LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DENGAN KANKER OVARIUM
(Di Ruang Kandungan F2 RSAL dr.Ramelan Surabaya)
Oleh: YUNITA KHOIROTUS SALAMAH NIM. 011211223009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2013
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kanker ovarium (kanker indung telur) merupakan penyebab nomor satu dari seluruh kematian yang disebabkan kanker pada saluran reproduksi. Penderita kanker ini umumnya didiagnosis terlambat, karena belum adanya metode deteksi dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker ovarium saja yang dapat terdiagnosa pada stadium awal. Kanker ovarium erat hubungannya dengan wanita yang mempunyai tingkat kesuburan yang rendah atau intenfertilitas dan biasanya terjadi pada wanita nullipara, melahirkan pertama kali pada usia diatas 35 tahun dan wanita yang mempunyai keluarga dengan riwayat ovarium, kanker payudara atau kanker kolon, sedangkan wanita dengan riwayat kehamilan pertama terjadi pada usia di bawah 25 tahun, dengan penggunaan pil kontrasepsi dan menyusui akan menurunkan kanker ovarium sebanyak 30 -60% (Aditya, 2009). Di Indonesia tumor ganas ovarium banyak ban yak dijumpai dan merupakan penyebab kematian ketiga setelah set elah tumor ganas serviks dan tumor ganas payudara, padahal five-years survival ratenya dalam 50 tahun terakhir ini tidak banyak mengalami kemajuan yaitu berkisar antara 20-37%. Tumor ganas pada ovarium ditemukan dengan proporsi sebesar 8% dari seluruh tumor ganas ginekologi. Tumor ini dapat terjadi pada semua golongan umur, tetapi lebih sering pada usia 50 tahun yaitu sebesar 60%, sedangkan pada masa reproduksi kira-kira 30% dan pada usia lebih muda sebanyak 10%. Akhir-akhir ini diperkirakan terjadi peningkatan kasus dengan gambaran histopatologi antara neoplasma ovarian jinak dan ganas, diklasifikasikan sebagai neoplaasma ovarium borderline yang penanganannya masih belum be lum disepakati oleh para ahli. Diperkirakan sekitar 9,2% dari seluruh keganasan ovarium adalah neoplasma kelompok ini, yang angka ketahanan hidupnya dapat mencapai 95% meskipun kemungkinan rekurensi dan kematian dapat terjadi 10-20 tahun kemudian. Hal ini disebabkan karena neoplasma kelompok ini tetap memiliki kemampuan metastasis ke organ – organ organ jauh diluar genitalia interna (Priyanto, 2007).
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kanker ovarium (kanker indung telur) merupakan penyebab nomor satu dari seluruh kematian yang disebabkan kanker pada saluran reproduksi. Penderita kanker ini umumnya didiagnosis terlambat, karena belum adanya metode deteksi dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker ovarium saja yang dapat terdiagnosa pada stadium awal. Kanker ovarium erat hubungannya dengan wanita yang mempunyai tingkat kesuburan yang rendah atau intenfertilitas dan biasanya terjadi pada wanita nullipara, melahirkan pertama kali pada usia diatas 35 tahun dan wanita yang mempunyai keluarga dengan riwayat ovarium, kanker payudara atau kanker kolon, sedangkan wanita dengan riwayat kehamilan pertama terjadi pada usia di bawah 25 tahun, dengan penggunaan pil kontrasepsi dan menyusui akan menurunkan kanker ovarium sebanyak 30 -60% (Aditya, 2009). Di Indonesia tumor ganas ovarium banyak ban yak dijumpai dan merupakan penyebab kematian ketiga setelah set elah tumor ganas serviks dan tumor ganas payudara, padahal five-years survival ratenya dalam 50 tahun terakhir ini tidak banyak mengalami kemajuan yaitu berkisar antara 20-37%. Tumor ganas pada ovarium ditemukan dengan proporsi sebesar 8% dari seluruh tumor ganas ginekologi. Tumor ini dapat terjadi pada semua golongan umur, tetapi lebih sering pada usia 50 tahun yaitu sebesar 60%, sedangkan pada masa reproduksi kira-kira 30% dan pada usia lebih muda sebanyak 10%. Akhir-akhir ini diperkirakan terjadi peningkatan kasus dengan gambaran histopatologi antara neoplasma ovarian jinak dan ganas, diklasifikasikan sebagai neoplaasma ovarium borderline yang penanganannya masih belum be lum disepakati oleh para ahli. Diperkirakan sekitar 9,2% dari seluruh keganasan ovarium adalah neoplasma kelompok ini, yang angka ketahanan hidupnya dapat mencapai 95% meskipun kemungkinan rekurensi dan kematian dapat terjadi 10-20 tahun kemudian. Hal ini disebabkan karena neoplasma kelompok ini tetap memiliki kemampuan metastasis ke organ – organ organ jauh diluar genitalia interna (Priyanto, 2007).
1
Di Indonesia, Keganasan ovarium merupakan salah satu kasus ginekologi yang paling sering ditemukan pada perempuan dan menempati urutan ketiga setelah kanker serviks dan kanker payudara. Terdapat 21.990 kasus keganasan ovarium yang terdeteksi pada tahun 2011 dan sekitar 15.460 kasus di antaranya berakhir dengan kematian.. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa kanker ovary adalah jenis kanker yang paling sulit dideteksi dan diobati, hal ini diakibatkan karena pada tahap awalnya kanker ovary menunjukkan sedikit sekali gejala atau bahkan tidak ada gejala sama sekali. Kondisi ini yang menyebabkan mereka yang terkena penyakit ini ketika di diagnosis lebih dari setengahnya sudah berada pada tahap lanjutan sehingga kegagalan pengobatan atau perawatannya lebih tinggi. Salah satu pengobatan kanker ovarii yaitu dengan cara kemoterapi. Klien yang sudah melakukan kemoterapi akan mengalami mual, muntah, nafsu makan menurun, stomatitis, nefripenia, sehingga klien dengan kemoterapi baik sebelum dan sesudah tindakan sangat memerlukan perawatan khusus sehingga efek dari therapy tersebut dapat diminimalkan. Dari fenomena tersebut penulis merasa tertarik untuk melakukan suatu kajian studi kasus pada ibu kanker ovarium dengan kemoterapi khususnya di Ruang F2 RSAL dr. Ramelan Surabaya
1.2
Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu dengan kanker ovarium sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan.
1.3
Tujuan Khusus
1.3.1. Dapat menjabarkan definisi, etiologi, patofisiologi,tanda gejala, klasifikasi, dan penanganan kanker ovarium 1.3.2. Dapat menjabarkan konsep dasar asuhan kebidanan pada ibu dengan kanker ovarium 1.3.3. Dapat melakukan tinjauan kasus atau asuhan kebidanan pada ibu dengan kanker ovarium
2
1.3.4. Dapat melakukan dokumentasi asuhan kebidanan pada kasus ibu dengan kanker ovarium yang ada di klinik. 1.3.5. Dapat mengkaji dan melakukan pembahasan antara asuhan kebidanan secara teori dan apa yang ada di lapangan.
1.4
Pelaksanaan
Kegiatan praktik klinik dilaksanakan di RSAL dr. Ramelan Jl. Gadung No 1 Surabaya pada tanggal 21 Desember sampai 3 Januari 2013.
1.5
Sistematika Penulisan
Agar dapat dipahami oleh pembaca maka penyusunan laporan ini terbagi dalam beberapa bab yang sistematika. Penyusunannya adalah sebagai berikut : BAB 1 Pendahuluan BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 3 Tinjauan Kasus BAB 4 Pembahasan BAB 5 Penutup Daftar Pustaka
3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Dasar Kanker Ovarium
2.1.1 Pengertian
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat histiologis maupun biologis yang beraneka ragam (Smeltzer & Bare, 2002). Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi 30% dan 10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak jelas / pasti ganas (borderline malignancy atau carcinoma of low – maligna potensial) dan jelas ganas (true malignant) (Priyanto, 2007). Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan maupun padat. Kanker ovarium disebut sebagai silent killer. Karena ovarium terletak di bagian dalam sehingga tidak mudah terdeteksi 70-80% kanker ovarium baru ditemukan pada stadium lanjut dan telah menyebar (metastasis) kemana-mana (Wiknjosastro, 2005).
2.1.2 Klasifikasi
Ada 3 jenis kanker ovarium, yaitu: 1.
Tumor
epitel
primer
(tumor
serosum,
tumor
mesinosum,
kanker
endometriod, kanker sel jernih, tumor brenner, karsinoma diferensiasi). Jenis tumor dengan insiden terbanyak sekitar 85% lebih banyak pada umur 50 tahun atau lebih 2.
Gell cell tumor (dysgerminoma, tumor sinus endodermal, karsinoma embrional, koriokarsinoma, teratoma). Lebih bnyak terjadi pada wanita muda atau anak-anak
3.
Sex-cord
stromal
tumor
(tumor
ginandroblastoma, fibroma)
4
sel
granulosa,
androblastoma,
2.1.3 Etiologi
Ovarium terletak di kedalaman rongga pelvis. Bila timbul kanker, biasanya tanpa gejala pada awalnya sehingga sulit ditemukan, membuat diagnosis tertunda. Ketika lesi berkembang dan timbul gejala, sering kali sudah bukan stadium dini. Maka terdapat 60-70% pasien kanker ovarium saat didiagnosis sudah terdapat metastasis di luar ovarium. Penyebab kanker ovarium hingga kini belum jelas, tapi faktor lingkungan dan hormonal berperan penting dalam patogenesisnya. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya: 1.
Hipotesis incessant ovulation, Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi.
Proses
penyembuhan
sel-sel
epitel
yang
terganggu
dapat
penting
dalam
menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor. 2.
Hipotesis
androgen,
Androgen
mempunyai
peran
terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan invitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.
2.1.4 Faktor Risiko
Menurut Bughman dan Hackley (2000) dan Otto (2005) faktor risiko yang dapat menjadi penyebab kanker ovarium antara lain sebagai berikut: 1.
Diit tinggi lemak
2.
Perokok
3.
Alkohol
4.
Penggunaan bedak tabur pada daerah perineal
5.
Riwayat kanker payudara, kolon atau endometrium
6.
Nuliparitas
7.
Infertilitas
8.
Anovulasi
9.
Kelompok usia 50-59 tahun
10.
Genetik
5
11.
Penggunaan KB hormon estrogen dalam jangka waktu lama tanpa kombinasi progesteron
12.
Riwayat kanker ovarium
13.
Endometriosis
14.
Menstruasi lebih awal
15.
Menopause terlambat
16.
Kehamilan pada usia tua
2.1.5 Patofisiologi
Tumor ganas ovarium diperkirakan sekitar 15-25% dari semua tumor ovarium. Dapat ditemukan pada semua golongan umur, tetapi lebih sering pada usia 50 tahun ke atas, pada masa reproduksi kira-kira separuh dari itu dan pada usia lebih muda jarang ditemukan. Faktor predisposisi ialah tumor ovarium jinak. Pertumbuhan tumor diikuti oleh infiltrasi, jaringan sekitar yang menyebabkan berbagai keluhan samar-samar. Kecenderungan untuk melakukan implantasi dirongga perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan asites (Brunner dan Suddarth, 2002). Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala, terutama tumor ovarium kecil. Sebagian tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan, aktivitas hormonal dan komplikasi tumor-tumor tersebut. 1.
Akibat Pertumbuhan Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembesaran perut, tekanan terhadap alat sekitarnya, disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan konstipasi, edema, tumor yang besar dapat mengakibatkan tidak nafsu makan dan rasa sakit.
2.
Akibat aktivitas hormonal Pada umumnya tumor ovarium tidak menganggu pola haid kecuali jika tumor itu sendiri mengeluarkan hormon.
3.
Akibat Komplikasi
6
a. Perdarahan ke dalam kista : Perdarahan biasanya sedikit, kalau tidak sekonyong-konyong dalam jumlah banyak akan terjadi distensi dan menimbulkan nyeri perut. b. Torsi : Torsi atau putaran tangkai menyebabkan tarikan melalui ligamentum infundibulo pelvikum terhadap peritonium parietal dan menimbulkan rasa sakit. c. Infeksi pada tumor Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di dekat tumor ada tumor kuman patogen seperti appendicitis, divertikalitis, atau salpingitis akut d. Robekan dinding kista Robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan dapat sampai ke rongga peritonium dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus. e. Perubahan keganasan Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, sehingga setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasan (Wiknjosastro,2005).
Tumor ganas merupakan kumpulan tumor dan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan sifat histiologis maupun biologis yang beraneka ragam, kirakira 60% terdapat pada usia peri menopause 30% dalam masa reproduksi dan 10% usia jauh lebih muda. Tumor ovarium yang ganas, menyebar secara limfogen ke kelenjar para aorta, medistinal dan supraclavikular. Untuk selanjutnya menyebar ke alat-alat yang jauh terutama paru-paru, hati dan otak, obstruksi usus dan ureter merupakan masalah yang sering menyertai penderita tumor ganas ovarium (Harahap, 2003).
7
2.1.6 Stadium Stadium
Penjelasan
Ia
Terbatas pada satu ovarium, tidak ada asites, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul utuh
Ib
Tumbuh terbatas pada dua ovarium, tidak ada asites, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul utuh
Ic
Sama dengan Ia atau Ib, tetapi dengan tumor pada permukaan luar atau kapsul pecah atau dengan asites
II IIa
Tumbuh pada satu atau dua ovarium dengan penyebaran ke pelvis Penyebaran atau metastase ke uterus dan atau tuba
IIb
Penyebaran ke jaringan pelvis yang lain
IIc
Sama dengan IIa atau IIb, tetapi dengan asites
IIIa
Tumor terbatas pada pelvis minor tetapi secara mikroskopis terdapat penyebaran pada permukaan peritonium abdominal, kelenjar getah bening negative
IIIb
Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan inplan pada permukaan peritonium abdominal tidak lebih dari 2 cm, kelenjar getah bening negative
IIIc
Inplan pada organ intra abdomen dengan diameter lebih dari 2 cm, dan atau kelenjar getah bening retro peritonial atau inguinal positif
IV
Pertumbuhan mengenai satu atau dua ovarium dengan metastase jauh
8
2.1.7 Manifestasi Klinis
Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik. 1.
Stadium Awal a. Gangguan
haid
(siklus
tidak
teratur,
peningkatan
ketegangan
premenstuasi, menoragi) b. Nyeri tekan payudara c. Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum) d. Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria) e. Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium) f. Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul) g. Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan pada lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan rambut)
2.
Stadium Lanjut a. Asites b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) c. Perut membuncit d. Kembung dan mual (rasa begah saat makan dalam jumlah sedikit) e. Gangguan nafsu makan f.
Gangguan BAB dan BAK
g. Sesak nafas h. Dyspepsia (Boughman & Hackley;2000)
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu : 1. Asites Kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke struktur yang berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui penyebaran
9
benih tumor melalui cairan peritoneal ke rongga abdomen dan rongga panggul. 2. Efusi Pleura Dari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui saluran limfe menuju pleura.
Komplikasi lain yang dapat disebabkan pengobatan adalah : 1. Infertilitas adalah akibat dari pembedahan pada pasien menopause 2. Mual, muntah dan supresi sumsum tulang akibat kemoterapi. Dapat juga muncul masalah potensial ototoksik, nefroktoksik, neurotoksis 3. Penyakit berulang yang tidak terkontrol dikaitkan dengan obstruksi usus, asites fistula dan edema ekstremitas bawah
2.1.9 Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis untuk menentukan diagnosis kanker ovarium adalah sebagai berikut: 1.
Tes Darah CA 125 CA 125 merupakan protein yang terdapat pada permukaan sel kanker ovarium dan beberapa jaringan sehat. Kandungan CA-125 meningkat sekitar 80% pada pasien yang terkena kanker ovarium epithelial. Akan tetapi metode ini tidak terlalu akurat untuk mendiagnosa kanker ovarium karena protein CA-125 juga dapat meningkat dalam kondisi non-kanker, seperti saat terjadi endometriosis dan radang usus buntu.
2.
Scan Ultrasound Ada kemungkinan perlu dilakukan pemeriksaan dengan transvaginal ultrasound, dengan memasukkan alat ultrasound ke dalam vagina. Pemeriksaan juga dapat dilakukan melalui pemeriksaan ultrasound eksternal di mana alat ultrasound diletakkan di atas perut. Gambar yang dihasilkan kemudian akan menunjukkan ukuran serta tekstur dari ovarium, sekaligus kista yang mungkin ada.
3.
Pemeriksaan Pelvik
10
Dokter memeriksa permukaan vulva, uterus serta ovarium untuk mencari perubahan abnormal. 4.
Scan CT atau Scan MRI Pemindaian visual pada bagian perut, dada dan pelvik ini dapat membantu untuk mendeteksi tanda-tanda terjadinya kanker pada bagian tubuh yang lain.
5.
X-Ray dada Diagnosa ini membantu untuk mendeteksi apakah bagian tubuh yang lain seperti paru-paru, juga telah terkena kanker.
6.
Bedah atau Biopsi Pada dasarnya metode ini adalah metode pembedahan atau biopsi yang diperlukan untuk membuktikan bahwa sel yang didiagnosa adalah kanker dan berasal dari ovarium.
2.1.10 Penanganan
Adapun penanganan kanker ovarium adalah sebagai berikut: Stadium
Penanganan Operasi
IIa, IIb, IIc
Radiasi
Kemoterapi
+
+
+
IIIa, IIIb, IIIc
+/-
-
+
IV
+/-
-
+
1. Pembedahan Merupakan pilihan utama, luasnya prosedur pembedahan ditentukan oleh insiden dan seringnya penyebaran ke sebelah yang lain (bilateral) dan kecenderungan untuk menginvasi korpus uteri. 2. Biopsi Dilakukan di beberapa tempat yaitu omentum, kelenjar getah lambung, untuk mendukung pembedahan.
11
3. Second look Laparotomi Untuk memastikan secara radioterapi atau kemoterapi lazim dilakukan laparotomi kedua bahkan sampai ketiga. 4. Kemoterapi Merupakan salah satu terapi yang sudah diakui untuk penanganan tumor ganas ovarium. Sejumlah obat sitestatika telah digunakan termasuk
agens
alkylating
seperti
itu
(cyclophasphamide,
chlorambucil) anti metabolic seperti : Mtx / metrotrex xate dan 5 fluorouracit / antibiotikal (admisin). Merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan obat sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi selsel kanker (Hidayat, 2008) : a. Prinsip Kerja Obat Kemoterapi (sitostatika) terhadap kanker Sebagian besar obat kemoterapi (sitostatika) yang digunakan saat ini bekerja terutama terhadap sel-sel kanker yang sedang berproliferasi, semakin aktif sel-sel kanker tersebut berproliferasi maka semakin peka terhadap sitostatika hal ini disebut Kemoresponsif, sebaliknya semakin lambat prolifersainya maka kepekaannya semakin rendah, hal ini disebut Kemoresisten. Obat kemoterapi ada beberapa macam, diantaranya adalah :
Obat golongan Alkylating agent, platinum Compouns, dan Antibiotik Anthrasiklin obat golongan ini bekerja dengan antara lain mengikat DNA di inti sel, sehingga sel-sel tersebut tidak bisa melakukan replikasi.
Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa inti sel, yang berakibat menghambat sintesis DNA.
Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid, dan Taxanes bekerja pada gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjadi hambatan mitosis sel.
Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan menghambat sintesis protein, sehingga timbul hambatan dalam sintesis DNA dan RNA dari sel-sel kanker tersebut.
12
b. Pola Pemberian Kemoterapi Adapun pola pemberiannya adalah sebagai berikut:
Kemoterapi Induksi Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau jumlah sel kanker, contoh pada tomur ganas yang berukuran besar (Bulky Mass Tumor) atau pada keganasan darah seperti leukemia atau limfoma, disebut juga dengan pengobatan penyelamatan.
Kemoterapi Adjuvan Biasanya
diberikan
sesudah
pengobatan
yang
lain
seperti
pembedahan atau radiasi, tujuannya adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker yang masih tersisa atau metastase kecil yang ada (micro metastasis).
Kemoterapi Primer Dimaksudkan sebagai pengobatan utama pada tumor ganas, diberikan pada kanker yang bersifat kemosensitif, biasanya diberikan dahulu sebelum pengobatan yang lain misalnya bedah atau radiasi.
Kemoterapi Neo-Adjuvan Diberikan mendahului/sebelum pengobatan /tindakan yang lain seperti pembedahan atau penyinaran kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi lagi. Tujuannya adalah untuk mengecilkan massa tumor yang besar sehingga operasi atau radiasi akan lebih berhasil guna.
c. Cara pemberian obat kemoterapi
Intra vena (IV) Kebanyakan sitostatika diberikan dengan cara ini, dapat berupa bolus IV pelan-pelan sekitar 2 menit, dapat pula per drip IV sekitar 30 – 120 menit, atau dengan continous drip sekitar 24 jam dengan infusion pump upaya lebih akurat tetesannya.
Intra tekal (IT)
13
Diberikan
ke
dalam
canalis
medulla
spinalis
untuk
memusnahkan tumor dalam cairan otak (liquor cerebrospinalis) antara lain MTX, Ara.C.
Radiosensitizer, yaitu jenis kemoterapi yang diberikan sebelum radiasi, tujuannya untuk memperkuat efek radiasi, jenis obat untukl kemoterapi ini antara lain Fluoruoracil, Cisplastin, Taxol, Taxotere, Hydrea.
Oral Pemberian
per
oral
Alkeran®,
Myleran®,
biasanya
adalah
Natulan®,
obat
Leukeran®,
Puri-netol®,
hydrea®,
Tegafur®, Xeloda®, Gleevec®.
Subkutan dan intramuskular Pemberian sub kutan sudah sangat jarang dilakukan, biasanya adalah L-Asparaginase, hal ini sering dihindari karena resiko syok anafilaksis. Pemberian per IM juga sudah jarang dilakukan, biasanya pemberian Bleomycin.
Topikal
Intra arterial
Intracavity
Intraperitoneal/Intrapleural Intraperitoneal diberikan bila produksi cairan acites hemoragis yang banyak pada kanker ganas intra-abdomen, antara lain Cisplastin. Pemberian intrapleural yaitu diberikan kedalam cavum pleuralis untuk memusnahkan sel-sel kanker dalam cairan pleura atau untuk mengehntikan produksi efusi pleura hemoragis yang amat banyak , contohnya Bleocin.
d. Tujuan Pemberian Kemoterapi
Pengobatan
Mengurangi massa tumor selain pembedahan atau radiasi.
Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup.
14
Mengurangi komplikasi akibat metastase.
e. Persiapan dan syarat kemoterapi
Persiapan Sebelum pengobatan dimulai maka terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan yang meliputi: (1) Darah tepi; Hb, Leuko, hitung jenis, Trombosit. (2) Fungsi hepar; bilirubin, SGOT, SGPT, Alkali phosphat. (3) Fungsi ginjal; Ureum, Creatinin dan Creatinin Clearance Test bila serum creatinin meningkat. (4) Audiogram (terutama pada pemberian Cis-plastinum) (5) EKG (terutama pemberian Adriamycin, Epirubicin).
Syarat (1) Keadaan umum cukup baik. (2) Penderita mengerti tujuan dan efek samping yang akan terjadi, informed concent. (3) Faal ginjal dan hati baik. (4) Diagnosis patologik (5) Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi. (6) Riwayat pengobatan (radioterapi/kemoterapi) sebelumnya. (7) Pemeriksaan laboratorium menunjukan hemoglobin > 10 gram %, leukosit > 5000 /mm³, trombosit > 150 000/mm³.
f. Efek samping kemoterapi Umumnya efek samping kemoterapi terbagi atas :
Efek amping segera terjadi (Immediate Side Effects) yang timbul dalam 24 jam pertama pemberian, misalnya mual dan muntah.
Efek samping yang awal terjadi (Early Side Effects) yang timbul
dalam
beberapa
hari
sampai
beberapa
kemudian, misalnya netripenia dan stomatitis.
15
minggu
Efek samping yang terjadi belakangan (Delayed Side Effects) yang timbul dalam beberapa hari sampai beberapa bulan, misalnya neuropati perifer, neuropati.
Effek samping yang terjadi kemudian (Late Side Effects) yang timbul
dalam
beberapa
bulan
sampai
tahun,
misalnya
keganasan sekunder.
Intensitas efek samping tergantung dari karakteristik obat, dosis pada setiap pemberian, maupun dosis kumulatif, selain itu efek samping yang timbul pada setiap penderita berbeda walaupun dengan dosis dan obat yang sama, faktor nutrisi dan psikologis juga mempunyai pengaruh bermakna. Efek samping yang selalu hampir dijumpai adalah gejala gastrointestinal, supresi sumsum tulang, kerontokan rambut. Gejala gastrointestinal yang paling utama adalah mual, muntah, diare, konstipasi, faringitis, esophagitis dan mukositis, mual dan muntah biasanya timbul selang beberapa lama setelah pemberian sitostatika dab berlangsung tidak melebihi 24 jam. Gejala supresi sumsum tulang terutama terjadinya penurunan jumlah
sel
darah
putih
(leukopenia),
sel
trombosit
(trombositopenia), dan sel darah merah (anemia), supresi sumsum tulang belakang akibat pemberian sitistatika dapat terjadi segera atau kemudian, pada supresi sumsum tulang yang terjadi segera, penurunan kadar leukosit mencapai nilai terendah pada hari ke-8 sampai hari ke-14, setelah itu diperlukan waktu sekitar 2 hari untuk menaikan kadar laukositnya kembali. Pada supresi sumsum tulang yang terjadi kemudian penurunan kadar leukosit terjadi dua kali yaitu pertama-tama pada minggu kedua dan pada sekitar minggu ke empat dan kelima. Kadar leukosit kemudian naik lagi dan akan mencapai nilai mendekati normal pada minggu keenam. Leukopenia dapat
menurunkan
daya
16
tubuh,
trombositopenia
dapat
mengakibatkan perdarahan yang terus-menerus/ berlabihan bila terjadi erosi pada traktus gastrointestinal. Kerontokan rambut dapat bervariasi dari kerontokan ringan sampai pada kebotakan. efek samping yang jarang terjadi tetapi tidak kalah penting adalah kerusakan otot jantung, sterilitas, fibrosis paru, kerusakan ginjal, kerusakan hati, sklerosis kulit, reaksi anafilaksis, gangguan syaraf, gangguan hormonal, dan perubahan genetik yang dapat mengakibatkan terjadinya kanker baru. Kardiomiopati akibat doksorubin dan daunorubisin umumnya sulit diatasi, sebagian besar penderita meninggal karena “pump failure”, fibrosis paru umumnya iireversibel, kelainan hati terjadi biasanya menyulitkan pemberian sitostatika selanjutnya karena banyak diantaranya yang dimetabolisir dalam hati, efek samping pada kulit, saraf, uterus dan saluran kencing relatif kecil dan lebih mudah diatasi.
Penanganan lanjut a.
Sampai satu tahun setelah penanganan, setiap 2 bulan sekali
b.
Sampai 3 bulan setelah penanganan, setiap 4 bulan
c.
Sampai 5 tahun penanganan, setiap 6 bulan
d.
Seterusnya tiap 1 tahun sekali
17
2.2
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Ibu dengan Kanker Ovarium
I. Pengkajian Data 1. Data Subyektif (S) a.
Biodata Nama
:
Umur
: Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi 30% dan 10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda
Pendidikan : Makin rendah pendidikan ibu, maka pengetahuan ibu tentang penyakitnya makin kecil sehingga kesadaran untuk deteksi dini dan memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan kurang b. Keluhan utama Pada Stadium Awal biasanya ibu mengeluhkan adanya gangguan haid (siklus tidak teratur, peningkatan ketegangan premenstuasi, menoragi), Nyeri tekan payudara, Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum), Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria), Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium), Nyeri saat
bersenggama (penekanan / peradangan daerah
panggul), pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan rambut. Pada Stadium Lanjut keluhan yang ada adalah Perut membuncit, Kembung dan mual (rasa begah saat makan dalam jumlah sedikit), Gangguan nafsu makan, Gangguan BAB dan BAK, Sesak nafas, Dyspepsia c. Riwayat kebidanan menstruasi
lebih
awal,
menopause
terlambat,
Anovulasi,
kehamilan masa tua, nuliparitas dan infertilitas dapat menjadi faktor risiko kanker ovarium d. Riwayat KB Penggunaan KB hormon estrogen dalam jangka waktu lama tanpa kombinasi progesteron dapat meningkatkan risiko kanker ovarium
18
e. Riwayat kesehatan Riwayat adanya tumor ovarium jinak, endometriosis dan pernah menderita kanker ovarium, kanker payudara, kanker kolon dan kanker endometrium dapat menjadi faktor pemicu tumbuhnya tumor ovarium ganas (kanker ovarium) f.
Riwayat penyakit keluarga Adanya ibu atau saudara perempuan yang menderita kanker ovarium dapat menjadi faktor risiko terkena kanker ovarium
g. Pola kebiasaan sehari-hari 1) Nutrisi Diet tinggi lemak dapat memicu kanker ovarium. Pada ibu kanker ovarium, dapat terjadi mual, makan sedikit perut terasa penuh dan adanya gangguan nafsu makan 2) Aktivitas Pada
wanita
dengan
kanker
serviks
merasakan
sesak
napassehingga kemungkinan mengganggu aktivitas 3) Istirahat Pada ibu dengan kanker serviks biasanya mengalami keluhan sesak, sehingga ibu memerlukan istirahat dengan posisi bantal agak ditinggikan 4) Personal hygiene Ibu dengan pemberian bedak tabur pada daerah perineal akan meningkatkan risiko kanker ovarium 5) Eliminasi Pada ibu kanker ovarium sering berkemih pada stadium awal. Pada stadium lanjut terdapat gangguan BAB dan BAK 6) Seksual Ibu dengan kanker ovarium biasanya mengalami nyeri saat bersenggama 7) Kebisaan Ibu perokok dan pengkonsumsi alkohol meningkatkan risiko kanker ovarium
19
2. Data Obyektif (O)
a. Pemeriksaan umum Keadaan umum
: Baik - buruk
Kesadaran
: Composmentis - somnolens
Tanda-tanda vital
:
Suhu
: Normal antara 360C-375 0C
Nadi
: Normal 60-90 x/menit
Tekanan darah : Normal 110/70 – 120/80 mmHg Pernafasan
: Normal 18-24x/menit, pada stadium lanjut mengalami sesak
BB
:
BB dapat turun
b. Pemeriksaan fisik Inspeksi
Pada inspeksi mata (konjunctiva) dan muka dapat pucat jika ibu disertai anemia
Rambut dapat terjadi kerontokan pada saat ibu menjalani kemoterapi
Kulit dapat menjadi lebih gelap saat menjalani kemoterapi
Pada inspeksi genitalia Terdapat darah diantara 2 siklus menstruasi, dapat terlihat adanya bedak pada daerah perineal.
Palpasi
Terdapat nyeri tekan pada payudara
Perut nyeri tekan dan membesar
Auskultasi Terdapat bunyi weezing saat bernapas Perkusi
Terdapat bunyi pekak pada ibukanker ovarium dengan efusi pleura
Terdapat meteorismus pada perut
20
c.
Pemeriksaan khusus
Tes Darah CA 125 terdapat pada permukaan sel kanker ovarium dan beberapa jaringan sehat. Kandungan CA-125 meningkat sekitar 80% pada pasien yang terkena kanker ovarium epithelial. Akan tetapi metode ini tidak terlalu akurat untuk mendiagnosa kanker ovarium karena protein CA-125 juga dapat meningkat dalam kondisi non-kanker, seperti saat terjadi endometriosis dan radang usus buntu.
Scan Ultrasound Ada kemungkinan perlu dilakukan pemeriksaan dengan transvaginal ultrasound,. Gambar yang dihasilkan kemudian akan
menunjukkan ukuran serta tekstur dari ovarium
sekaligus kista yang mungkin ada.
Pemeriksaan Pelvik Terjadi perubahan abnormal.
Scan CT atau Scan MRI Pemindaian visual pada bagian perut, dada dan pelvik ini dapat membantu untuk mendeteksi tanda-tanda terjadinya kanker pada bagian tubuh yang lain.
X-Ray dada Diagnosa ini membantu untuk mendeteksi apakah bagian tubuh yang lain seperti paru-paru, juga telah terkena kanker.
Bedah atau Biopsi Pada dasarnya metode ini adalah metode pembedahan atau biopsi yang diperlukan untuk membuktikan bahwa sel yang didiagnosa adalah kanker dan berasal dari ovarium.
Darah lengkap Dapat terjadi leukositopenia, trombositopenia dan anemia pada ibu kanker ovarium yang menjalani kemoterapi
21
2. Analisa Data (A)
Diagnosa
: Ny.... dengan kanker ovarium stadium....
Masalah
: Masalah yang mungkin terjadi adalah:
Rasa takut
Stress
3. Penatalaksanaan (P)
1.
Menjelaskan pada ibu tentang keadaannya saat ini R/Memberi pengetahuan tentang keadaannya saat ini
2.
Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat dan antioksidan R/serat memudahkan ibu untuk BAB ketika konstipasi dan antioksidan tinggi meningkatkan imunitas dan memperlambat pertumbuhan sel kanker
3.
Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup dan tidur dengan posisi bantal ditinggikan atau setengah duduk R/ Istirahat yang cukup akan membantu pemulihan tubuh dan posisi setengah duduk dapat melonggarkan jalan napas dan mengurangi sesak
4.
Melakukan informed consent R/Sebagai salah satu bentuk persetujuan tindakan medis untuk pasien
5.
Melakukan rujukan untuk pemeriksaan lebih lanjut R/Dengan pemeriksaan diketahui diagnosis pasti kanker ovarium dan stadiumnya
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapie R/Sebagai fungsi dependent 7. Kolaborasi dengan laborat R/mengetahui kondisi ibu terutama untuk syarat pemberian terapi 8. menganjurkan ibu kontrol rutin R/Monitor keadaan pasien
22
BAB 3 TINJAUAN KASUS
Pengkaji
: Yunita Khoirotus Salamah
Tanggal pengkajian
: 22 Desember 2013
Pukul
: 10.00 WIB
Tanggal MRS
: 18 Desember 2013
Pukul
:
Tempat
: Ruang Kandungan F2 RSAL dr.Ramelan Surabaya
A. Subyketif (S)
1. Identitas / Biodata Nama Ibu
: Ny. S
Nama Suami : Tn Y
Umur
: 25 tahun
Umur
: 24 tahun
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Suku/ bangsa : Jawa/Indonesia
Suku/ bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan
: SMA
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Karyawan Swasta
Pekerjaan
: Karyawan Swasta
Alamat rumah : Jl. Gunung Anyar tengah Gg 7B No.14
2. Anamnesa a. Keluhan Ibu mengeluh batuk, perut terasa berat, dan punggung nyeri, sesak nafas b. Riwayat Menstruasi
Menarche
: 13 tahun
Siklus
: Normal ± 30 hari
Banyak
: 2-3 pembalut
Lama
: 6-7 hari, saat terkena kanker, 10-15 hari
Sifat darah
: merah, encer
Dismenorrhea : kadang-kadang
Flour albus
: tidak ada
23
c. Riwayat Pernikahan Jumlah Suami
: 1 orang
Usia Menikah
: 25 tahun
Lama Menikah
: 7 bulan
d. Riwayat Obstetri lalu Ibu belum pernah hamil dan melahirkan e. Riwayat KB Ibu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi f.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Bulan November 2013 ibu mengeluh perutnya membesar, kemudian memeriksakan diri ke RS Bersalin Pondok Candra, hasil USG terbukti ada pembesaran di daerah ovarium ibu, dokter menyatakan itu adalah kista dan sudah pecah ke usus
Tanggal 5 November 2013 ibu menjalani operasi kista dipondok candra dan ada temuan tumor ganas ovarium. Setelah operasi ibu dianjurkan kembali 2 minggu lagi untuk kemoterapi akan tetapi ibu terlambat 1 minggu untuk kemoterapi dan kondisi perutnya membesar lagi
Selanjutnya ibu dirujuk dari RSB Pondok Candra ke RSAL dr. Ramelan
Di RSAL dr. Ramelan 26 November 2013 ibu diinfus dan distabilkan kondisinya kemudian pada hari ke -3 dilaksanakan kemoterapi, 3 hari kemudian ibu pulang
g. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu masuk rumah sakit tanggal 18 Desember 2013 dengan keluhan perut membesar mulai 1 bulan yang lalu, nyeri pinggang, tidak nafsu makan, dan sulit BAB. Ibu juga diambil cairannya dalam perut (ascites) sebanyak 1,5 liter, tanggal 19 Desember 2013 ibu sesak dan dipasangkan oksigen selama 1 hari
h. Riwayat Kesehatan Keluarga Dalam keluarga tidak ada yang menderita kanker
24
i.
Pola Kehidupan Sehari-hari
Nutrisi Ibu makan 3x perhari dengan menu seimbang. Ibu mengalami penurunan nafsu makan sehingga makannya
jarang habis. Ibu
minum kurang lebih 1 liter perhari
Eliminasi BAK 5-6x perhari, BAB sulit
Istirahat Kurang lebih 6 jam perhari dan terkadang pola tidurnya terganggu
Personal Higine Ibu mandi 2x perhari ganti pakaian dan celana dalam 2x sehari
Seksual Seminggu 2x dan semenjak diketahui ibu terkena kanker, tidak pernah
Kebiasaan Ibu tidak merokok dan tidak pernah mengkonsumsi alkohol
2. Data Obyektif (O)
a. Pemeriksaan umum Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
Tanda-tanda vital
:
Suhu
: 36,80C
Nadi
: 80 x/menit
Tekanan darah : Pernafasan
140/80
: 20x/menit
b. Pemeriksaan fisik Mata dan muka
: Konjunctiva pucat
Dada
: Terdengar bunyi weezing , terdapat bunyi pekak
25
Perut
: terlihat membesar, nyeri tekan, terdapat meteorismus
Genitalia
: fluor albus (-)
Ekstremitas
:tangan
kiri
terpasang
infus
NS
14
tetes/menit
c.
Pemeriksaan khusus tanggal pemeriksaan : 22 Desember 2013
X-Ray dada Hasil menyatakan ibu mengalami efusi pleura
Darah lengkap Hasil menyatakan ibu mengalami leukositopenia (2200/mm 3), anemia terkoreksi (10,7 gr%), trombosit 289.000/ mm 3
4. Analisa Data (A)
Diagnosa
: Ny S usia 25 tahun Ca Ovarium perbaikan KU
Masalah
: Masalah yang mungkin terjadi adalah:
Cemas
5. Penatalaksanaan (P)
1.
Menjelaskan pada ibu tentang keadaannya saat ini Ibu dan keluarga mengerti dengan kondisi pasien
2.
Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan sesuai dengan menu rumah sakit Ibu habis 1 porsi penuh
3.
Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup dan tidur dengan posisi bantal ditinggikan atau setengah duduk Ibu terlihat masih belum tidur dan berbaring dengan posisi setengah duduk
6.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
26
Dokter memberikan terapi injeksi ceftriaxon 2x1gr IV, injeksi Ranitidin 2x1 ampul IV, injeksi Ondancentron 3x1 ampul IV, Kenacort 3x1, Vipalbumin 1x1 7.
Kolaborasi dengan laborat Cek Darah lengkap atas advise dokter SpOG
8.
Kolaborasi
dengan
dokter
spesialis
paru,
kolaborasi
akan
dilaksanakan hari senin tanggal 23 desember 2013
CATATAN PERKEMBANGAN I
Tanggal pengkajian
: 23 Desember 2013
pukul
: 12.00 WIB
S
: Ibu merasa sesaknya berkurang
O
: a. Pemeriksaan umum Keadaan umum
:
Baik
Kesadaran
:
Composmentis
Tanda-tanda vital
:
Suhu
:
360C
Nadi
:
74 x/menit
Tekanan darah
:
130/80
Pernafasan
:
18x/menit
b. Pemeriksaan fisik Mata dan muka Dada
: Konjunctiva pucat : Terdengar bunyi weezing , terdapat bunyi pekak
Perut
: terlihat membesar, nyeri tekan, terdapat meteorismus
Genitalia
: fluor albus (-)
Ekstremitas
:tangan
kiri
tetes/menit
27
terpasang
infus
NS
14
A
: Diagnosa Masalah
: Ny S usia 25 tahun Ca Ovarium perbaikan KU : Masalah yang mungkin terjadi adalah:
P
Cemas
: 1. Menjelaskan pada ibu tentang keadaannya saat ini Ibu dan keluarga mengerti dengan kondisi pasien 2. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan sesuai dengan menu RS Ibu telah mengkonsumsi 1 porsi penuh 3. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein untuk meningkatkan leukosit ibu seperti putih telur atau ikan gabus. Di meja ibu terlihat beberapa butir telur rebus dan ibu mengkonsumsinya 4. Menganjurkan dan membantu ibu untuk istirahat cukup dan tidur dengan posisi bantal ditinggikan atau setengah duduk Ibu terlihat berbaring dengan posisi setengah duduk 5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi Dokter memberikan terapi injeksi ceftriaxon 2x1gr IV, injeksi Ranitidin 2x1 ampul IV, injeksi Ondancentron 3x1 ampul IV, Kenacort 3x1, Vipalbumin 1x1 6.
Kolaborasi dengan dokter spesialis paru Ibu telah dipungsi pleuranya, cairan sebanyak 550cc. Diberikan asmef 3x500mg
7. Kolaborasi dengan laborat Cek Darah lengkap atas advise dokter SpOG
28
CATATAN PERKEMBANGAN II
Tanggal pengkajian
: 24 Desember 2013
pukul
: 06.00 WIB
S
: Ibu tidak bisa BAB
O
: a. Pemeriksaan umum Keadaan umum
:
Baik
Kesadaran
:
Composmentis
Tanda-tanda vital
:
Suhu
:
36,80C
Nadi
:
82 x/menit
Tekanan darah
:
120/80
Pernafasan
:
22x/menit
b. Pemeriksaan fisik Mata dan muka
: Konjunctiva pucat
Dada
: Terdengar bunyi weezing , terdapat bunyi pekak
Perut
: terlihat membesar, nyeri tekan, terdapat meteorismus
Genitalia
: fluor albus (-)
Ekstremitas
:
tangan
kiri
terpasang
infus
tetes/menit c. pemeriksaan penunjang Hb 11gr%, leukosit 5000/mm 3, trombosit 290.000/ mm 3
A
: Diagnosa Masalah
: Ny S usia 25 tahun Ca Ovarium perbaikan KU : Masalah yang mungkin terjadi adalah:
P
Gangguan BAB
: 1. Menjelaskan pada ibu tentang keadaannya saat ini Ibu dan keluarga mengerti dengan kondisi pasien
29
NS
14
2. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan sesuai dengan menu RS Ibu telah mengkonsumsi 1 porsi penuh 3. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein untuk meningkatkan leukosit ibu seperti putih telur atau ikan gabus. Di meja ibu terlihat beberapa butir telur rebus dan ibu mengkonsumsinya 4. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup dan tidur dengan posisi bantal ditinggikan atau setengah duduk Ibu terlihat berbaring dengan posisi setengah duduk 5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi Dokter memberikan terapi injeksi Ranitidin 2x1 ampul IV, injeksi Ondancentron 3x1 ampul IV, Vipalbumin 1x1mg, Asmef 3x500mg, 2 dulcolax supp 6.
Memasukkan 2 dulolax supp pada anus ibu, ibu bersedia
CATATAN PERKEMBANGAN III
Tanggal pengkajian
: 25 Desember 2013
pukul
: 08.00 WIB
S
: Ibu merasa kondisinya lebih baik
O
: a. Pemeriksaan umum Keadaan umum
:
Baik
Kesadaran
:
Composmentis
Tanda-tanda vital
:
Suhu
:
36,80C
Nadi
:
82 x/menit
Tekanan darah
:
120/80
Pernafasan
:
22x/menit
30
b. Pemeriksaan fisik Mata dan muka
: Konjunctiva pucat
Dada
: Terdengar bunyi weezing , terdapat bunyi pekak
Perut
: terlihat membesar, nyeri tekan, terdapat meteorismus
Genitalia
: fluor albus (-)
Ekstremitas
:tangan
kiri
terpasang
infus
NS
14
tetes/menit c. pemeriksaan penunjang Tanggal pemeriksaan
: 25 Desember 2013
pungsi pleura 550 cc
A
: Diagnosa
P
:
: Ny S usia 25 tahun Ca Ovarium perbaikan KU
1. Menjelaskan pada ibu tentang keadaannya saat ini Ibu dan keluarga mengerti dengan kondisi pasien 2. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan sesuai dengan menu RS Ibu telah mengkonsumsi 1 porsi penuh 3. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup dan tidur dengan posisi bantal ditinggikan atau setengah duduk Ibu terlihat berbaring dengan posisi setengah duduk 4.
Mengganti infus dengan plug, ibu bersedia
5. Dilakukan foto torak PA + lateral kanan, hasil belum ada 6. Melepas plug ibu, ibu bersedia 7. Memberitahu ibu bahwa ibu sudah boleh pulang dan kontrol 15 hari lagi untuk kemoterapi, ibu mengangguk dan dapat mengulang pemberitahuan petugas, ibu keluar rumah sakit pukul 14.40 WIB
31
BAB 4 PEMBAHASAN
Pada data subyektif diketahui usia ibu 25 tahun, hal ini sesuai dengan teori bahwa 30% wanita usia reproduksi ada yang terkena kanker ovarium. Selain itu, ibu menarche pada usia 13 tahun dan nuliparitas, hal ini merupakan faktor risiko kanker ovarium Pada anamnesa keluhan ibu, ibu mengalami batuk, perut terasa penuh dan punggung sakit. Hal ini sesuai dengan teori terjadi karena membesarnya perut ibu disertai efusi pleura. Pada riwayat obstetri, ibu belum pernah hamil dan melahirkan atau disebut nulipara. Bedasarkan teori, nulipara adalah salah satu faktor risiko kanker ovarium. Pada riwayat kesehatan ibu yang lalu dan sekarang ibu tidak pernah terkena kanker payudara, kolon, endometrium yang merupakan faktorr isiko kanker ovarium. Sedangkan Riwayat KB hormonal estrogen tanpa progesteron dalam jangka lama menjadi faktor risiko kanker ovarium. Pada pemeriksaan ditemukan adanya pucat pada muka dan konjunctiva ibu. Ibu mengalami anemia. Pada dada terdapat bunyi weezing dan perkusi pekak yang menandakan adanya cairan karena efusi pleura. Pada pemeriksaan perut, terjadi pembesaran dan nyeri tekan. Semua tanda klinis ini sesuai dengan teori yang ada pada kanker ovarium. Pola Kebiasaan ibu sehari-hari mengalami masalah pada penurunan nafsu makan dan gangguan BAB. Menurut teori memang ibu dengan kanker ovarium biasanya mengalami kesulitan BAB Penatalaksanaan yang telah diterima ibu di RSAL dr.ramelan adalah berupa pemeriksaan penunjang untuk mengetahui apakah anemia, cek darah lengkap dalam kebutuhannya menjadi syarat boleh di kemoerapi,
32
BAB 2 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penyebab pasti kanker ovarium masih belum diketahui, namun berdasarkan anamnesa yang dilakukan pada Ny. S dapat ditarik kesimpulan bahwa kemungkinan penyebab dari kanker ovarium adalah faktor usia dan nuliparitas serta menstruasi pertama yang lebih awal.
Keluhan yang ada
dalah perutnya terasa berat, nyeri punggung, batuk. Hal ini terjadi karena ada efusi pleura pada paru-prunya. Terapi yang sudah diberikan adalah kemoterapi dan pemberian obat oral maupun injeksi. Pemberiaan kemoterapi seri 2 ditunda karena anemia dan leukositopenia pada ibu.
5.2 Saran
1.2.1 Bagi Institusi Diharapkan dapat menambah kepustakaan yang telah dimiliki dan diharapkan juga dapat menambah kajian baru serta dapat dijadikan bahan rujukan untuk penyusunan laporan yang akan datang. 1.2.2 Bagi Tempat Praktik Dapat menjadikan laporan ini sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pelayanan 1.2.3 Bagi Mahasiswa Dapat menjadikan laporan ini sebagai pertimbangan dasar atau bahan data untuk penyusunan laporan selanjutnya.
33