LAPORAN PENDAHULUAN PENDAHU LUAN ASUHAN KEPERAWA KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK)
A. DEFI DEFIN NISI ISI
Penyakit Penyakit Paru Paru Obstru Obstruksi ksi Kronik Kronik menuru menurutt Anies Anies (2006) (2006) adalah adalah suatu suatu penyumbatan menetap pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh emfisema dan bronchitis kronis. edangkan menurut yl!ia yl!ia dan "aurence (2006) Penyakit Paru Obstruksi Kronik merupakan sekelompok sekelompok penyakit paru yaitu emfisema emfisema paru# bronkitisakut dan asma bronchial yang berlangsung lama ditandai oleh peningkatan resitensi terhadap aliran udara. Penyakit Penyakit Paru Obstruksi Obstruksi Kronik Kronik menurut menurut $an %ambay %ambayong ong (&''') adalah menghambatnya aliran udara di dalam paru yang menimbulkan sedikit tahanan pada inspirasi dan lebih banyak tahanan pada ekspirasi. Penyakit Paru Obstruksi Kronik menurut usan artin%ucker dkk#(&'') adalah kondisi kroni yang berhubunan denan ri*ayat emfisema paru# bronchitis kronik dan asma bronchial disebabkan oleh perokok aktif atau terpa+an pada polusi udara#terdapat sumbatan +alan naas yang secara rogrsif meningkat. Penyakit Penyakit Paru Obstruksi Obstruksi Kronik menurut menurut ,a!id O!edoff O!edoff (2002) adalah sekre ekresi si
mukoi ukoid d
bron bronch chiial
bert bertm mbah bah
ecar ecaraa
menet enetap ap
di
sert ertai
deng dengan an
kecenderungan ter+adi infeksi yang berualang di sertai batuk produktif selama bulan +angka *aktu2 tahun berturut-turut. Penyakit paru obstruksi kronik menurut maler maler (200&) adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronik# bronkiektasis# emfisema dan asma# asma# yang merupakan kondisi ire!ersibel ire!ersibel yang berkaitan berkaitan dengan dispnea saat akti!itas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru.
Penyakit Paru Obsruksi Kronik menurut iluh /. asin (200) adalah kondisi obstruksi ire!isibel progresif aliran udara dan ekspirasi biasanya ditandai dengan kesulitan bernafas# batuk produktif# serta intolenransi aktifitas. ,ari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bah*a Penyakit Paru Obstruksi Kronik merupakan penyakit obstruksi +alan nafas karena bronkitas kronis# bronkietaksis dan emfisema# obstruksi tersebut bersifat progresif disertai hiper aktif akti!itas bronkus
B. ETIOLOGI
1aktor-faktor yang menyebabkan penyakit Paru Obstruksi Kronik menurut Arief ans+oer (2002) adalah a. b. c. d. e. f.
Kebiasaan merokok Polusi 3dara Paparan ,ebu# asap /as-gas kimia*i akibat ker+a 4i*ayat infeki saluran nafas 5ersifat genetik yakni definisi a-l anti tripsin
edangkan penyebab lain Penykit Paru Obstruksi Kronik menurut ,a!id O!edoff (2002) yaitu adanya kebiasaan merokok berat dan terkena polusi udara dari bahan kimia*i akibat peker+aan. ungkin infeksi +uga berkaitan dengan !irus hemophilus influenza dan strepto coccus pneumonia. 1aktor penyebab dan factor resiko yang paling utama menurut eil 1 /ordan (2002) bagi penderita PPOK atau kondisi yang secara bersama membangkitkan penderita penyakit PPOK# yaitu a. b. c. d.
3sia semakin bertambah faktor resiko semakin tinggi. $enis kelamin pria lebih beresiko dibanding *anita erokok 5erkurangnya fungsi paru-paru# bahkan pada saat ge+ala penyakit tidak
dirasakan. e. Keterbukaan terhadap berbagai polusi# seperti asap rokok dan debu f. Polusi udara g. nfeksi system pernafasan akut# seperti peunomia dan bronkitus h. Asma episodik# orang dengan kondisi ini beresiko mendapat penyakit paru obstuksi kronik
i.
Kurangnya alfa anti tripsin. ni merupakan kekurangan suatu en7im yang normalnya melindungi paru-paru dari kerusakan peradangan orang yang kekurangan en7im ini dapat terkena empisema pada usia yang relatif muda# *alau pun tidak merokok.
C. EPIDEMOLOGI Pada studi populasi di nggris selama 80 tahun# didapati bah*a
hip ers ekr esi muk us merupakan suatu ge+ala yang paling sering ter+adi pada PPOK# penelitian ini menun+ukkan bah*a batuk kronis# sebagai mekanisme pertahanan akan hipersekresi mukus di dapatisebanyak &9-9: pada pria paruh umur# dengan pre!alensi yang lebih rendah pada *anita sebanyak ;-22: 5 a da n K e se h a ta n , u n ia ( < =O ) m e mp e r ki r ak a n b a h* a me n + e l a n g t a h u n 2 0 2 0 pre!alensi PPOK akan meningkat sehingga sebagai penyebab penyakit tersering peringkatnyameningkat dari ke-&2 men+adi ke-9 dan sebagai penyebab kematian tersering peringkatnya +uga meningkat dari ke-6 men+adi ke-. ,i >ropa# tingkat ke+adian PPOK tertinggi terdapat pada negara-negara >ropa 5arat seperti nggris dan Prancis# dan paling rendah pada negara-negara >ropa elatan seperti talia. egara Asia %imur seperti $epang dan ?hina memiliki ke+adian terendah PPOK# dengan +arak antara angka ke+adian terendah dan tertinggi mencapai empat kali lipat Pada &2 negara Asia Pasifik# <=O menyatakan angka pre!alensi PPOK sedang-berat pada usia 0 tahun keatas# dengan tingkat sebesar 6#:# dimana =ongkong dan ingapura deng an angk a pre! alens i t erke cil yaitu #9: dan @ietnam sebesar 6#:. ndonesia sendiri belumlah memiliki data pasti mengenai PPOK ini sendiri# hanya ur!ei Kesehatan 4umah%angga ,epkes 4 &''2 menyebutkan bah*a PPOK bersama-sama dengan asma bronchial menduduki peringkat ke-6 dari penyebab kematian terbanyak di ndonesia D. PATHOFISIOLOGI 1ungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang
disebabkan elastisitas +aringan paru dan dinding dada makin berkurang. ,alam usia yang lebih lan+ut# kekuatan kontraksi otot pernapasan dapat berkurang sehingga sulit bernapas.
1ungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang# yakni +umlah oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh. Konsumsi oksigen sangat erat hubungannya dengan arus darah ke paru-paru. 5erkurangnya fungsi paru-paru +uga disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi !entilasi paru. 1aktor-faktor risiko tersebut diatas akan mendatangkan proses inflamasi bronkus dan +uga menimbulkan kerusakan apda dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari kerusakan akan ter+adi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis)# yang mengalami penutupan atau obstruksi a*al fase ekspirasi. 3dara yang mudah masuk ke al!eoli pada saat inspirasi# pada saat ekspirasi banyak ter+ebak dalam al!eolus dan ter+adilah penumpukan udara (air trapping). =al inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala akibatnya. Adanya obstruksi pada a*al ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan peman+angan fase ekspirasi. 1ungsi-fungsi paru !entilasi# distribusi gas# difusi gas# maupun perfusi darah akan mengalami gangguan.
PATHWAY
E. GEJALA KLINIS
%anda dan ge+ala akan mengarah pada dua tipe pokok ()
&. empunyai gambaran klinik dominant kearah bronchitis kronis (blue bloater). 2. empunyai gambaran klinik kearah emfisema (pink puffers). %anda dan ge+alanya adalah sebagi berikut &. Kelemahan badan 2. 5atuk . esak napas 8. esak napas saat akti!itas dan napas berbunyi 9. engi atau *hee7e 6. >kspirasi yang meman+ang . 5entuk dada tong (5arrel ?hest) pada penyakit lan+ut. ;. Penggunaan otot bantu pernapasan '. uara napas melemah &0. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal &&. >dema kaki# asites dan +ari tabuh.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penun+ang yang diperlukan adalah sebagai berikut &. Pemeriksaan radiologis Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan a. %ubular shado*s atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang parallel# keluar dari hilus menu+u apeks paru. 5ayangan tersebut adalah bayangan bronkus yang menebal b. ?orak paru yang bertambah
Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada yaitu a. /ambaran defisiensi arteri# ter+adi o!erinflasi# pulmonary oligoemia dan bula. Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan pink puffer b. ?orakan paru yang bertambah 2. Pemeriksaan faal paru Pada bronchitis kronik terdapat @>P& dan K@ yang menurun# @4 yang bertambah dan K%P yang normal. Pada emfisema paru terdapat penurunan
@>P K@# dan KA> (kecepatan arum ekspirasi maksimal) atau >14 (maBimal eBpiratory flo* rate)# kenaikan K41 dan @4# sedangkan K%P bertambah atau normal. Keadaan diatas lebih +elas pada stadium lan+ut# sedang pada stadium dini perubahan hanya pada saluran napas kecil (small air*ays). Pada emfisema kapasitas difusi menurun karena permukaan al!eoli untuk difusi berkurang.(9) . Analisis gas darah Pada bronchitis Pa?O2 naik# saturasi hemoglobin menurun# timbul sianosis# ter+adi !asokonstriksi !askuler paru dan penambahan eritropoesis. =ipoksia yang kronik merangsang pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia. Pada kondisi umur 99-60 tahun polisitemia menyebabkan +antung kanan harus beker+a lebih berat dan merupakan salah satu penyebab payah +antung kanan.(9) 8. Pemeriksaan >K/ Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock *ise +antung. 5ila sudah terdapat kor pulmonal terdapat de!iasi aksis kekanan dan P pulmonal pada hantaran # # dan a@1. @oltase C4 rendah ,i @& rasio 4D lebih dari & dan @6 rasio 4D kurang dari &. ering terdapat 4555 inkomplet.(9) 9. Kultur sputum# untuk mengetahui petogen penyebab infeksi. 6. "aboratorium darah lengkap
G. PENATALAKSANAAN %u+uan penatalaksanaan PPOK adalah &. emeperbaiki kemampuan penderita mengatasiu ge+ala tidak hanya pada
fase akut# tetapi +uga fase kronik. 2. emperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan akti!itas harian. . engurangi la+u progresi!itas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi lebih a*al. Penatalaksanaan PPOK pada usia lan+ut adalah sebagai berikut &. eniadakan faktor etiologiDpresipitasi# misalnya segera menghentikan merokok# menghindari polusi udara.
2. embersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara. . emberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil u+i sensiti!itas atau pengobatan empirik. 8. engatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih contro!ersial. 9. Pengobatan simtomatik. 6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul. . Pengobatan oksigen# bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan aliran lambat & E 2 literDmenit. ;. %indakan rehabilitasi yang meliputi a. 1isioterapi# terutama bertu+uan untuk membantu pengeluaran secret bronkus. b. "atihan pernapasan# untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernapasan yang paling efektif. c. "atihan dengan beban oalh raga tertentu# dengan tu+uan untuk memulihkan kesegaran +asmani. d. Vocational guidance# yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat kembali menger+akan peker+aan semula. e. Pengelolaan psikosial# terutama ditu+ukan untuk penyesuaian diri penderita dengan penyakit yang dideritanya.
KONSEP DASAR TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK)
A. PENGKAJIAN Pengka+ian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. ,ata-data yang
dikumpulkan atau dika+i meliputi 1. Identt!" P!"en Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama# umur# +enis kelamin# alamat rumah# agama# suku bangsa# status perka*inan# pendidikan terakhir# nomor registrasi# peker+aan pasien# dan nama penanggung+a*ab. #. R$!%!t Ke"e&!t!n a. Keluhan 3tama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. 5iasanya pada pasien dengan Penyakit Paru Obstriksi Kronik(PPOK) didapatkan keluhan berupa sesak nafas b. 4i*ayat Penyakit ekarang Pasien dengan PPOK biasanya akan dia*ali dengan adanya tanda-tanda seperti batuk# sesak nafas# nyeri pleuritik# rasa berat pada dada# berat badan menurun dan sebagainya. Perlu +uga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
c. 4i*ayat Penyakit ,ahulu Perlu ditanyakan apakah sebelumnya pasien pernah masuk 4 dengan keluhan yang sama d. 4i*ayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit penyakit yang sama e. 4i*ayat Psikososial eliputi
perasaan
pasien
terhadap
penyakitnya#
bagaimana
cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya
'. Ket&!n B*+P",*+S*"!-+S/t!a. 5ernafas Ka+i pernafasan pasien. Keluhan yang dialami pasien dengan Penyakit
Paru Obstruksi Kronik ialah batuk produktifDnon produktif# dan sesak nafas b. akan dan inum Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama 4 pasien dengan PPOK akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen. Peningkatan metabolisme akan ter+adi akibat proses penyakit c. >liminasi ,alam pengka+ian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah 4. Karena keadaan umum pasien yang lemah# pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi# selain akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degesti!us. d. /erak dan Akti!itas Akibat sesak nafas# kebutuhan O2 +aringan akan kurang terpenuhi dan Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada akti!itas minimal. e. stirahat dan tidur Akibat sesak yang dialami dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat# selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit# dimana banyak orang yang mondar-mandir# berisik dan lain sebagainya. f. Kebersihan ,iri
Ka+i bagaimana toiletingnya apakah mampu dilakukan sendiri atau harus dibantu oleh orang lain. g. Pengaturan suhu tubuh ?ek suhu tubuh pasien# normal(6F-F?)# pireksiaDdemam(;F-80F?)# hiperpireksiaG80F?H ataupun hipertermi H9#9F?. h. 4asa yaman Obser!asi adanya keluhan yang mengganggu kenyamanan pasien. yeri i.
dada meningkat karena batuk berulang (skala 9) 4asa Aman Ka+i pasien apakah merasa cemas atau gelisah dengan sakit yang
+.
dialaminya osialisasi dan Komunikasi Obser!asi apakan pasien dapat berkomunikasi dengan pera*at dan
keluarga atau temannya. k. 5eker+a %anyakan pada pasien# apakan sakit yang dialaminya menyebabkan l.
terganggunya peker+aan yang di+alaninya. badah Ketahui agama apa yang dianut pasien# ka+i berapa kali pasien
sembahyang# dll. m. 4ekreasi Obser!asi apakah sebelumnya pasien sering rekreasi dan senga+a meluangkan *aktunya untuk rekreasi. %u+uannya untuk mengetahui teknik yang tepat saat depresi.
n. Pengetahuan atau bela+ar eberapa besar keingintahuan pasien untuk mengatasi sesak yang dirasakan. ,isinilah peran kita untuk memberikan => yang tepat dan membantu pasien untuk mengalihkan sesaknya dengan metode pemberian nafas dalam B. DIAGNOSA KEPERAWATAN &. 5ersihan +alan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi#
peningkatan produksi sputum# batuk tidak efektif# kelelahanDberkurangnya tenaga dan infeksi bronkopulmonal.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek# mucus# bronkokontriksi dan iritan +alan napas. . /anggua pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan akibat sesak# pengaturan posisi dan pengaruh lingkungan 8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi# tidak mengetahui sumber informasi 9. 4isiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia C. INTER0ENSI 1. Be/"&!n !-!n
n!!"
td!,
e2e,t2
e/&n3!n
den3!n
/*n,*,*nt/,"4 enn3,!t!n /*d," "t54 !t, td!, e2e,t24 ,e-e-!&!n6e/,/!n3n%! ten!3! d!n n2e," /*n,*-5*n!-. T!n 7 etelah diberikan asuhan kepera*atan diharapkan gangguan bersihan +alan
nafas pasien dapat teratasi K/te/! H!"- 7 a. enun+ukkan +alan nafas yang paten b. ampu mengidentifikasi dan mencegah
factor
yang
dapat
menghambat +alan nafas c. uara nafas bersih# tidah ada sianosis dan dyspneu(mampu bernafas dengan mudah) Inte/8en" 7
a. 5eri pasien 6 sampai ; gelas cairanDhari kecuali terdapat kor pulmonal. 4asional encegah ter+adinya dehidrasi b. A+arkan dan berikan dorongan penggunaan teknik pernapasan diafragmatik dan batuk. 4asional enga+arkan cara batuk efektif c. 5antu dalam pemberian tindakan nebuliser# inhaler dosis terukur# atau PP5 4asional engatasi sesak yang dialami pasien b. nstruksikan pasien untuk menghindari iritan seperti asap rokok# aerosol# suhu yang ekstrim# dan asap.
c. A+arkan tentang tanda-tanda dini infeksi yang harus dilaporkan pada dokter dengan segera peningkatan sputum# perubahan *arna sputum# kekentalan sputum# peningkatan napas pendek# rasa sesak didada# keletihan. 4asional Pemberian tindakan pengobatan selan+utnya d. 5erikan antibiotik sesuai yang diharuskan.
#. P*-! n!!" td!, e2e,t2 e/&n3!n den3!n n!!" ende,4 59"4 /*n,*,*nt/," d!n /t!n !-!n n!!". T!n etelah diberikan asuhan kepera*atan diharapkan ketidakefektifan pola
nafas pasien dapat teratasi K/te/! H!"- 7 a. rama# frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas normal b. 5unyi nafas terdengar +elas. Inte/8en"
a. Ka+i kualitas# frekuensi dan kedalaman pernafasan# laporkan setiap perubahan yang ter+adi. 4asional ,engan mengka+i kualitas# frekuensi dan kedalaman pernafasan# kita dapat mengetahui se+auh mana perubahan kondisi pasien. b. 5aringkan pasien dalam posisi yang nyaman# dalam posisi duduk# dengan kepala tempat tidur ditinggikan 60 E '0 dera+at. 4asional Penurunan diafragma memperluas daerah dada sehingga ekspansi paru bisa maksimal. c. Obser!asi tanda-tanda !ital (suhu# nadi# tekanan darah# 44 dan respon pasien).
4asional Peningkatan 44 dan tachcardi merupakan indikasi adanya penurunan fungsi paru. d. 5antu dan a+arkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif. 4asional enekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam. Penekanan otot-otot dada serta abdomen membuat batuk lebih efektif. e. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan obat-obatan 4asional Pemberian
oksigen
dapat
menurunkan
beban
pernafasan
dan
mencegah ter+adinya sianosis akibat hiponia '. G!n33! *-! td/ e/&n3!n den3!n ,etd!,n%!5!n!n !,!t "e"!,4 en3!t/!n *"" d!n en3!/& -n3,n3!n T!n 7
a. %idak ter+adi gangguan pola tidur dan kebutuhan istirahat terpenuhi. K/te/! &!"- 7
a. Pasien tidak sesak nafas b. Pasien dapat tidur dengan nyaman tanpa mengalami gangguan c. Pasien dapat tertidur dengan mudah dalam *aktu 0-80 menit d. Pasien beristirahat atau tidur dalam *aktu 9-; +am per hari. Inte/8en" 7
a. 5eri posisi senyaman mungkin bagi pasien. 4asional Posisi
semi
fo*ler
atau
posisi
yang
menyenangkan
akan
memperlancar peredaran O2 dan ?O2. b. %entukan kebiasaan moti!asi sebelum tidur malam sesuai dengan kebiasaan pasien sebelum dira*at. 4asional engubah pola yang sudah men+adi kebiasaan sebelum tidur akan mengganggu proses tidur.
c. An+urkan pasien untuk latihan relaksasi sebelum tidur. 4asional 4elaksasi dapat membantu mengatasi gangguan tidur. d. Obser!asi ge+ala kardinal dan keadaan umum pasien. 4asional Obser!asi ge+ala kardinal guna mengetahui perubahan terhadap kondisi pasien. :. K/!n3 en3et!&!n e/&n3!n den3!n ,/!n3n%! n2*/5!"4 td!, 5en3et!& "5e/ n2*/5!" T!n 7 a. Pasien dan keluarga tahu mengenai kondisi dan aturan pengobatan K/te/! &!"- 7
a.
Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman penyebab masalah.
b. Pasien dan keluarga mampu mengidentifikasi tanda dan ge+ala yang memerlukan e!aluasi medik. c.
Pasien dan keluarga mengikuti program pengobatan dan menun+ukkan perubahan pola hidup yang perlu untuk mencegah terulangnya masalah.
Inte/8en" 7
a.
Ka+i patologi masalah indi!idu. 4asional nformasi menurunkan takut karena ketidaktahuan. emberikan pengetahuan dasar untuk pemahaman kondisi dinamik dan pentingnya inter!ensi terapeutik.
b.
dentifikasi kemungkinan kambuh atau komplikasi +angka pan+ang. 4asional Penyakit paru yang ada seperti PPO berat# penyakit paru infeksi dan keganasan dapat meningkatkan insiden kambuh.
c.
Ka+i ulang tanda atau ge+ala yang memerlukan e!aluasi medik cepat (contoh# nyeri dada tiba-tiba# dispena# distress pernafasan).
4asional 5erulangnya effusi pleura memerlukan inter!ensi medik untuk mencegah# menurunkan potensial komplikasi. d.
Ka+i ulang praktik kesehatan yang baik (contoh# nutrisi baik# istirahat# latihan). 4asional empertahankan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan.
;. R",* e/!&!n nt/" ,/!n3 d!/ ,et&!n t& e/&n3!n den3!n !n*/e,"! T!n 7 etelah diberikan asuhan kepera*atan diharapkan asupan nutrisi dapat
terpenuhi K/te/! H!"- 7 a. Peningkatan berat badan b. 5erat badan ideal sesuai dengan tinggi badan Inte/8en"
a. 5eri moti!asi tentang pentingnya nutrisi. 4asional Kebiasaan
makan
kebiasaannya#
seseorang
agama#
dipengaruhi
ekonomi
dan
oleh
kesukaannya#
pengetahuannya
tentang
pentingnya nutrisi bagi tubuh. b. Auskultasi suara bising usus. 4asional 5ising usus yang menurun atau meningkat menun+ukkan adanya gangguan pada fungsi pencernaan. c. "akukan oral hygiene setiap hari. 4asional 5au mulut yang kurang sedap dapat mengurangi nafsu makan. d. a+ikan makanan semenarik mungkin. 4asional
Penya+ian makanan yang menarik dapat meningkatkan nafsu makan. e. 5eri makanan dalam porsi kecil tapi sering. 4asional akanan dalam porsi kecil tidak membutuhkan energi# banyak selingan memudahkan reflek. f. Kolaborasi dengan tim gi7i dalam pemberian diet %K%P 4asional ,iet
%K%P
sangat
baik
untuk
kebutuhan
metabolisme
pembentukan antibody karena diet %K%P menyediakan
dan
kalori dan
semua asam amino esensial. 3. Kolaborasi
dengan
dokter
atau
konsultasi
untuk
melakukan
pemeriksaan laboratorium alabumin dan pemberian !itamin dan suplemen nutrisi lainnya (7e!ity# ensure# socal# putmocare) +ika intake diet terus menurun lebih 0 : dari kebutuhan 4asional Peningkatan intake protein# !itamin dan mineral dapat menambah asam lemak dalam tubuh. 2. IMPLEMENTASI mplementasi merupakan
pelaksanaan
rencana kepera*atan
oleh
pera*at terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana kepera*atan diantaranya nter!ensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan !alidasi I ketrampilan interpersonal# teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat# keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi inter!ensi dan respon pasien. Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana inter!ensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan pera*atan yang muncul pada pasien (5udianna Keliat# &''8#8).
3. E0ALUASI
>!aluasi merupakan langkah terakhir dalam proses kepera*atan# dimana e!aluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien# pera*at dan anggota tim kesehatan lainnya. %u+uan dari e!aluasi ini adalah untuk menilai apakah tu+uan dalam rencana kepera*atan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengka+ian ulang (3. idar =# dkk# &';'). Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tu+uan# pasien ,B & /angguan bersihan +alan nafas dapat teratasi ,B 2 Ketidakefektifan pola nafas dapat teratasi ,B Kebutuhan istirahat pasien dapat terpenuhi ,B 8 Pasien dan keluarga mengetahui mengenai kondisi dan aturan pengobatan ,B 9 Asupan nutrisi dapat terpenuhi
DAFTAR PUSTAKA
?arpenito# "ynda $uall , Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik >disi 6# Penerbit 5uku Kedokteran >/?#I&''9
,oenges# >. arilynn. 2000. encana Asuhan Keperawatan !disi ". $akarta >/? Price# yl!ia A. ,kk.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit >disi 6 @olume &. >/?# $akarta melt7er# u7anna ?. 20&2. 5uku A+ar Kepera*atan edikal 5edah. 5runner dan uddarth >disi ; @olume 2. >/?# $akarta. mmanueld*inugroho.20&2."aporan
Pendahuluan
Paru
Obstruksi
(dalamhttpDDimmanueld*inugroho.blogspot.comD20&2D06Dlaporan pendahuluan-paru-obstruksi.html) diakses &; o!ember 20&# pkl 20.&8 *ita