LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP DASAR TEORI DAN ASUHAN KEPERAWATAN INTENSIF PADA PASIEN DENGAN SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS ERYTHEMATOSUS (SLE) (SL E)
LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP DASAR TEORI DAN ASUHAN KEPERAWATAN INTENSIF PADA PASIEN DENGAN SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS ERYTHEMATOSUS (SLE) (SL E)
A& K'e* K'e* D++, D++, Te',e',1& De.--Systemic Systemic Lupus Lupus Erythemato Erythematosus sus (SLE) adalah penyakit penyakit kolagen kolagen autoimun autoimun
inflamasi inflamasi yang sifatnya kronis kronis yang disebabkan disebabkan oleh gangguan pengaturan pengaturan imun imun yang yang mengak mengakiba ibatka tkan n produk produksi si antibo antibodi di yang yang berleb berlebiha ihan. n. (Brunn (Brunner er & Suddarth, 2!") Lupus Lupus Eritem Eritemato atosus sus Sistem Sistemik ik (LES) (LES) adalah adalah penyak penyakit it autoim autoimun un yang yang meliba melibatka tkan n berbag berbagai ai organ organ dengan dengan manifes manifestasi tasi klinis klinis ber#ar ber#ariasi iasi dari dari yang yang ringan ringan sampai sampai berat. berat. $ada $ada keadaa keadaan n a%al a%al sering sering sekali sekali sulit sulit untuk untuk dikena dikenali li sebagai LES karena manifestasinya sering tidak teradi bersamaan ('ansoer rif, 2!). Systemic Systemic Lupus Lupus Erythemato Erythematosus sus (SLE) adalah suatu penyakit autoimun
limfosit sel B untuk menghasilkan antibodi, suatu molekul yang dibentuk untuk menyerang antigen spesifik. +etika antibodi tersebut menyerang sel tubuhnya sendiri, maka disebut autoantibodi. Sel B menghasilkan sitokin. Sitokin tertentu
disebut interleukin, seperti 1L ! dan 1L , memegang
peranan penting dalam SLE yaitu dengan mengatur sekresi autoantibodi oleh sel B (Simon -, 2). $ada sebagian besar pasien SLE, antinuklear antibodi () adalah antibodi spesifik yang menyerang nukleus dan 0 sel yang sehat. erdapat dua tipe , yaitu anti-doule stranded DNA (anti*ds 0) yang memegang peranan penting pada proses autoimun dan anti-Sm antibodies yang hanya spesifik untuk pasien SLE (Simon -, 2). 0engan antigen yang spesifik, membentuk kompleks imun yang beredar dalam sirkulasi sehingga pengaturan sistem imun pada SLE terganggu yaitu berupa gangguan klirens kompleks imun besar yang larut, gangguan pemrosesan kompleks imun dalam hati, dan penurunan uptake kompleks imun
oleh ginal. Sehingga
pertengahan kedua kehamilan. Sindrom ini dapat teradi sendirian atau bersamaan dengan SLE atau gangguan autoimun lainnya. b. 4enetik 6aktor genetik memegang peranan penting dalam kerentanan dan ekspresi penyakit. Sekitar !*27 pasien SLE memiliki kerabat dekat yang uga menderita SLE. Saudara kembar identik sekitar 28*97 (setiap pasien memiliki manifestasi klinik yang berbeda) sedangkan non*identik 2*:7. ;ika seorang ibu menderita SLE maka kemungkinan anak perempuannya untuk menderita penyakit yang sama adalah !/" sedangkan anak laki*laki !/28. $enelitian terakhir menunukkan adanya peran dari gen*gen yang mengkode unsur*unsur sistem imun. +aitan dengan haptolip '-3 tertentu, terutama -L*0 2 dan -L*0 < serta komplemen (3! = , 3!r , 3!s , 3" dan 32) telah terbukti. Suatu penelitian menemukan adanya kelainan pada " gen yang mengatur apoptosis, suatu proses alami pengrusakan sel. $enelitian lain menyebutkan
sel di ba%ah kulit dan sistem imun menganggap perubahan tersebut sebagai antigen asing dan memberikan respon autoimun. Drug-Induced Lupus. eradi setelah pasien menggunakan obat*obatan tertentu dan mempunyai geala yang sama dengan SLE. +arakteristik sindrom ini adalah radang pleuroperikardial, demam, ruam dan artritis. ;arang teradi nefritis dan gangguan SS$. ;ika obat*obatan tersebut dihentikan, maka dapat teradi perbaikan manifestasi klinik dan dan hasil laoratoium. Hormon.
Secara umum estrogen meningkatkan produksi antibodi dan
menimbulkan flare sementara testosteron mengurangi produksi antibodi. Sitokin berhubungan langsung dengan hormon se@. Aanita dengan SLE biasanya memiliki hormon androgen yang rendah, dan beberapa pria yang menderita SLE memiliki le#el androgen yang abnormal (Simon -, 2) $enelitian lain menyebutkan bah%a hormon prolaktin dapat merangsang respon imun.
endotel, trombosit). 0i sisi lain antibodi uga berikatan dengan antigennya sehingga terbentuk imun kompleks yang merusak berbagai organ bila mengendap. $erubahan abnormal dalam sistem imun tersebut dapat mempresentasikan protein , 0 dan phospolipid dalam sistem imun tubuh. Beberapa autoantibodi dapat meliputi trombosit dan eritrosit karena antibodi tersebut dapat berikatan dengan glikoprotein 11 dan 111 di dinding trombosit dan eritrosit. $ada sisi lain antibodi dapat bereaksi dengan antigen cytoplasmic trombosit dan eritrosit yang menyebabkan proses apoptosis. $eningkatan imun kompleks sering ditemukan pada SLE dan ini menyebabkan kerusakan aringan bila mengendap. 1mun kompleks uga berkaitan dengan komplemen yang akhirnya menimbulkan hemolisis karena ikatannya pada receptor 3
$eradangan berbagai bagian antung bisa teradi, seperti perikarditis, endokarditis maupun miokarditis. yeri dada dan aritmia bisa teradi sebagai akibat keadaan tersebut. d. Sistem $ernafasan $ada lupus bisa teradi pleuritis (perdangan selaput paru) dan efusi pleura (penimbunan cairan antara paru dan pembungkusnya). kibat dari keadian tersebut sering timbul nyeri dada dan sesak napas. e. Sistem ?askuler 1nflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan purpura di uung ari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan ba%ah atau sisi lateral tangan dan berlanut nekrosis. f. Sistem $erkemihan da 2 macam kelainan patologis pada ginal, yaitu nefritis lupus difus dan nefritis lupus membranosa. efritis lupus merupakan kelainan yang paling berat. +linis biasanya tampak sebagai sindrom nefrotik, hipertensi serta gangguan fungsi ginal sedang sampai berat. efritis lupus membranosa lebih arang ditemukan. 0itandai dengan sindrom nefrotik, gangguan
4& Pe5e,-6++ Pe8+3 a . 3 Scan 3 Scan direkomendasikan setelah stabilisasi alan nafas dan sirkulasi.
;ika hasil pencitraan negatif, fungsi lumbal dapast dipertimbangkan untuk menyingkirkan etiologi infeksia b. Lumbal $unksi 0irekomendasikan hanya pada pasien SE yang memiliki manifestasi klinis infeksi SS$ c. EE4 (elektoensefalografi) Sangat berperan untuk menunukkan fokus dari suatu keang di area tertentu
otak.
3ontinuous
EE4
(cEE4)
sangat
berguna
pada
penatalaksanaan SE di ruang intensi#e care unit (13>), dilakukan dalam satu am seak onset ika keang masih berlanut. 1ni bermanfaat untuk mempertahankan dosis obat antiepilepsi selama titrasi dan mendeteksi berulangnya keang. 1ndikasi penggunaan cEE4 pada SE adalah keang klinis yang masih berlangsung atau SE yang tidak pulih dalam ! menit, koma postcardiac arrest, dugaan noncon#ulsi#e SE pada pasien dengan
+ortikosteroid (steroid) merupakan hormon yang berfungsi mencegah peradangan (anti inflamatori) dan merupakan pengatur kekebalan tubuh, bentuknya krim, salep, pil atau disuntikkan. -omon ini dapat mengendalikan berbagai
fungsi
metabolisme
di
dalam
tubuh.
+ortikosteroid
untuk
mengurangi peradangan dan menekan akti#itas berlebihan dari sistem kekebalan. $enggunaan obat ini tergantung pada kebutuhan pasien, misalnya pasien dengan geala demam, radang sendi (atritis), atau radang selaput dada5paru yang tidak bereaksi terhadap obat*obat non steroid. >mumnya, di beri obat kortikosteroid oral dengan dosis rendah, seperti prednisone atau motil prednisolone (prednisolone). $ada pasien tingkat serius diberikan seperti radang ginal dengan protein yang sangat banyak pada air seni, amoniak, umlah trombosit rendah (trombositopenia) dan keang*keang. $emberian obat dalam dosis tinggi bisa melalui oral, suntikan atau infus intra#ena (bolus terapi). Begitu geala beraksi terhadap pengobatan ini, dosis berangsur dikurangi. 3ontoh obat/ 1) P,e9-'
1ndikasi / nyeri dan radang pada penyakit rematik (termasuk u#enil artritis) dan gangguan otot skelet lainnya, gout akut, nyeri pasca bedah. Efek samping / porfiria, supositoria bisa mengakibatkan iritasi rektum. 0osis / (oral) 98*!8 mg5hari dalam 2*< dosis sebaiknya setelah makanD ineksi 1' dalam, 98 mg5hari. & A-5+l+,-+ bat antimalaria efektif mengobati atritis (radang sendi, ruam kulit, dan saria%an di mulut). Serta uga efektif untuk mengobati geala kulit dan sendi ini dikarenakan fungsinya yang meredakan sakit di otot, sendi, paru, radang pada selaput antung dan geala lain seperti rasa lelah dan demam tinggi. 3ontoh obat/ H-9,'6-6l','.- 0osis / <*9 mg5kg5hari sebagai garam sulfat (maksimal " mg5hari). 9& I5'*,e+ bat ini membantu meredakan akti#itas penyakit pada organ utama, seperti ginal. +edua, mengurangi atau menghilangkan kebutuhan pasien lupus akan steroid. 3ontoh obat/ S-6l'.'.+5-9 1ndikasi / digunakan dalam terapi leukimia limfositik kronik, limfoma, dan
c. $eradangan membran pleura yang mengelilngi paru dapat membatasi perapasan. Sering teradi bronkhitis. d. 0apat teradi #askulitis di semua pembuluh serebrum dan perifer. e. +omplikasi susunan saraf pusat termasuk stroke dan keang. $erubahan kepribadian, termasuk psikosis dan depresi dapat teradi. $erubahan kepribadian mungkin berkaitan dengan terapi obat atau penyakitnya (EliFabeth, 2:).
#& K'e* D++, Ah+ Ke*e,+<++ SLE 1& Pe36+8-+ a. 1dentitas $asien $ada tahap ini pera%at perlu mengetahui tentang nama, umur, enis
kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekeraan pasien. b. +eluhan >tama +eluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
Status mental/ obser#asi penampilan dan tingkah laku klien, nilai gaya bicara dan obser#asi ekspresi %aah, akti#itas motorik pada klien epilepsi tahap lanut biasanya mengalami perubahan status mental seperti adanya gangguan perilaku, alam perasaan dan persepsi c. $emeriksaan saraf cranial a) Saraf 1. Biasanya pada klien epilepsi tidak ada kelainan dan fungsi penciuman b) Saraf 11. es ketaaman penglihatan dalam kondisi normal c) Saraf 111, 1?, dan ?1. 0engan alasan yang tidak diketahui, klien epilepsi mengeluh mengalami fotofobia, (sensitif yang berlebihan terhadap cahaya) d) Saraf ?. Biasanya tidak didapatkan paralisis otot %aah dan refle@ kornea biasanya tidak ada kelainan e) Saraf ?11. $ersepsi pengecapan dalam batas normal, %aah simetris. f) Saraf ?111. idak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi g) Saraf 1G dan G. +emampuan menelan baik h) Saraf G1. idak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapeFius. i) Saraf G11. Lidah simetris, tidak ada de#iasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. 1ndra pengecapan normal. d. Sistem motorik
$ada fase akut setelah keang biasanya didapatkan adanya penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik secara umum sehingga mengganggu akti#itas pera%atan diri. 2& D-+3'+ Ke*e,+<++
a. +etidakefektifan bersihan alan napas berhubungan dengan mukus berlebih b. isiko ketidakefektifan perfusi aringan otak ditandai dengan faktor risiko tumor otak (penyakit neurologis) c. yeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis d. +erusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunologis & Rencana Keperawatan N'
!
D-+3'+ Ke*e,+<++ +etidakefektifan
T8+ 9+ K,-e,-+
Ie,=e-
H+-l NOC:
bersihan alan napas Re*-,+',/ S+:
NIC: A-,<+/ M++3e5e
h. +olaborasi
pemberian
obat bronkodilator i.
'onitor dan status oksigenasi irama,
.
(frekuensi,
kedalaman
dan
usaha dalam bernapas) nurkan pasien untuk
batuk efektif k. Berikan nebuliFer
ika
diperlukan 2
isiko
NOC :
ketidakefektifan
ditandai
dengan
faktor risiko tumor
C-
perfusi aringan otak
NIC :
* 3atat
,l+-' + T-
e P,e.-' :
Se-;,e P,e+-'
memiliki
apakah
pasien ri%ayat
pengobatan dan frekuensi
parameter dan
hemodinamik,
mempertahankan
hemodinamik
dalam
rentang yg diharapkan H
'onitor '$
H
Berikan agents yang memperbesar
#olume
intra#askuler
misalnya
(koloid,
produk
darah,
atau kristaloid) H
+onsultasi
dengan
dokter
untuk
mengoptimalkan
posisi
kepala (!8*< deraat) dan monitor
respon
pasien
dapat terkontrol dengan kriteria hasil / !. idak respon
b. 3ek
menunukkan non
adanya nyeri. 2. 'enggunakan analgetik analgetik. <. anda*tanda
pemberian obat
dan
#erbal
non #ital
dalam batas normal.
alergi
terhadap obat c. $ilih analgesik yang tepat atau
terapi
ri%ayat
kombinasi
dari
analgesik lebih dari satu ika diperlukan d. entukan analgesik yang diberikan (narkotik, non* narkotik, atau S10) berdasarkan
tipe
dan
keparahan nyeri e. entukan rute pemberian analgesik dan dosis untuk mendapat
hasil
yang
sebelum
dan
pemberian
sesudah analgesik
pertama kali "
+erusakan integritas
NOC /
NIC / P,e,e
kulit berhubungan
T-e Ie3,-/ : S6-
M++3e5e
dengan defisit
+9
a. -indari
imunologi
Me5,+e
M'
Setelah
selama
kepera%atan <@2"
am
agar
kebersihan tetap
teratasi
dengan
kriteria hasil/
bersih
dan
kulit
akan
adanya kemerahan d . leskan
lotion
1ntegritas kulit yang
minyak5baby
baik
derah yang tertekan
bisa
kulit
kering
kerusakan integritas kulit c . 'onitor pasien
pada
tempat tidur dilakukan b. ;aga
tindakan
kerutan
oil
atau pada
DAFTAR PUSTAKA
$embimbing $raktik (31)
0enpasar, 2 0esember 2! 'ahasis%a
(IIIIIIIIIIIII) 1$.
$embimbing kademik (3)
( Luh $utu etika%ati ) 1'. $9!22!<9
P+h<+/ : 'aktor idiopak
rauma lahir cedera kepala demam gangguan metabolik tumor otak
'ungsi sel *supresor abnormal sehingga ter+adi peningkatan produksi autobodi
Kerusakan neuron
erganggun$a regulasi kekebalan
stabilisasi membran sinaps ,embengkakan pada muskuloskeletal n!uks "a ke intraseluler Kedak seimbangan neurotransmiter Nyeri Akut
"a dalam intra sel berlebihan
Kedakseimbangan ion "a & Ka
Kedakseimbangan elektrolit
GABA zat inhibif Depolarisasi aselkolin (zat eksitaf) G# polarisasi (h$po%hiper polarisasi)
G#b depolarisasi (kelistrikan saraf)
K-.A"G
/mum
,arsial
sederhana
kompleks absens
kesadaran
mioklonik
onik klonik
atonik
Gangguan peredaran darah di otak dan +aringan
irah baring lama
Re!eks menelan
0uplai darah ke otak dan +aringan menurun
Kerusakan
Akumulasi mukus Risiko Kedakefekfan
Integritas Kulit Kedakefekfan Bersihan Jalan Nafas nafas
Perfusi Jaringan Otak