monitor masukan makanan# cairan dan hitung intake kalori harian. Rasional 5 Memberikan pedoman untuk menggantikan cairan. 3& Dorong keluarga untuk membantu pasien makan. Rasional 5 !eluarga sebagai pendorong pemenuhan kebutuhan cairan klien. *& !olaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian cairan . Rasional 5 )emberian cairan untuk memenuhi kebutuhan cairan.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang akibat mual, muntah, anoreksia, atau output yang berlebihan akibat diare. (nter'ensi/ 0& Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori. Rasional 5 Mengetahui penyebab pemasukan yang kurang sehingga dapat menentukan inter$ensi yang sesuai dan efektif.
2& Monitor adanya penurunan berat badan. Rasional 5 !ebersihan nutrisi dapat diketahui melalui peningkatan berat badan *11 gr#minggu. 4& Monitor lingkungan selama makan. Rasional 5 6ingkungan yang nyaman dapat menurunkan stress dan lebih kondusif untuk makan. 3& Monitor mual dan muntah. Rasional 5 Mual dan muntah mempengaruhi pemenuhan nutrisi. *& 6ibatkan keluarga dalam kebutuhan nutrisi klien.
Rasional 5 Meningkatkan peran serta keluarga dalam pemenuhan nutrisi untuk mempercepat proses penyembuhan. >& Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein Rasional 5 )rotein dan $itamin dapat memenuhi
dan $itamin . kebutuhan nutrisi.
7& Berikan makanan yang terpilih. Rasional 5 8ntuk membantu proses dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi. & !olaborasi dengan ahli gii untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien. Rasional 5 Membantu dalam proses penyembuhan. e. Diare berhubungan dengan peradangan pada dinding usus halus. (nter'ensi/ 0& Monitor tanda dan gejala diare. Rasional 5 8ntuk menentukan inter$ensi yang akan dilakukan.
2& dentifikasi faktor penyebab diare. Rasional 5 Mengetahui penyebab diare sehingga dapat menentukan inter$ensi selanjutnya. 4& ;bser$asi turgor kulit secara rutin. Rasional 5 :urgor kulit jelek dapat menggambarkan keadaan klien. 3& Ajarkan pasien untuk menggunakan obat antidiare. Rasional 5 8ntuk membantu dalam proses penyembuhan. *& Anjurkan pasien untuk makan makanan rendah serat, tinggi protein dan tinggi kalori jika memungkinkan. Rasional 5 Makanan rendah serat dan tinggi protein dapat membantu mengatasi diare. >& ($aluasi efek samping pengobatan terhadap gastrointestinal. Rasional 5 8ntuk melanjutkan inter$ensi dan pemberian obat berikutnya. 7& ($aluasi intake makanan yang masuk. Rasional 5 8ntuk mengetahui tingkat perkembangan klien. & !olaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian cairan . Rasional 5 8ntuk membantu mempercepat proses penyembuhan. f. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada usus halus. (nter'ensi/ 0& !aji tingkat nyeri, lokasi, lamanya, intensitas dan karakteristik nyeri. Rasional 5 )erubahan pada karakteristik nyeri dapat menunjukkan penyebaran penyakit# terjadi komplikasi.
2& !aji ulang faktor yang meningkatkan nyeri dan menurunkan nyeri. Rasional 5 Dapat menunjukkan dengan tepat pencetus atau faktor yang memperberat %seperti stress, tidak toleran terhadap makanan& atau mengidentifikasi terjadinya komplikasi, serta membantu dalam membuat diagnosis dan kebutuhan terapi. 4& Beri kompres hangat pada daerah nyeri. Rasional 5 8ntuk menghilang nyeri. 3& !olaborasi dengan tim medis lainnya dalam pemberian obat analgetik. Rasional 5 Analgetik dapat membantu menurunkan nyeri. g. Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, kebutuhan pengobatan dan prognosis berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat. (nter'ensi/ 0& !aji sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga klien tentang penyakit anaknya. Rasional 5 Mengetahui pengetahuan ibu tentang penyakit demam typoid.
2& Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan klien. Rasional 5 Agar ibu klien mengetahui tentang penyakit demam typoid, penyebab, tanda dan gejala, serta perawatan dan pengobatan penyakit demam typoid. 4& Beri kesempatan keluarga untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti. Rasional 5 Supaya keluarga lebih memahami tentang penyakit tersebut. 4. E6%'%)$ ($aluasi adalah usaha untuk menilai keefektifan asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien dengan demam typoid.
asil e$aluasi yang diharapkan adalah5 a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi. )'aluasi/ 0& Suhu tubuh dalam batas normal %4>,>"47,* &. 2& !lien tidak demam lagi. 4& !lien tidak gelisah. 3& :urgor kulit baik. *& !esadaran compos mentis. b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keharusan istirahat di tempat tidur/ tirah baring. )'aluasi/ 0& !ebutuhan mandi, makan, minum, eleminasi, ganti pakaian, kebersihan mulut, rambut, kuku dan genetalia terpenuhi
2& !lien berpartisipasi dalam tirah baring. 4& !lien mobilisasi secara bertahap. c. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang, mual, muntah/ pengeluaran yang berlebihan, diare, panas tubuh. )'aluasi/ 0& Masukan dan haluaran cairan seimbang. 2& :urgor kulit baik, membran mukosa lembab. 4& :anda"tanda $ital dalam batas normal. d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang akibat mual, muntah, anoreksia, atau output yang berlebihan akibat diare. )'aluasi/ 0& !lien dapat menghabiskan makanan yang disediakan. 2& !lien tidak lagi mual, dan muntah. 4& Menunjukkan berat badan stabil atau peningkatan berat badan sesuai saran dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda"tanda mal nutrisi. e. Diare berhubungan dengan peradangan pada usus halus. )'aluasi/ 0& :idak mengalami diare. 2& :urgor kulit baik. f. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada usus halus. )'aluasi/ 0& Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol. 2& :ampak rileks dan mampu tidur atau istirahat secara adekuat. g. Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, kebutuhan pengobatan dan prognosis berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat. )'aluasi/ !eluarga klien mengerti tentang penyakit anaknya.