LAPORAN PENDAHULUAN
DM Gangrene
Disusun untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi di Ruang 29 RSSA Malang
Wahyu Prasetyo 0610720052
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2010
A. Definisi Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, demham tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein. (Askandar, 2000). Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang disebabkan oleh infeksi. (Askandar, 2001).
B. Klasifikasi 1. Diabetes Mellitus a.
DM Tipe I (IDDM)
Penderita sangat bergantung terhadap insulin karena terjadi proses autoimun yang menyerang insulinnya. IDDM merupakan jenis DM yang diturunkan (inherited). b.
DM Tipe II (NIDDM)
Jenis DM ini dipengaruhi baik oleh keturunan maupun factor lingkungan. Seseorang mempunyai risiko yang besar untuk menderita NIDDM jika orang tuanya adalah penderita DM dan menganut gaya hidup yang salah. c.
DM Gestasional
DM jenis ini cenderung terjadi pada wanita hamil dan dalam keluarganya terdapat anggota yang juga menderita DM. Faktor risikonya adalah kegemukan atau obesitas. d.
DM Sekunder
Merupakan
DM yang berkaitan
dengan keadaan
atau sindrom
lain
(pancreatitis, kelainan hormonal, dan obat-obatan). 2. Gangren Kaki Diabetik Wagner ( 1983 ) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan , yaitu : Derajat 0
: Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat I
: Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II
: Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat III
: Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV
: Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
Derajat V
: Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi dua golongan : 1. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI ) Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati ( arterosklerosis ) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah betis. Gambaran klinis KDI :
- Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat. - Pada perabaan terasa dingin. - Pulsasi pembuluh darah kurang kuat. - Didapatkan ulkus sampai gangren. 2. Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN ) Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa, oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik.
C. Etiologi 1.
Diabetes Melitus DM mempunyai
etiologi
yang
heterogen,
dimana
berbagai
lesi
dapat
menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan
penting pada mayoritas DM.
Faktor lain yang dianggap sebagai
kemungkinan etiologi DM yaitu : 1.
Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta melepas insulin.
2.
Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3.
Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang disertai pembentukan sel-sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel - sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4.
Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.
2. Gangren Kaki Diabetik Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki diabetik dibagi menjadi endogen dan faktor eksogen. Faktor endogen : a. Genetik, metabolik b. Angiopati diabetik c. Neuropati diabetik Faktor eksogen : a. Trauma b. Infeksi c. Obat
D. Patofisiologis 1. Diabetes Melitus Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut: 1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl. 2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah. 3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Pasien-pasien
yang
mengalami
defisiensi
insulin
tidak
dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yng parah yang melebihi ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml), akan timbul glikosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat lelah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi. Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.
b. Gangren Kaki Diabetik Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi. 1. Teori Sorbitol Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis, tetapi sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel / jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi. 2. Teori Glikosilasi Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua protein, terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada protein membran basal dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun mikro vaskular. Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor – faktor disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen ( zat asam ) serta antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh ( Levin,1993). Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.
Kelainan sel B pankreas Gangguan sistem imunitas (auto-imun) Kelainan insulin (penurunan res-pon insulin) Faktor ling-kungan (infeksi, diet tinggi KH, obesitas dan kehamilan)
Risiko tinggi cidera
Pe↓ ambilan glukosa
Defisiensi insulin
Pe↑ metabolisme
Pe↑ asam amino dan
protein
glukoheogenesis
Pe↓ berat badan
Pe↑ lipolisis
Pe↑ gliserol
Gangguan
Terbentuk benda
Pe↑ katabolisme
pemenuhan nutrisi
keton
gliserol
Pe↓ tingkat
Ketoasidosis
kesadaran
Kehilangan kalori
Kelemahan
Glukosuria
Diuresis osmotik
Pe↓ resbsorbsi gukosa Rangsang haus
Cairan keluar >> Poliuri Gangguan
Kehilangan Na,
pemenuhan ADL
Cl, K, P Rangsang lapar
Polifagi
Tubulus renal
Polidipsi
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
HIPERGLIKEMI (DM)
Risti gangguan
Nefropati
Pe↑ viskositas darah
Retinopati
Risti gangguan
eliminasi urine Katarak
Sensori persepsi Diare
Penumpukan glukosa sel &
Intestinal
Pe↓ peristaltic intestin
Pe↓ absorbsi cairan
Gangguan sensorik
Neuropati
Glikosilasi Protein
Feses cair
jaringan
Glukosa reduktase
Sensasi nyeri pada kaki me↓
Trauma tidak terasa
Ulkus
Gangguan motorik
Atrofi otot kaki
Perubahan titik tumpu
Ulserasi
Angiopati
Luka sulit sembuh
Infeksi
Gangguan aliran Sorbitol
darah ke kaki Pe↓ nutrisi dan O2 sel
Kerusakan & perubahan
& jaringan
fungsi sel & jaringan
Kematian jaringan
GANGREN
Risiko Tinggi
Kerusakan
Penyebaran Infeksi
Neurovaskuler
Gangguan Perfusi Jaringan
E.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Diagnostik • • • •
• • •
Glukosa darah meningkat Asam lemak bebas meningkat Osmolalitas serum meningkat Gas darah arteri : PH menurun, HCO3 menurun Ureum/kreatinin meningkat/normal Urine : gula + aseton positip Elektrolit : Na, K, fosfor
2. Ktiteria Pengendalian DM
Baik 80-109 110-159 <200 <130
Sedang 110-139 160-199 200-239 130-159
Buruk ≥140 ≥200 >240 >160
Dengan PJK Kolesterol HDL (mg/dL) Trigliserida (mg/dL) tanpa PJK
<100 >45 <200
100-129 35-45 200-149
>130 <35 >250
Dengan PJK
<150
150-199
BMI: Wanita
18,5-22,9
23-25
>200 >25/<18,
Pria
20-24,9
25-27
Tekanan Darah (mmHg)
<140/90
GD Puasa (mg/dL) GD 2 jam PP (mg/dL) Koleseterol Total (mg/dL) Kolesterol LDL (mg/dL) non PJK
F.
Komplikasi Komplikasi yang bias timbul oleh DM antara lain:
1. Gangren Kaki Diabetik 2. Neurophaty 3. Retinophaty 4. Nephrophaty 5. Chronic Heart Disease Sedangkan komplikasi akibat gangrene yakni: 1. Osteomyelitis 2. Sepsis 3. kematian
G. Penatalaksanaan 1. Diet
140-160/ 90-95
5 >27/<20 >160/95
Penatalaksanaan nutrisi pada penderita DM diarahkan untuk mencapai tujuan berikut: a. Mencukupi semua unsure makanan essensial (misalnya vitamin dan mineral) b. Mencapai dan mempertahankan berat badan (BMI) yang sesuai. Penghitungan BMI=BB (kg)/(TB (m))2 BMI normal wanita = 18,5 – 22,9 kg/m 2 BMI normal pria = 20 – 24,9 kg/m2 c. Memenuhi kebutuhan energy d.
Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat 2. Oalahraga Olahraga atau latihan fisik dilakukan sebagai berikut:
-
5 – 10’ pemanasan
-
20 – 30’ latihan aerobic (75 – 80% denyut jantung maksimal)
-
15 – 20’ pendinginan
Namun sebaiknya dalam berolahraga juga memperhatikan hal-hal sebagai berikut
-
Jangan lakukan latihan fisik jika glukosa darah >250 mg/dL
-
Jika glukosa darah <100 mg/dLsebelum latihan, maka sebaiknya makan camilan dahulu
-
Rekomendasi latihan bagi penderita dengan komplikasi disesuaikan dengan kondisinya
-
Latihan dilakukan 2 jam setelah makan
-
Pada klien dengan gangrene kaki diabetic, tidak dianjurkan untuk melakukan latihan fisik yang terlalu berat
3. Pengobatan untuk gangren
-
Kering o
Istirahat di tempat tidur
o
Kontrol gula darah dengan diet, insulin atau obat antidiabetik
o
Tindakan amputasi untuk mencegah meluasnya gangrene, tapi dengan indikasi yang sangat jelas
o
Memperbaiki sirkulasi guna mengatasi angiopati dengan obat-obat anti platelet agregasi (aspirin, diprydamol, atau pentoxyvilin)
-
Basah o
Istirahat di tempat tidur
o
Kontrol gula darah dengan diet, insulin atau obat antidiabetik
o
Debridement
o
Kompres dengan air hangat, jangan dengan air panas atau dingin
o
Beri “topical antibiotic”
o
Beri antibiotic yang sesuai kultur atau dengan antibiotic spectrum luas
o
Untuk neuropati berikan pyridoxine (vit B6) atau neurotropik lain
o
Memperbaiki sirkulasi guna mengatasi angiopati dengan obat-obat anti platelet agregasi (aspirin, diprydamol, atau pentoxyvilin)
-
Pembedahan o
Amputasi segera
o
Debridement dan drainase, setelah tenang maka tindakan yang dapat diambil adalah amputasi atau skin/arterial graft
4. Obat a. Obat Hipoglikemik Oral (OHD) b. Insulin, dengan indikasi:
-
Ketoasidosis, koma hiperosmolar, dan asidosis laktat
-
DM dengan berat badan menurun secara cepat
-
DM yang mengalami stress berat (infeksi sistemik, operasi berat, dll)
-
DM gestasional
-
DM tipe I
-
Kegagalan pemakaian OHD
H. Pengkajian Fokus Pengkajian Data bergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan metabolik dan pengaruh pada fungsi organ : 1. • • •
2. • • • • •
3. • •
4. • •
Aktifitas/Istirahat Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan. Kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur dan istirahat. Disorentasi, koma. Sirkulasi Ada riwayat hipertensi, IMA. Kebas & kesemutan pada extrimitas. Kebas pada kaki. Takikardia/nadi yang menurun/tak ada. Kulit panas, kering & kemerahan, bola mata cekung. Integritas ego Stress, tergantung orang lain. Peka terhadap rangsangan. Eliminasi Poliuria, nokturia Rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi)
• •
5. • • • •
6. • • • •
7. • •
8.
Makanan/cairan Hilang nafsu makan, mual/muntah. BB menurun, haus. Kulit kering/bersisik, turgor jelek. Distensi abdomen. Neurosensori Pusing/pening, sakit kepala. Parestesia, kesemutan, kebas kelemahan pada otot. Gangguan penglihatan. Disorentasi : mengantuk, letargia, stupor/koma. Nyeri/kenyamanan Abdomen tegang/nyeri Wajah meringis, palpitasi. Pernapasan
•
9. • • •
I.
Nyeri tekan abdomen Diare, bising usus lemah/menurun.
Batuk, bernapas bau keton Keamanan Kulit kering, gatal, ulkus kulit. Demam, diaforesis Menurunnya kekuatan/rentang gerak.
Diagnosa keperawatan 1.
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
2.
Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
3.
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
4.
Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
5.
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
6.
Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan tingginya kadar gula darah.
7.
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
8.
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
9.
Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
10.
J.
Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
Intervensi
1.
Gangguan perfusi berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah. Tujuan:
Mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.
Kriteria Hasil:
- Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler - Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis - Kulit sekitar luka teraba hangat. - Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah. - Sensorik dan motorik membaik
No. 1. 2.
Tindakan Ajarkan pasien untuk melakukan
Rasional Mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah
mobilisasi Ajarkan tentang faktor-faktor yang
Meningkatkan
dapat
darah
meningkatkan aliran darah:
Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung
balik
melancarkan sehingga
aliran
tidak
terjadi
oedema.
( posisi elevasi pada
waktu istirahat ), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang lutut 3.
dan sebagainya Ajarkan tentang
faktor-
Kolestrol tinggi dapat mempercepat
faktor resiko berupa: Hindari diet
terjadinya
tinggi
kolestrol,
menghentikan
4.
modifikasi
arterosklerosis,
teknik
relaksasi,
dapat
menyebabkan
kebiasaan
merokok,
vasokontriksi
merokok terjadinya
pembuluh
darah,
dan penggunaan obat vasokontriksi
relaksasi untuk mengurangi efek dari
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
stress. Pemberian
dalam
meningkatkan dilatasi pembuluh darah
pemberian
vasodilator,
vasodilator
pemeriksaan gula darah secara rutin
sehingga
perfusi
dan terapi oksigen ( HBO ).
diperbaiki,
sedangkan
gula
darah
mengetahui keadaan
secara
dapat
pemeriksaan rutin
dapat
perkembangan
dan
pasien,
memperbaiki
jaringan
akan
HBO
oksigenasi
untuk daerah
ulkus/gangren 2.
Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas. Tujuan:
Tercapainya proses penyembuhan luka.
Kriteria hasil :
1.Berkurangnya oedema sekitar luka. 2. Pus dan jaringan nekrosis berkurang 3. Adanya jaringan granulasi.
4. Bau khas gangren berkurang.
No. 1.
Tindakan Kaji luas dan keadaan luka serta
Rasional Pengkajian yang tepat terhadap luka
proses penyembuhan
dan
proses
penyembuhan
akan
membantu dalam menentukan tindakan 2.
Rawat luka dengan baik dan benar :
selanjutnya merawat luka dengan teknik aseptik,
membersihkan luka secara abseptik
dapat menjaga kontaminasi luka dan
menggunakan
larutan
iritatif,
3.
larutan
angkat
sisa
yang
tidak
balutan
yang
iritatif
akan
merusak
yang jaringan granulasi tyang timbul, sisa
menempel pada luka dan nekrotomi
balutan
jaringan yang mati Kolaborasi dengan
untuk
menghambat proses granulasi Insulin akan menurunkan kadar gula
pemeriksaan
darah, pemeriksaan kultur pus untuk
pemeriksaan gula darah
mengetahui jenis kuman dan anti biotik
pemberian kultur pus
insulin,
dokter
pemberian anti biotik
yang
jaringan
tepat
nekrosis
untuk
dapat
pengobatan,
pemeriksaan kadar gula darahuntuk mengetahui perkembangan penyakit 3. Ganguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan. Tujuan:
Rasa nyeri hilang/berkurang
Kriteria hasil : 1.Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang . 2. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau mengurangi nyeri . 3. Pergerakan penderita bertambah luas. 4. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.(S: 36 – 37,50 C, N: 60 – 80 x /menit, T : 100 – 130 mmHg, RR : 18 – 20 x /menit). No. 1.
Tindakan Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi
Rasional Untuk mengetahui berapa berat nyeri
2.
nyeri yang dialami pasien Jelaskan pada pasien tentang sebab-
yang dialami pasien pemahaman pasien tentang penyebab
sebab timbulnya nyeri
nyeri yang terjadi akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam
3.
4.
Ciptakan lingkungan yang tenang
Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
melakukan tindakan Rangasangan yang
berlebihan
dari
lingkungan akan memperberat
rasa
nyeri Teknik distraksi dan relaksasi dapat
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan 5.
6.
Atur posisi pasien senyaman mungkin
pasien Posisi yang nyaman akan membantu
sesuai keinginan pasien
memberikan kesempatan pada otot
Lakukan massage dan kompres luka
untuk relaksasi seoptimal mungkin Massage dapat meningkatkan
dengan BWC saat rawat luka
vaskulerisasi
dan
pengeluaran
pus
sedangkan BWC sebagai desinfektan 7.
Kolaborasi
dengan
dokter
untuk
pemberian analgesik
yang dapat memberikan rasa nyaman Obat –obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien
4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki. Tujuan:
Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal.
Kriteria Hasil: 1. Pergerakan paien bertambah luas 2. Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan (duduk, berdiri, berjalan). 3. Rasa nyeri berkurang. 4. Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan kemampuan. No. 1. 2.
3.
4.
5.
Tindakan Rasional Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan Untuk mengetahui derajat
kekuatan
otot pada kaki pasien Beri penjelasan tentang pentingnya
otot-otot kaki pasien Pasien mengerti pentingnya aktivitas
melakukan aktivitas untuk menjaga
sehingga
kadar gula darah dalam keadaan
tindakan keperawatan
normal Anjurkan
Untuk melatih otot – otot kaki sehingg
pasien
untuk
dapat
kooperatif
dalam
menggerakkan/mengangkat
berfungsi dengan baik
ekstrimitas bawah sesui kemampuan Bantu pasien dalam memenuhi
Keterbatasan mobilitas fisik cenderung
kebutuhannya
membuat
klien
memnuhi
kebutuhannya
kesulitan
dalam sehingga
Kerja sama dengan tim kesehatan
harus diberikan bantuan Analgesik dapat membantu mengurangi
lain: dokter ( pemberian analgesik )
rasa nyeri, fisioterapi untuk melatih
dan tenaga fisioterapi
pasien
melakukan
bertahap dan benar
K. Daftar Pustaka
aktivitas
secara
Carpenito, L.J., 1999. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2 Jakarta: EGC 2000. Diagnosa Keperawatan. Ed. 8. Jakarta: EGC Doengoes. 1999. Perencanaan Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC Mansjoer, Arif., et all. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI: Media Aescullapius. Price, Anderson Sylvia. 1997. Patofisiologi. Ed. I. Jakarata: EGC