42
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULUSKELETAL PADA KASUS DIABETES MELETUS
KONSEP DASAR PENYAKIT
Pengertian
Diabetes Militus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan hormon insulin secara absolut atau relatif (Dr. Sunita Almatsier, 2006).
Diabetes militus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normalbersirkulasi dalam jumlah tertentudalam darah, glukosa dibentuk di hati dan makanan yang dikonsumsi. Insulin yaitu suatuhormon yang diproduksi pankreas, mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya. (Suzanne C, smeltzer brenda G. Bare. 2002).
Diabetes militus adalah penyakit kronik, progresif yang dikarakteristikkan dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak, dan proein awal terjadinya hiperglikemia (kadar gula yang tinggi dalam darah). (Tarwoto, 2012).
Diabetes Militus adalah syndrom yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara tuntutan dan suplai insulin (Rumaharbo, 2000). Diabetes Militus (DM) adalah suatu kelainan yang ditandai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein (Courtney, 2001).
Anatomi fisiologi
Gambar 2.1 Anatomi pankreas (Smeltzer, 2001)
Pankreas merupakan alat tubuh yang bentuknya agak panjang, terletak di retroperitonial dalam abdomen bagian atas di depan vertebra lumbalis I dan II.
Kepala pankreas terletak di dekat kepala duodenum, sedangkan ekornya sampai lien. Pankreas menghasilkan dua kelenjar yaitu :
Kelenjar eksokrin
Bagian eksokrin pankreas merupakan bagian terbesar dari pankreas berperan dalam menghasilkan enzim-enzim pencernaan.
Kelenjar endokrin
Kelenjar ini berupa pulau-pulau langerhans yang berjumlah 1 sampai 2 juta, berperan dalam menghasilkan hormon, pulau langerhans menghasilkan 4 jenis sel yaitu ;
Sel A ( Alfa )
Sekitar 20 - 40 % sel A menghasilkan glukogen yang bersifat hiperglikemik ( meningkatkan gula darah )
Sel B ( Beta )
Sekitar 60 – 80 % sel B berfungsi membuat insulin yang merupakan hormon hipoglikemik ( menurunkan gula darah ).
Sel C
Sekitar 5 – 15 % sel C membuat somatotattin yang berfungsi menghambat pelepasan insulin dan glukogen
Sel D
Sekitar 1 % sel D mengandung dan mensekresi pankreatik polipeptida yang berperan mengatur fungsi eksokrin pancreas.
Insulin merupakan protein kecil yang terdiri dari dua rantai asam amino yang satu sama lain dihubungkan oleh ikatan disulpida sebelum dapat berfungsi insulin harus berkaitan dengan protein reseptor yang besar dalam membran sel.
Sekresi insulin di kendalikan oleh kadar glukosa darah, efeknya dapat dilihat jelas setelah makan, efek utamanya adalah menurunkan kadar glukosa darah, juga mempengaruhi metabolisme protein dan lemak. Kadar glukosa darah yang berlebihan akan merangsang sekresi insulin dan bila kadar glukosa normal atau rendah maka sekresi insulin akan berkurang. Penurunan kadar gula darah terjadi karena transfer membran terhadap glukosa kedalam sel meningkat, khususnya kedalam sel-sel otot, glukosa masuk kedalam darah tanpa dipengaruhi oleh adanya insulin dan langsung dapat merangsang sekresi insulin.
Insulin menghambat aktivitas metabolik yang dapat meningkatkan glukosa darah. Insulin menimbulkan efek :
Menstimulasi penyimpanan glukosa dalam hati dan otot ( dalam bentuk glikogen )
Meningkatkan penyimpanan lemak dari makanan dalam jaringan adiposa
Mempercepat pengangkatan asam amino ( yang berasal dari protein-protein makanan ) kedalam sel.
Etiologi
Diabets tipe I
Ada beberapa faktor yang menyebabkan DM tipe I ini adalah : (Brunner dan Suddarth, 2002).
Faktor-faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri. Tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM Tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertenty, yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
Faktor-faktor Imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun, respon ini merupakan respon abnormal di mana antibodi terarah pada jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai benda asing.
Faktor-faktor Lingkungan
Penyelidikan juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta.
Diabets Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum di ketahui.
Selain itu terdapat pula faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II faktor ini adalah :
Usia
Insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun.
Obesitas
Riwayat keluarga
Kelompok etnik
Menurut Black (2009) Penyebab penyakit ini belum di ketahui secara lengkap dan kemungkinan faktor penyebab dan faktor penyakit diabetes militus diantaranya:
Riwayat keturunan dengan diabetes, misalnya dengan DM tipe I diturunkan sebagai sifat heterogen, mutigenik. Kembar identik mempunyai resiko 25% - 50%, sementara saudara kandung berisiko 6 % dan anak berisiko 5 %.
Lingkungan seperti virus (cytomegalivirus, mumps, rubella) yang dapat memicu terjadinya autoimun dan dapat menghancurkan sel-sel beta pankreas, obat-obatan dan zat kimia seperti aloxan, stereptozotocin, pentamidine.
Usia diatas 45 tahun
Obesitas, berat badan lebih dari atau sama dengan 20 % berat badan ideal.
Etnik, banyak terjadi pada orang amerika keturunan afrika, Asia.
Hipertensi tekanan darah lebih dari atau sama dengan 140/90 mmHg.
HDR kolestrol lebih dari atau sama dengan 35 mg/dl, atau trigesirida lebih dari 250 mg/dl.
Riwayat gesttasional DM
Kebiasaan diet
Kurang olah raga
Wanita dengan hirtutisme atau penyakit policistik ovari.
Tipe DM
Tipe Diabetes:
Ada beberapa tipe diabetes yang berbeda, penyaki ini dibedakan berdasarkan penyebab, perjalanan klinik dan terapinya klasifikasi diabetas yang utama menurut Brunner dan Suddarth, 2002 adalah :
Diabetes tipe I : Diabetes militus tergantung insulin (insulin dependent diabetes militus [IDDM])
Diabetes tipe II : Diabetes militus tidak tergantung insulin (Non insulin dependent diabetes militus [NIDDM])
Diabetes Militus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya.
Diabetes militus gestasional (gestational diabetes militus [GDM]).
Kurang lebih 5% hingga 10% penderita mengalami diabetes tipe I, yaitu diabets yang tergantung insulin dan kurang lebih 90% hingga 95% penderita mengalami diabetes tipe II, yaitu diabetes yang tergantung insulin.
Patofisiologi
Tipe I, atau IDDM akibat kekurangan insulin karena kerusakan dari sel beta pankreas, sebagian besar individu dengan IDDM biasanya dengan berat badan normal atau di bawah normal, gejala klasik IDDM yang tidak diobati adalah poliuria, polidipsia, polifagia (peningkatan makan) dan kehilangan berat badan.
Tipe II, atau NIDDM ditandai dengan kerusakan fungsi sel beta pankreas dan resisten insulin atau oleh menurunnya pengambilan glukosa oleh jaringan sebagai respons terhadap insulin. Kadar insulin dapat normal, turun atau meningkat tapi sekresi insulin tergantung dalam hubungannya dengan tingkat hiperglikemia, ini biasanya di diagnosa setelah berusia 30 tahun dan 75% dari individu dengan tipe II adalah obesitas atau dengan riwayat obesitas.
DM berhubungan dengan berbagai komplikasi, komplikasi kronik utama yaitu mempercepat terjadinya penyakit makro-vaskuler (penyakit jantung koroner, pembuluh darah kapiler (serebrovaskuler), retinopati, netropati, dan neuropati. Termasuk diabetik ketoasidosis (KAD). KAD adalah akibat defisiensi insulin, dosis terlalu kecil, kelalaian 1 dosis atau beberapa hormon yang mengatur balik antagonis insulin (glukagon, katekolamin, kortisol dan hormon pertumbuhan) ini dapat terjadi selama infeksi atau trauma. Tanda-tanda metabolik dari KAD meliputi hiperglikemia, diuresis osmotik dan gehidrasi hiperlipidemia disebabkan oleh peningkatan lipofisis dan asidosis akibat dari naiknya produksi dari asam lemak.
Tanpa atau dengan ketosis ringan, kenaikan osmolaritas serum dan dehidrasi.
Patways
Obesitas Hipertensi- imunologi (autoimun)Faktor lingkungan (Virus)Usia > 65 thn (proses penuaan dan defek genetik)WOC : Wab Of Caution
Obesitas
Hipertensi
- imunologi (autoimun)
Faktor lingkungan (Virus)
Usia > 65 thn (proses penuaan dan defek genetik)
Produktif insulin tidak seimbang dengan jumlah glukosa dalam darahMerusak sel beta pangkreas
Produktif insulin tidak seimbang dengan jumlah glukosa dalam darah
Merusak sel beta pangkreas
Perubahan reseptor hormon insulin, Kerusakan memberan sel dan reaksi intrasel
Perubahan reseptor hormon insulin, Kerusakan memberan sel dan reaksi intrasel
Kegagalan produksi insulin
Kegagalan produksi insulin
Resistensi insulin
Resistensi insulin
Insulin menjadi tidak efektif
Insulin menjadi tidak efektif
Peningkatan glukosa dalam darah
Peningkatan glukosa dalam darah
Jumlah insulin yang diproduksi
Jumlah insulin yang diproduksi
Peningkatan osmolaritas oleh karena glukosaPeningkatan glukosa darah yang kronik
Peningkatan osmolaritas oleh karena glukosa
Peningkatan glukosa darah yang kronik
Mempercepat terjadinya ArteriosklerosisSel beta gagal membagi kebutuhan insulin Polidipsi Poliphagi
Mempercepat terjadinya Arteriosklerosis
Sel beta gagal membagi kebutuhan insulin
Polidipsi
Poliphagi
Penurunan sensitifitas panas, dingin,Diabetes Neuropatiketidak seimbangan Diit dengan terapi insulinPenurunan aliran darah ketungkai (makro angiopati)
Penurunan sensitifitas panas, dingin,
Diabetes Neuropati
ketidak seimbangan Diit dengan terapi insulin
Penurunan aliran darah ketungkai (makro angiopati)
Hipoglikemia/ Hiperglikemia
Hipoglikemia/ Hiperglikemia
Penurunan fungsi imunitas Kekakuan/ kelemahan exstrimitas Perubahan kartilago dalam persendianResiko kerusakan integritas kulitIschemia jaringan
Penurunan fungsi imunitas
Kekakuan/ kelemahan exstrimitas
Perubahan kartilago dalam persendian
Resiko kerusakan integritas kulit
Ischemia
jaringan
Mual, muntah, Nafsu makan berkurang
Mual, muntah, Nafsu makan berkurang
LukaGangren
Luka
Gangren
Gangguan Body image Nurisi kurang dari kebutuhan tubuhResiko tinggi infeksi Intoleransi Aktifitas
Gangguan Body image
Nurisi kurang dari kebutuhan tubuh
Resiko tinggi infeksi
Intoleransi Aktifitas
Tanda dan Gejala
Dari sudut pasien diabetes militus sendiri, hal yang sering menyebabkan pasien datang berobat ke dokter dan kemudian di diagnosis sebagai diabetes militus adalah keluhan.
Kelainan kulit : gatal, bisul-bisul
Kelainan ginekologis : keputihan
Kesemutan, rasa baal
Kelemahan tubuh
Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh
Infeksi saluran kemih.
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah genital ataupun daerah lipatan kulit lain seperti di ketiak dan di bawah payudara biasanya akibat tumbuhnya jamur, sering pula dikeluhkan timbul bisul-bisul atau luka yang lama tidak mau sembuh.
Rasa baal dan kesemutan akibat sudah terjadinya neuropati, merupakan keluhan pasien di samping keluhan lemah dan merasa lelah, pada pasien laki-laki terkadang keluhan impotensi menyebabkan ia datang berobat ke dokter. (Waspadji, 2000).
Menurut Tarwoto (2012) tanda dan gejala meliputi :
Sering kencing/miksi atau menigkatnya frekuensi buang air kecil (poliauria). Adanya hiperglekimia menyebabkan sebagian glukosa dikeluarkan oleh ginjal bersama urine karna keterbatasan kemampuan filtrasi ginjal dan kemampuan reabsorps dari tubulus ginja. Untuk mempermudah pengeluaran glukosa maka diperlukan banyak air, sehingga frekuensi miksi meningkat.
Meningkatnya rasa haus (polidipsia). Banyaknya miksi menyebabkan tubuh kekurangan cairan (dehidrasi), hal ini merangsang pusat haus, yang mengakibatkan peningkatan rasa haus.
Minangkatkan rasa lapar (polipagia). Meningkatkan untuk matabolisme, pemecahan glikoge untuk energi menyebabkan cadangan energi berkurang keadaan ini menstimulasi pusat lapar.
Penurunan berat badan. Penurunan berat badan disebabkan karena banyaknya kehilngan cairan, glikogen dan cadangan triglesirida serta massa otot.
Kelainan pada mata, mata kabur. Pada kondisi kronis, keadaan hiperglikemia menyebabkan aliran darah menjadi lambat, sirkulasi ke vaskuler menjadi tidak lancar, termasuk pada mata yang merusak retinaserta kekeruhan pada lensa.
Kulit gatal, infeksi kulit, gatal-gatal disekitar penis dan vagina peningkatan glukosa darah mengakibatkan penumpukan gula pada kulit sehingga menjadi gatal, jamur dan bakteri mudah menyerang kulit
Ketonuria. Ketika glukosa tidak lagi digunakan untuk energi, maka digunakan asam lemak untuk energi, asam lemak akan di pecah menjadi keton yang kemudian berada dalam darah dan dikeluarakan melalui ginjal.
Kelemahan dan keletihan. Kurangnya cadangan energi, adnya kelaparan sel, kehilangan potassium menjadi akibat pasien menjadi mudah lemah dan letih.
Terkadang tanpa kejala.Pada keadaan tertentu, tubuh mudah beradaptasi dengan peningkatan glukosa darah
Pemeriksaan Penunjang
Menurut Smeltzer, 2001 adapun pemeriksaan penunjang pada penyakit Diabetes Melitus, yaitu sebagai berikut:
Pemeriksaan darah
Glukosa darah puasa ( GDP ) : lebih dari 120 mg/dl
Glukosa darah 2 jam PP ( post prandial ) : lebih dari 200 mg/dl
Glukosa darah acak : lebih dari 200 mg/dl
Pemeriksaan urine
Pemeriksaan reduksi biasanya 3 x sehari dilakukan 30 menit sebelum makan, dapat juga 4 x sehari, tapi lebih lazim dilakukan 3 x sehari.
Urine reduksi normal umumnya biru bila terdapat glukosa dalam urine
Warna hijau ( + )
Warna kuning ( ++ )
Warna merah bata ( +++ )
Warna coklat ( ++++ )
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan fehling benedict dan ansipatik ( paper strip ).
Pemeriksaan penunjang
Perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk diabetes melitus yaitu
Kelompok usia dewasa tua ( > 40 tahun )
Kegemukan
Tekanan darah tinggi
Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gr
Riwayat keluarga diabetes melitus
Riwayat diabetes melitus pada kehamilan
Dislipidemia
( arief mansjoer, at.all, 2001 )
Penatalaksanaan
Farmakologis
Terapi (bila diperlukan)
Jika pasien telah melakukan diit dan kegiatan jasmai yang teratur tapi kadar gula darahnya masih belun baik, dipertimbangkan pemakaian obat yang berkhasiat hipoglikemik baik oral maupun suntikan.
Tabel 2.1 nama obat-obat yang ada di Indonesia
Nama Generik
Dosis Maksimal
Dosis Aawal
Lama Kerja
Frekuensi
Sulfonilurea
Clorpopamid
Gifisia
Glikasit
Glikuidon
Glimefiria
Biguania
Metformin
Inhibator A
Avarfose
500
15-20
240
120
20
-
2500
300
50
2,5
80
30
5
-
500
50
-
6-12
12-24
10-20
10-20
-
-
1 kali
1-2
1-2
1-2
1
1-3
1-3
(Mansjoer arif, 2001)
Insulin
Indikasi penggunaan insulin pada NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Militus adalah
Diabetes melitus dengan berat badan menurun cepat
Keto asidosis, asidosis laktat dan komahiperosmolar
Dibetes melitus mengalami stres berat
Diabetes melitus dengan kehamilan
Diabetes melitus yang tidak berhasil dikelola dengan obat oral dosis maksimal
Non Farmokologis
Diet
Diet adalah penatalaksanaan yang penting dari kedua tipe diabetes mellitus
Tujuan
Membantu klien memperbaiki kebiasaan makan dan olah raga untuk mendapatkan kontra metabolik yang lebih baik.
Syarat-Syarat diet penyakit diabetes mellitus adalah:
Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total.
Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk <10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jauh 10% dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal.
Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu 60-70%.
Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu.
Penggunaan serta dianjurkan 25 gram / hari dengan mengutamakan serta larut air yang terdapat dalam sayur dan buah.
Klien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur seperi orang sehat, yaitu 3000 mg/ hari.
Cukup vitamin dan mineral.
Macam diet dan indikasi Pemberian.
Tabel 2.2 Jenis diet diabetes mellitus menurut kandungan energi, protein, lemak dan karbohidrat.
Jenis Diet
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kkal
g
g
g
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
1100
1300
1500
1700
1900
2100
2300
2500
43
45
51,5
55,5
60
62
73
80
30
35
36,5
36,5
48
53
59
62
172
192
235
275
299
319
369
396
Diet 1 s/d III : diberikan pada penderita yang terlalu gemuk.
Diet IV s/d V : diberikan pada penderita yang mempunyai berat badan normal.
Diet VI s/d VII : diberikan kepada penderita kurus, diabetes remaja (juvenilediabetes) atau diabetes dengan komplikasi.
(Bagian gizi RS Dr. Ciptomangkusumo dan persatuan Ahli Gizi Indonesia, 2006.)
Bahan Makanan Yang Dianjurkan
Bahan makanan yang dianjurkan untuk diet diabetes mellitus adalah sebagai berikut :
Sumber karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti, mi, kentang, singkong, ubi dan sagu.
Sumber protein rendah lemak, seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe, tahu dan kacang-kacangan.
Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah dicerna.
Bahan Makanan Yang Tidak Dianjurkan
Bahan makanan yang tidak dianjurkan, dibatasi, atau dihindari untuk diet diabetes mellitus adalah :
1). Mengandung banyak gula sederhana, seperti : gula pasir, gula jawa, sirop, jam, jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental manis, minuman botol ringan, dan es krim, kue-kue manis, dodol, cakel dan tarcis.
2). Mengandung banyak natrium, seperti : ikan asin, telur asin, makanan yang diawetkan.
Menurut konsensus perkumpulan endokrinologi Indonesia (Perkemi) tahun 1998, diagnosis diabetes mellitus umumnya akan mulai terpikirkan bila ditemukan adanya gejala khas DM berupa polifogia, polidipsia, polivria, kesemutan, dan penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya. Diagnosis diabetes dipastikan bila kadar glukosa darah sewaktu 200 mg/ diatau lebih ditambah gejala khas diabetes dan gula darah puasa > 126 mg/ dl pada dua kali pemeriksaan pada saat yang berbeda.
Perencanaan Makan Pada Diabetes Mellitus
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi seimbang karbohidrat, 60-70%, protein 10-15%, lemak 20-25%
Untuk penentuan gizi, dipakai Body Massa Index yaitu :
Rumus
BMI =
Keterangan :
BMI < 18,5 : Gizi Buruk
BMI 18,5 – 23,9 : Normal perempuan
BMI 20-24,9 : Normal laki-laki
BMI 27 : Obesitas
Penentuan gizi penderita dan jumlah kalori/ hari.
Rumus
BBR % =
Keterangan :
BB : berat badan (kg)
TB : Tinggi Badan (Cm)
BBR : Berat badan relatif.
Kebutuhan kalori perhari untuk menuju berat badan normal adalah:
BB normal (BBR 90%-100%) kebutuhan kalori sehari 30 kalori / kg BB
BB lebih (BBR lebih dari 100%) kebutuhan kalori sehari 20 kalori / kg BB
Gemuk (BBR > 120%) kebutuhan kalori sehari 15 kalori/ kg BB
BB kurang (BBR < 90%) kebutuhan kalori sehari 40-60 kalori/ Kg BB.
Latihan dan Olah Raga
Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali/ minggu selama + ½ jam yang sifatnya sesuai dengan CRIPE (Continouse, Reftmical, Interval, Proggresive, Endorance Training), latihan yang dapat dijadikan adalah jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda, dan mendayung.
Kegunaan Latihan teratur antara lain :
Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa up take)
Menurunkan insulin resisten pada klien dengan kegemukan/ menambah jumlah reseptor insulin.
Meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.
Mencegah kegemukan
memperbaiki aliran darah perifer dan menambah oksigen suplay
Meningkatkan kadar kolestrol HDL
Merangkang pembentukan glikogen baru
Menurunkan kolestrol dan trigliserida darah
Keuntungan psikologis, meningkan rasa percaya diri, menurunkan kecemasan, meningkatkan kualitas hidup.
Faktor resiko olahraga pada diabetes melitus
Jantung
Gangguan irama jantung klien akibat iskemik.
Peningkatan tekanan darah berlebihan pada saat olah raga.
Hipotensi setelah olah raga.
Mikrovaskuler
Perdarahan pada retina mata.
Luka-luka pembuluh darah kecil
Metabolisme
Peningkatan kadar gula darah dan ketosis
Hipoglikimia
Kerusakan Struktur Otot dan Tulang, trauma
Luka borok pada bayi
Kerusakan tulang penyangga tubuh
Kerusakan pada sandi tulang
Strategi Untuk Menghindari Hipo/ Hiperglikemia pada saat berolahraga terutama untuk klien IDDM (Insulin Dependent Diabeteas Melitus).
Satu sampai 3 jam sebelum berolahraga diharuskan makan dulu.
Jika berolahraga berat dan berlangsung lama harus makan sneck setiap 30 menit
Dianjurkan untuk meningkatkan jumlah makanan sampai paling tidak 24 jam setelah berolahraga,
Infeksi insulin diberikan paling tidak 1 jam sebelum berolahraga.
Menurunkan dosis insulin sebelum berolah raga
Jadwal suntikan insulin harus perlu disesuaikan
Pemantauan kadar gula darah sebelum, selama dan setelah berolahraga.
Olah raga harus ditunda jika glukosa darah 250 mg/ dl ketonuria positif.
Pendidikan
Agar pengobatan DM dapat berjalan optimal klien perlu diberikan pengetahuan tentang segala hal yang berkaitan dengan Diabetes Mellitus. Tetapi tidak hanya untuk klien saja tetapi juga untuk keluarganya harus mendapat pengetahuan yang cukup mendalam mengenai penyebab dan strategi terapi Diabetes Mellitus. Pengobatan akan dipermudah bila klien mampu membuat keputusan keputusan-keputusan yang tepat dalam perawatan penyakitnya sehari-hari. Pemberian pengetahuan secara dini hendaklah menekankan pentingnya segi-segi prakitis pengobatan penyakit, yang meliputi :
Perencanaan diet
Teknik pemantauan glukosa dan
Keton-keton.
Perlu disampaikan kepada klien kaitan yang ada antara diet, aktifitas fisik, dan obat-obatan yang digunakan dukungan dari dokter ( penberi diagnosis atau sebagai pemberi instruksi ), perawat ( untuk membantu perawatan ), merupakan hal penting dalam mencapai sasaran pemberian pengetahuan. Pemberian pengetahuan dan pengobatan akan paling efektif bila semua unsur professional tersebut saling berkomunikasi mengenai pasiennya secara perorangan.
Menurut Rendy dan Margaret, (2012) Tujuan penataklasanaan pasien dengan DM adalah:
Menormalkan fungsi dari insulin dan menurunkan kader glukosa darah
Mencegah komplikasi vaskuler dan neorophati
Mecegah terjadinya hipoglikimia dan ketoasidosis.
Perinsip penatalaksanaan pasien DM adalah mengontrol gula darah dalam rentang normal. Untuk mengontrol gula darah, ada 5 faktor penting yang harus diperhatikan yaitu:
Asupan makanan dan menejemen diet
Latihan fisik dan exercise
Obat-obatan penurun gula darah
Pendidikan kesehatan
Monitoring (Suyono, 2001).
Komplikasi
Makroangiopati
Mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah.
Jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otok.
Mikroangiopati
Mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, diabetik, netropati diabetik.
Neuropati Diabetik
Rentan infeksi
Seperti tuberculosis paru, ginggivitis dan infeksi saluran kemih.
Kaki diabetik (Mansjoer, 2007)
Menurut, Tarwoto (2012). Pasien dengan DM berisiko terjadi komplikasi baik bersifat akut maupun kronis diantaranya:
Komplikasi akut
Koma hiperglikemia disebabkan kadar gula sangat tinggi biasanya terjadi pada NIDDM
Ketoasidosis atau keracunan zat keton sebagai hasil metabolisme lemak dan protein terutama terjdi pada NIDDM
Koma hipoglikemia akibat terapi insulin yang berlebihan atau tidak terkontrol.
Komplikasi kronis
Mikroangiopati (kerusakan pada saraf-saraf prifer) pada organ-organ yang mempunyai pembuluh darah kecil seperti pada:
Retinopati deabetika (kerusakan saraf retina mata) sehingga menjadi kebutaan
Neuropati deabitika (kerusakan saraf-saraf perifer) mengakibatkan baal/gangguan sensoris pada tubuh.
Nefropati deabetika (kelainan/kerusakan pada ginjal)dapat mengakibatkan gagal ginjal
Makroangiopati
a. Penyakit vaskuler perifer
b. Kelainan pada jantung dan pembuluh darah
c. Gangguan sistem pembuluh darah otak atau stroke
Gangguan diabetika karna adanya neoropati dan terjadi luka yang tidak sembuh-sembuh.
Difungsi erektil deabetika angka kematian dan kesakitan dari deabetes terjadi akibat komplikasi seperti karena:
Hiperglikemia atau hipoglikemia
Meningkatnya resiko infeksi
Komplikasi mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati
Komplikasi neurofatik
Komplikasi makrovaskuler seprti penyakit jantung koroner, stoke. (Subekti, 2005).
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Perawatan adalah pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan (Efendi, 2007).
Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi, masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial maupun lingkungan.( Efendi, 2007 )
Data Biografi
Identitas klien : Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk Rumah Sakit, nomor Rekam Medik, diagnosa medis dan sumber biaya, penanggung jawab.
Keluhan Utama
Pada keluhan utama ditanyakan adalah keluhan atau gejala apa yang manyebabkan klien datang berobat, yang akan muncul saat awal dilakukan pengkajian pertama kali, Biasanya pada kasus Diabetes Melitus, klien datang ke rumah sakit setelah terjadi komplikasi, sehingga keluhan utamanya seperti tidak ada nafsu makan, kuat minum dan kuat kencing, badan lemas, luka yang tidak sembuh-sembuh, kesemutan.
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat mengenai penyakit saat ini, yang dimulai dari akhir masa sehat yang ditulis secara kronologis sesuai urutan waktu, dicatat perkembangan dan perjalanan penyakitnya, keluhan utama, dan gejala yang muncul seperti polifagia, polidipsia, poliuria umumnya dialami oleh penderita Diabetes Melitus, tetapi hal itu jarang diperhatikan sehingga klien yang diopname di rumah sakit biasanya yang sudah mengalami komplikasi TBC, Gangren, dan lain-lain, dan keluhan utamanya biasanya keluhan yang lanjut dari Diabetes Melitus seperti tidak ada nafsu makan, kuat minum dan kencing, badan lemas, luka tidak sembuh-sembuh dan lain-lain.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit dahulu mencakup anamnesis tentang penyakit sistem cardiovaskular, sistem pernafasan, sistem pencernaan, kulit, adanya penyakit infeksi dll, yang dicatat adalah keterangan terperinci mengenai semua penyakit dan komplikasi yang pernah dialami, dan sedemikian mungkin dicatat menurut urutan waktu.
Riwayat penyakit keluarga
Pada pengumpulan data tentang riwayat penyakit keluarga adalah bagaimana riwayat kesehatan dan keperawatan yang dimiliki pada salah satu anggota keluarga, pada klien dengan Diabetes Melitus ditanyakan apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien, penyakit kronis atau penyakit degeneratif lainnya, serta upaya apa yang dilakukan jika mengalami sakit.
Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual, menurut Virginia
Handerson
Pola Pernafasan
Pada pola pernafasan diperhatikan adalah frekwensi pernafasan, gerakan dinding dada, pernafasan cuping hidung, apakah klien merasa sesak, pada klien dengan Diabetes Melitus biasanya tidak mengalami gangguan pada sistem pernafasan.
Pola Nutrisi
Pada pola nutrisi yang ditanyakan adalah diet khusus, suplement yang dikonsumsi, instruksi diet sebelumnya, nafsu makan, jumlah cairan dan makanan yang masuk perhari, ada tidaknya mual, muntah, kesulitan menelan, penggunaan gigi palsu, riwayat penyembuhan kulit, ada tidaknya masalah dalam status gizi dll, pada klien dengan Diabetes Melitus mengalami gangguan atau perubahan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi. Klien mengalami peningkatan nafsu makan, klien sering merasa lapar dan haus, sehingga klien menjadi banyak makan dan banyak minum.
Eliminasi
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah kebiasaan defekasi perhari, ada tidaknya konstipasi, diarhea, inkontinensia, kebiasaan berkemih, ada/tidaknya disuria, nocturia, urgensi, hematuri, retensi, inkontinentia, ada/tidaknya terpasang kateter, Pada klien dengan Diabetes Melitus mengalami gangguan dalam BAK, karena efek peningkatan asupan cairan melalui Diit yang juga berhubungan dengan efek peningkatan kadar gula dalam darah, sehingga ginjal akan menghasilkan urin dalam jumlah berlebih,yang menjadikan klien menjadi sering BAK.
Gerak dan Keseimbangan Tubuh
Pada Aktivitas dibatasi untuk bergerak dan harus tirah baring untuk mengurangi nyeri, klien dengan Diabetes Melitus klien akan mengalami gangguan gerak atau aktivitasnya dapat diakibatkan karena kelemahan, atau akibat salah satu bagian ekstrimitasnya mengalami gangguan, misalnya kelemahan otot, atau adanya luka Ulkus atau gangren.
Istirahat Tidur
Pengkajian pola istirahat tidur ini yang ditanyakan adalah jumlah jam tidur pada malam hari, pagi, siang, merasa tenang setelah tidur, masalah selama tidur, adanya terbangun dini, insomnia atau mimpi buruk. Pada klien dengan Diabetes Melitus kien biasanya mengalami kesulitan dalam istirahat dan tidurnya karena merasa lapar, haus, atau ingin berkemih.
Kebutuhan berpakaian
Tidak mengalami gangguan dalam memenuhi kebutuhan berpakain.
Mempertahankan temperatur tubuh dan sirkulasi
Pada klien dengan Diabetes Melitus tidak terjadi gangguan dalam hal temperatur atau sirkulasi.
Hygiene
Pada pengumpulan data, klien tidak mengalami hambatan untuk melakukan (menjaga) kebersihan dirinya, kemungkinan klien mengalami hambatan dalam pemenuhan personal hygienenya, pada klien Diabetes Melitus dengan luka gangren mengalami gangguan dalam hygienenya, hal itu berhubungan dengan kebersihan dan bau yang ditimbulkan oleh luka gangren tersebut.
Keamanan dan kenyamanan
Pada pengumpulan data akan ditemukan gangguan rasa aman dan nyaman karna rasa nyeri akan timbul saat klien melakukan aktivitas yang berat, dalam kebutuhan keamanan ini perlu ditanyakan apakah klien tetap merasa aman dan terlindungi oleh keluarganya.
Status sosial
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga, tetangga maupun orang lain, serta begaimana klien berinteraksi dengan lingkungannya.
Spiritual
Yang perlu diperhatikan adakah perubahan saat klien masih sehat dengan saat kilen sakit, biasanya tidak mengalami hambatan dalam melakukan ibadah, pada keadaan spiritual ini perlu diketahui tentang agama yang dianut klien apakah tetap melakukan ajaran agama yang dianutnya atau terganggu karena penyakit yang dialami.
Aktivitas
Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah pola aktivitas klien mengalami gangguan, karena pada klien Diabetes Melitus aktivitasnya terganggu karena kebiasaan sehari tidak dapat dilakukan atau tidak dapat terpenuhi dengan baik jika keadaan umumnya sudah memburuk.
Kebutuhan bermain dan rekreasi
Pada pengumpulan data hal yang perlu diperhatikan adalah hal-hal apa saja yang membuat klien merasa tenang, biasanya klien tidak bisa memenuhi kebutuhan bermain dan rekreasi karena harus istirahat yang cukup, pada klien dengan Diabetes Melitus tidak dapat memenuhi kebutuhan, bermain dan rekreasi karena dalam kondisi lemah
Kebutuhan Bekerja
Klien dengan Diabetes Melitus mengalami gangguan dalam bekerja jika keadaan umumnya sudah lemah dan buruk, disertai dengan komplikasi.
(Doenges, 2000)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum :
Data Biologis : Biasanya klien dengan gejala awal akan mengeluh kuat makan, kuat minum, kuat kencing, dan jika telat berobat maka keluhan klien menjadi nafsu makan menurun bahkan hilang, kesemutan, mata kabur, luka yang sulit sembuh, gatal-gatal, porsi makan yang tidak habis, pusing bila duduk lama, mengeluh cepat lapar dan cepat kenyang, ADL dibantu.
Data Psikologis : ketakutan, stress, kecemasan, kebingungan, sering bertanya tentang penyakit dan kesembuhan lukanya, mengeluh tidak bisa tidur, tatapan mata kosong, tegang.
Pemeriksaan Fisik
Metode yang dapat digunakan untuk pemeriksaan fisik, yaitu inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi, meliputi pengkajian keadaan umum dan status generalis (Head to toe)
Inspeksi: sering dijumpai status dehidrasi, gelisah, keringat dingin, katarak, bintik-bintik coklat pada tulang kering, meringis, gugup, ngantuk, gemetar.
Palpasi: nadi cepat, terdapat pembesaran hati, bila disertai neuropatik maka akan ada sensasi terhadap jarum, rasa getar serta reflek pergerakan kaki akan hilang.
Auskultasi: diketahui adanya gagal jantung, radang paru-paru, hipertensi atau hipotensi.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah
Glukosa Darah Puasa (GDP) : Diatas 120 mg / dl
Glukosa Darah 2 Jam PP : Diatas 200 mg / dl
Glukosa Darah Acak : Diatas 200 mg / dl
Urin
Pemeriksaan reduksi biasanya 3 kali sehari dilakukan 30 menit sebelum makan, dapat juga 4 kali sehari, tetapi lebih lazim dilakukan 3 kali sehari sebelum makan. Urin reduksi normal warna biru, bila terdapat glukosa dalam urin :
Warna hijau : +
Warna kuning : ++
Warna merah : +++
Warna merah bata / coklat : ++++
Diagnosa Keperawatan
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan tingginya kadar gula darah.
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
Perencanaan Keperawatan
Perencanaan adalah perumusan tindakan yang harus dilaksanakan berdasarkan diagnosa pasien (Ali, 2008)
Table 2.4 Rencana Tindakan Keperawatan
No
Hari/tanggal
No Diagnosa keperawatan
Rencana Tindakan
Tujuan/kriteria hasil
Rencanaan
Rasional
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
No
2
No
3
4
5
6
7
8
9
Hari/Tanggal
Hari/Tanggal
1
No. Diagnosa
Keperawatan
2
No. Diagnosa Keperawatan
3
4
5
6
7
8
9
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x24 jam di harap klien dapat mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal dengan krioteria hasil
1. Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler
2.Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis
3. Kulit sekitar luka teraba hangat.
4. Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.
Tujuan/Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x24 jam di harapkan klien dapat
pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki dengan criteria hasil
1. Berkurangnya oedema sekitar luka.
2. pus dan jaringan berkurang
3. Adanya jaringan granulasi.
Tujuan/Kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x24 jam di harapkan
Rasa nyeri hilang/berkurang dengan kriteria hasil
1.Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang
2. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau mengurangi nyeri
3. Pergerakan penderita bertambah luas.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x24 jam di harapkan klien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal.
1. Pergerakan paien bertambah luas
2. Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan
( duduk, berdiri, berjalan ).
3. Rasa nyeri berkurang
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x24 jam di harapkan Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan kriteria hasil
1. Berat badan dan tinggi badan ideal
2. pasien mematuhi dietnya
3. kadar gula darah normal
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x24 jam di harapkan Tidak terjadi penyebaran infeksi (sepsis). Dengan kriteria hasil
1.Tanda-tanda infeksi tidak ada.
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal ( S : 36 – 37,5 0C )
3. Keadaan luka baik dan kadar gula darah normal
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x24 jam di harapkan Rasa cemas berkurang/hilang. Dengan kriteria hasil
1. pasien dapat mengindikasikan sebab kecemasan
2. emosi stabil
3. istirahat cukup
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x24 jam di harapkan Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya. Dengan kriteria hasil
1. pasien mengetahui tenrang keadaan penyakitnya
2. pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x24 jam di harapkan Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu anggota tubuhnya secar positif. Dengan kriteria hasil
1. Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan. Tanpa rasa malu dan rendah diri.
2. Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki.
1.Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
2.Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu istirahat ), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainya.
3.Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi.
4.Kerja sama dengan tim
Rencana
kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen
1.Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
2.Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara abseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati.
3.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
Rencana
insulin, pemeriksaan kultur pus pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.
1.Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
2.Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.
3.Ciptakan lingkungan yang tenang.
4.Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
5.Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
6.Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka.
7.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
1.Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.
2.Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga kadar gula darah dalam keadaan normal
3.anjurkan pasien untuk menggerakan ekstremitas sesuai kemampuan
4. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya
5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter
(pemberian analgesik) dan tenaga fisioterapi.
1.Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan
2.Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
3.Timbang berat badan setiap seminggu sekali
4.Identifikasi perubahan pola makan.
5.Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet diabetik.
1.Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka
2.Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan diri selama perawatan.
3.Lakukan perawatan luka secara aseptik
4.Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan yang ditetapkan.
5.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika dan insulin.
1.Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
2.Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkn rasa cemasnya.
3.Gunakan komunikasi terapeutik.
4.Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.
5.Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
6.Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
1.Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM dan gangren.
2.Kaji latar belakang pendidikan pasien.
3.Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
4.Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien didalamnya.
1.Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri berhubungan dengan keadaan anggota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal
2.Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien.
3.Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien.
4.Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.
5.Beri kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan.
6.Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan hargai pemecahan masalah yang konstruktif dari pasien.
R/ dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah
R/ meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi oedema
R/ kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis,merokok dapat menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek dari stres.
R/ pemberian vasodilator
Rasional
akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki.
R/ Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.
R/ Merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat menghambat proses granulasi.
R/ Insulin akan menurunkan kadar gula darah,
Rasional
pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula darahuntuk mengetahui perkembangan penyakit
R/ Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
R/ Pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.
R/ Rangasangan yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri
R/ Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
R/ Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.
R/ Massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus sedangkan BWC sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa nyaman.
R/ Obat –obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.
R/ Untuk mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki pasien.
R/ Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat kooperatif dalam tindakan keperawatan.
R/ Untuk melatih otot – otot kaki sehingg berfungsi dengan baik
R/ Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi
R/ Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri, fisioterapi untuk melatih pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan benar
R/ Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.
R/ Kepatuhan terhadap diet mencegah terjadinya komplikasi
R/ Mengetahui perkembangan berat badan pasien ( berat badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet).
R/ Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.
R/ Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa
R/ Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda penyebaran infeksi dapat membantu menentukan tindakan selanjutnya
R/ Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu cara untuk mencegah infeksi kuman.
R/ untuk mencegah kontaminasi luka dan penyebaran infeksi.
R/ Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup dapat meningkatkan daya tahan tubuh, pengobatan yang tepat, mempercepat penyembuhan sehingga memperkecil kemungkinan terjadi penyebaran infeksi.
R/ Antibiotika dapat menbunuh kuman, pemberian insulin akan menurunkan kadar gula dalam darah sehingga proses penyembuhan
R/ Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.
R/ Dapat meringankan beban pikiran pasien.
R/ Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
R/ Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien
.
R/ Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.
R/ Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.
R/ Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.
R/ Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.
R/ Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.
R/ Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.
R/ Mengetahui adanya rasa negatif pasien terhadap dirinya.
R/ Memudahkan dalm menggali permasalahan pasien.
R/ Pasien akan merasa dirinya di hargai.
R/ Dapat meningkatkan kemampuan dalam mengadakan hubungan dengan orang lain dan menghilangkan perasaan terisolasi
R/ Untuk mendapatkan dukungan dalam proses berkabung yang normal.
R/ Untuk meningkatkan perilaku yang adiktif dari pasien.
Pelaksanaan
Tindakan keperawatan merupakan langkah ke empat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat. 2009).
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi (wartonah,2006).
Evaluasi
Evaluasi adalah tahap kelima dan terakhir dari proses perawatan yang merupakan peruses penilaian pencapaian tujuan serta pengkjian ulang rencana keperawatan. Karena kesimpulan yang didapatkan dasri evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan dihentikan dilanjutkanatau diubah.(Efendi, 2007).
Perkembangan respon klien dituangkan kedalam catatan perkembangan klien dan diuraikan berdasarkan uraian SOAPIER:
S (subyektif) : keluhan-keluhan klien
O (obyektif) : apa yang dapat di lihat, dicium, diukur, dan diraba.
A (analisa) : kesimpulan tentang kondisi klien.
P (plan of care) : rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi dignosa
I (implementasi) : Tindakan yang dilakukan perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien
E (evaluasi) : Respon klien terhadap tindakan yang dilakukan perawat
R (revisi) : Mengubah rencana tindakan keperawatan yang di perlukan.