BAB I LAPORAN PENDAHULUAN 1. Pengertian
ISP ISPA meru merupak pakan an singk singkata atan n dari dari Infek Infeksi si Salu Salura ran n Pern Pernap apas asan an Akut. kut. Dimana penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari dari salu salura ran n nafa nafass mulai mulai dari dari hidu hidung ng hing hingga ga alveo alveoli li term termasu asuk k jarin jaringa gan n adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Maramis, !"#$. Infek Infeksi si salur saluran an pern pernap apasa asan n akut akut (ISP (ISPA$ adal adalah ah peny penyak akit it salu salura ran n pernapasan yang bersifat akut dengan berbagai ma%am gejala (sindrom$ (&ariani, dkk, !"'$. Istilah ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut dengan dengan pengertian pengertian sebagai berikut berikut Infeksi adalah masuknya masuknya Mikroorgan Mikroorganisme isme ke dalam dalam tubu tubuh h manu manusi siaa dan dan berk berkem emba bang ng biak biak sehi sehing ngga ga meni menimb mbul ulka kan n penyakit. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga Alveoli beserta organ Adneksa nya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan "' hari. )atas "' hari hari diam diambi bill untu untuk k menu menunj njuk ukka kan n pros proses es akut akut mesk meskip ipun un untu untuk k bebe beberap rapaa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA, ISPA, kurang dari "' hari. )iasanya diperlukan *aktu penyembuhan +"' hari (-usuma*ati, !"!$. 2. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh berbagai sebab (multifaktorial$. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent kuman. Disamping itu terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu/ usia dari bayineonatus, ukuran dari saluran pernafasan, pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut tersebut terhadap terhadap penyakit penyakit serta keadaan %ua%a (Maramis, !"#$. Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjad terjadin inya ya infe infeks ksii salu salura ran n pern pernaf afasa asan. n. Ada bebe bebera rapa pa jenis jenis kuma kuman n yang yang meru merupa paka kan n peny penyeb ebab ab utam utamaa yakn yaknii golo golong ngan an A β0hemolity% 0hemolity% strepto%o%us, strepto%o%us, staphylo%o%u staphylo%o%us, s, haemophyl haemophylus us influen1ae, influen1ae, %lamydia %lamydia tra%homatis, tra%homatis, my%oplasma my%oplasma dan pneumokokus (-usuma*ati, !"!$.
"
2sia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian pada usia diba*ah # bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu (-usuma*ati, !"!$. 2kuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam derajat keparahan penyakit. -arena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup se%ara keseluruhan dari jalan nafas (Maramis, !"#$. -ondisi klinis se%ara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. -eadaan yang terjadi se%ara langsung mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim, tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (-usuma*ati, !"!$. 3. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah pharing atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. 3ika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan. Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering. -erusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran %airan mukosa yang melebihi noramal. 4angsangan %airan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk (-usuma*ati, !"!$. Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri0bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti strepto%o%%us pneumonia, haemophylus influen1a dan staphylo%o%%us menyerang mukosa yang rusak tersebut (-usuma*ati, !"!$.
Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor0faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bah*a dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gi1i akut pada bayi dan anak (&ariani, dkk, !"'$. Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas ba*ah, sehingga bakteri0bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru0paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (-usuma*ati, !"!$. Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bah*a sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan %iri khas system imun mukosa. 5iri khas berikutnya adalah bah*a IgA memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan Ig6 pada saluran nafas ba*ah. Diketahui pula bah*a sekretori IgA (sIgA$ sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (&ariani, dkk, !"'$. Dari uraian diatas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu ("$ 7ahap patogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi apa0apa. ($ 7ahap dini penyakit, dimulai dari mun%ulnya gejala penyakit. 7imbul gejala demam dan batuk.(#$ 7ahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. 7ubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gi1i dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah. ('$ 7ahap dini penyakit, dimulai dari mun%ulnya gejala penyakit. 7imbul gejala demam dan batuk.(+$ 7ahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia (-usuma*ati, !"!$.
#
D. Manifestasi Klinis
Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hidung dengan sekret yang en%er sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (8irdausia, !"#$. Adapun tanda dan gejala yang sering mun%ul, antara lain ". Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam mun%ul jika anak sudah men%aapai usia 9 bulan sampai dengan # tahun. Seringkali demam mun%ul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa men%apai #:,+;50'!,+;5. . Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya
infeksi pada
meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski. #. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. )ayi akan menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum. '. Vomiting , biasanya mun%ul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut mengalami sakit. +. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus. 9. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis mesenteri%. <. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal , pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret. =. Batuk , merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. :. Suara nafas, biasa terdapat *hee1ing, stridor, %ra%kless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan (-usuma*ati, !"!$.
'
E. Penatalaksanaan
2ntuk batuk pilek tanpa komplikasi diberikan pengobatan simtomatis, misalnya ekspektoransia untuk mengatasi batuk, sedatif untuk menenangkan pasien, dan anti peiretik untuk menurunkan demam. ;bstruksi hidung pada bayi sangat sukar diobati. Penghisapan lendir hidung tidak efektif dan sering menimbulkan bahaya. 5ara yang paling mudah untuk pengeluaran sekret adalah dengan membaringkan bayi tengkurap. Pada anak besar dapat diberikan tetes hidung larutan efedrin " >, bila ada infeksi sekunder hendaknya diberikan antibiotik. )atuk yang produktif (pada bronkoinfeksi dan trakeitis$ tidak boleh diberikan antitusif, misalnya kodein, karena menyebabkan depresi pusat batuk dan pusat muntah, penumpukan sekret hingga dapat meyebabkan bronkopneumonia. Selain pengobatan tersebut, terutama yang kronik, dapat diberikan pengobatan dengan penyinaran (8irdausia, !"#$. . Ko!"likasi
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh sendiri + sampai 9 hari, jika tidak terjadi invasi kuman lain. 7etapi penyakit ISPA yang tidak mendapatkan pengobatan dan pera*atan yang baik dapat menimbulkan komplikasi seperti sinusitis paranasal, penutupan tuba eusta%hi, empiema, meningitis dan bronkopneumonia serta berlanjut pada kematian karena adanya sepsis yang menular (?gastiyah, !!+$. #. Pe!eriksaan Pen$n%ang
Dalam Marilyn Dongoes (!!"$, pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penderita ISPA antara lain ". @ 4ay pada sinus Mengkonfirmasi diagnosa sinusitis dan mengindentifikasi masalah masalah struktur, malformasi rahang. . 57 S%an sinus Mendeteksi adanya infeksi pada daerah sfenoidal dan etmoidal. #. Darah engkap Mendeteksi adanya tanda tanda infeksi dan anemi (Serviyanti, !"#$.
+
BAB II A&UHAN KEPERA'A(AN A. Pengka%ian ter$ta!a "a)a %alan nafas
8okus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola kedalaman usa!a serta irama dari pernafasan" ". #ola, %epat (ta%hynea$ atau normal. . $edalaman nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen. #. %sa!a kontinyu, terputus0putus, atau tiba0tiba berhenti disertai dengan adanya bersin. '. &rama pernafasan bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan. ;bservasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas *hee1ing. )isa juga didapati adanya %yanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum (8irdausia, !"#$.
B. Diagnosa Ke"era*atan
". &ipertermi berhubungan dengan invasi mikroorganisme (?A?DA ?I5 ?;5, !!: #:!$. NO+ , Setelah dilakukan intervensi kepera*ata selama #B' jam, suhu
tubuh kembali normal. Kriteria Hasil ,
a. -eseimbangan suhu tubuh b. 77C dalam batas normal Inter-ensi NI+ ,
a. -aji aktivitas kejang 4asional Aktivitas kejang menandakan suhu tubuh meningkat dan juga terjadinya bahaya umum. b. Pantau hidrasi dan 77C 4asional Mengetahui turgor kulit dan kelembaban membrane mukosa. 9
%. epaskan pakaian berlebih dan tutupi klien dengan selimut saja 4asional Pakaian berlebih dapat meningkatkan suhu tubuh klien. d. Ajarkan orang tua untuk memenuhi asupan oral, sedikitnya liter sehari, dengan tambahan %airan selama aktivitas yang berlebih atau sedang dalam %ua%a panas. 4asional Sebagai pedoman demam pada anak yang tdak memiliki ri*ayat kejang tidak perlu diobati, ke%uali men%apai suhu lebih dari '!5. e. )erikan obat antipiretik jika perlu 4asional Dapat menurunkan demam
. -etidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran pernafasan (?A?DA ?I5 ?;5, !!: #<$. NO+ , Setelah dilakukan intervensi kepera*ata selama #B' jam, pola
nafas kembali efektif. Kriteria Hasil ,
a. Pernafasan tetap dalam batas normal b. Pernafasan tidak sulit %. Anak istirahat dan tidur dengan tenang. Inter-ensi NI+ , a. -aji frekuensi, kedalaman, dan upaya pernapasan
4asional Mengumpulkan dan menganalisis data klien untuk memastikan kepatenan jalan napas. b. ;bservasi tanda vital, adanya %yanosis, pola, kedalaman dalam pernafasan serta karakteristik batuk misal menetap, batuk pendek, dan basah. 4asional 7anda vital, %yanosis, dan kedalaman
pernapasan
merupakan data a*al yang digunakan untuk menetapkan intervensi selanjutnya serta batuk dapat menetap tapi tidak efektif, sakit akut atau kelemahan. %. )erikan posisi yang nyaman sekaligus dapat mengeluarkan sekret dengan mudah.
<
4asional Dengan posisi tripod pada anak dengan epiglotis atau pertahankan peninggian kepala sedikitnya #!E. d. 5iptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas. 4asional Mempertahankan stamina agar tidak terjadi kelemahan dan keletihan pada otot0otot pernapasan. e. Anjurkan pada keluarga untuk memba*akan baju yang lebih longgar, tipis serta menyerap keringat. 4asional Mempertahankan agar jalan nafas tetap terbuka, dan untuk menghindari penekanan diafragma. f. )erikan obat sesuai dengan instruksi dokter (bron%hodilator$. 4asional Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal, menurunkan produksi mukus dan mengi.
#. 4esiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama dan imunitas. NO+ , Setelah dilakukan intervensi kepera*atan selama #B' jam, klien
menyatakan pemahaman penyebabfaktor resiko individu. Kriteria asil , Mengidentifikasi intervensi untuk men%egahmenurunkan
resiko infeksi. Menunjukan tekhnik, perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman. Inter-ensi NI+ ,
a. ;bservasi suhu tubuh klien. 4asional Demam dapat terjadi karena infeksi dan atau dehidrasi. b. -aji pentingnya latihan nafas, batuk efektif dan masukan %airan adekuat. 4asional Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran sekret untuk menurunkan resiko infeksi paru. %. ;bservasi *arna, karakter dan bau sputum. 4asional Sekret berbau, kuning atau kehijauan menunjukkan adanya infeksi paru. b. 7unjukkan dan bantu klien tentang pembuangan tisu dan sputum. 4asional Men%egah penyebaran patogen melalui %airan.
=
%. Dapatkan spesimen batuk atau penghisapan sputum pe*arnaan kuman gram negatif. 4asional Dilakukan untuk mengidentifikasi organisme penyebab dan kerentanan terhadap anti mikrobial. d. )erikan anti mikrobial sesuai indikasi. 4asional
Dapat
diberikan
untuk
organisme
khusus
yang
teridentifikasi dengan kultur.
'. -etidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea, anoreBsia, mualmuntah. NO+ , Menunjukan peningkatan )) menuju tujuan yang tepat. Kriteria Hasil , Menunjukan perilakuperubahan pola hidup untuk
meningkatkan danatau mempertahankan berat yang tepat. Inter-ensi NI+ ,
a. -aji kebiasaan diet, masukkan makanan saat ini. 4asional -lien distres pernafasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum. b. Auskultasi bunyi usus. 4asional Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster. %. )erikan pera*atan oral, buang sekret, berikan *adah khusus untuk sekali pakai. 4asional 4asa tidak enak, bau dan penampilan adalah pen%egah utama terhadap nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah. d. &indari makanan penghasil gas dan minuman karbonat. 4asional Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu nafas abdomen. e. 7imbang berat badan sesuai indikasi. 4asional )erguna untuk menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan ren%ana nutrisi. f. -onsultasi ahli gi1inutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan yang mudah di %erna.
:
4asional Metode makanan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi kebutuhan individu. g. )erikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi. 4asional Menurunkan dispnea dan meningkatkan energi untuk makan dan meningkatkan masukan.
+. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (?A?DA ?I5 ?;5 '$. NO+ , Setelah dilakukan intervensi kepera*atan selama #B' jam, klien
dapat melakukan aktifitas yang di inginkan. Kriteria asil , )erpartisipasi pada aktivitas yang di inginkan, memenuhi
pera*atan diri sendiri, men%apai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan. Inter-ensi NI+ ,
a. -aji respon klien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari !Bmenit di atas frekuensi istirahat/ dispnea atau diaphoresis/ pusing atau pingsan, nyeri dada/ keletihan dan kelemahan yang berlebihan. 4asional Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologi terhadap stress aktivitas dan, bila ada merupakan indi%ator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas. b. ;bservasi keadaan umum klien 4asional -2 lemah mengindikasikan gangguan aktivitas. %. Instruksikan keluarga klien tentang teknik penghematan energi, mis melakukan aktivitas dengan perlahan. 4asional 7eknik menghemat energi mengurangi penggunaan energi, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. d. 5atat laporan dipsnea, peningkatan kelemahankelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah beraktivitas 4asional Menetapkan kemampuankebutuhan
pasien
dan
memudahkan pilihan intervensi. e. 3elaskan pentingnya istirahat dalam ren%ana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.
"!
4asional 7irah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan
kebutuhan
metabolik,
menghemat
energi
untuk
penyembuhan. 9. -etidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan kurang sumber materi (?A?DA ?I5 ?;5 #+=$. NO+ , Setelah dilakukan intervensi kepera*atan selama #B' jam, terjadi
perubahan sensori persepsi.
Kriteria asil ,
a. Men%ari informasi yang relevan. b. Men%ari pelayanan untuk men%apai hasil yang diharapkan. %. Mengikuti rekomendasi program terapi (?A?DA ?I5 ?;5 #9"$. Inter-ensi NI+ ,
a. -aji tingkat pengetahuan keluarga klien tentang proses penyakit 4asional Mengetahui seberapa besar pengetahuan keluarga klien dalam memelihara kesehatan. b. Sediakan informasi tentang kondisi klien 4asional Men%egah faktor0faktor penyebab terjadinya penyakit. %. Peningkatan kesiapan untuk belajar 4asional Memperbaiki kemampuan dan keinginan untuk menerima informasi d. Fdukasi kesehatan 4asional
Mengembangkan
dan
memberikan bimbingan
dan
pengalaman belajar untuk memfasilitasi adaptasi se%ara sadar perilaku yang kondusif untuk kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan komunitas. e. -olaborasi dengan tim yang lain. 4asional Memper%epat proses penyembuhan
<. 5emas berhubungan dengan penyakit yang dialami oleh anak, hospitalisasi pada anak
""
NO+ , Menurunnya ke%emasan yang dialami oleh orang tua dengan
kriteria keluarga sudah tidak sering bertanya kepada petugas dan mau terlibat se%ara aktif dalam mera*at anaknya. Kriteria Hasil , Masalah ke%emasan teratasi Inter-ensi NI+,
a. -aji tingkat ke%emasan orang tua klien 4asinal Mengetahui tingkat ke%emasan orang tua klien dalam menentukan intervensi selanjutnya b. )erikan informasi se%ukupnya kepada orang tua (pera*atan dan pengobatan yang diberikan$. 4asional Mengatasi ke%emasan orang tua klien %. )erikan dorongan se%ara moril kepada orang tua. 4asional Mempertahankan garis komunikasi dan memberikan dukungan terus0menerus pada orang tua klien. d. Anjurkan kepada keluarga agar bertanya jika melihat hal0hal yang kurang dimengerti tidak jelas. 4asional Memberi kesempatan kepada keluarga untuk memberikan pertanyaan kepada petugas kesehatan agar dapat mengerti tentang penyakit klien. e. Anjurkan kepada keluarga agar terlibat se%ara langsung dan aktif dalam pera*atan anaknya. 4asional Peran serta keluarga dapat membantu dan memper%epat proses penyembuhan pada klien.
"
DA/(AR PU&(AKA
8irdausia, A. !"#. &ubungan 7ingkat Pendidikan Dan Pekerjaan Ibu Dengan Perilaku Pen%egahan ISPA Pada )alita Di Gilayah -erja Puskesmas 6ang Sehat Pontianak. Program Studi Pendidikan Dokter 8akultas -edokteran 2niversitas 7anjungpura Pontianak. &ariani, dkk. !"'. 'ubungan Status &munisasi Status izi Dan Asap okok Dengan $ejadian &S#A #ada Anak Dipuskesmas Segeri #angkep. 3urnal ilmiah kesehatan Diagnosis Colume + ?omor + 7ahun !"' H ISS? #!0"<". Poltekkes -emenkes Makassar dan S7I-FS ?ani &asanuddin Makassar. -usuma*ati, !"!. 'ubungan Antara Status Merokok Anggota $eluarga Dengan *ama #engobatan &S#A Balita Di $e+amatan ,ena-i. Program Pas%a Sarjana 2niversitas Sebelas Maret Surakarta. Maramis, dkk. !"#. 'ubungan .ingkat #endidikan Dan #engeta!uan &bu .entang &S#A Dengan $emampuan &bu Mera-at Balita &S#A #ada Balita Di #uskesmas Ba!u $ota Manado. ejournal kepera*atan (e0-p$ Colume ". ?omor ". Agustus !"#. Serviyanti, !"#. #ola Bakteri Dari Sputum #enderita &nfeksi Saluran #ernapasan Di #uskesmas Ba!u. )agian Mikrobiologi 2niversitas Sam 4atulangi Manado.
"#
LAPORAN KA&U& PADA 0An. . DEN#AN PENAKI( I&PA DI PU&KE&MA& BON(OMARANNU #O'A
S4I 4A&MA& &A42?A 4544116463
+I LAHAN
7
+I IN&(I(U&I
8
7
8
PENDIDIKAN PRO/E&I NER& PRO#RAM &(UDI KEPERA'A(AN /AKUL(A& ILMU KE&EHA(AN UIN ALAUDDIN MAKA&&AR 2419
"'
LAPORAN KA&U& PADA 0An. A. DEN#AN PENAKI( I&PA DI PU&KE&MA& BON(OMARANNU #O'A
S4I 4A&MA& &A42?A 4544116463
+I LAHAN
7
+I IN&(I(U&I
8
7
8
PENDIDIKAN PRO/E&I NER& PRO#RAM &(UDI KEPERA'A(AN /AKUL(A& ILMU KE&EHA(AN UIN ALAUDDIN MAKA&&AR 2419
"+
LAPORAN KA&U& PADA 0An. &. DEN#AN PENAKI( I&PA DI PU&KE&MA& BON(OMARANNU #O'A
S4I 4A&MA& &A42?A 4544116463
+I LAHAN
7
+I IN&(I(U&I
8
7
8
PENDIDIKAN PRO/E&I NER& PRO#RAM &(UDI KEPERA'A(AN /AKUL(A& ILMU KE&EHA(AN UIN ALAUDDIN MAKA&&AR 2419
"9